Anda di halaman 1dari 3

MENAKAR DAMPAK KENAIKAN UMP ACEH

Baru- baru ini Kementerian Ketenagakerjaan mengeluarkan Permenaker Nomor 18/2022 tentang
Penetapan Upah Minimum Nasional tahun 2023, dimana penyesuaian kenaikan Upah Minimum
Provinsi terbaru ini dilakukan bertujuan mengurangi dampak dari kenaikan tingkat inflasi di
daerah akibat penyesuaian harga BBM beberapa waktu yang lalu serta juga imbas dari wabah
Covid-19 yang masih terasa. Penyesuaian kenaikan Upah Minimum di tiap-tiap provinsi ini
tentunya mesti dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh pemerintah daerah, diperlukan
pertimbangan dengan memperhatikan variabel-variabel pertumbuhan ekonomi dan inflasi,
supaya tidak menjadi masalah dikemudian hari dan ditakutkan semakin memperburuk inflasi
serta menggangu pertumbuhan ekonomi di daerah jika kebijakan yang dibuat tidak tepat.
Menurut data BPS Provinsi Aceh, tingkat inflasi inflasi tahun ke tahun (September 2022
terhadap September 2021) sebesar 7,38 persen.

Provinsi Aceh sendiri menetapkan kenaikan upah minimum sebesar 7,8 persen menjadi
Rp.3.413.666 dari sebelumnya Rp.3.169.460. Penetapan ini tertulis pada keputusan Gubernur
Aceh Nomor 560/1539/2022, dimana pemberlakuannya akan dimulai pada tanggal 1 januari
2023 dan dihimbau untuk dipatuhi oleh seluruh pengusaha maupun investor yang berada di
seluruh wilayah Provinsi Aceh.

Secara ranking, Provinsi Aceh kini menduduki peringkat 4 nasional sebagai provinsi dengan
tingkat Upah Minimum tertinggi. Kenaikan Upah Minimum Aceh ini diharapkan bisa
memberikan manfaat secara langsung bagi para pekerja maupun buruh dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan standar hidup masyarakat Aceh pada umumnya melalui
multiplier effect yang ditimbulkan, dan juga mempercepat stimulasi pertumbuhan ekonomi
daerah pasca wabah Covid-19 dan efek kenaikan harga BBM.

Banyak pro dan kontra yang terjadi ketika kita berbicara mengenai kenaikan upah minimum,
sering kita melihat di berbagai media massa maupun elektronik banyak dari pihak pengusaha
maupun perusahaan swasta yang kerap mengeluh setiap kali kenaikan upah minimum kembali
dinaikkan dan disisi lain ketika upah minimum terlalu rendah, para buruh dan pekerja juga terus
menuntut kenaikan upah, tuntutan itu muncul bentuk perjuangan para buruh dan pekerja
memperjuangkan hak-hak mereka, sebagai akibat ketidakpuasan terhadap upah yang mereka
terima, dan dalam upaya mencari penyelesaian masalah dan titik temu, pemerintah pusat maupun
daerah harus bersikap adil, supaya tidak kontraproduktif dan hanya menguntungkan satu pihak
saja.

Ada beberapa hal yang harus terjawab ketika pemerintah ingin menetapkan kebijakan
penyesuaian kenaikan Upah Minimum Provinsi. Yang pertama, pemerintah harus mampu
melihat dampak yang diakibatkan oleh kenaikan upah minimum terhadap perekonomian daerah
secara umum ? Apakah kenaikan Upah Minimum bisa memberikan kesejahteraan terhadap buruh
maupun pekerja lainnya menjadi lebih baik ? dan bagaimana resiko terhadap upaya peningkatan
investasi di daerah ?. Jika keseluruhannya pertanyaan itu terjawab dan dianggap bisa
memberikan dampak yang lebih baik terhadap perekonomian maka kebijakan untuk menaikkan
Upah Minimum Provinsi baru bisa direalisasikan.

Dampak Positif

Inflasi yang terjadi mengakibatkan kenaikan harga barang secara menyeluruh menjadikan nilai
uang yang dipegang oleh masyarakat menjadi semakin berkurang dan berdampak terhadap
berkurangnya tingkat daya beli masyarakat di daerah, terlebih lagi beberapa kelangkaan bahan
pokok yang disebabkan oleh bencana alam dan terhambatnya proses distribusi barang serta
dampak yang masih terasa dari wabah Covid-19 membuat inflasi di Provinsi Aceh terus
mengalami kenaikan dari waktu ke waktu.

Kenaikan Upah Minimum Provinsi akan berdampak langsung terhadap peningkatan


kesejahteraan dan standar hidup yang lebih baik bagi para pekerja dan buruh. Secara alami,
semakin banyak upah yang diperoleh oleh pekerja, maka semakin banyak pula uang yang
dibelanjakan nantinya sehingga membuat daya beli masyarakat kembali meningkat menjadi lebih
besar dan perputaran uang yang semakin besar dan cepat di masyarakat membuat perekonomian
kembali bergairah (multiplier effect). Konsep makro ini juga bisa menjadi pertimbangan
pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi di dalam kondisi daya beli yang rendah di kalangan
masayarakat.

Namun yang harus diperhatikan juga adalah peningkatan jumlah uang yang berlebih juga bisa
saja semakin memperparah kondisi inflasi yang terjadi nantinya, ketika daya beli dan permintaan
terhadap barang meningkat secara signifikan maka harga-harga barang juga akan terus semakin
naik.

Dampak Negatif

Kenaikan upah minimum dikhawatirkan bisa menyebabkan kenaikan angka pengangguran di


daerah. Hal ini dikarenakan kenaikan biaya produksi bagi perusahaan sehingga resiko
terbesarnya adalah para pengusaha akan mengambil kebijakan untuk memangkas jumlah tenaga
kerja agar bisa menghemat biaya produksi. Biaya upah dan gaji tenaga kerja yang tinggi tentunya
akan memangkas margin laba yang semakin kecil bagi para pengusaha secara langsung dan bisa
saja para pengusaha mengambil kebijakan pemangkasan jumlah tenaga kerja (PHK), jika
kebijakan peningkatan upah minimum daerah dianggap sangat merugikan.

Perlu kehati-hatian dalam menetapkan kenaikan upah minimum daerah teruatama ditengah
kenaikan harga barang secara keseluruhan (inflasi), penting bagi pemerintah memahami konsep
makroekonomi dengan melihat dampaknya kedepan terhadap perekonomian daerah. Tidak dapat
dipungkiri juga jika seiring kenaikan upah minimum yang tinggi, para pengusaha pun akan mulai
menyesuaikan harga produk menjadi semakin mahal nantinya ketika melihat permintaan yang
semakin tinggi. Hal ini merujuk pada perilaku konsumen yang cenderung lebih banyak
membelanjakan uangnya ketika memiliki kemampuan daya beli yang semakin tinggi.

Kenaikan Upah minimum juga akan membuat tingkat investasi di daerah menjadi semakin
berkurang dan cenderung para pengusaha enggan untuk melakukan usahanya di provinsi Aceh
jika mereka menganggap tingkat upah yang harus dipenuhi terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan
profit dan benefit yang mereka peroleh.

Terlepas dari segala dampak positif dan negatif yang muncul akibat adanya penyesuaian
kenaikan Upah Minimum Provinsi yang terbaru, disini penulis beranggapan jika penerapannya
akan sangat sulit sekali diwujudkan, dimana seringkali kita mengamati jika masih banyak
perusahaan-perusahan yang tidak menerapkan standar gaji yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah. Ketidakpatuhan perusahaan swasta terhadap aturan Upah Minimum Provinsi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah ini tidak lepas dari kurangnya sanksi dan lemahnya
penindakan terhadap perusahaan swasta yang tidak mematuhinya. Ditengah carut marutnya
kondisi kebijakan ekonomi politik di Aceh saat ini juga pemerintah daerah tidak boleh
sembarangan menetapkan kenaikan UMP Aceh secara tergesa-gesa karena akan berpengaruh
terhadap tingkat investasi swasta di daerah, perlu pertimbangan-pertimbangan yang melibatkan
akademisi dan pakar dalam pengambilan kebijakan, terlebih lagi ekonomi daerah masih belum
begitu stabil.

Anda mungkin juga menyukai