Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM DAN TAHUNAN

Makalah Pengolahan Tanah, Pemeliharaan, dan Pemupukan


Tanaman Kelapa Sawit

Disusun oleh :
Diyahayu Putri (H0713055)
E. A Lintang Wardyani (H0713059)
G’lora Jayantie (H0713076)
Gendro Indri W (H0713079)
Hannura Hosea (H0713083)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salaha satu
jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian
umumnya dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lem,ak, kelapa sawit yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit,
maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kuantitas dan kualitas produksi kelapa sawit
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya
adalah pengendalian hama dan penyakit.
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
saat ini, sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit
tahun 1968 seluas 105.88 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007
meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan prosuksi sekitar 17,3 juta ton CPO.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona
Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain
mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi sumber
devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Perkebunan (2008) menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari
4.713.435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal
perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal
tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktifitas kelapa sawit
adalah 178 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 217 ton/ha tahun 2005.
Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang
tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Mengasilkan (TM) adalah
pengendalian hama dan penyakuit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang berpeluang besar meningkatkan perkonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar,
orientasi pada ekspor dan komponen impor yang kecil dapat menghasilkan devisa
non migas dalam jumlah yang besar. Produktifitas kelapa sawit sangat dipengaruhi
oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu
kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman.
Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman.
BAB II
ISI

A. Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan
kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat
berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor
yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis,
perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
a. Iklim
1) Curah Hujan dan Kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran
rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000
mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang
ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-
400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter
di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan
produksinya pun akan rendah.
2) Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena
berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan
curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
3) Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit.
Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada
antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik
jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang
diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata
sepanjang tahun.
b. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada
karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan.
Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol,
podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal,
yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
1) Sifat Fisik Tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau
sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah
gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat
dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus
mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah
maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai
berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam
mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang
relatif sulit.
2) Sifat Kimia Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan
pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah
organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan
mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut
memiliki pH rendah.
B. Teknis Budidaya
1. Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya
Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan
pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan,
areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa
sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok.
Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit
dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat
pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit.

a). Jaringan Jalan


Jaringan jalan perlu dipersiapkan terlebih dahulu sebelum proses
penanaman. Karena jaringan jalan berfungsi sehingga sarana pengangkutan
bahanpupuk produksi, dan lain-lain.Jenis jalan tersebut antara lain :
(1) Jalan sekunder/jalan produksi (submain road) merupakan jalan transportasi
yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi (pengumpul hasil).
(2) Jalan koleksi (collecting road), yakni jalan yang berada di dalam blok-
blok penanaman yang berfungsi untuk pengumpulan hasil (buah), dimana
lebar jalan ± 4 meter.
(3) Jalan panen, yakni jalan untuk para pemanen mengangkut buah dari pohon
ketempat pengumpul hasil. Umumnya menggunakan gerobak sorong.
(4) Jalan utama, yaitu jalan pengumpulan utama yang melayani sejumlah jalan
pengumpul hasil. Kendaraan yang telah penuh bermuatan buah sawit siap
menuju pabrik.
b). Drainase
Parit drainase (saluran air). Sangat penting terutama di lahan gambut
yang memang lebih banyak memerlukan parit dan juga pintu-pintu air yang
berfungsi untuk mengatur kebutuhan air di lokasi perkebunan. Macam
Drainase
(1) Drainase Lapangan ( field drain)
Yaitu parit yang searah dengan barisan pohon kelapa sawit. Lebar dan
dalamnya 1 meter x 1 meter.
(2) Drainase pengumpul (collection drain)
Yaitu parit yang berfungsi menampung air dari drainase lapangan.
Lebar parit2 – 2,5 meter dan kedalaman 1,5 – 2,0 meter.
(3) Drainase pembuang (outlet drain)
Yaitu parit yang menerima air dari drainase pengumpul dan
mengalirkan langsung ke sungai lebar parit 3,5 meter ke dalaman 2 – 2,5
meter.
2. Pembibitan
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan
tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada
masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai
standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas.
Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan
penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi
kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman
(transplanting).
Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan
berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat
menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu
berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan
awal dan pembibitan utama.
1) Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a) Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang
direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya
pengangkutan bibit
b) Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-
tengah Kebun
c) Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman,
dengan kualitas yang memenuhi syarat.
d) Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan.
e) Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
f) Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan
mempunyai kondisi baik.
g) Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam
pengawasan.
h) Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai
sanitasi yang baik.
2) Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal
pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan
bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam
menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang
untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200
m dengan lebar 5 m.
3) Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau
dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum
kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang
menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah
kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery).
Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan
pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada
polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama
(Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar.
Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
 Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya
waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
 Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah
melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di
pembibitan utama.
 Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi
keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
4) Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah
yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas
kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila
tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%).
Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak
dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk
membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material
lainnya.
5) Kantong Plastik (Polybag)
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap
pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih
atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm.
Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah.
Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna
hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm.
Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada
ketinggian 10 cm dari bawah polybag.
6) Pembibitan Awal ( Pre-Nursery )
Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian
diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang
bedengan secukupnya. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm
atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas
yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2
cm. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4
bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke
pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu
dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas
tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam
usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi
bibit terhadap kerusakan karena siraman.
7) Pembibitan Utama ( Main-Nursery )
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang
lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal
0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag
diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag,
disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum
dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada
permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar
bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas
lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem
segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.
8) Pemeliharaan (pada pembibitan)
Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara
dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan
dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang
tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
a) Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan
lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.Air untuk menyiram
bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak
padat. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya
harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan
tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman 2 liter
per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.
b) Penyiangan
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus
dibersihkan, dikored atau dengan herbisida. Gulma yang tumbuh dalam
polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau
dengan herbisida.
c) Pengawasan dan seleksi
Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan
perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil,
abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke
main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta
pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut (Setyamidjaja, 2006),
seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada
waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan
setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat
dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang
bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
 bibit tumbuh meninggi dan kaku
 bibit terkulai
 anak daun tidak membelah sempurna
 terkena penyakit
 anak daun tidak sempurna
d) Pemupukan
Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat,
tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam
bentuk larutan dan pupuk majemuk.
C. Penanamanan.

