Anda di halaman 1dari 19

RUMAH

ADAT
RIAU
NYIUR ESA - 220606110066
KAJIAN
KESETEMPATAN
Berparan beranjung tinggi
Yang bertiang dan bertangga
Beratap penampung hujan penyanggah Berselembayung bersayap layang
“RUMAH” MENURUT
panas Berperabung kuda berlari
SAJAK TRADISIONAL
Berdinding penghambat angin dan tempias
Berlarik jerajak luar
RIAU
Berselasar dan berpelantar
Beruang besar berbilik dalam Bertebuk kisi-kisi dalam
Bangunan tradisional Melayu
Berpenanggah dan bertepian Bidainya tingkat bertingkat
adalah suatu bangunan yang utuh,
Kaki dan atap berombak-ombak yang dapat dijadikan sebagai
Tempat berhimpun sanak saudara
Tempat berunding cerdik pandai Berhalaman berdusun tempat kediaman keluarga, tempat
Tempat bercakap alim ulama Di situ berlabuh kaum kerabat bermusyawarah, tempat beradat
Tempat beradat berketurunan berketurunan, dan tempat
Di situ bertambat sanak famili
Yang berpintu berundak-undak berlindung siapa saja yang
Di situ berhenti dagang lalu
Bertingkap panjang berterawang memerlukannya.
RAGAM RUMAH ADAT RIAU

RUMAH MELAYU ATAP LIMAS


SELASO JATUH KEMBAR BELAH BUBUNG POTONG

SELASO JATUH RUMAH MELAYU ATAP LONTIK RUMAH MELAYU LIPAT KAJANG
BENTUK
RUMAH
BERDASARKAN ADAT DAN LOKASI
Daerah Rokan Kiri memilki bentuk
arsitektur rumah tradisional atap lontik
dengan banyak variasi. Tiap-tiap sub suku
memiliki bentuk arsitektur rumah
tradisional tersendiri.

Daerah Rokan Kanan memiliki bentuk


rumah atap lipat pada masalalu, tetapi
lambat laun menjadi rumah atap limas.

Daerah Rokan Hilir memiliki bentuk


rumah atap lipat dan atap limas.

Penduduk suku Sakai yang hidup di


daerah Rokan Hilir memakai rumah
dengan atap lipat.
Daerah Petapahan memiliki bentuk rumah atap
lontik dengan bentuk kecil dan sedikit ornamen.

Daerah Siak Sri Indrapura yang merupakan pusat


kerajaan memiliki bentuk rumah atap lipat dan
atap limas. Sementara Istana Assyaherah
Hasyimiyah memiliki bentuk bergaya kolonial
dengan tambahan kubah pada masa lalu.
Sementara Istana Melintang yang kini sudah tidak
ada memakai atap lipat dengan banyak ornamen.

Daerah Bengkalis yang merupakan pusat


pemerintahan colonial Belanda memiliki rumah
tradisional atap limas.

Penduduk suku Sakai di daerah sekitar Sungai


Siak memakai bentuk atap lipat pada rumah
tinggalnya.
Daerah Kampar Kanan memiliki rumah tradisional
dengan atap lontik. Bentuk masa bangunan kecil
dengan banyak hiasan ornamen. Bentuk
rumah lontik didapati sampai ke daerah Danau
Bingkuang dan daerah Teratak Buluh. Hanya saja
rumah lontik di daerah ini tidak memiliki
banyak ornamen sedangkan bentuk denahnya sama
dengan di daerah hulu sungai Kampar Kanan.

Daerah Kampar Kiri memiliki bentuk rumah


tradisional dengan berbagai macam bentuk. Ada
lontik dengan sedikit ornamen, ada atap
lipat dan ada atap limas. Istana Kerajaan Kampar Kiri
memiliki bentuk atap limas dengan tambahan kubah
diatasnya.

Daerah Pelalawan memiliki bentuk rumah atap lipat


dan limas. Duplikat Istana Kerajaan Pelalawan
menggunakan bentuk atap limas.

Penduduk suku Petalangan atau Talang Mamak


menggunakan bentuk atap lipat yang sederhana
pada rumah tinggalnya.
Daerah Kuantan Mudik memakai bentuk rumah
dengan atap lontik. Berbeda dengan daerah Kampar,
Rumah tradisional disini bentuknya lebih panjang.
Kecuali pada beberapa rumah dengan bentuk
hamper sama dengan rumah lontik Kampar, tetapi
dengan sedikit ornamen.

Pada beberapa tempat di Kuantan Mudik dan


Kuantan Tengah terlihat rumah dengan bentuk
persis seperti rumah Minangkabau.

Daerah Kuantan Hilir memiliki bentuk rumah dengan


atap lipat. Sedangkan pola denahnya terlihat sama
dengan rumah atap lontik.

Daerah Indragiri dengan Rengat sebagai pusat


kerajaan terlihat lebih banyak menggunakan atap
limas. Istana kerajaan juga menggunakan atap limas.

Daerah Indragiri Hilir banyak menggunakan atap


lipat.

