Anda di halaman 1dari 1

Review of

Critical Legal Studies


Sejak tahun 1970, Gerakan Critical Legal Studies berkembang di Amerika Serikat
yang dilatarbelakangi atas ketidakpusaan pada Pendidikan hukum di era tersebut. Gerakan ini
digerakkan oleh “critics” dengan pemikiran yang dapat dikategorikan skeptis kepada
otrodoksi. Politik radika menjadi acuan gerakan critical legal studies yang disebut juga
sebagai “terror” dimana pada zaman ini politik radikan menegaskan komitmen yang tak
terhindakan dan menolak aspirasi pencarian iklim intelektual sebelumnya untuk netralitas
nilai.
Apabila dikaitkan aliran realisme, sebenarnya gerakan critical legal studies
merupakan perkembangan dari gerakan realisme itu sendiri. Gerakan critical legal studies
merubah perkembangan pemikiran yang sudah ada bahwa adanya suatu pilihan yaitu
liberalisme dan maxisme. Berdasarkan gerakan critical legal studies, hukum memiliki
kebebasan nilai sedangkan aliran realisme menganggap hukum merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri dan berbeda.
Apabila dikaitkan dengan aliran liberalisme hukum, gerakan critical legal studies
melawan aliran tersebut. Bentuk perlawanan ini dapat diindentifikasi dari pandangan critics
terhadap aliran liberalisme yang dianggap sebagai sistem pemeikiran yang secara bersamaan
dilanda kontradiksi internal dan oleh represe sistematis terhadap kehadiran kontra diksi ini.
Kontrakdiksi tersebut apabila diuraikan dapat terbagi atas 3 kontradiksi yaitu: (i) komitmen
terhadap aturan yang berlaku secara mekanis sebagai bentuk penyelesaian sengketa yang
tepat dan komitmen terhadap standar ad hoc yang sensitif terhadap situasi; (ii) kontradiksi
antara komitmen terhadap gagasan liberal tradisional bahwa nilai atau keinginan bersifat
sewenang-wenang, subjektif, dan individual sedangkan fakta atau alasan bersifat objektif dan
universal, serta komitmen terhadap cita-cita bahwa kita dapat mengetahui kebenaran sosial
dan etika secara objektif atau terhadap harapan bahwa seseorang dapat melampaui perbedaan
yang biasa antara subjektif dan objektif dalam mencari kebenaran moral: dan (iii) kontradiksi
antara komitmen terhadap suatu wacana yang disengaja, di mana semua tindakan manusia
dilihat sebagai produk dari keinginan individu yang ditentukannya sendiri, dan wacana
determinis di mana aktivitas subjek nominal tidak pantas dihormati atau dikecam karena hal
tersebut hanya dianggap sebagai hasil yang diharapkan dari struktur yang ada. Formalisme
yang sejalan dengan hukum liberalisme bertolak belakang dengan sifat critical legal studies.
Critical legal studies menghindari penjelasan bahwa sebuah sistem hukum dapat memberikan
keputusan netral dimana hakim tidak memaksakan nilai-nilainya tetapi hanya berdasar pada
penasfiran kata-kata hukum/
Apabila dikaitkan dengan teori sosial, ahli-ahli cirtical legal studies berusaha
menggabungkan pemikiran critical legal studies dengan hukum yang dianalisis berdasarkan
teori sosial. Ahli-ahli critical legal studies berujuan untuk membebaskan individu “Dengan
menunjukkan bahwa kehidupan sosial jauh lebih terstruktur dan jauh lebih kompleks, jauh
lebih tidak memihak dan jauh lebih irasional, daripada yang ditunjukkan oleh sistem hukum,
kepentingan yang disajikan oleh doktrin hukum dan teori akan muncul.”

Anda mungkin juga menyukai