Anda di halaman 1dari 11

Aisyah Bintu Syathi’

(Mufassir Perempuan Modern Pertama )


Wasilah Fauziyyah,Lc,.M.Ag
Siapakah Aisyah Bintu Syathi’?

 Tokoh wanita pemikir, peneliti, dosen dan penulis


berkebangsaan Mesir.
 Perempuan ketiga Mesir yang berkuliah, setelah
Aminah As-Sa‟id dan Sahir Al-Qolmawi.
 Wanita pertama yang menjadi dosen di Al-Azhar Asy-
Syarif dan beberapa universitas lainnya.
 Wanita pertama yang berprofesi sebagai jurnalis di
Mesir, khususnya di Harian Al-Ahram.
 Wanita pertama di Arab yang dianugerahi Nobel King
Faisal di bidang sastra dan studi Islam.
Kelahiran dan Latar Belakang
Keluarga
Pada 6 November 1913, di tepian sungai Nil di
perkampungan Dumyat Mesir, lahirlah Aisyah
Abdurrahman, putri dari pasangan Syeikh Muhammad Ali
Abdurrahman dan Faridah Abdussalam Muntasir.
Kakeknya adalah Syaikh Muhammad Ad-Damhuji,
seorang Ulama besar Al-Azhar yang nasabnya bersambung
kepada Sayyidina Husein bin Ali RA. Ia tumbuh dalam
lingkungan keluarga muslim yang taat dan tergolong
konservatif.
Ketertarikannya pada dunia jurnalistik menurun dari
sang kakek, seorang aktivis yang kerap menulis kritik
kepada pemerintah. Untuk menjaga privasi, ia enggan
menggunakan nama asli, ia memilih nama Bintu Syāthi
gadis tepi sungai atau pantai, yang mengacu pada desa
Dumyat, tempat air sungai Nil dan Mediterania bertemu
sebagai nama pena.
Sementara ketertarikan pada kajian al-Qur’an dimulai
sejak pertemuannya dengan Dr. Amin Al-Khuli dosen yang
kemudian menjadi suaminya.
Riwayat Pendidikan

 Pada tahun 1918, dimasukkan ke kuttab Syaikh Mursi


di Shubra Bakhum. Di usia 6 tahun ia telah hafal 15 juz
al-Quran.
 Pada tahun 1920, melanjutkan pendidikan di Madrasah
Thanta. Meskipun sempat tidak direstui oleh ayahnya, ia
berhasil menggenggam ijazah ibtidaiyyah di usia 10
tahun dengan nilai tertinggi.
 Setelah menuntaskan masa belajar di Madrasah Thanta,
ia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di
Madrasah Mu'allimat Helwan selama 3 tahun.
 Bintu Syathi‟ melanjutkan studi di sekolah keguruan di
Thanta selama 1 tahun dan berhenti sekolah karena
kakeknya meninggal, dan ayahnya mengharapkannya
tinggal di rumah.
 Pada tahun 1939, lulus dari Universitas Fuad Kairo,
Fakultas Bahasa dan Sastra Arab dengan nilai Mumtaz.
 Pada tahun 1941, menyelesaikan jenjang Magister dari
Universitas Fuad Kairo, Fakultas Bahasa dan Sastra
Arab dengan predikat Summa Cumlaude.
 Pada tahun 1950, meraih gelar doktor dari Universitas
Fuad Kairo, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab
 Pada tahun 1962, dikukuhkan sebagai Profesor Bahasa
dan Sastra Arab di Universitas Ain Syams.
 Pada tahun 1970, diangkat menjadi guru besar Tafsir di
Universitas Al-Qorowiyyun Maroko, dan mengajar di
sana selama 20 tahun.
Perjalanan Karir

 Pada tahun 1929, guru di sekolah ibtidaiyah Manshurah


 Pada tahun 1932, dimutasi ke Universitas dan
mengelola laboratorium bahasa Inggris dan Prancis
 Pada tahun 1935, penulis tetap di Al Ahram
 Pada tahun 1939, asisten dosen di Universitas Cairo
 Pada tahun 1942, Inspektur Bahasa dan Sastra Arab
Kementrian Pendidikan
 Pada tahun 1942, editor Al Ahram
 Pada tahun 1962, dosen dan guru besar Bahasa dan
Sastra Arab di Universitas Ain Syams.
 Pada tahun 1970, dosen dan guru besar Tafsir di
Universitas Al-Qorowiyyun Maroko, dan mengajar di
sana selama 20 tahun.
 Di luar itu, ia mengisi kuliah tamu dan menjadi
pembicara dalam berbagai forum di Suriah, Arab Saudi,
Irak, Uni Emirat Arab, Roma, Aljazair, New Delhi,
Kuwait, dan Yerussalem.
Karya-karya

Di antara karyanya:
O Tafsir Bayāni li Al-Qur‟ān Al-Karīm
O Al-Qur‟ān wa Qodhōya al-Insān
O Sayyidāt Bait an-Nubuwwah (Biografi Ahlu Bait
Wanita)
O Novel berjudul „ala Al-Jisr (otobiografi yang merekam
kisah hidupnya. Ditulis setelah meninggalnya sang
suami)
O “Ksatrianita Karbala” (kepahlawanan Sayyidah Zainab
binti Ali bin Abi Thalib pada tragedi Karbala)
Wafat

Pada hari Selasa, 1 Desember 1998, Bintu Syathi‟


menghembuskan nafas terakhirnya. Ia wafat dalam usia 85
tahun, karena serangan jantung mendadak. Seluruh
karyanya menjadi saksi akan kehebatan beliau. Metode
tafsir yang beliau kembangkan dalam bukunya “At-Tafsir
al Bayani Lil Qur‟an al Karim” banyak menjadi rujukan
metode penafsiran kontemporer.

Anda mungkin juga menyukai