Anda di halaman 1dari 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI KEGIATAN PERMAINAN TRADISIONAL

LOMPAT KATAK PADA KELOMPOK A TK DHARMA WANITA JUWET KECAMATAN KUNJANG KABUPATEN
KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017Taman kanak-kanak merupakan pendidikan yang sangat rentang
dalam perkembanganfisik motorik terutama pada fisik motorik kasar. Pada masa ini anak belum
memiliki koordinasi keseimbangan secara baik khususnya gerak motorik kasar pada anak kelompok A TK
DHARMA WANITA juwet, oleh karena itu perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat
penting bagi anak usia dini karena melatih gerak jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan
otot secara terkoordinasi. Pada umumnya pembelajaran ditaman kanak-kanak untuk perkembangan
fisik motorik lebih banyak difokuskan ke perkembangan fisik motorik halus, sedangkan perkembangan
fisik motorik kasar juga memerlukan bimbingan dari pendidik, perkembangan motorik kasar untuk anak
usia dini taman kanak-kanak antara lain melompat, melempar dan menangkp, berjalan diatas papan
titian, berjalan dengan berbagai variasi, memanjat dan bergelantungan (Mursid, 2015 : 127)
Kemampuan motorik para siswa yang dihasilkan dari pembelajaraan motorik disekolah berbeda-beda,
tergantung pada banyaknya pengalaman gerakan dan unsur- unsur pokok yang dikuasai mereka. Agar
para siswa dapat mencapai kemampuan ketrampilan gerakan fisik yang mumpuni, sesuai target yang
yang diharapkan, adapun unsur pokok yang terkandung dalam pembelajaran motorik kemampuan
motorik. Richard (2013 : 41) Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pada anak kelompok A TK
DHARMA WANITA Juwet kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri Tahun pelajaran 2016/2017, ditemuna
adanya masalah tentang ketrampilan motorik halus diperoleh data dari 18 anak yang memperoleh
bintang 3 hanya mencapai 22,2%. Persoalan itu terjadi disebabkan oleh proses pembelajaran yang dirasa
kurang optimal serta penggunaan media yang kurang menarik membuat anak kurang minat melakukan
kegiatan motorik kasar, kurangnya sarana dan prasarana penunjang untuk melaksanakan kegiatan
motorik kasar, dan kegiatan motorik kasar yang diberikan guru kurang bervariasi sehingga anak mudah
bosan. Melalui kegiatan permainan tradisional lompat katak diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar pada anak. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui
Kegiatan Permainan Tradisional Lompat Katak Dapat Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada
Anak Kelompok A TK DHARMA WANITA Juwet Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri tahun pelajaran
2016/2017”. Bermain adalah kegiatan yang melekat pada dunia anak, pada intinya bermain dapat
dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat spontan, terfokus pada proses, menyenangkan dan
fleksibel. Kegiatan bermain dikatakan spontan karena dapat terjadi tanpa ada perencanaan sebelumnya,
hal ini mengandung arti bahwa yang menjadi penekanan adalah kegiatan bermain itu sendiri dan bukan
apa yang dihasilkan dari kegiatan bermain tersebut. Masitoh ( 2014:9.3 ) Permainan tradisional
dikatakan sebagai bentuk kegiatan permainan dan olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan
masyarakat tertentu, sehingga dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta
disesuaikan dengan tradisi dan budaya setempat. Takdiroatun (2015 : 8.9) Bila anak mendapat
kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan tubuh, akan membuat tubuh
anak menjadi sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh menjadikuat selain itu anggota tubuh mendapat
kesempatan untuk digerakkan. Tedjasaputra (2001 : 39) Hurlock ( 1988 : 322 ) bermain selama masa
kanak-kanak mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari permainan remaja dan orang
dewasa. Walaupun karakteristik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah yang ada di TK DHARMA WANITA Juwet
Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan guru dalam
pembelajaran melalui kegiatan permainan tradisional lompat katak dapat meningkatkan kemampuan
motorik kasar pada anak kelompok A TK DHARMA WANITA Juwet Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri
Tahun Pelajaran 2016/2017. IV. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hurlock, b elizabeth, 1988. Perkembangan Anak .PT Gelora Aksara pratama
Masitoh, 2014. Strategi Pembelajaran TK. Tangerang Selatan. Universitas

Ayah dan Ibu pasti tahu betapa pentingnya perkembangan motorik pada si Kecil.
Perkembangan motorik adalah proses perkembangan gerak pada anak yang didasari
oleh kematangan fisik dan saraf. Perkembangan motorik sendiri terbagi menjadi dua,
yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus meliputi otot kecil dengan
koordinasi mata dan tangan, sedangkan motorik kasar meliputi keseimbangan dan
koordinasi antar anggota tubuh, seperti berjalan dan berlari.

