0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan18 halaman
1. Dokumen tersebut memberikan definisi dan prosedur untuk tiga indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu kepatuhan identifikasi pasien, komunikasi antar tenaga medis, dan waktu pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.
2. Indikator-indikator tersebut bertujuan untuk mengukur keselamatan pasien dengan memastikan identifikasi yang benar, komunikasi yang efektif, dan pelaporan hasil cepat untuk tindakan lanjutan.
1. Dokumen tersebut memberikan definisi dan prosedur untuk tiga indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu kepatuhan identifikasi pasien, komunikasi antar tenaga medis, dan waktu pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.
2. Indikator-indikator tersebut bertujuan untuk mengukur keselamatan pasien dengan memastikan identifikasi yang benar, komunikasi yang efektif, dan pelaporan hasil cepat untuk tindakan lanjutan.
1. Dokumen tersebut memberikan definisi dan prosedur untuk tiga indikator mutu pelayanan kesehatan yaitu kepatuhan identifikasi pasien, komunikasi antar tenaga medis, dan waktu pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.
2. Indikator-indikator tersebut bertujuan untuk mengukur keselamatan pasien dengan memastikan identifikasi yang benar, komunikasi yang efektif, dan pelaporan hasil cepat untuk tindakan lanjutan.
Judul Kepatuhan Identifikasi Pasien Definisi Operasional 1. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga kesehatan. 2. Identifikasi pasien secara benar adalah proses identifikasi yang dilakukan pemberi pelayanan dengan menggunakan minimal dua penanda identitas seperti : nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medic, NIK sesuai dengan yang ditetapkan RS. 3. Identifikasi dilakukan dengan cara visual (melihat) dan atau verbal (lisan). 4. Pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien secara benar pada setiap keadaan terkait tindakan intervensi psien seperti : Pemberian pengobatan, Prosedur tindakan, prosedur diagnostic, kondisi tertentu. 5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi pelayanan melakukan identifikasi seluruh tindakan intervensi yang dilakukan dengan benar. Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan untuk melakukan identifikasi pasien dalam melakukan tindakan pelayanan Dimensi Mutu Keselamatan Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Keselamatan Pasien 2. Ketepatan Identifikasi menjadi sangat penting untuk menjamin keselamatan pasien selama proses pelayanan dan mencegah insiden keselamatan pasien. 3. Untuk menjamin ketepatan identifikasi pasien maka diperlukan indikator yang mengukur dan memonitor tingkat kepatuhan pemberi pelayanan akan menjadikan identifikasi sebagai proses rutin dalam proses pelayanan. Numerator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar dalam periode observasi. Denominator Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam periode observasi. Cara Pengukuran / Formula N x 100 %=… % D Metodelogi Pengumpulan Observasi Data Kriteria Inklusi Semua pemberi pelayanan yang memberikan pelayanan kesehatan. Kriteria Eksklusi - Cakupan Data / Sampel Total Sampel Frekuensi Pengumpulan 1 bulan Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Standar 100% Metodelogi Analisa Data Laporan triwulan dengan merekapitulasi hasil capaian bulanan disajikan dalam grafik kontrol yang dibandingkan dengan target, lengkap dengan interpretasi dan analisis dari bulan ke bulan Sumber Data Hasil observasi PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 2. Kepatuhan Pelaksanaan Komunikasi Efektif verbal atau Via Telepon yang dilakukan dengan Tulbakon dan verifikasi dalam 1x24 jam Judul Kepatuhan pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau via telepon yang dilakukan dengan Tulbakon dan verifikasi dalam 1x24 Jam Definisi Operasional Komunikasi efektif adalah Penyampaian pesan dari satu orang ke orang lain antar pemberi layanan pasien, baik secara verbal atau via telepon secara jelas, singkat, tidak membingungkan dengan menggunakan teknik SBAR. Instruksi yang diterima oleh penerima instruksi dicatat secara lengkap dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi, dibaca kembali dan dikonfirmasi ketepatan instruksi yang diterima kemudian dibubuhkan stempel Readback dan tanda sign here dan mengingatkan kembali untuk dilakukan verifikasi 1x24 jam oleh pemberi instruksi. Readback dilakukan ketika menerima instruksi verbal/via telepon baik berupa order obat, hasil kritis, ataupun order tindakan/pemeriksaan penunjang. Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dengan prosedur Pelaksanaan Komunikasi efektif verbal atau via telepon yang dilakukan Readback dan verifikasi dalam 1x24 jam Dimensi Mutu Keselamatan, aksesibilitas Dasar Pemikiran Komunikasi efektif, singkat, akurat, lengkap,jelas ,mudah dimengerti oleh penerima pesan akan mengurangi kesalahan sehingga meningkatkan keselamatan pasien. Numerator Jumlah instruksi verbal atau via telepon yang dilakukan Readback dan verifikasi 1x24 jam dalam sehari Denominator Jumlah instruksi verbal atau via telepon dalam 1 bulan Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Retrospektif Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Bulanan Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Instruksi verbal/via telepon yang dilakukan oleh dokter dengan perawat Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rekam Medis PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 3. Waktu Lapor Hasil Pemeriksaan Diagnostik Kritis Judul Waktu lapor hasil pemeriksaan diagnostic kritis
Definisi Operasional 1. Hasil kritis adalah hasil pemeriksaan yang
termasuk katagori kritis sesuai kebijakan rumah sakit dan memerlukan penatalaksanaan segera. 2. Waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah waktu yang dibuhkan sejak hasil pemeriksaan keluar dan telah dibaca oleh dokter/analis yang diberi kewenangan hingga dilaporkan hasilnya kepada dokter yang meminta pemeriksaan. 3. Standar waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah pelaporan ≤ 30 menit. Tujuan 1. Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium 2. Tergambarnya sistem yang menunjukkan bagaimana nilai kritis dilaporkan dan didokumentasikan untuk menurunkan risiko keselamatan pasien. Dimensi Mutu Tept waktu, keselamatan pasien Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Numerator Jumlah Hasil kritis yang dilaporkan kurang dari ≤ 30 menit Denominator Jumlah hasil kritis laboratorium yang diobservasi Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Concurrent Data Cakupan Data / Sampel 1. Total sample (Apabila jumlah populasi ≤ 30 2. Rumus lovin (Apabila jumlah populasi > 30 Frekuensi Pengumpulan Bulanan Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Standar 100% Kriteria Inklusi Semua hasil pemeriksaan laboratorium yang memenuhi kategori hasil kritis. Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Data rekapitulasi hasil pelaporan nilai kritis PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 4. Kelengkapan Pengisian Formulir Serah Terima (Hand Over) antar PPA Judul Kelengkapan pengisian formulir serah terima (hand over) antar PPA
Definisi Operasional Proses evaluasi dokumentasi serah terima asuhan
pasien (Hand Over) oleh petugas kesehatan yang dilakukan : 1. Antar PPA (antar staf medis, antar staf keperawatan, staf medis ke keperawatan, antar staf PPA lain). 2. Antar berbagai staf, antar berbagai tingkat layanan, misalnya dari intensive ke ruang rawat inap, dari ruang IGD ke ruang rawat Inap, dll. 3. Dari Unit rawat Inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan atau unit terapi fisik, misalnya dari rawat inap ke radiologi. Dilakukan oleh 2 orang petugas dengan mengisi formulir serah terima (hand over) yang sudah ditetapkan secara lengkap, sesuai format dan ditandatangani oleh ke dua belah pihak Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien, dengan pelaksanaan komunikasi efektif pada saat serah terima asuhan pasien Dimensi Mutu Efektivitas, keselamatan Dasar Pemikiran Ketidaklengkapan informasi dalam komuniksasi dapat terjadi pada proses serah terima pasien. Hal tersebut dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diharapkan. Numerator Jumlah formulir serah terima (hand over) yang terisi lengkap oleh petugas antar PPA, antar tingkat layanan dan antar penunjang Denominator Jumlah pasien yang dilakukan handover Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Retrospektif Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Bulanan Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Pelaksanaan hand over yang melibatkan dokter, perawat, profesi penunjang medis Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rekam Medis PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 5. Kepatuhan Pemberian Label Obat High Alert saat Dispensing Obat dari Farmasi ke Unit Perawatan Pasien Judul Kepatuhan Pemberian Label Obat High Alert Saat Dispensing Obat Dari Farmasi Ke Unit Perawatan Pasien
Definisi Operasional Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert
medication) adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien Obat yang perlu diwaspadai terdiri dari : 1. Obat resiko tinggi yang bila terjadi kesalahan/ error dapat menimbulkan kematian yaitu insulin, heparin, obat muscle relaksan, obat obatan kontras 2. Obat nama, kemasan, label dan kelihatan sama (LASA) 3. Elektrolit konsentrat misalnya MgSO4, KCL, NaCL 3%, Pelabelan obat high alert yaitu memberikan label atau petunjuk tentang cara menggunakan obat dengan benar pada obat high alert Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dengan prosedur pelabelan obat high alert dan LASA pada saat dispensing obat dari farmasi ke unit perawatan pasien dan sebelum diberikan kepada pasien Dimensi Mutu Keselamatan, fokus kepada pasien Dasar Pemikiran Pengelolaan obat high Alert dan LASA dalam hal ini pelabelan merupakan hal penting karena kesalahan dapat terjadi jika petugas lalai dalam memberikan label di unit perawatan ataupun di farmasi. Numerator Jumlah obat high alert dan LASA yang dilabel high alert pada saat dispensing Denominator Jumlah seluruh obat high alert dan LASA yang didispensing Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Concurrent Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Harian Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Semua obat obat high alert dan LASA yang diorder oleh ruang rawat perawatan l Kriteria Eksklusi Obat high alert yang dibawa dari luar rumah sakit Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rekapan hasil Observasi pelabelan obat high alert dan LASA di Unit Rawat Inap, intensif, isolasi, IGD PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data 6. Kepatuhan Penyimpanan Obat High Alert Judul Kepatuhan penyimpanan obat High Alert
Definisi Operasional Penyimpanan obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi adalah penyimpanan obat yang termasuk dalam daftar obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ditetapkan oleh rumah sakit.yang disimpan dengan akses terbatas dan terpisah. Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dalam pemberian yang memerlukan kewaspadaan tinggi (High Alert) Dimensi Mutu Keselamatan, aksesibilitas Dasar Pemikiran Dampak dari kesalahan penyimpanan obat yaitu seharusnya obat diletakkan di kotak high alert dengan akses terbatas, obat bisa ditempatkan di tempat obat central serta menurunkan kewaspadaan petugas terhadap obat tersebut Numerator Jumlah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high alert) yang disimpan di seluruh area penyimpanan sesuai dengan ketentuan akses terbatas dan terpisah Denominator Jumlah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang disimpan di seluruh area penyimpanan Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Concurrent Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Harian Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Obat obat high alert yang di simpan di Rawat Jalan, farmasi, rawat inap, isolasi, IGD dan intensif Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rawat Jalan, Gawat Darurat, Rawat Inap, isolasi, intensif dan Farmasi PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 7. Presentase Penandaan Area pada Prosedur Bedah Judul Persentase penandaan area pada prosedur bedah Definisi Operasional Prosedur invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Pemberian tanda pada prosedur invasif diberikan oleh dokter operator dengan melibatkan pasien yaitu diawali dengan pemberian KIE tentang marking site, dan persetujuan pasien tentang pemberian tanda yang didokumentasikan dalam edukasi terintegrasi dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Tujuan Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dalam pelaksanaan memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien pada pasien yang akan dilakukan prosedur invasive Dimensi Mutu Keselamatan, fokus kepada pasien Dasar Pemikiran Pemberian tanda sangatlah penting sebagai upaya pencegahan kesalahan tindakan, salah lokasi dan salah pasien pada pasien yang menjalani tindakan prosedur operasi Numerator Jumlah pasien yang akan dilakukan prosedur invasif yang diberikan marking site dan terdokumentasi dengan benar dan sesuai prosedur Denominator Jumlah prosedur invasif yang seharusnya diberikan marking site sesuai prosedur Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Concurrent Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Harian Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Semua pasien yang akan dilakukan prosedur invasif pada organ yang memiliki 2 sisi, multiple level (tulang belakang), berstruktur (gigi, jari) dan Nodul yang pengerjaan nya bertahap Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rekam Medis dan Observasi PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 8. Presentase Pelaksanaan Time Out pada prosedur bedah Judul Persentase pelaksanaan time out pada prosedur bedah Definisi Operasional Pelaksanaan TIME OUT dilakukan sebelum prosedur invasif yang dilakukan di luar kamar operasi: pembedahan gigi dan tindakan diagnostic invasive. Komponen yang harus dilengkapi pada check list tersebut adalah: Kolom identitas (nama, umur, No. RM dan jenis kelamin). Seluruh komponen diatas harus terisi lengkap, apabila ada salah satu/ lebih komponen yang tidak terisi maka akan dinyatakan tidak lengkap. Tujuan Memastikan prosedur pembedahan/tindakan invasif yang benar, pada lokasi yang tepat dan pada pasien yang benar Dimensi Mutu Keselamatan, fokus kepada pasien Dasar Pemikiran Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada pasien yang salah diakibatkan komunikasi yang tidak efektif antara anggota tim bedah serta keterlibatan pasien. Numerator Jumlah pelaksanaan time out yang sesuai benar dan lengkap pada pasien yang dilakukan tindakan diagnostic invasif Denominator Jumlah tindakan diagnostic invasif Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Concurrent Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Harian Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Tindakan diagnostic invasif Kriteria Eksklusi - Metodelogi Analisa Data Data dianalisis dengan metode statistik dengan diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu, diagram batang digunakan untuk menampilkan data pembanding beberapa kategori dan diagram pie digunakan untuk menampilkan proporsi. Sumber Data Rekam Medis dan Observasi pelaksanaan Time Out di Luar dan di Dalam Ruang Operasi PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal 9. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Pasien Jatuh Judul Kepatuhan upaya pencegahan resiko pasien jatuh Definisi Operasional 1. Upaya pencegahan resiko jatuh meliputi : a. Asesmen awal resiko jatuh b. Asesmen ulang resiko jatuh c. Intervensi penceghan resiko jatuh 2. Kepatuhan upaya pencegahan resiko pasien jatuh adalah pelaksanaan keiga upaya pencegahan jatuh pada pasien rawat inap yang beresiko tinggi jatuh sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit. Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Dimensi Mutu Keselamatan, fokus kepada pasien Dasar Pemikiran Permenkes 11/2017 ttg SKP Numerator Jumlah pasien rawat inap beresiko tinggi yang mendapatkan ketiga upaya pencegahan risiko jatuh. Denominator Jumlah pasien rawat inap beresiko tinggi jatuh yang diobservasi. Formula N x 100 %=… % D Metodologi Pengumpulan Retrospektif Data Cakupan Data / Sampel Besaran sample disesuaikan dengan kaidah- kaidah statistic. Menggunakan sampling dengan besaran sampel disesuaikan dengan kaidah – kaidah statistik. Frekuensi Pengumpulan Bulanan Data Frekuensi Analisa Data 3 bulan Target 100% Kriteria Inklusi Semua pasien yang berisiko jatuh di Rawat Inap (risiko tinggi dan sangat tinggi) Pasien yang memakai gelang risiko jatuh (gelang berwarna kuning) Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak dapat dilakukan asesmen ulang maupun edukasi seperti pasien meninggal, pasien gangguan jiwa yang sudah melewati fase akut, dan pasien menolak edukasi. Metodelogi Analisa Data Menggunakan diagram Garis atau diagram batang: - diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu - diagram batang digunakan untuk menampiilkan data perbandingan antar unit Sumber Data Rekam Medis pasien rawat inap PIC Pengumpul Data Penanggungjawab Indikator Sub Komite Keselamatan Pasien Pubikasi Data Internal