Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Noor Amin

Nim : 170103010123
Midtes : Demografi dan Kependudukan
Dosen : Huriyah. Spd. Mpd.

Tingginya Tingkat Mortalitas Karena Kekurangan Gizi di Afrika

A. Kekurangan Gizi di Afrika


Hampir separuh anak di bawah usia lima tahun yang meninggal di seluruh
dunia setiap tahun disebabkan oleh kekurangan gizi dan angkanya terus
meningkat. Kajian yang diterbitkan di jurnal medis The Lancet menunjukkan
lebih dari tiga juta anak meninggal akibat dampak kekurangan gizi ini, terutama di
kawasan Afrika dan Asia.
Angka kematian akibat kekurangan gizi ini terus bertambah dibandingkan
dengan penyebab kematian lain seperti malaria dan HIV. Para pegiat mengatakan
data ini mengukuhkan kekhawatiran mereka selama ini bahwa angka kematian
balita akibat kekuarangan gizi ratusan ribu lebih banyak setiap tahun dari
perkiraan sebelumnya.
“Kekurangan gizi di kalangan anak-anak di Afrika masih menjadi
tantangan besar yang memerlukan upaya besar untuk menanganinya, dengan
pertimbangan sebagian besar negara di wilayah ini memproduksi cukup tanaman
pangan setiap tahun," kata Joyce Kinabo, Presiden Federasi Masyarakat Gizi
Afrika (FANUS).

Dia mengatakan kekurangan gizi diperkirakan menjadi penyebab lebih


dari sepertiga dari seluruh kematian anak kecil di Afrika, kendati ada kenyataan
kebanyakan negara Sub-Sahara Afrika mengandalkan pertanian.

Ia berbicara dalam konferensi ketiga mengenai gizi di Afrika, yang


melibatkan lebih dari 1.000 ahli gizi dari Afrika dan belahan lain dunia. Menurut
Kinabo, dalam beberapa tahun belakangan, Afrika mengalami sejumlah perang

1
saudara di Sub-Sahara Afrika, dan perempuan serta anak-anak jadi korban
kejahatan.

15% bayi di Afrika Selatan dilahirkan dengan berat badan lahir


rendah. 5% anak-anak Afrika Selatan sangat kurus sehingga dianggap terbuang
sia-sia. Sejak 1990-an, masalah kekurangan gizi di Afrika Selatan tetap cukup
stabil. Diperkirakan bahwa Afrika Selatan kehilangan sekitar US $ 1,1 miliar
setiap tahun dalam PDB karena kekurangan vitamin dan mineral yang timbul dari
kekurangan gizi, meskipun hanya akan menelan biaya sekitar US $ 55 juta untuk
mengatasi masalah ini melalui intervensi nutrisi mikro.
Prevalensi kekurangan gizi di Afrika Selatan bervariasi di berbagai
wilayah geografis dan kelompok sosial ekonomi. Banyak bayi di Afrika
menderita kekurangan gizi karena ibunya tidak menyusui mereka. Para ibu di
Afrika Selatan yang tidak menyusui anak-anak mereka tidak melakukannya
terutama untuk menghindari kemungkinan bahwa dengan melakukan hal itu,
anak-anak mereka dapat tertular AIDS . Studi Kesehatan Afrika Selatan 2010
menemukan bahwa 30,2% wanita hamil di Afrika Selatan menderita
AIDS. Malnutrisi dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang berbeda,
seperti pellagra .
Konsekuensi spesifik dari malnutrisi bervariasi tergantung pada individu
dan nutrisi spesifik yang kurang dari diet individu. Departemen Kesehatan Afrika
Selatan telah membentuk berbagai program dan inisiatif khusus, seperti Program
Nutrisi Terpadu, untuk memerangi dampak buruk dari kekurangan gizi. Semua
program dan inisiatif menghadapi tantangan berlebihan dan tingkat keberhasilan
masing-masing sangat bervariasi.

B. Upaya Penanganan
1. Peningkatan Gizi Global (Scaling Up Nutrition)
Peningkatan Gizi Global (Scaling Up Nutrition) yang disingkat
SUN, adalah gerakan yang dicanangkan PBB tiga tahun lalu. Gerakan ini
melibatkan pemerintah, organisasi-organisasi swasta dan perorangan

2
dalam upaya mengakhiri kelaparan dan kekurangan gizi global. Masalah
itu dibicarakan baik dari segi moral maupun ekonomi di sela-sela Sidang
Umum PBB pekan lalu di New York.
2. Intervensi gizi dengan Formula Ready to Use Therapeutic Foof (RUTF).
Intervensi gizi dengan Formula Ready to Use Therapeutic Foof
(RUTF), dapat menurunkan kejadian balita kurus secara bermakna
sebesar 36 persen dan sangat kurus sebesar 58 persen.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Profesor Riset Bidang
Makanan dan Gizi Dr. Astuti Lamid, MCN tentang Pengembangan
Formula Ready To Use Therapeutic Food (Rutf) Untuk Penanganan
Balita Wasting Di Puskesmas.

RUTF merupakan makanan pemulihan untuk balita sangat kurus


(wasting) yang berupa makanan padat, bentuk pasta diperkaya dengan zat
gizi berupa vitamin dan mineral. RUTF digunakan dalam program
perawatan, baik rawat inap atau rawat jalan, dan untuk balita yang datang
ke pusat pelayanan kesehatan.

Uji efikasi RUTF dilakukan untuk menilai efektivitas pemberian


RUTF lokal dalam meningkatkan asupan gizi, status gizi, dan kesehatan
balita sangat kurus. Satu paket RUTF lokal per 100 gram diujikan kepada
balita sangat kurus di Kabupaten Bogor dan Subang. Setelah 3 bulan
terjadi kenaikan status gizi yang signifikan.

Efektivitas RUTF lebih baik dibandingkan Formula100 dalam


meningkatkan asupan zat gizi balita sangat kurus. Pengujian dilakukan
dengan pemberian RUTF dan Formula-100, hampir semua asupan zat gizi
(Energi, Protein, Vitamin A, Besi dan Zinc) dari RUTF dan Formula-100
pada awalnya kurang dari 70 persen AKG, namun pada akhir penelitian
asupan zat gizi meningkat melebihi 100 persen AKG untuk zat gizi dari
RUTF.

3
3. Atasi kemiskinan
Upaya pembangunan untuk mengatasi
tingkat kemiskinan memerlukan upaya integrasi dan penyatuan serta
menciptakan kemakmuran dan mengurangi ketidaksetaraan akan
memainkan peran kunci dalam mengatasi
tantangan kemiskinan di Afrika.
Dengan bantuan Investasi besar di bidang infrastruktur, pertanian,
transportasi dan komunikasi serta layanan kesehatan juga akan membantu
mengatasi ancaman Kemiskinan di benua itu.

Anda mungkin juga menyukai