Lalu bagaimana sih, cara menstimulasi gerak pada si Kecil agar perkembangannya
optimal? Salah satu cara yang terbaik adalah melalui permainan. Jenis permainan yang
dimaksud tak melulu harus yang mutakhir atau mahal lho, Bu. Permainan tradisional
yang sederhana pun bisa menjadi pilihan yang tepat dan berguna untuk melatih motorik
si Kecil. Penasaran? Yuk, intip contoh jenis-jenis permainan tradisional di bawah ini
yang pastinya tak hanya seru dan menyenangkan, tapi juga memiliki banyak manfaat.
Apa saja jenis-jenis permainan tradisional yang menjadi favorit masa kecil Ayah dan
Ibu?

1. Lompat Karet
Permainan ini mirip dengan lompat tali, tapi tali yang digunakan terbuat dari karet
gelang yang dirangkai dan disambung sehingga menjadi panjang. Lompat karet
adalah permainan yang sangat mengerakkan fisik dan memiliki beberapa tingkat
kesulitan, diawali dengan posisi tali karet yang rendah hingga terus sampai
menjulang tinggi melebihi kepala. Pada permainan ini si Kecil akan belajar untuk
melakukan perencanaan gerak serta meningkatkan kemampuan gerak tubuh
terutama melompat.

2. Dampu
Sama seperti lompat karet, permainan tradisional ini lebih populer di kalangan
anak perempuan, namun tak jarang anak laki-laki juga menggemarinya. Sebelum
mulai bermain, si Kecil harus membuat petak-petak di permukaan tanah atau
jalan dengan menggunakan kapur. Inti permainannya adalah tiap pemain harus
melempar benda pilihannya yang berukuran kecil, seperti batu misalnya, ke
dalam petak sesuai urutannya, lalu melompat dari satu petak ke petak berikutnya
dengan cara melompat menggunakan satu kaki saja. Pemain yang selesai
pertama adalah pemenangnya. Permainan ini mengajarkan si Kecil tentang
perencanaan gerak dan melatih keseimbangan tubuh.

3. Galasin
Seperti di beberapa daerah lainnya di Indonesia, Ayah dan Ibu mungkin lebih
mengenal permainan ini dengan nama lain, yaitu gobak sodor. Galasin
dimainkan dalam bentuk kelompok dengan jumlah pemain yang paling tidak
terdiri dari empat pemain di tiap regu. Inti permainan ini adalah anggota regu
yang satu harus berusaha melewati tiap garis yang dijaga dan dihadang oleh
anggota regu lawan hingga mencapai garis awal kembali. Pada permainan ini si
Kecil akan belajar untuk meningkatkan olah fisik seperti berlari dan menghindar,
serta belajar untuk menyusun strategi dan membaca gerak tubuh lawan.

4. Bola Bekel
Pada umumnya lebih populer di kalangan anak perempuan. Cara bermainnya
adalah si Kecil harus melontarkan bola yang terbuat dari karet dan kemudian
menangkapnya kembali sebelum terpantul dua kali, namun di saat bersamaan si
Kecil juga harus mengambil atau mengubah posisi biji-biji bekel sesuai aturan
dan urutannya. Permainan ini tak hanya membutuhkan konsentrasi, namun juga
keterampilan tangan yang cukup tinggi. Si Kecil dapat belajar untuk mengatur
ritme, koordinasi mata dan tangan, serta melatih gerak jari.
Artikel Terkait
Arti Sebuah Berbagi Pada Sesama
Selain cerdas dan aktif alangkah bahagianya jika memiliki anak yang mempunyai kepedulian
terhadap
Selengkapnya

5. Layangan
Salah satu dari jenis-jenis permainan tradisional yang paling terkenal dan masih
terbukti menjadi favorit hingga sekarang adalah layang-layang. Permainan ini
pada umumnya lebih digemari olah anak laki-laki. Layang-layang sangat
bergantung pada keadaan cuaca dan hembusan angin, sehingga tak setiap saat
bisa dimainkan. Tapi mungkin itulah yang menjadikannya asyik. Permainan ini
sangat melatih motorik anak terutama pada bagian tangan, seperti ketika
menarik, mengulur dan mengendalikan tali agar layang-layang dapat terbang
tinggi ke langit.

