Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ulpa Salsabila

NIM : 1212040174
PRODI/KELAS : PBI-5E
UTS ULUM AL-QUR’AN DAN HADIST

NO 1 REFLEKSI MATERI
 Ayat muhkam dan mutasyabih
Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih ?Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa
berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi semua pengertian
tersebut kembali pada arti dasarnya yaitu pencegahan. Seperti pada kalimat ahkam al Amr yang berarti
Dia menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan (Syadali, 1993: 199). Sedangkan kata
mutasyabih berasal dari kata tasyabuh secara etimologis berarti keserupaan dan kesamaan yang
biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal (Syadali, 1993: 199).
Mengapa harus ada ayat muhkam dan mutasyabih? Secara umum para ulama berpendapat, sebab
adanya ayat-ayat muhkam itu sudah jelas, yakni kebanyakan para ulama mengacu pada keterangan ayat
1 surah Hud yang artinya: “Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi.” Juga karena
kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat al-Qur‟an itu rapi dan urut, maknanya juga mudah dicerna
akal pikiran karena tidak samar artinya sehingga dapat dipahami dengan mudah. Selain itu
Allah SWT menurunkan ayat Mutasyabih untuk menunjukan kebesaranNYA dan menunjukan kepada
manusia bahwa kemampuan berfikir manusia terbatas tidak mampu untuk memahami
makna ayat secara menyeluruh dan hanya Allah yang tahu maksudnya.
Bagaimana cara membedakan ayat Muhkam dan Mutasyabih ? Untuk membedakan mana ayat-
ayat muhkam dan mutasyabih. Para ulama mengkategorikan ayat-ayat muhkam dan mutasyabih,
kemudian ditemukan perbedaan yang cukup banyak dikalangan ulama. Perbedaan ini tentunya tak lepas
dari perbedaan dalam mendefinisikan ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. perbedaan-perbedaan itu
antara lain sebagai berikut:
1. Ayat muhkam adalah ayat yang dapat dipahami tanpa memerlukan adanya takwil, sedangkan ayat
mutasyabih sebaliknya membutuhkan takwil agar dapat diketahui maksudnya.
2. Ayat mutasyabih hanya menyangkut huruf-huruf pembuka surat (fawatih al-suwar) saja, selebihnya
merupakan ayat muhkam.
3. Ayat muhkam pemaknaanya berdiri sendiri, sedangkan ayat mutasyabih bergantung pada ayat lain.
4. Pada ayat muhkam yang harus diimani adalah ayat nasikh dan diamalkan, sedangkan ayat mutasyabih
pada ayat mansukh yang harus diimani saja tidak diamalkan. (Muhammad bin Alawi al-Maliki, 199:
145-146)
5. Ayat muhkam adalah ayat yang disebutkan tanpa berulang-ulang, sedangkan ayat mutasyabih
sebaliknya.
Kapan Ayat muhkam dan Mutasyabih digunakan ? Ayat-ayat Muhkam biasanya digunakan untuk
memberikan pedoman dan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sering digunakan untuk
peraturan etika, ibadah, dan hukum Islam.Sedangkan Ayat-ayat Mutasyabih memerlukan pemahaman
lebih dalam dan sering kali digunakan dalam konteks tafsir (penjelasan) Al-Quran. Mereka dapat
digunakan untuk mendalami pemahaman spiritual atau teologi Islam.
Dimanakan biasanya menemukan ayat Muhkam dan Mutasyabih ? Ayat-ayat muḥkam dapat
ditemukan di berbagai bagian Al-Qur'an, seperti dalam surah-surah yang mengatur ibadah, etika, dan
hukum-hukum Islam, seperti Surah Al-Baqarah dan Surah Al-Ma'idah. Sedangkan Ayat-ayat mutaṣābih
seringkali ditemukan dalam surah-surah yang berisi kisah-kisah sejarah, perumpamaan, dan deskripsi
tentang alam semesta, seperti dalam Surah Al-Baqarah dan Surah Ar-Rum.
Siapakah yang menjadi perantara serta yang menerima ayat muhkam dan mutasyabih ?
Ayat muhkam dan mutasyabih ditulis oleh Allah SWT dan disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
 Ijaz Al- Quran
Apa pengertian dari Ijaz Al-Quran ? Para pakar al-Qur’an sepakat menyatakan adanya I’jaz al-
Qur’an yang diartikan sebagai “Ilmu yang membahas tentang keistimewaan alQur’an yang menjadikan
manusia tidak mampu menandinginya.”
Mengapa harus ada I'jaz al-Qur'an? Untuk Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang
membawa mukjizat kitab Alquran itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah, untuk
Membuktikan bahwa kitab Alquran itu benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan Malaikat Jibril
dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW dan untuk Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah
bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang
mampu menandingi Alquran.
Bagiamana cara kita mengetahui bahwa itu I'jaz al-Qur'an? Untuk memahami Ijaz al-Quran,
penting untuk mempelajari bahasa Arab, membaca Al-Quran dengan renungan (tadabbur), memahami
tafsir, berkonsultasi dengan ulama, membaca karya ilmiah, berdiskusi dengan komunitas muslim, dan
selalu mendekati pembelajaran ini dengan niat tulus serta doa kepada Allah agar diberikan pemahaman
yang mendalam
Kapan I'jaz al-Qur'an diturunkan ? I'jaz al-Qur'an ada sejak turunnya Al-Qur'an kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dimana atau dalam kitab apa yang menyebutkan bahwa kemukjizatan al-Quran disebabkan
oleh dua hal? Dalam kitab Mu'tarak al-Aqrân fi I'jâz al-al-Qur'ân , Imam Suyuthi menyebutkan
bahwa kemukjizatan al-Quran disebabkan oleh dua hal. Pertama , sisi kemukjizatan yang murni
disebabkan oleh dzat atau al-Quran itu sendiri. Kedua , al – ta h diyah , yakni janji manusia untuk
menandinginya. Kemudian, lanjut Imam Suyuthi, penyebab pertama i'jaz adalah keterkaitan dengan
kefasihan kalimat, balaghah, ataupun kedalaman makna yang terkandung di setiap ayatnya.
Siapa tokoh yang memiliki pilihan yang sama, yaitu menjadikan bahasa dan sastra sebagai salah
satu gerbang dalam meneliti i'jaz al-Quran? Tiga aktor yang berhasil disandingkan oleh Muhammad
Zaghlul Salam dan Muhammad Khalfallah dalam bukunya, Tsal â ts Ras â' il fi I' j â z a l-
Qur'â n adalah al-Rummani (mutakalim Muktazilah), al-Khattabi (muhadits) , dan terakhir adalah al-
Jurjani (sunni, balaghiyin).
 Tartibul Ayat, Surah, Ruku’ (famy Bisyauqin)
Apa itu Tartibul Ayat, Surah, Ruku’ (famy Bisyauqin) ?
-Tartibul Ayat: Tartibul Ayat adalah urutan ayat dalam Al-Qur'an. Urutan ini bersifat tauqifi, artinya
adalah perintah langsung dari Rasulullah SAW. Ini berarti bahwa urutan ayat dalam surah-surah Al-
Qur'an harus diikuti sesuai dengan perintah dari Nabi Muhammad SAW.
- Surah: Surah adalah sekelompok ayat dalam Al-Qur'an yang berdiri sendiri dan memiliki awal serta
akhir. Setiap Surah memiliki karakteristik khusus dan tujuan tertentu. Dalam Al-Qur'an, ayat-ayat
dikelompokkan dalam Surah, dan setiap Surah memiliki nama yang mengidentifikasinya.
- Fami Bisyauqin (‫بشَ ْوق‬
ِ ‫ي‬
ْ َ‫ )ف ِم‬memiliki arti harfiah yaitu mulutku dalam kerinduan
(membaca Al-Qur’an). Fami Bisyauqin merupakan ungkapan yang dirumuskan oleh para penghafal
Qur’an (ḥuffāẓ) sebagai cara membaca dan khatam Al-Qur’an dalam tujuh hari dengan membagi Al-
Qur’an menjadi 7 Manzil.
Bagaimana pentingnya memahami konteks sejarah dan tafsir Al-Quran dalam memahami
pesan yang disampaikan melalui tartibul ayat, surah, dan ruku'? Pemahaman konteks sejarah dan
tafsir Al-Quran sangat penting dalam memahami pesan Al-Quran yang terkandung dalam tartibul ayat,
surah, dan ruku'. Konteks sejarah membantu dalam memahami peristiwa saat Al-Quran diturunkan,
budaya pada waktu itu, dan hubungan pesan Al-Quran dengan peristiwa tersebut. Tafsir Al-Quran
memberikan penjelasan dan interpretasi yang lebih dalam tentang ayat-ayat, membantu menjelaskan
bahasa klasik dan kosakata yang mungkin sulit dimengerti. Ini memastikan pemahaman yang akurat
dan mencegah kesalahan dalam interpretasi. Dengan pemahaman yang baik tentang konteks sejarah
dan tafsir akan dapat mengaitkan pesan-pesan Al-Quran dengan kehidupan kita dan menerapkan
ajarannya dengan benar.
Mengapa artibul Ayat, Surah, dan Ruku' sangat berkaitan dengan pemahaman alquran?dalam
pemahaman al-quran? Tartibul Ayat, Surah, dan Ruku' dalam pemahaman Al-Quran saling terkait
karena mereka membantu membentuk kerangka yang membantu kita memahami ayat dengan lebih
baik. Tartibul Ayat menjaga urutan ayat dalam setiap Surah, memastikan kesatuan ayat, dan menjaga
hubungan tema yang kuat. Surah adalah bagian yang memiliki tema tertentu, sehingga membantu kita
mengidentifikasi pesan dan konteks yang lebih luas, sedangkan Ruku' adalah bagian dalam Surah yang
membantu kita mengidentifikasi perubahan topik dan memberikan konteks yang lebih detail. Dengan
menggunakan ketiganya bersama-sama, oleh karena itu dapat memberikan pemahaman yang lebih
dalam dan komprehensif.
Kapan kita harus memperhatikan tartibul Ayat, Surah, dan Ruku' (fami Bisyauqin) saat
membaca Al-Quran? Prinsip tartibul Ayat, Surah, dan Ruku' (fami Bisyauqin) harus selalu
diperhatikan ketika membaca atau mempelajari Al-Quran. Ini berlaku setiap saat, baik dalam ibadah
harian, dalam studi Al-Quran, atau saat membaca teks Al-Quran dalam konteks apa pun. Prinsip ini
membantu memahami pesan Al-Quran dengan benar dan memastikan bahwa bacaan kita sesuai dengan
tata cara yang benar dalam agama Islam.
Dimana salah satu contoh letak Tartibul ayat, surah, ruku’ (famy Bisyauqin) dalam Qur'an??
Surat Al-Kahfi (Surah Ke-18):Surat Al-Kahfi terdiri dari 110 ayat, dan ayat-ayatnya diatur dalam urutan
yang telah ditentukan oleh Allah.
Siapa saja tokoh yang mengungkapkan prinsip Tartibul Ayat, Surah, dan Ruku' (fami Bisyauqin)
dalam pemahaman Al-Quran menjadi penting? Prinsip Tartibul Ayat, Surah, dan Ruku' (fami
Bisyauqin) dalam pemahaman Al-Quran menjadi penting berdasarkan pemahaman dan tafsir yang
diberikan oleh para ulama Islam, terutama tokoh-tokoh tafsir atau mufassirin yang mempelajari dan
menjelaskan Al-Quran. Salah satu tokoh yang terkenal dalam bidang tafsir Al-Quran adalah Ibnu Kathir
(Ismail ibn Umar ibn Kathir) yang hidup pada abad ke-14 Masehi. Ibnu Kathir dikenal karena tafsirnya
yang luas dan mendalam tentang Al-Quran.

NO 2
 I'jaz Bayani wa Adabi (i'jaz secara bahasa dan sastra): Contohnya terdapat pada Surat Ar-
Rahman (55:13): “Maka nikmat-nikmat Tuhanmu yang kamu dustakan?” Ayat ini memiliki
penggunaan kata "Tuhanmu" yang sangat kuat secara emosional dan retorika untuk
menunjukkan betapa tidak pantasnya seseorang untuk menubuatkan nikmat Tuhan. Surat
Ar-Rahman (‫ )الرحمن‬menjadi surat istimewa dalam Al-Quran karena mengambil nama "Ar-
Rahman" yang menekankan sifat Allah yang Maha Pengasih, penggunaan pemutaran yang
menawan, pujian atas ciptaan Allah, ajakan untuk memutar kenikmatan-Nya, gaya bahasa
yang memukau, dan pesan-pesan yang bersifat universal. Selain itu Pengulangan terebut
menjadi istimewa karena pengulangan tersebut melawan tradisi dan kaidah-kaidah sastra
jahili. Kaidah sastra jahili tidak membolehkan suatu gubahan narasi mengulang kalimat
yang sama hingga tiga kali. Namun demikian, al-Qur’an, khususnya surah ar-Rahman
justru melawan arus, menabrak kaidah sastra Jahili, dengan pengulangan satu ayat hingga
puluhan kali.
 I'jaz Al-Islahi Au At-Tasyri'i (Kemukjizatan dalam Ajaran Syariat )
Contoh ayat: Surat Al-Baqarah (2:282): “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
berniaga atau berinvestasi, menemukanlah suatu masa yang dituliskan.” Ayat ini
mengajarkan pentingnya mencatat perjanjian hutang secara tertulis, menunjukkan
ketelitian dalam masalah keuangan yang diatur dalam Islam. Surat Al-Baqarah (2:282)
dianggap istimewa dalam ijaz Al-Quran karena mencakup hukum keuangan yang
komprehensif, menggunakan bahasa Arab yang indah, menggambarkan kehidupan sehari-
hari, memberikan kepastian hukum, dan memiliki struktur kalimat yang sederhana. Ayat ini
menunjukkan kehebatan Al-Quran dalam kekayaan bahasa, relevansi, dan kemudahan
pemahaman, menjadikannya contoh yang menonjol dalam pembahasan ijaz Al-Quran.
 I’jaz al-Ilmi (Mukjizat Ilmiah dalam al-Qur’an) : Contoh surat : Qs. Yasin ayat 36 yang
berbunyi “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang telah ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui” (yasin: 36) Ayat di atas jelas mengisyaratkan bagi kita betapa
indahnya firman Allah SWT di ujung ayat ini yang menunjukkan bahwa hakikat ini lebih
besar dari ilmu pengetahuan manusia pada saat itu.
Ayat 36 dalam Surat Yasin dianggap istimewa dalam ijaz Al-Quran karena pesan kuat
tentang kehidupan setelah kematian, mukjizat kehidupan, dan peringatan bagi manusia.
Ayat ini mengungkapkan konsep penting dalam Islam dengan bahasa yang kuat,
mencerminkan kedalaman makna dan keindahan bahasa Al-Quran. Pesannya yang relevan
secara abadi menjadikannya menjadi salah satu contoh terbaik dalam pemahaman tentang
keajaiban Al-Quran.

NO 3
Abdul Hamid Farahi adalah seorang ulama dan komentator Al-Quran yang memiliki pandangan unik
terhadap Al-Quran. Ia berargumentasi bahwa koherensi Al-Quran terlihat jelas dalam struktur dan
keterkaitan ayat-ayatnya. Karya Farahi bertujuan untuk mendeteksi dan menekankan koherensi ini,
membantu pembaca memahami hubungan tematik dalam Al-Qur'an. Dia memperkenalkan istilah
"tanasob", yang mengacu pada hubungan antara berbagai bagian Al-Qur'an, termasuk hubungan antara
berbagai ayat dan Surat. Pendekatan Farahi melibatkan pemeriksaan yang cermat terhadap interaksi
antar ayat, bahkan ketika ayat-ayat tersebut tidak berdekatan, untuk mengungkap koherensi yang
melekat dalam Al-Quran.
Pandangan Farahi tentang turunnya Al-Qur'an secara bertahap dibahas, menekankan bagaimana Nabi
Muhammad memilih dan menyusun ayat-ayat tersebut secara sistematis, selaras dengan konsep "nazm".
Metode penafsiran Farahi didasarkan pada Al-Qur'an itu sendiri, dan ia percaya bahwa memahami
koherensi dan hubungan antar ayat sangat penting untuk memahami teks Al-Qur'an lebih dalam. Selain
itu, Pandangannya tentang turunnya Al-Quran secara bertahap menunjukkan keyakinannya bahwa Nabi
Muhammad secara bijak menyusun ayat-ayat Al-Quran dengan bimbingan Tuhan, selaras dengan
konsep “nazm”. Metode penafsiran Farahi dihapus pada Al-Quran itu sendiri, dan ia berpendapat bahwa
pemahaman yang lebih dalam tentang koherensi dan hubungan antar ayat sangat penting untuk
pemahaman yang mendalam terhadap Al-Quran. Pandangan Farahi tentang turunnya Al-Quran secara
bertahap tekanan bahwa pengaturan dan penyusunan ayat-ayat Al-Quran dilakukan dengan bimbingan
Nabi Muhammad, sehingga terjaga koherensi atau “nazm” Al-Quran. Dia meyakini bahwa pemahaman
terhadap konsep ini sangat penting untuk memahami lebih dalam isi Al-Quran.
Lalu dalam konteks pencabutan ayat Al-Quran, Farahi mengemukakan berbagai prinsip, termasuk
pencabutan yang berdasarkan perbedaan antara ayat-ayat yang umum dan khusus, perintah yang
terperinci dan yang ringkas, serta perubahan dalam perintah Al-Quran yang dilihat sebagai tindakan
hikmah dan kenyamanan masyarakat.
Terakhir, pandangan Farahi tentang Muqattaʿāt, huruf singkatan misterius di awal beberapa Surat Al-
Quran, mencerminkan kepercayaannya bahwa surat-surat ini berasal dari bahasa Ibrani dan memiliki
makna terkait dengan subjek masing-masing Surat, seperti kisah Musa dan tongkatnya yang berubah
menjadi ular.
Sehingga secara keseluruhan, pemahaman Farahi tentang ilmu Al-Quran membantu kita menghargai
kedalaman dan kompleksitas , serta memahami pentingnya koherensi, objektivitas, dan struktur dalam
memahami pesan Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai