Anda di halaman 1dari 4

1.

Kehadiran mikroorganisme pada bahan pangan dapat memiliki keuntungan dan kerugian,
tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat dan kondisi yang ada. Berikut adalah
beberapa contoh keuntungan dan kerugian yang mungkin terkait dengan kehadiran
mikroorganisme pada bahan pangan:
Keuntungan:
 Fermentasi: Beberapa mikroorganisme dapat digunakan dalam proses fermentasi
untuk menghasilkan produk pangan yang bermanfaat. Contohnya, bakteri asam laktat
dalam yoghurt, kefir, atau kimchi, serta ragi dalam roti, bir, atau anggur. Proses
fermentasi ini dapat meningkatkan rasa, aroma, konsistensi, dan nilai gizi produk
pangan.
 Pengawetan: Beberapa mikroorganisme dapat membantu dalam pengawetan
makanan. Misalnya, bakteri asam laktat dapat menghasilkan asam organik yang
menurunkan pH makanan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen dan
pembusukan. Proses pengawetan dengan menggunakan mikroorganisme, seperti pada
fermentasi makanan atau pembuatan tempe, dapat memperpanjang umur simpan
produk pangan.
 Probiotik: Beberapa jenis mikroorganisme, seperti bakteri asam laktat yang ditemukan
dalam yoghurt atau probiotik yang ditambahkan dalam suplemen makanan, memiliki
efek menguntungkan bagi kesehatan manusia. Mikroorganisme ini dapat membantu
menjaga keseimbangan mikrobiota usus, meningkatkan pencernaan, dan memperkuat
sistem kekebalan tubuh.
Kerugian:
 Keracunan makanan: Kehadiran mikroorganisme patogen pada bahan pangan dapat
menyebabkan keracunan makanan yang serius. Contohnya, bakteri seperti
Salmonella, Escherichia coli (E. coli), atau Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan infeksi dan keracunan makanan jika terdapat dalam jumlah yang tinggi
dan bahan pangan tidak diproses atau disimpan dengan benar.
 Pembusukan: Beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan pembusukan bahan
pangan. Bakteri, jamur, atau khamir tertentu dapat memecah nutrisi dalam makanan
dan menghasilkan produk sampingan yang merusak, seperti bau busuk, tekstur yang
berubah, atau rasa yang tidak enak. Pembusukan dapat mengurangi kualitas dan
keamanan bahan pangan.
 Penghasilan toksin: Beberapa mikroorganisme dapat menghasilkan toksin yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan jika mikroorganisme itu sendiri tidak
hadir dalam jumlah yang besar. Misalnya, bakteri Clostridium botulinum dapat
menghasilkan toksin botulinum yang sangat beracun dalam kondisi tertentu, dan dapat
menyebabkan botulisme jika dikonsumsi.
Penting untuk memahami bahwa kehadiran mikroorganisme pada bahan pangan adalah hal
yang umum dan alami. Namun, kontrol yang tepat terhadap jenis dan jumlah mikroorganisme
yang ada sangat penting untuk menjaga kualitas, keamanan, dan kesegaran bahan pangan.
Pengolahan, penyimpanan, dan perlakuan panas yang tepat dapat membantu mengurangi
risiko kerugian terkait mikroorganisme pada bahan pangan.
2. Salah satu contoh proses pembuatan produk industri yang menggunakan jasa mikroba
adalah produksi antibiotik melalui fermentasi mikroba.
Antibiotik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme patogen, seperti bakteri. Proses produksi antibiotik secara
komersial melibatkan penggunaan mikroba, seperti bakteri atau kapang, yang mampu
menghasilkan senyawa antibiotik secara alami.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam proses produksi antibiotik melalui fermentasi
mikroba:
 Pemilihan mikroba produsen: Mikroba produsen antibiotik dipilih berdasarkan
kemampuannya untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang diinginkan. Contohnya,
Streptomyces spp. adalah kelompok bakteri yang sering digunakan dalam produksi
antibiotik, seperti streptomisin dan eritromisin.
 Persiapan medium fermentasi: Medium fermentasi disiapkan untuk memberikan
nutrisi yang optimal bagi mikroba produsen. Medium ini terdiri dari sumber karbon,
sumber nitrogen, mineral, dan faktor pertumbuhan lainnya yang dibutuhkan oleh
mikroba. Kondisi seperti pH, suhu, dan aerasi juga diatur sesuai kebutuhan mikroba.
 Inokulasi: Mikroba produsen antibiotik ditanam pada medium fermentasi dalam
wadah yang disebut fermentor. Proses inokulasi ini bertujuan untuk memperbanyak