6. Petak Jongkok
Permainan ini termasuk permainan yang sangat digemari sejak dulu hingga
sekarang. Salah satu keunggulannya adalah dapat dimainkan di mana saja dan
tidak memerlukan alat apa pun. Konsepnya sangat sederhana, salah satu anak
akan ditunjuk menjadi "penjaga" dan harus mengejar anak-anak yang lain. Satu-
satunya cara agar tidak tertangkap adalah dengan jongkok. Permainan ini tak
hanya melatih motorik kasar, tapi juga meningkatkan ketahanan fisik dan
fleksibilitas kaki si Kecil.

Meskipun di rumah saja selama pandemi ini, Ayah dan Ibu masih tetap bisa mengajak
si Kecil untuk melatih motoriknya dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Sedikitnya 30-60
menit sehari dialokasikan untuk melakukan aktivitas fisik.

Sumber:
https://healthfully.com/129816-fine-gross-motor-skills.html
https://www.ibudanbalita.com/artikel/3-mainan-tradisional-untuk-latih-motorik-anak

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK


KASAR KELOMPOK B DI PAUD WIDHYA LAKSMI

PENDAHULUAN Sujiono (2009:7) menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan ( daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragama, bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”.
Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak
kelompok bermain/KB dan taman kanakkanak/TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik
kasar akan berkembang dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakan anggapan
yang keliru. Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di
lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang
tepat/appropriate, bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan
bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan
tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh
karena itu perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk
anak usia dini. Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih
banyak difokuskan ke perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan.
Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik.
Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena
ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan
menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar
peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan di PAUD Widya Laksmi Singaraja, tepatnya dalam proses
pembelajaran,kegiatan yang berkaitan dengan motorik kasarnya adalah ketika akan memasuki kelas,
artinya pada awal kegiatan kegiatan motoriknya dilakukan, itupun masih kurang optimal karena dari 28
anak ada 15 anak yang masih tidak mau menggerakan badannya. Hal ini disebabkan karena guru lebih
(sering) memberikan anak-anak kegiatan yang monoton sehingga anak-anak menjadi bosan, kurangnya
di adakan permainan yang mengembangkan perkembangan motorik kasarnya. Untuk mengotipmalkan
hasil belajar pengembangan fisik motorik terutama dibidang fisik motorik kasar seperti melompat,
berlari, menari, bermain bola dan melakukan permainan mestinya diperlukan pendekatan bermain
sambil belajar atau belajar seraya bermain.Dengan bermain anak memiliki kesempatan bereksplorasi,
menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain
membantu anak mengendalikan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Bermain adalah aktivitas
yang tidak dapat terlepas dalam kehidupan seorang anak, banyak hal yang dapat dilakukan dan ditemui
anak dalam aktivitas bermainnya tersebut. Menurut Muchlisin, (2009:12) menyatakan” bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa
mempertimbangkan hasil”. Jika digali lebih dalam, ternyata makna dibalik permainan tradisional
tekandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal yang luhur dan sangat sayang jika generasi
sekarang tidak mengenal dan menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman sukusuku
bangsa di Indonesia. Tujuan dari permainan adalah untuk mengembangkan motorik kasar pada anak
dengan permainan engklek.Rendahnya kemampuan motorik kasar pada anak di sebabkan karena
kurangnya waktu anak untuk kegiatan.Berdasarkan uraian tersebut, e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 -
Tahun 2016) maka peneliti mencoba mengadakan suatu penelitian tindakan kelas melalui engklek untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Untuk itulah pada kesempatan ini peneliti merancang
sebuah penelitian yang berjudul: “ Penerapan Permainan Tradisional Engklek untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B Tahun Ajaran 2015 / 2016 di PAUD Widhya Laksmi ”.
Menurut Hurlock (dalam Apriani, 2014) motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya
koordinasi otototot besar, seperti berjalan dan melompat. Sedangkan menurut Rahyubi (dalam
Kristanto, 2014:22) menyatakan bahwa aktivitas motorik kasar adalah keterampilan gerak atau gerakan
tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Suyadi (2010:68) gerak motorik
kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Sumantri (dalam Apriani, 2014)
kemampuan yang diharapkan untuk anak pada aspek ini adalah seperti berjalan, berlari, mendaki,
meloncat dan berjingkat, mencongklang, menyepak, melempar, menangkap, memantulkan bola dan
memukul. Menurut Yusuf & Sugandhi (2012 : 59) seiring pertumbuhan fisiknya yang beranjak matang,
maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah
selaras dengan kebutuhan atau minatnya.Perkembangan motorik pada permulaannya tergantung pada
