Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TUANGILA
WILAYAH KECAMATAN KAPUNTORI
Jln. Poros Baubau-Todanga, Desa Tuangila, No. Telp :- Kode Pos 93755
Email : Puskesmastuangila@gmail.com

Profil Indikator Sasaran Keselamatan Pasien


UPTD Puskesmas Tuangila Tahun 2023

1. Ketetapan Identifikasi Pasien


Judul Indikator Tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien dengan
menggunakan 2 (dua) identitas.
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No.11 Tahun 2017
tentang keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
3. Identifikai pasien bermanfaat agar pasien
mendapatkan standar pelayanan dan pengobatan
yang benar dan tepat sesuai kebutuhan medis.
4. Identifikasi pasien dapat menghindari terjadinya
kesalahan media atau kejadian yang tidak
diharapkan yang dapat mengenai diri pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan dan keamanan pasien (Safe)
Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga
keselamatan pasien, khususnya dalam proses
pemberian layanan kesehatan berupa ketepatan dalam
melakukan identifkasi pasien.
Definisi 1. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan
Operasional tenaga kesehatan.
2. Identifikasi pasien secara benar adalah proses
identifikasi yang dilakukan pemberi pelayanan
dengan menggunakan minimal dua penanda
identitas seperti: nama lengkap, tanggal lahir,
nomor rekam medik, NIK sesuai dengan yang
ditetapkan di Puskesmas.
3. Identifikasi dilakukan dengan cara visual (melihat)
dan atau verbal (lisan).
4. Pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien
secara benar pada setiap keadaan terkait tindakan
intervensi pasien seperti:
 Pemberian pengobatan: pemberian obat,
pemberian cairan intravena.
 Prosedur tindakan: pencabutan gigi,
imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi,
persalinan, dan tindakan kegawatdaruratan.
5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi
pelayanan melakukan identifikasi seluruh
tindakan intervensi yang dilakukan dengan benar.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan
(pembilang) identifikasi pasien secara benar dalam periode
observasi
Denominator Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
(penyebut) periode observasi
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria:  Kriteria Inklusi :
Seluruh petugas yang melakukan identifikasi
 Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan
identifikasi pasien secara benar dalam periode
observasi /Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi
dalam periode observasi x 100 %
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
data
Sumber Data Hasil Pengamatan/Survey Harian
Instrument Form penilaian ketepatan identifikasi pasien
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab

2. Peningkatan Komunikasi Efektif


Judul Indikator Kepatuhan melaksanakan SBAR dan TBK dalam
pelaporan pasien melalui telpon di UGD dan
Persalinan.
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
3. Komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang profesional serta sebagai indikator
keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan.
Informasi yang tidak akurat mengakibatkan
kesalahan bahkan kegagalan dalam sistem pelayanan
4. Komunikasi SBAR direkomendasikan sebagai sarana
untuk menghindari komunikasi yang tidak jelas
antar profesional perawatan kesehatan demi
meningkatkan keselamatan pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan efektif
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas Puskesmas dalam
upaya meningkatkan komunikasi yang efektif antar
petugas melalui metode SBAR dan TBK.
2. Meningkatkan komunikasi efektif melalui metode
SBAR dan TBK saat melakukan komunikais
verbal/lisan melalui telpon, dimana komunikasi
langsung tidak dapat dilakukan.
Definisi 1. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
Operasional komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam menyampaikan keadaan pasien.
Komponen SBAR meliputi S (situation), B
(background), A (Assesment) dan R (Recommendation).
2. Penerapan metode komunikasi SBAR harus
diikuti dengan teknik TBK agar tidak terjadi
kesalahan informasi.
3. TBK adalah teknik komunikasi lisan menggunakan
telpon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima olehn
pemberi pesan.
 T: menuliskan pesan yang disampaikan oleh
pemberi pesan pada lembar konsultasi atau
pada rekam medis.
 B : membaca kembali pesan yang sudah ditulis
oleh pemberi pesan. Selesai membacakan pesan,
penerima pesan mengingatkan pemberi pesan
untuk melakukan konfirmasi. Jika instruksi
terkait dengan obat LASA, maka lakukan
pengejaan dengan alpabet Indonesia.
 K : konfirmasi instruksi oleh si pemberi pesan
dengan jawaban “Ya atau Oke” bila sesuai
dengan istruksi yang diberikan sebelumnya,
kemudian menandatangani lembar konfirmasi.
4. Proporsi komunikasi verbal/lisan melalui telpon
yang dilakukan dengan menggunakan metode
SBAR dan TBK secara benar, dengan
pengukuran :
a. Pelaporan pelayanan/pemberian informasi
lisan melalui telpon menggunakan SBAR
b. Pemberian perintah pelayanan secara
lisan / verbal melalui telpon dilakukan
dengan metode TBK.
c. Pemberi perintah pelayanan melakukan
konfirmasi langsung denganmenggunakan
tandatangan dalam waktu 1x24 jam.
d. SBAR diisi dengan lengkap dan benar.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien UGD yang dilaporkan menggunakan
(pembilang) teknik SBAR dalam 1 (satu) bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien UGD yang dilaporkan via
(penyebut) telepon dalam bulan yang sama
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria:  Inklusi : seluruh pasien UGD yang dilaporkan via
telepon
 Eksklusi : pasien yang tidak dilaporkan via telepon
Formula Jumlah pasien UGD yang dilaporkan menggunakan
teknik SBAR dalam 1 (satu) bulan / Jumlah seluruh
pasien UGD yang dilaporkan via telepon dalam bulan
yang sama x 100%
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
data
Sumber Data Hasil Pengamatan/Survey Harian
Instrument Form penilaian ketepatan identifikasi pasien
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab

3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)


Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan penandaan
obat-obatan yang perlu diwaspadai (High Alert) dan
obat LASA oleh farmasi
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
3. Obat high alert adalah obat yang harus diwaspadai
karena sering menyebabkan terjadinya kejadian
serius (sentinel event) dan obat yang berisiko tinggi
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan yang
dapat membahayakan keselamatan pasien.
4. Obat-obat high alert ini harus dikelola dengan
penanganan khusus baik dari segi penyimpanan dan
pelayanannya kepada pasien. Sehingga dapat
mengurangi kejadian yang tidak diinginkan dan
tercipta peningkatan kualitas mutu dan keselamatan
pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan Pasien
Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga
keselamatan pasien dengan cara melakukan
penandaan obat yang diwaspadai dan obat- obat
LASA.
Definisi Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah
Operasional sejumlah obat- obatan yang memiliki resiko tinggi
menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika
tidak digunakan secara tepat.
Sedangkan LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat
yang memiliki kemasan yang terlihat sama dan
terdengar sama dalam pengucapannya saat terdengar.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah jenis obat yang perlu diwaspadai high Alert
(pembilang) dan obat-obat LASA yang diberikan pelabelan di ruang
farmasi
Denominator Jumlah seluruh jenis obat high alert dan LASA yang
(penyebut) tersedia di ruang farmasi
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria:  Inklusi : seluruh obat high alert dan LASA di ruang
farmasi

 Eksklusi : -
Formula Jumlah jenis obat yang perlu diwaspadai dan obat-
obat LASA yang diberikan pelabelan / Jumlah seluruh
jenis obat high alert dan LASA yang tersedia di ruang
farmasi x 100%
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
data
Sumber Data Hasil Pengamatan/Survey Harian
Instrument Form Ceklist
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab

4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Tindakan Pembedahan


Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan verifikasi
sebelum dilakukan tindakan pembedahan
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
3. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung
pada kualitas mutu pelayanan dan keselamatan
pasien yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Salah satu upaya menjaga keselamatan pasien
adalah dengan melakukan verifikasi sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
Dimensi Mutu Keselamatan Pasien
Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga
keselamatan pasien dengan cara melakukan verifikasi
sebelum melakukan tindakan pembedahan.
Definisi 1. Verifikasi adalah suatu proses untuk melakukan
Operasional pengecekan ulang kondisi pasien, identifikasi,
perencanaan prosedur tindakan medis, persiapan
alat dan orientasi pasien pada petugas dan
lingkungan ruang tindakan.Proses Verivikasi
sebelum dilakukan tindakan.
2. Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan
3. Time out yang dilakukan segera sebelum mulainya
prosedur
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah tindakan yang tepat prosedur, tepat pasien dan
(pembilang) tepat sisi
Denominator Jumlah seluruh tindakan pembedahan yang dilakukan
(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian

Kriteria: Inklusi : seluruh tindakan pembedahan

Eksklusi : -
Formula Jumlah tindakan yang tepat prosedur, tepat pasien
dan tepat sisi /Jumlah seluruh tindakan pembedahan
yang dilakukan x 100%
Desain Retrospektif
Pengumpulan
data
Sumber Data Data Sekunder
Instrument Form Ceklist
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan
seluruh pemberi pelayanan dalam melakukan cuci
tangan sesuai dengan ketentuan WHO
Dimensi Mutu Keselamatan Pasien
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan
sebagai dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan
kepatuhan agar dapat menjamin keselamatan pasien
dengan cara mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Definisi 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
Operasional menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan
tampak kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol- based handrubs)
dengan kandungan alkohol 60-80% bila tangan tidak
tampak kotor.
2. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan
langkah kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
3. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
4. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
a. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien.
b. Sebelum melakukan prosedur aseptic yaitu
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum
melakukan tindakan steril atau aseptik, seperti:
pemasangan intra vena kateter (infus),
perawatan luka, pemasangan kateter urin,
suctioning, pemberian suntikan dan lain-lain.
c. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
pasien seperti muntah, darah, nanah, urin,
feses, produksi drain, setelah melepas sarung
tangan steril dan setelah melepas APD.
d. Setelah kontak dengan pasien yaitu setelah
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien.
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
yaitu melakukan kebersihan tangan setelah
tangan petugas menyentuh permukaan, sarana
prasarana, dan alat kesehatan yang ada di
lingkungan pasien, seperti: menyentuh tempat
tidur pasien, linen yang terpasang di tempat
tidur, alat- alat di sekitar pasien atau peralatan
lain yang digunakan pasien.
5. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh
permukaan (lingkungan atau pasien) atau tangan
menyentuh zat yang terdapat pada permukaan.
6. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
7. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan
tenaga kesehatan.
8. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
9. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
10. Periode observasi adalah kurun waktu yang
digunakan untuk mendapatkan minimal 200 peluang
kebersihan tangan di setiap unit atau Puskesmas
sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk
melakukan observasi dalam satu bulan.
11. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi
adalah jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi
dalam satu periode observasi.
12. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi
pada waktu observasi tidak boleh lebih dari 3 orang
agar dapat mencatat semua indikasi kegiatan yang
dilakukan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
(pembilang)
Denominator Jumlah total peluang kebersihan tangan
(penyebut) yangseharusnya dilakukan dalam periode observasi
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Inklusi : Seluruh peluang yang dimiliki oleh
pemberi pelayanan terindikasi harus melakukan
kebersihan tangan
Eksklusi : Tidak ada
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan /
Jumlah total peluang kebersihan tangan yang
seharusnya dilakukan dalam periode observasi x 100%
Desain Observasi
Pengumpulan
data
Sumber Data Hasil Observasi
Instrument Form Ceklist kebersihan tangan
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab

6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


Judul Indikator Kepatuhan melakukan skrining resiko jatuh pada
pasien yang datang berobat
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas
3. Pasien jatuh yang terjadi selama pasien berobat
di Puskesmas dapat menyebabkan dampak yang
serius bahkan berpotensi mengancam kehidupan
bagi banyak pasien. Upaya untuk mengurangi
kejadian pasien jatuh adalah dengan
mengembangkan pola pengkajian pasien jatuh
selama berobat di Puskesmas.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya pelayanan kesehatan Puskesmas yang
aman bagi pasien dengan menjamin peningkatan
keselamatan berupa pengurangan resiko jatuh pasien
di puskesmas.
Definisi 1. Pasien resiko jatuh adalah pasien yang berisiko
Operasional untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat
berakibat cedera.
2. Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada pasien
rawat jalan, UGD, Persalinan maupun Rawat Inap.
3. Form pengkajian resiko jatuh menggunakan skala
Get Up and Go Test untuk pasien rawat jalan.
Sedangkan untuk pengkajian resiko jatuh di UGD
dan Rawat Inap menggunakan Humpty Dumpty
untuk anak, dan skala Morse untuk dewasa (18-55
th).
4. Jumlah pasien jatuh adalah jumlah pasien jatuh
selama dirawat atau mendapatkan pelayanan
kesehatan baik akibat jatuh dari tempat tidur,
kamar mandi. dsb yang berakibat kecacatan atau
kematian.
5. Yang melakukan pengkajian resiko jatuh adalah
perawat di meja skrining visual di puskesmas.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang dilakukan skrining resiko jatuh
(pembilang) dalam 1 (satu) bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang datang berobat dalam
(penyebut) bulan yang sama
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Inklusi : seluruh pasien yang datang berobat

Eksklusi : -
Formula Jumlah pasien yang dilakukan skrining resiko jatuh
dalam 1 (satu) bulan / Jumlah seluruh pasien yang
datang berobat dalam bulan yang sama x 100%
Desain Retrospektif
Pengumpulan
data
Sumber Data Sekunder
Instrument Rekam Medis
Pengambilan data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung PJ Keselamatan Pasien
Jawab
Tuangila, 2 Januari 2023
Penanggungjawab Keselamatan Kepala UPTD Puskesmas Tuangila
Pasien Wilayah Kecamatan Kapuntori

Agustriana, Amd.Kep Muhammad Idham, SKM, M.M


NIP. 19950817202203 2 008 NIP. 199750314199803 1 007

Anda mungkin juga menyukai