Suku laut yang bermukim di muara sungai Indragiri


memiliki bentuk rumah dengan atap lipat.
TRADISI MENETAU TANAH
dilakukan upacara “Menetau atau Mematikan tanah”
sebelum mendirikan rumah dengan tujuan sebagai
bentuk penghormatan dan permintaan maaf terhadap
segala makhluk yang teraniaya akan adanya
pembangunan nanti. Serta, sebagai doa keselamatan bagi
pemilik rumah dan seluruh warga kampung terutama para
pekerja sekaligus sebagai ucapan terima kasih bagi
seluruh pihak yang ikut serta dalam pembangunan

BESELANG MENDIRIKAN RUMAH


Merupakan kegiatan gotongroyong mendirikan rumah
yang dilakukan oleh orang setempat.
Mereka menggunakan bahan atau material setempat dan
memanfaatkan Sungai untuk mengangkut kayu berukuran
besar

TRADISI MENETAU TANAH


Penggunaan sistem pasak terlihat pada semua bagian
rumah ini. Terlihat sambungan-sambungan kayu sebagai
bagian dari sistem struktur, menjadi bagian utama dalam
kontruksi rumah melayu
ORNAMENTASI
ornamen dan corak hiasan yang ada pada Rumah
Adat Riau kebanyakan simetris, baik pada satu
bagian ataupun simetris dengan bagian yang
bersesuaian. Simetris yang dibahas merupakan
Keterangan: kesamaan bagian serta hubungannya dengan
(a) selembayung; (b) selok layang; (c) lobang angin; (d) lambai-lambai; (e) klik-klik sumbu simetris yang dapat dilihat dari ornamen
dan corak hiasan pada rumah.

SELEMBAYUNG LAMBAI-LAMBAI LOBANG ANGIN


menandakan kepercayaan masyarakat menandakan keramahtamahan Lobang angin merupakan ventilasi
melayu kepada Tuhan Yang Maha Esa dari sang pemilik atau lubang tempat pertukaran
udara yang ada pada rumah adat
ini. Umumnya, lobang angin yang
dibuat diberikan kisi-kisi yang
SELOK LAYANG KLIK-KLIK berbentuk lingkaran, segi empat,
ataupun jalinan dan persilangan
Sayap layang ini menjadi simbol kebebasan merupakan nama lain untuk kisi-
yang sadar akan Batasan. Penempatannya kisi atau jerajak yang dipasang
pada empat sudut rumah menjadi simbol pada jendela maupun pagar rumah.
empat pintu yang hakiki, yaitu pintu rezeki,
pintu hati, pintu budi, dan pintu Ilahi.
MOTIF UKIRAN
Dalam motif ukiran ini, ditemukan pula beberapa
bagian yang simetris seperti pada ornamen dan
corak hiasan. Selain itu, ditemukan pula
beberapa bagian yang membentuk beberapa
bangun datar seperti segitiga dan lingkaran,
Keterangan:
serta ditemukan beberapa konsep transformasi
(a) semut beriring; (b) itik sekawan; (c) lebah bergantung; (d) pucuk rebung; (e) awan larat
geometri, dan kesebangunan.

SEMUT BERIRING ITIK SEKAWAN SEMUT BERGANTUNG

Melambangkan keramahtamahan Melambangkan ketertiban dan Dengan adanya ukiran lebah


pemilik rumah kerukunan bergantung di rumah dianggap
dapat mendatangkan hal-hal yang
bermanfaat bagi pemilik rumah
serta kebahagiaan dalam rumah
tersebut
PUCUK REBUNG AWAN LARAT

sebagai lambang kesuburan dan ini memiliki makna sebagai simbol


kebahagiaan dari kelemahlembutan dalam
pergaulan dan mudah beradaptasi
di mana saja
KAJIAN
KESEMESTAAN
RUANG UTAMA

NILAI KETUHANAN
Di rumah adat Riau, ruang utama
biasanya digunakan untuk berbagai
1 aktivitas, termasuk upacara adat dan
ibadah sehingga posisi ruang utama lebih
ditinggikan daripada ruang lainnya.

Adanya ornamen selembayung yang


menjadi ciri khas ruah adat riau dan
2 melambangkan pengakuan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
NILAI KEMANUSIAAN
Nilai kemanusiaan pada pemukiman riau
terlihat pada ornamen semut beriring
1 dan ukiran yang memiliki makna
keramahtamahan.

Adanya balai selaso yang memfasilitasi


2 kegiatan bersama Masyarakat.

Nilai kemanusiaan juga tercermin dalam


3 kegiatan adat sebelum membangun
rumah yang di ikuti oleh Masyarakat
sekitar.
RUANG TRANSISI
Pada rumah adat riau umumnya terdapat
ruang transisi berupa slasar yang
menghubungkan area luar (publik)
dengan area dalam (privat). Bagian kolong
rumah merupakan ruang multifungsi
sehingga area ini juga berfungsi sebagai
ruang transisi
Jika dilihat berdasarkan penggunaan lahan,
ruang di kawasan pemukiman riau terbagi
menjadi ruang perairan dan ruang daratan
dimana keduanya dihubungkan dengan ruang
transisi.
Ruang transisi ini berupa Kawasan pinggir
Sungai yang menjadi pusat atau inti Kawasan
karena berfungsi menghubungkan antara ruang
darat dan ruang perairan.
Aktivitas yang terjadi di ruang transisi di
dominasi dengan kegiatan perdagangan.

Pembagian ruang tersebut berdampak pada pola


dan orientasi pemukiman.
Pemukiman pada ruang perairan umumnya
menghadap perairan karena kegiatan
Masyarakat sekitar yang bergantung pada
Sungai. Sedangkan pemukiman pada ruang
transisi umumnya menghadap ke jalan untuk
mempermudah kegiatan Masyarakat di area
tersebut.
KESELARASAN MASYARAKAT MANUSIA
DAN MASYARAKAT ALAM

Pada permukiman Riau terdapat balai adat yang disebut


selaso jatuh kembar atau balai selaso.
Balai atau rumah adat ini difungsikan sebagai tempat
berkegiatan Bersama dan tempat pertemuan, tetapi
tidak digunakan sebagai tempat tinggal pribadi.

Adanya balai adat ini telah mencerminkan


baiknya kualitas pranata musyawarah pada
Masyarakat riau.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai