BAB 10
PRESTASI LANGIT
Doa
Mengawali bab ini saya akan menulis tentang doa. Terus ada yang
nyeletuk “Sekarang pengen menjadi prestasi agar tidak menjadi
siswa rata-rata, terus apa kaitanya dengan doa? Kok yang dibahas
tentang doa?”
Camkan baik-baik! Yang membuat dan menjadkan prestasi kita itu
adalah Allah Swt. Dan kita hanya berusaha mengikuti pola-pola
yang agar menjadi prestasi. Berhasil atau tidak semua ketentuan-
Nya. Dengan harapan dipermudah dalam berikhtiar, mudah dalam
menerima dan mempelajari materi yang diajarkan di sekolah.
Toh dalam keseharian pun kuta belum memulai pelajaran di kelas
berdoa terlebih dulu? “sebelum belajar marilah kita berdoa
menurut agama dan kepercayaannya masing-masing!” bukan
begitu aba-aba dari ketua kelas?
Nabi juga mengajarkan untuk selalu berdoa dalam segala
aktivitas. Ketika mau makan berdoa, ketika mau berdoa, ketika
mau tidur ada doanya, mau ke toilet pun tak lupa berdoa.
Termasuk ketika mau belajar tentu tidak melupakan doa.
Nah, apa tujuannya? Yang pasti, agarsetiap aktivitas yang kita
lakukan mendapat berkah, tidak hanya sekadar aktivitas namun
pahala juga diperoleh. Tidak kalah pentingnya juga harapan agar
diberikan kemudahan dalam memahami pelajaran. Kalau kita
analogikan, misalnya pencipta kompuuter pasti tau betul
akankomputernya, pencipta motor paham benar dengan
ciptaanya. Mereka paham seluk beluk yang mereka ciptakan.
Lantas bukankah Tuhan yang menciptakan kita. Dia tahu betul
akan kita, yang kita perlukan, maka sepantasnya berdoalah
kepada-Nya.
Semua punya impian dan segudang harapan untuk lebih baik ke
depannya. Dan tahukah kamu ternyata pada hakikatnya doa ini,
harapn juga, dan termasuk impian adalah kurang lebih sama saja?
Sama-samas sesuatu yang ingin kita wujudkan. Namun
sayangnya, doa setiap hari kita lakukan terkadang tidak
memaksimalkannya, bahkan lebih banyak hanya sebagai
formalitas saja yang pernting berdoa.
Selesai shalat berdoa? Berdoa. Mau makan, mau tidur, sampailah
ketika memulai pelajaran di kelas berdoa? Berdoa. Cuma seklai
lagi hanya rutinitas saja, untuk lebih menghayati benar-benar
menyadarkan harapan pada ucapan doa yang dipanjatkannya
sepertinya belum sering kita lakukan.
Namun perlu diingat jangan sampai sudah benar-benar
memaksimalkan doanya, lalu tidak berusaha hanya
mengandalkandoa saja? Itu konyol. Tidak mungkin akan berhasil
kalau tidak ada usaha. Begitu juga dengan kebalikannya, yang
berusaha tanpa berdoa. Ini juga tidaktepat bisa masuk ke dalam
kesombongan, karena Allah menentukan segalanya. Bagaimana
baiknya? Adukan kepada Tuhan dengan berdoa kepada-Nya,
kemudian wujudkan dengan usaha dan kerja keras. Ini baru betul.
Masalah hasil, tentu bergantung seberapa keras doa dan usaha
kita.
Nah, ini kita manfaatkan dalam meraih prestasi. Berdoalah dan
berusahalah dengan maksimal! Lebih powerfull lagi, tambah
dengan meminta doa pada orang tua. Karena doa mereka lebih
melangit, lebih makbul dibandingkan doa kita sendiri. Tidak
percaya? Coba saja! Sedikit bercanda, malin kundang sajabisa jadi
batu karena doa orang tuanya. He, apalagi hanya sekadar
mendoakan prestasi dan kesuksesan, itu lebih baik ketimbang doa
bisa jadi batu. Hihihi.
Yang terakhir, tatkala doa telah kita panjatkan jangan lupa
selipkan mendoakan kemudahan jeberhasilann orang lain juga.
Bukan apa, ketika kita mendoakan orang lain, maka di saat itu
pula malaikat berdoa untuk kita. Ih, keren! Cuma jangan sampai
mendoakan ynag tidak baik untuk orang lain, bahaya! Kebanyakan
doa yang sama juga di mohonkan malaikat untuk kita. He, jangan
sampai.
Ibadah
Kok bawa-bawa ibadah segala? Ibadah ya ibadah, prestasi ya
prestasi! Begitulah sebagian dari kita berpikir pada umumnya. Jadi
tidak ada keterkaitan antara ibbadah dan prestasi. Hm, jangan
salah, menurut henat saya ini keliru. Tidak terkira kesuksesan-
kesuksesan orang luar biasa di luar sana mereka sangat
memperhatikan ibdahnya. Makin prestasi makin mantap
ibadahnya. Begitu juga sebaliknya makin beribadah makin mantap
prestasinya.
Dimulai dari ynag pertama, ibadah yang paling mudah dan cepat
yaitu sedekah. Mudah dan cepat? Iya, kalau ibadah lain perlu
belajar, perlu meghafal, perlu contoh untuk melakukannya. Lantas
sedekah? Saya rasa hanya perlu keluarkan uang atau bentuk lain
lalu sedekahkan, selesai.
Mudah dan cepatkan? Lalu, apa hubungannya sedekah dengan
prestasi?
Msri kita lihat orang-orang sukses stingkat Bill Gates dan Steve
Jobs! Mereka adalah orang tersohor dengan kekayaanya, dan
ternyata mereka juga tersohor dengan kedermawanannya. Nah,
tidak mustahil, sedekah yang mantapjuga diikuti dengan prestasi
yang mantap. Jika masih belum prestasi di akademik, in sha Allah
nanti akan kau dapatkan prestasi kesuksesan di dunia nyata. Dan
kalau juga belum kau dapatkan maka kahirat menanti prestasi dari
Tuhan Rabulla’lamain. Aamiin.
Lalu ibadah lain adalah shalat Dhuha. Ini juga berpengaruh pada
prestasi. Aslinya memang ini adalah shalat pembuka reseki,
namun bukankah prestasi itu juga reseki? Sandiaga Uno wakil
Gubernur Jakarta kabarnya sejak SMA sudah merutinkan shalat
Dhuha. Bagaimana prestasinya? Hm, beliau adalah sebuah
prestasi yang wow.
Apalagi ibadah penunjang prestasi? Tidak diragukan lagi selain
shalat wajib, shalat yang paling dianjurkan adalah shalat Tahajud.
Kaa Allah, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah
(uuntuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau
lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu
Perkataan yang berat”. (QS. Al-Muzammil:1-5).
Pintarkan Orang Lain
Tahun 1998 dann dibuka secara resmi perusahaan google di
Menlo Park, California. Siapa tak kenal google, mesin pencari di
dunia maya yang sarat dengan informasi. Ngomong-ngomong
Anda tahu nama google dari mana?
Tarnyata Google berasal dari kata Googlo yang diciptakan oleh
Milton Sirotta, Ponakan Edward Kanser seorang ahli Matemattika
dari AS. Menariknya istilah Googlo dibuat untuk menyebutkan
angka 1 (satu) yang diikuri 100 angka 0 (nol). Kalau mau
disebutkan, berapaan itu ya? Satu terus serratus nolnya. Ah,
sudahlah yang jelas kata Google ini adalah hasil dari refleksi kata
Googlo.
Terlepas dari nama Googlo atau Google, cerita ketika saya dulu
ada tugas sekolah atau kuliah, dan kesulitan, tidak tahu harus
bertanya kepada siapa, maka teman menyarankan cari saja di
Google pasti ada jawabannya. Dengan siapa saya langsung ke
warnet (warung internet) karena dulu belum seliar menggunakan
smartphone seperti sekarang untuk browsing. Dan benar saj
langsung ketemu jawabannya sesuai dengan kata perintah yang
kita cari di Google. Hm, sekarang juga masih begitu kali. Hehehe.
Saya bertanya, kok bisa ya semua yang kita cari ada informasinya?
Teman saya menjawab mereka orang di luar sana senang berbagi
informasi. Setiap orang berbagi informasi menggunakan internet,
maka lengkaplah apa yang kita cari tertera pada pencarian
Google. Semakin menjalar pertanyaan saya,apa untungnya buat
mereka yang memposting informasi ke dunia maya itu? Sekali lagi
apa untungya?
Nah, mari kita cari tahu, kata kuncinya adalah berbagi. Dan hokum
kausalitas berlaku. Ketika kita memberikan informasi, itu menurut
kita, tapi bagi mereka ada tujuan lain, apa itu? Mendapatkan
pejalaran.
Analoginya begini, ketika siswa yang mengajarkan (baca memberi)
siswa lain, maka semakin sering ia mengajarkan maka semakin
piawai dan terampil pula dengan apa yang diajarkannya. Semakin
ia membantu temannya, semakin terbantu pula meningkatkan
kehebatan dirinya.
Rumus ini, bukan rahasia umum lagi kita ketahui, ketika kita
berbagi, maka di situ akan mendapatkan. Pendek kata, kepedulian
terhadap sesama akan melangitkan impian-impian kita.
Ingin suskes? Sukseskan orang lain.
Ingin dipermudah, mudahkan orang lain.
Ingin impian terwujud? Wujudkan impian orang lain.
Ingn doa terkabul? Doakan orang lain.
Ingin cepat ditolong Allah? Tolong dulu orang lain.
Ingin pintar? Pintarkan orang lain (dengan mengajarkanya).