jumlah mikroba sehingga dapat menghasilkan senyawa antibiotik dalam jumlah yang
cukup besar.
 Fermentasi: Fermentasi mikroba dilakukan dengan mengontrol kondisi lingkungan,
seperti suhu, pH, oksigen, dan agitasi. Selama fermentasi, mikroba mengkonsumsi
nutrisi dalam medium dan menghasilkan senyawa antibiotik melalui proses
metabolisme mereka. Waktu fermentasi bervariasi tergantung pada jenis mikroba dan
jenis antibiotik yang diproduksi.
 Pengendapan dan isolasi: Setelah fermentasi selesai, senyawa antibiotik yang
dihasilkan harus dipisahkan dari medium dan mikroba produsen. Ini biasanya
dilakukan dengan proses pengendapan, filtrasi, atau teknik pemisahan lainnya. Hasil
akhirnya adalah senyawa antibiotik murni yang siap untuk digunakan.
Proses produksi antibiotik menggunakan jasa mikroba melalui fermentasi memiliki
keuntungan, seperti kemampuan produksi dalam jumlah besar, biaya produksi yang relatif
rendah, dan keberlanjutan dalam jangka panjang. Namun, perlu diingat bahwa regulasi dan
pengawasan ketat diperlukan dalam produksi antibiotik untuk memastikan kualitas,
keamanan, dan keefektifan produk yang dihasilkan.
3. Berikut adalah perbedaan antara tiga jenis produk industri yang dihasilkan dari
mikroorganisme, yaitu sel-sel itu sendiri sebagai produk, enzim-enzim, dan hasil metabolit:
1. Sel-sel sebagai produk:
 Ketika sel-sel mikroorganisme digunakan sebagai produk, mikroorganisme
tersebut diproduksi, dibiakkan, dan diisolasi dalam jumlah besar.
 Produk ini mungkin berupa mikroorganisme hidup atau sel-sel yang tidak aktif
secara biologis.
 Contoh penggunaan sel-sel sebagai produk adalah dalam produksi probiotik,
seperti yoghurt, di mana bakteri hidup seperti Lactobacillus dan
Bifidobacterium digunakan untuk memberikan manfaat kesehatan.
2. Enzim sebagai produk:
 Mikroorganisme dapat menghasilkan berbagai enzim yang memiliki sifat
katalitik dan digunakan dalam berbagai industri.
 Enzim-enzim ini dihasilkan melalui proses fermentasi mikroba dan diisolasi
dari medium atau sel mikroorganisme.
 Contoh penggunaan enzim sebagai produk adalah amilase yang dihasilkan
oleh mikroorganisme untuk mengubah pati menjadi gula, atau lipase yang
digunakan dalam produksi makanan dan deterjen untuk memecah lemak.
3. Hasil metabolit:
 Mikroorganisme mampu menghasilkan berbagai hasil metabolit yang
memiliki beragam aplikasi industri.
 Hasil metabolit ini bisa berupa senyawa kimia seperti asam organik, alkohol,
antibiotik, atau senyawa kompleks seperti pigmen dan polisakarida.
 Contoh penggunaan hasil metabolit mikroorganisme adalah produksi asam
laktat oleh bakteri asam laktat untuk digunakan dalam industri makanan dan
minuman, atau produksi antibiotik oleh kapang untuk pengobatan infeksi
bakteri.
Perbedaan utama antara ketiga produk ini terletak pada sifat dan kegunaannya. Sel-sel
sebagai produk fokus pada mikroorganisme itu sendiri, enzim sebagai produk mengacu pada
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, sementara hasil metabolit mencakup berbagai
senyawa dan metabolit yang dihasilkan selama proses hidup mikroorganisme. Pilihan produk
bergantung pada kebutuhan industri dan aplikasi yang diinginkan.
Juga, perbedaan antara ketiga produk ini terletak pada bentuk dan sifatnya. Sel-sel
mikroorganisme sebagai produk berarti mikroorganisme itu sendiri digunakan dalam bentuk
hidup atau inaktif. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme adalah protein yang
memiliki aktivitas biokimia spesifik dan dapat dipisahkan dan digunakan terpisah dari
mikroorganisme itu sendiri. Hasil metabolit mikroorganisme, seperti asam organik atau
antibiotik, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme selama proses
metabolisme mereka.
Penting untuk dicatat bahwa produksi ketiga jenis produk ini melibatkan teknik dan proses
yang berbeda dalam industri, seperti fermentasi mikroba, isolasi enzim, atau ekstraksi
metabolit. Penggunaan yang tepat dari ketiga produk ini bergantung pada kebutuhan dan
tujuan industri tertentu.
Referensi :
BMP BIOL4223 MIKROBIOLOGI
https://e-journal.unair.ac.id ,
Atma Y, Taufik M, Seftiono H. 2018.
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/biosains/index

Anda mungkin juga menyukai