1. Penentuan Jarak Tanam


Tanaman kelapa sawit di tanam dengan pola segi tiga sama sisi.
Untuk menentukan jarak tanam, ataupun populasi tanaman dalam satu hektar
dapat ditentukan dengan rumus :

Keterangan : Sin 60° = 0,866Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 9 x 9 x


9, sehingga dalam 1 Haada 142 tanaman.

2. Pemasangan Ajir

Ajir adalah kayu atau bambu yang ditancapkan di tempat-tempat yang


akan ditanam kelapa sawit. Ajir ini sebagai tanda bagi kontraktor atau buruh
untuk membuat lubang tanam.Barisan panjang dibuat dari arah utara – selatan.
Pemancangan dilakukansetelah selesai pembukaan lahan.Alat dan bahan yang
digunakan untuk pemasangan ajir antara lain; theodolite atau kompas, tali atau
kawat, pancang.
Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter dengan pola segitiga sama sisi

3. Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan


dibiarkanselama 2 minggu. Sebelum ditanami di beri pupuk Rock Fosfat yang
merupakan jenis pupuk fosfat alam. Dosis 1 kg per lubang dan diaplikasikan
setelah lubangtanam dibuat atau bersamaan dengan kegiatan menanam.

4. Penanaman

Bibit yang ditanam di lapangan sebaiknya telah berumur 12 – 14


bulan.Kedalaman lubang tanam harus diatur agar suhu dengan tinggi polybag
ditambah5 cm. Misalnya tinggi polybag 45 cm kedalaman lubang menjadi 50
cm.Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar tanaman
tidak kekurangan air.Tanaman yang mati harus segera disulam agar
pertumbuhan tanamantersebut tidak ketinggalan dari tanaman lainnya.
5. Tanaman Penutup Tanah (Cover Crop)
Penanaman tanaman penutup tanah dapat ditanam sebelum maupun
sesudah bibit kelapa sawit ditanam. Tanaman penutup tanah sangat dianjurkan
diperkebunan kelapa sawit karena tanaman penutup tanah memiliki manfaat
yaitu ; menghindarkan tanah dari bahaya erosi. Guguran daun dari bintil
akarnya bisa memberi tambahan unsur Nitrogen (N) pada tanah. Menekan
pertumbuhan alang-alang dan gulma lain. Jenis-jenis tertentu seperti Pueraria
triloba mampu menghisap banyak airsehingga cocok ditanam di lokasi yang
rendah atau bekas rawa.

D. PEMELIHARAAN.

1. Pengendalian Gulma
Gulma (rumput pengganggu) di perkebunan kelapa sawit harus
dikendalikan karena gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit alam
menyerap unsur hara dan air, serta kemungkinan gulma menjadi tanaman
inang hama danpenyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
menggunakan parang ataupun cangkul, dan juga dapat dilakukan dengan cara
kimia, yaitu dengan menyemprotkan larutan herbisida (racun rumput).
Pengendalian gulma dilakukan tergantung pada banyaknya gulma di areal
perkebunan.
2. Kastrasi
Kastrasi yaitu membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa
sawit muda atau TBM (Tanamam Belum Menghasilkan). Kastrasi dilakukan
kira-kira ketika tanaman berumur 20 – 30 bulan. Kastrasi perlu dilakukan
karena buah yang dihasilkan berat tandannyahanya 0,5 – 1 kg. Kadar minyak
sangat kecil, dan secara fisiologis, kastrasi menguntungkan karena semua
hasil fotosintesis akan tersalurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang
lebih tegap dan sehat.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan
yang dibuat melingkar di sekitar tanaman. Untuk waktu aplikasi dan dosis
pemupukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Fungsi dan peranan setiap unsur hara terdapat pertumbuhan dan
produksi tanaman kelapa sawit sebagai berikut :

Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam


amino, protein, amida, alkaloid, dan klorofil. Kekurangan nitrogen akan
menurunkan aktivitas metabolism tanaman yang dapat menimbulkan klorosis
(warna daun memucat). Pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi buah. Penelitian di Sumatera Utaradan Malaysia
menunjukkan pemupukan nitrogen meningkatkan perkembangan batang dan
memperbesar leaf area index sehingga meningkatkan produksi tandan buah.

Fosfor (P)

Fosfor (P) berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang
menyangkut pertumbuhan vegetative maupun pertumbuhan generatif. Fosfor
merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan dalam pembentukan
akar. Fungsi lain unsurfosfor adalah membentuk ikatan fosfolipid dalam
minyak. Kekurangan unsur fosfor akan menghambat pertumbuhan,
melemahkan jaringan,serta memperlambat proses fisiologis. Kebutuhan unsur
P lebih sedikit dibandingkan dengan N danK. Untuk menambah produksi
tandan buah, unsur P tidak dapat bekerja sendiri, tetapi akan berkombinasi
dengan unsur-unsur lainnya.

Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara terpenting untuk kelapa sawit, karena


unsur ini paling banyak ditransfer ketandan buah. Aktivitas penting dalam
proses fisiologis, seperti fotosintesis dan respirasi banyak dipengaruhi oleh
unsur kalium. Unsur kalium juga berperan sebagai katalisator dalam setiap
proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan minyak.
Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan batang
dan mempercepat panen pertama. Pemupukan kalium di berbagai jenis tanah,
terutama tanah yang kandungan pasirnya tinggi atau alluvial dan hidromorfik,
bisa meningkatkan produksi tandan kelapa sawit.

Magnesium (Mg)

Unsur magnesium unsur utama pembentuk klorifil dan berperan dalam


sistem kerja enzim. Magnesium memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan tanaman. Sementara itu, pengaruhnya terhadap produksi tandan
relatif kecil dan tidak secara langsung.
BAB III

PENUTUP

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh
di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang
dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari
dan suhu optimum berkisar 240-380oC
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen.
Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan
yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan
yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan
buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4
tahun. Unsur hara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa
sawit adalah N, P, K dan Magnesium.
DAFTAR PUSTAKA

Andoko Agus., Widodoro . 2013. Berkebun Kelapa Sawit “Si Emas Cair” Panduan
Praktis dari Nol. AgroMedia Pustaka. Jakarta

Fachrul 2013. Budidaya Kelapa Sawit. http://fachrulislami.co.id/budidaya-kelapa-


sawit. Diakses pada 1 November 2014.

http://www.scribd.com/doc/52248685/TEKNIK-BUDIDAYA-KELAPA-SAWIT
Diakses pada 1 November 2014

Anda mungkin juga menyukai