Prestasi yang Sesungguhnya
Tidak dielakkan lagi, siapa pun kita pastilah ingin jadi yang
terbaik, ingin beprestasi, ingin menjadi sukses. Nah, ketahuilah
sidang pembaca sekalian, mulai sekarang bahwa sebenarnya
semuanya adalah orang ynag beruntung, dan kita semua
berprestasi bahkan hebat, baik dalam pelajaran maupun
kehidupan sehari-hari. Dan itu harus diapresiasi. Kalaupun tidak
adayang mengapresiasi, ya udah apresiasi sendiri saja! Hehehe.
Nggak masalah yang penting legal dan tidak merugikan orang
lain. Hm, kurang percaya? Simak alenia-alenia berikut!
Jika sekarangkamu duduk di banku sekolah kelas berapapun atau
sudah selesai, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Bukankah itu
juga adalah prestasi? Bagaimana tidak, berapa banyak di luar sana
yang tidak bisa melanjutkan studinya karena sesuatu dan lain hal.
Ada yang memang putus sekolah di tengah jalan karena merried,
ada yang karena sudah tidak minat lagi sekolah, dan berbagai
problema yangmereja hadapi sehingga tidak bisa setinggi kelas
dirimu sekarang ini, itu adalah prestasi.
Prestasi yang kedua. seandainya pun tahun ini ada sesuatu yang
membuatmu harus tinggal di kelas karena mungkin penilaian dari
guru-guru sekolahmu, kamu belum mampu untuk ke jenjang
selanjutnya. Akan tetapi ada juga pencapaian hebat karena kamu
bisa bertahan (tidak putus sekolah) itu adalah sebuah prestasi.
Yah, orang lain hanya tiga tahun dan dirimu empat tahun di
sekolah. Lebih banyak lebih baik toh? Hehehe. Becanda. Coba
tanyakan pada dirimu, mengapa sampai tinggal di kelas atau tidak
naik kelas, apakah itu karena dirimu benar-benar bodoh? Hm,
saya yakin bukan itu penyebabnya. Biasanya kenalakanlah yang
membuat seseorang kurang memberdayakan dirinya. Tapi jika
dipaksakan berprestasi? Saya yakin bisa.kalau saya saja yakin
bagaimana mungkin dirimu tidak meyakini diri sendiri.
Lalu yang ketiga, jika hari ini kita pernah mengalami
kesengsaraan, tekanan, keputusasaan, dan menaganggap diri
tidak berprestasi, tidak berguna, jauh ketinggalan dari teman
lainnya. Ketahuilah, di luar sana masih banyak yang di bawah kita.
Bahkan mereka mempunyai nasib jauh lebih buruk dari kita.
Mereka tidak bisa belajar karena ketakutan disebabkan perang,
mereka tidak bisa belajar karena impitan ekonomi yang emang
hanya untuk bertahan hidup.
Dan hari ini kamu masih dapat membaca buku ini, itu juga
merupakan sebuah prestasi yang patut disyukuri. Bagaimana
tidak, ada ratusan juta jiwa di luar sana mereka tidak bisa sama
sekali hanya sekadar untuk baca tulis. Dengan segudang
permintaan dan harapan untuk terwujudkan keinginan, impian
kita. Mari tetap syukuri apa yang telah kita gapai.
Yang keempat, prestasi yang sesungguhnya adalah bila kita bisa
bermanfaat bagi orang lain. Penghargaan di sekolah berlaku
ketika di sekolah saja. Nah, jika sudah masuk dalam kehidupan
nyata, kita harus berdaya. Apalah artinya di dalam akademik
bertumpuk prestasi tapi tidak punya manfaat sedikit pun bagi
orang lain. Justru saya lebih baik sebaliknya. Walau kita biasa saja
namun memberikan solusi bagi orang lain, berdaya dan
bermanfaat bagi orang lain itu merupakan kebanggan dan
prestasi yang tidak terbayangkan.
Yang kelima, walau apa pun keadaan maka kebahagiaan orang
tualah yang utama. Prestasi ini yang harus kita pertahankan.
Betungkus lumus mengejar prestasi namun jika di hati orang tua
dilukai, disakiti, akan sirna semuanya. Bagaimana tidak, mereka
sudah berkorban dari mulai melahirkan, membesarkan, mendidik,
dan membiayai seluruh kebutuhan kita. Toh, kita sakiti hatinya
maka bukanlah merupakan sebuah prestasi jika demikian adanya.
Yang terakhir dalam prestasi sesungguhnya adalah teguhnya iman
sampai akhir hayat. Seluruh prestasi tidak ada gunanya jika tidak
ada keridhoan dari Allah Swt. Prestasi yang hakiki adalah prestasi
yang diberikan Allah Swt. Predikat sebagai orang berima dan
bertakwa. Jika di sekolah harus melewati ulangan atau ujaran
barulah tahu akan prestasi atau tidak. Dan ternyata Allah lebih
dulu memberikan itu. ”Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut: 2). Maka inilah
puncak prestasi yang sesungguhnya.