LANDASAN TEORI
2.2. Lajur
Lajur adalah garis atau jalur yang digunakan untuk menghimpun data dan
informasi mengenai kedalaman laut, karakteristik dasar laut, dan elemen-elemen terkait
dalam penelitian dan survei di perairan. Dalam hidrografi, lajur ini merupakan jalur
survei yang dilakukan oleh kapal atau peralatan khusus untuk mengumpulkan data
hidrografi yang akan digunakan dalam pembuatan peta laut atau untuk tujuan lain dalam
mengelola sumber daya laut dan navigasi kapal. Penentuan lajur survei ini biasanya
dilakukan dengan perencanaan yang akurat dan baik untuk mencakup area tertentu di laut
atau perairan yang memerlukan survei. Lajur terbagi atas tiga jenis yaitu, lajur perum,
lajur utama, dan lajur silang [5].
Lajur perum merujuk pada garis yang menggambarkan jalur pergerakan kapal
selama survei perum. Lajur perum utama sebaiknya sejajar dengan garis pantai dan
memiliki interval maksimum satu cm pada skala survei. Jarak yang memadai antara lajur
perum dari berbagai tingkat survei sudah diatur dalam SP-44. Berdasarkan prosedur
tersebut, penelitian dasar laut mungkin diperlukan atau memperlebar lajur perum dapat
menjadi pilihan, tergantung pada kebutuhan [5].
Lajur utama adalah lajur perum yang digunakan sebagai jalur utama dalam proses
survei perum. Lajur utama adalah garis atau jalur yang berperan sebagai jalur utama
dalam suatu konteks tertentu, umumnya dalam hidrografi berperan untuk melakukan
survei atau pengumpulan data. Lajur utama biasanya memegang peran utama dalam
proses survei dan pengumpulan informasi dalam kerangka penelitian atau tugas tertentu
[6]. Dalam survei hidrografi, lajur utama sering menjadi jalur yang sangat signifikan atau
sering digunakan untuk mengukur kedalaman laut, karakteristik dasar laut, atau unsur-
unsur lain yang relevan.
Lajur silang adalah lajur perum yang berperan dalam memvalidasi data perum
dengan melakukan cek silang. Titik perum adalah lokasi di mana data kedalaman
direkam. Lajur silang penting untuk memastikan akurasi posisi perum dan pengurangan
pasang surut. Jarak antara lajur silang seharusnya 10 kali lebar lajur utama, membentuk
sudut antara 60 hingga 90 derajat terhadap lajur utama. Lajur silang tambahan dapat
ditambahkan di area yang disarankan atau ketika ada ketidakpastian. Jika perbedaan yang
melebihi toleransi yang ditentukan (sesuai dengan tingkat survei) terjadi, maka
diperlukan analisis yang sistematis terhadap penyebab kesalahan. Setiap ketidakcocokan
harus segera ditangani melalui analisis atau survei ulang selama survei berlangsung [5].
2.3. GNSS
GNSS merupakan singkatan dari Global Navigation Satellite System. GNSS
merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi (lintang,
bujur dan ketinggian) dan waktu sebagai satuan ilmiah di bumi. Satelit memancarkan
sinyal radio frekuensi tinggi yang berisi informasi waktu dan lokasi yang dapat ditangkap
oleh penerima, sehingga memungkinkan pengguna mengetahui lokasi persisnya di mana
pun di Bumi [7]. Saat ini terdapat empat jenis GNSS yang beroperasi penuh, yaitu:
1. GPS - Global Positioning System (Amerika)
2. GLONASS - Global Navigation Satellite System (Rusia)
3. Beidou (Kompas - Tiongkok)
4. Galilea (Uni Eropa)
Sistem-sistem ini terus dikembangkan agar lebih memenuhi standar keakuratan
informasi yang dihasilkan dan keandalan untuk pemenuhan kebutuhan. Beberapa negara
juga memiliki satelit navigasi yang beroperasi secara regional pada wilayah tertentu saja
seperti IRNSS (India), QZSS (Jepang) dan DORIS (Prancis) (Buletin Gambaran, Opini,
dan Informasi Kehutanan, Edisi 3, 2017). Pada dasarnya GPS terdiri dari tiga segmen
utama, yaitu segmen luar angkasa yang terdiri dari satelit GPS, segmen sistem kendali
atau kontrol (control system segment) yang terdiri dari stasiun pelacak dan kendali satelit,
dan sistem pengguna (user segment) yang terdiri dari pengguna GPS, termasuk perangkat
(receiver) penerima dan pengelola sinyal dan data GPS (Hasanudin Abidin, Penentuan
dengan GPS dan Aplikasinya, 2000). Penerima sinyal (GPS) merupakan alat yang
menerima sinyal GPS dari satelit GPS dan memproses sinyal tersebut untuk mendapatkan
data koordinat. Ada tiga kategori penerima GPS sipil (non-militer): Receiver GPS Tipe
navigation, Receiver GPS tipe mapping, dan Receiver GPS tipe geodetic.
[6] D. Atunggal, A. Basith, and C. A. Rokhmana, “Aplikasi RTK GPS menggunakan receiver
OEM GPS untuk penentuan posisi lajur perum USV dalam survei batimetri Aplikasi RTK
GPS menggunakan receiver OEM GPS untuk penentuan posisi lajur perum USV dalam
survei batimetri,” no. August, 2016, [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/profile/Dedi-Atunggal/publication/326508169_Aplikasi_RT
K_GPS_menggunakan_receiver_OEM_GPS_untuk_penentuan_posisi_lajur_perum_USV
_dalam_survei_batimetri/links/6050b407299bf173674aa92b/Aplikasi-RTK-GPS-
menggunakan-receiver-OEM-G
[7] F. Maulana, “Peta Perencanaan Perumahan Menggunakan UAV dan Geodetic Untuk Uji
Akurasi Serta Studi Komparasi Biaya Pengukuran Dengan Theodolite TS,” 2018.
[8] E. B. Wahyono and M. A. Suhattanto, “Survey Satelit Pertanahan,” JMTS J. Mitra Tek.
Sipil, vol. 2, no. 3, 2019, doi: 10.24912/jmts.v2i3.7886.
[9] P. Diodemus, E. B. Wahyono, and Y. Sufyandi, “Analisis Pemanfaatan Foto Udara Hasil
Pemotretan Unmanned Aerial Vehicle (Uav) Tipe Post-Processed Kinematic (Ppk) Untuk
Pemetaan Topografi,” Semin. Nas. Geomatika, p. 885, 2021, doi: 10.24895/sng.2020.0-
0.1204.