proses kematangan yang selanjutnya kematangan tergantung dari belajar dan pengetahuan serta
pengalaman. Pengalaman masa kanak-kanak akan sangat bermanfaat pada masa dewasa, diantaranya
kemampuan dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bentuk keseharian maupun dalam bentuk
kemampuan berolahraga. Menurut Schmidt (Fitriyatul: 2013) Pembelajaran motorik adalah serangkaian
(internal) proses pembelajaran yang berhubungan dengan praktek atau pengalaman yang mengarah
kepada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan menanggapi sesuatu. Pembelajaran
motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik,
serta variabel yang mendukung atau menghambat kemampuan seseorang melalui keahlian motorik.
Untuk membantu dalam meningkatkan motorik kasar tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
permainan. Perkembangan motorik (Motor development) adalah perubahan secara progresif pada
kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor
kematangan (maturation) dan latihan/pengalaman (experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat
melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan. Meningkatkan kemampuan motorik anak saat mereka di
usia AUD membuat aktifitas fisik atau motorik mereka juga semakin banyak. Tidak heran jika anak-anak
gemar sekali bermain tanpa mengenal lelah. Segala kegiatan anak selalu dilakukan dengan bermain dan
bermain akan meningkatkan aktifitas anak. Maxim (Susilowati,2013) menyatakan bahwa, menyatakan
bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan
memperhatikan benda-benda untuk dapat menangkapnya, mencoba melemparkannya atau
menjatuhkannya, mengambil, menggosok-gosok, dan meletakan kembali benda-benda kedalam
tempatnya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan motorik kasar adalah gerakan yang melibatkan
semua tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu, gerakan motorik kasar terlalu
membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Keterampilan
motorik setiap orang pada dasarnya berbeda-beda tergantung pada banyaknya gerakan yang
dikuasainya. Lebih lanjut Sujiono (dalam Erlinda,2014) menyatakan bahwa gerakan yang timbul dan
terjadi pada motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi dan melibatkan otototot besar dari bagian
tubuh, dan memerlukan tenaga yang cukup besar Memperhatikan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa keterampilan motorik kasar unsur-unsurnya identik dengan unsur yang dikembangkan dalam
kebugaran jasmani pada umumnya.Hal ini sesuai pendapat Depdiknas (dalam Erlinda, e-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) 2004) bahwa perkembangan motorik merupakan
perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.Ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan, dan kontrol motorik. Musfiroh (dalam Erlinda,
2014) menyatakan bahwa kebugaran jasmani dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (a) kebugaran
statistik, (b) kebugaran dinamis, (c) kebugaran motoris. Sumantri (dalam Apriani, 2013) mengatakan
tujuan pengembangan motorik kasar adalah sebagai berikut, (1) mampu meningkatkan keterampilan
gerak, (2) mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, (3) mampu menanamkan sikap
percaya diri, (4) mampu bekerjasama dan (5) mampu berprilaku disiplin, jujur dan sportif. Sedangkan
untuk fungsinya adalah (a) sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan
kesehatan untuk anak usia dini, (b) sebagai alat untuk membentuk dan memperkuat tubuh anak usia
dini, (c) sebagai alat melatih ketrampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini, (d)
sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional, (e) ebagai alat untuk meningkatkan
perkembangan sosialnya dan (f) sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami
mamfaat kesehatan pribadi. Adapun kemampuan motorik kasar anak usia dini, khususnya anak TK (usia
antara 5 sampai dengan 6 tahun adalah sebagai berikut: (1) memanjat tanggatangga di lapangan
bermain, (2) menangkap bola pada tangan dengan siku menekuk, (3) menikung pada belokan tajam
dengan sepeda roda tiga, (4) melempar bola melebihi 3,5 meter, (5) tetap seimbang ketika berjalan
mundur, (6) menuruni tangga langkah demi langkah, (7) membawa gelas berisi air tanpa menumpahkan
isinya, (8) berjalan mundur pada garis yang ditentukan, (9) berjinjit dengan tangan di pinggul, (10)
melompatlompat dengan kaki bergantian, (11) berlari dan langsung menendang bola, dan (12)
mengayunkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan. Permainan
tradisional anak adalah salah satu bentuk folklore yang berupa yang beredar secara lisan di antara
anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai
variasi.Oleh karena itu termasuk folklore, maka sifat atau ciri-ciri dari permainan tradisional anak sudah
tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan
tradisional biasanya tersebar dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau
bentuk meskipun dasarnya sama. Engklek adalah permainan yang sudah ada secara turun temurun,
permainanan ini dilakukan dengan cara berjalan atau melompat dengan menggunakan satu kaki
Lindawati dalam Margareta (2015). Menurut Sukirman (2004), permainan tradisional anak merupakan
unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan
kehidupan sosial anak. Permainan tradisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu
masyarakat untuk mempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan
tradisional bisa bertahan atau dipertahankan karena pada umunya mengandung unsur-unsur budaya
dan nilainilai moral yang tinggi, seperti kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan,
keterampilan dan keberanian. Pendapat lain dipaparkan oleh Mulyati (2013: 46) bahwa dinamakan
engklek karena bermainnya menggunakan satu kaki yang dalam bahasa jawa artinya ‘engklek’. Anak
yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan.Tapi laki-laki pun begitu melihat bisa ikut
bergabung bermain.Jumlah pemain engklek bebas, biasanya 2 sampai 5 anak.Tempat bermain tidak
memerlukan pekarangan luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Permainan
engklek merupakan permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang digambar
diatas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari satu
kotak kekotak berikutnya.(Montolalu 2005:34) menyatakanPermainan engklek biasa dimainkan oleh 2
sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus menggambar kotak-kotak dipelataran semen,
aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat dempet vertical kemudian disebelah kanan dan kiri diberi
lagi sebuah segi empat”. Wardani (2010:15)menyatakan “permainan engklek disebut juga dengan
Somdah. Somdah merupakan permainan yang menggunakan media gambar persegi empat yang
digambar di lantai ataupun di tanah”. Cara bermain permainan tradisional engklek cukup sederhana
dengan melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di
tanah.Untuk dapat bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa
pecahan genting, keramik lantai ataupun batu yang datar.Kreweng/gacuk dilempar kesalah satu petak
yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain,
jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang
ada.Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka
dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran
terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang
dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawah”nya, artinya dipetak tersebut pemain yang
bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh
menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah
pemenangnya.Permainan ini sangat seru karena biasanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah
saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya. Secara umum,
permainan-permainan tradisional khususnya engklek memberikan manfaat yang luar biasa pada
perkembangan anak.Seperti dapat melatih kemampuan motorik kasar anak, kejujuran, kerjasama,
kekompakan, ketrampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan sikap, serta dapat melatih jiwa kesosialan
anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat.Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa permainan engklek dapat menambah perkembangan motorik kasar anak, hal ini dapat dilihat
dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh anak dan jika kegiatan ini dapat terlaksana dengan teratur
dapat menyeimbangkan kelenturan motorik anak. METODE Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.
Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran
dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan
hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di
kelompok B di PAUD Widhya Laksmi Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan dan disesuaikan dengan
kalender pendidikan di PAUD Widhya Laksmi Singaraja Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B di PAUD Widhya Laksmi
Singaraja. Penelitian dilaksanakan kolaboratif antara guru dan peneliti. Dari tujuan PTK di atas semakin
memantapkan penelitian untuk menggunakan motode penelitian ini, serta diharapkan dapat
memberikan perbaikan dan meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada berbagai macam
desain model PTK yaitu Kurt Lewin, kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada penelitian ini peneliti
menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini diangggap
lebih mudah dalam prosedur tahapannya. Berikut adalah PTK menurut Kemmis dan Mc Taggar e-Journal
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Gambar 1. Model penelitian tindakan kelas menurut (Kemmis
dan Mc Taggert) Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun tahun ajaran 2015/2016.Penentuan
waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di PAUD Widhya Laksmi Singaraja.Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Widhya Laksmi desa Babakan Kecamatan Sukasada Kabupaten
Buleleng dalam kegiatan permainan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada
hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses
pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Agung (2010:24) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan),
terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang
sedang berjalan”. Sedangkan Lewin (dalam Kunandar, 2008:42) menyatakan bahwa “penelitian tindakan
adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, refleksi”. Sementara itu menurut Ebbut (dalam Kunandar, 2008:43) “penelitian tindakan
adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru
dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil
dari tindakan-tindakan tersebut.”Kunandar (2008:45) menyimpulkan bahwa “penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
di kelas.” Berdasarkan beberapa pendapat d

Anda mungkin juga menyukai