Anda di halaman 1dari 2

BERSUKACITA DAN BERSYUKUR ITU SULIT UNTUK HAL KECIL

Filipi 4: 1-19
Jemaat perdana di Filipi sangat menarik hati. Lidia dan seorang perempuan yang
dilepaskan dari roh jahat, dan beberapa wanita lain yang percaya, dan kepala penjara
yang bertobat, merekalah anggota pertama jemaat yang sangat dikasihi Paulus. Jemaat
pertama ini sangat menyadari dan memahami pekerjaan pelayanan Paulus sangat berat
dan oleh jemaat dianggap sebagai beban mereka juga; sengsara Paulus adalah sengsara
mereka juga. Hal ini ditunjukkan oleh jemaat dengan senantiasa mengirimkan bantuan
kepada Paulus di Tesalonika (4: 15-16). Ketika Paulus di Korintus jemaat Filipi juga
mengirimkan bantuan dan Paulus menerimanya dengan ucapan terima kasih. Di
samping itu jemaat Pilipi juga memberikan bantuan kepada jemaat yang miskin di
Yerusalem meskipun mereka sendiri mengalami penderitaan (2 Kor. 8: 1-5). Pada saat
Paulus di penjara, jemaat Filipi juga mencurahkan perhatian kepadanya (4: 10) dan
turut dalam kesusahannya (4: 14) dengan mengirimkan bantuan (4: 18).

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan…(ay.4). Dalam ayat ini bersukacita itu


ditetapkan ‘di dalam Tuhan’. Itu berarti bahwa bersukacita itu ada juga ‘di dalam yang
lain’, misalnya bersukacita di dalam dunia. Sukacita di dalam dunia tentu berjalan dalam
kategori bersaing, atau saling sikut untuk menjadi lebih hebat sendiri, lebih unggul
sendiri tanpa pertimbangan apakah baik atau menyakitkan bagi orang lain? Apakah
sukacita ini juga dirasakan orang lain atau hanya saya sendiri? Karena itu sukacita itu
penting sekali ditetapkan di dalam Tuhan. Dengan demikian sukacita itu menjadi sangat
dalam dan sangat luas: Pertama, sukacita tidak hanya ketika menerima, tetapi lebih
pada memberi (Kis. 20: 35); sukacita besar walau hanya dengan hal kecil.

Cerita: Ada seorang petani jagung. Pada suatu saat dia bersama anaknya
menanam jagung dengan bibit 20 kg. Tanaman ini dirawat dengan baik, namun pada
saat musim panen, si petani hanya memperoleh hasil sebanyak 20 kg atau sebesar bibit
yang ditanam. Anak petani sangat kecewa dengan kenyataan ini dan menyarankan
untuk tidak lagi menanam jagung, namun orang tuanya menjawab dengan bijaksana:
“Anakku, kita mestinya bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena Dia masih memberi bibit
yang baru untuk kita tanam kembali”.

Si petani jagung menunjukkan sukacitanya di dalam Tuhan, di mana sukacita itu


bukan hanya oleh hal-hal besar, tetapi juga oleh hal-hal kecil. Kedua, sukacita dari
kemauan dan kemampuan merasakan pergumulan atau penderitaan orang lain. Hal ini
ditunjukkan dengan jelas oleh jemaat Filipi kepada Paulus dan jemaat miskin di
Jerusalem sebagai buah dari iman kepada Yesus Kristus. Tentu bagi pemuda gereja,
buah iman yang demikian sangat diharapkan. Bacalah kisah dalam Lukas 13: 6-9, di
mana Yesus sangat mengharapkan kita berbuah, dan itu salah satunya kita perlihatkan
dari kepedulian kita (Luk. 13: 8-9).

Hal seperti ini juga yang ditunjukkan dan ditekankan oleh Paulus dengan
mengatakan “…sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan…”(ay.
11b-13). Kemampuan seperti ini sangat luar biasa. Pertanyaannya, bagaimana kita
memiliki kemampuan yang seperti ini? Dalam perikop ini Paulus sendiri memberikan
jawabannya kepada kita: “Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang manis didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu…lakukanlah itu” (ay.8-9).
Terimalah sukacitamu dari buah menghidupi firman Tuhan sebagaimana Paulus
sarankan dan buktikan, maka jadilah juga bukti kebenaran firman Tuhan. Amin

Diskusi :

 Apakah defenisi sukacita menurut anda?

 Cobalah berbagi pengalaman sukacita yang pernah anda alami.

 Mana yang lebih banyak sukacitamu: manfaat untuk orang lain, atau manfaat
hanya untuk diri sendiri? sukacita karena memberi atau menerima?

 Seberapa banyak anda memiliki/menggunakan ay. 8 dalam memperoleh


sukacita?

Anda mungkin juga menyukai