Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP GASTRITIS

1. Definisi

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang

sering terjadi akibat diet yang semarangan. Biasanya

individu makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-

makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme

penyebab penyakit (Smeltzer,2005).

Gastritis adalah suatu peradangan permukaan

mukosa lambung yang bersifat akut,dengan kerusakan

“Erosive” karena permukaan hanya pada mukosa (Iin

Inaya, 2004).

Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar

pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme

protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan

iritan lain (Reers, 2002). Daid Ovedorf (2002)

mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa

gaster akut atau kronik.

Dari definisi-definisi di atas dapat disumpulkan

bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau

perdarahan pada mukosa lambung yang disebakan oleh

faktor iritasi,infeksi dan ketidakteraturan dalam

pola makan misalnya makan yang terlalu

banyak,cepat,telat makan.makan- makanan yang terlalu

7
8

banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebakan

gastritis.

2. Etiologi

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala (2011) mengatakan

bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

gastritis akut, seperti beberapa jenis obat, alcohol,

bakteri, virus, jamur, stress akut, radiasi, alergi

atau intoksikasi dari bahan makanan dan minuman,

garam empedu, iskemia, dan trauma langsung.

a. Obat-obatan, seperti Obat Anti Inflamasi

Nonsteroid/OAINS (Indometasin, Ibuprofen, dan Asam

Salisilat), Sulfanomide, Steroid, Kokain, agen

kemoterapi (Mitomisin, 5-fluro-2-deoxyuridine),

Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi

mukosa lambung.

b. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan

gin.

c. Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling

sering), H. heilmanii, Streptococci,

Staphylococci, Proteus spesies, Clostridium

spesies, E. coli, Tuberculosis, dan secondary

syphilis.

d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.

e. Infeksi jamur; seperti Candidiasis,

Histoplasmosis, dan Phycomycosis.

f. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar,


9

sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal

ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks

usus-lambung.

g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan

berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan

alcohol merupakan agen-agen penyebbab iritasi

mukosa lambung.

h. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam

empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi

enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke

mukosa lambung sehingga menimbulkan respons

peradangan mukosa.

i. Iskemia, hal ini berhungan dengan akibat penurunan

aliran darah ke lambung.

j. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan

keseimbangan antara agresi dan mekanisme

pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang

dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa.

k. Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung,

meliputi; 1) kerusakan mukosa barrier, yang

menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat, 2)

perfusi mukosa lambung terganggu, dan 3) jumlah

asam lambung yang tinggi.

Wijaya & Putri (2013) Lapisan lambung menahan

iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang


10

kuat. Tetapi lapisan lambung mengalami iritasi

dan peradangan karena beberapa penyebab:

a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat

dari infeksi oleh Helicobakter pylori (bakteri

yang tumbuh di dalam sel penghasil lender di

lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang

dalam keadaan normal tubuh di dalam lambung yang

bersifat asam, tetapi jika lambung tidak

menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di

lambung. Bakteri inibiasanya menyebabkan gastritis

menetap atau gastritis sementara.

b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis

gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh

penyakit berat atau trauma (cedera) yang

terjadisecara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin

tidak mengenai

c. lambung seperti yang terjadi pada luka bakar yang

luas atau cedera yang mengakibatkan perdarahan

hebat

d. Gastritis erosive kronis bisa merupakan akibat

dari: bahan-bahan seperti obat-obatan, terutama

aspirin dan obat anti peradangan non- steroid

lainnya, penyakit Crohn, infeksi virus dan

bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan –

lahan pada orang yang sehat, bisa disertai dengan

perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka


11

terbuka),paling sering terjadi pada alkoholik.

e. Gastritis karena virus atau jamurbisa terjadi pada

penderita penyakit menahun atau penderita yang

mengalami gagguan system kekebalan.

f. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat

dari reaksi alergi tehadap infestasi cacing

gelang. Eosinopil (sel darah putih) terkumpul di

dinding lambung.

g. Gastritis atrofik terjadi jika antibody menyerang

lapisan lambung, sehingga lapisan lambung menjadi

sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh

selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Gastritis

atrifik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena

mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.

h. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang

penyebabnya tidak diketahui. Dinding lambung

menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya

membesar dan memiliki kista yang terisi cairan.

Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita

kanker lambung.

i. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang

penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma (salah

satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam

dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga

bisa terjadi jika seseorang menelan bahan

korosif atau menerima terapi penyinaran


12

3. Faktor-faktor risiko gastritis

Brunner & Suddarth (2002) faktor-faktor risiko

yang sering menyebabkan terjadinya gastritis ialah

sebagai berikut:

a. Pola makan

Orang yang memiliki pola makan tidak terartur

mudah terserang penyakit gastritis atau maag. Pada

waktu isi perut harus diisi tetapi dibiarkan

kosong atau ditunda waktu pengisiannya, asam

lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,

sehingga timbul rasa nyeri.

b. Rokok

Akibat negative dari rokok, sesungguhnya sudah

mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap

rokok. Dalam asap rokok yang dihisap, terdapat

kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya

acrolein, nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin

itulah yangm enghalangi terjadinya rasa lapar. Itu

sebabnya seseorang menjadi tidak lapar karena

merokok, sehingga akan meningkatkan asam lambung

dan dapat menyebabkan gastritis.

c. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein,

kafein ternayata dapat menimbulkan perangsangan

terhadap susunan saraf pusat (otak), system

pernafasan, system pembuluh darah dan jantung.


13

Oleh sebab itu tidak heran bila meminum kopi dalam

jumlah yang wajar (1-3 cangkir) tubuh kita terasa

segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak

mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat

menyebabkan stimulasi system saraf pusat sehingga

dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi

hormone gastrin pada lambung dan pepsin. Sekresi

asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan

inflamasi pada mukosalambung sehingga terjadi

gastritis.

d. Helicobakter Pylori

Helicobakter Pylori adalah kuman gram negatif,

basil yang berbentuk kurva dan batang Helicobakter

Pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan

peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)

pada manusia.Infeksi H.pylori ini sering diketahui

sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan

penyebab tersering terjadinya gastritis.

e. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar

yang secara kimiaheterogen menghambat aktifitas

siklooksigenasi, menyebabkan penurunan sintesis

prostaglandin dan precursor tromboksan dari asam

arakhidonat.Misalnya aspirinubufrofen dan noproxen

yang dapat menyebabkan peradangan pada

lambung.Jika pemakaian obat-obatan tersebut hanya


14

sesekali maka kemungkinan terjadimasalah lambung.

f. Alcohol

Alcohol dapat mengirirtasi dan mengikis mukosa

pada dinding lambung dan membuat dinding lambung

menjadi lebih rentan terhadap asam lambung

walaupun pada kondisi normal. Berdasarkan

penelitian,orang minum alcohol 75 gr (4

gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan

gastritis.

g. Makanan pedas

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang system pencernaan, terutama lambung dan

usus kontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa

panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan

mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita

semakin berkurang nafsu makannya.Bila kebiasaan

mengkonsumsi makanan pedas lebih dari 1x dalam

seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus

menerus dapat menyebabkan iritasi pada lamung yang

disebut dengan gastritis.

h. Terlambat makan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam

lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil,

setelah 4-6 jam setelah makan biasanya kadar

glukosa dalam darah telah banyak terserap dan

terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan


15

pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka

asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan

berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung

serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium

(Dwigint, 2015).

i. Usia

Kejadian gastritits di Negara berkembang banyak

menegenai usia dini. usia muda dan dewasa termasuk

dalam kategori usia produktif, dimana usia

produktif lebih berisiko terkena gastritis. Dimana

pada usia tersebut merupakan usia dengan berbagai

kesibukan karena pekerjaan dan kegiatan-kegiatan

lainnya. Sehingga lebih cenderung untuk terpapar

faktor-faktor yang meningkatkan risiko untuk

terkena gastritis, terkait dengan pola makan yang

tidak teratur dan stress di tempat kerja serta

pola hidup yang tidak sehat (Gustin, 2011)

j. Stress psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan

stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan

tergesa-gesa. Kadar asam lamung yang meningkat

dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal itu

dibiarkan, lama kelamaan akan menyebabkan

terjadinya gastritis (Angkow, Robot, & Onibala,

2014).
16

k. Stress fisik

Stress fisik akibat pemedahan besar, lukatrauma,

luka bakar, refluks empedu dan infeksi berat dapat

menyebakan gastritis dan juga ulkus dan perdarahan

pada lambung (Wijaya & Putri, 2013). Stress fisik

akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu

sehingga timbul daerah-daerah infark kecil, selain

itu sekresi asam lambung juga terpacu (Mutaqin,

Arif & Sari, Kumala, 2011).

4. Klasifikasi

Abata (2014) klasifikasi gastritis berdasarkan

tingkat keparahannya:

a. Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung,

biasanya terdapat pada mukosa. Dan secara garis

besar gastritis akut dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu gastritis eksogen akut dan gastritis

endogen akut. Bahan kimia, termis, mekanis iritasi

bacterial adalah faktor- faktor penyebab yang

biasanya terjadi pada gastritis eksogen akut.

Sedangkan yang terjadi karena kelainan tubuh

adalah penyebab adanya gastritis endogen akut.

b. Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan

mukosa kronis yang akhirnya menyebabkan atrofi

mukosa dan metaplasia epitel (Robbins, 2013).

Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan

mukosa lambung yang bersifat menahun (Muttaqin &


17

Sari, 2011). Lambung yang mengalami inflamasi

kronis dari tipe tertentu sehingga menyebabkan

gastritis dari tipe yang spesifik disebut

gastritis kronis. Gastritis kronis

diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. tipe

A berkaitan dengan penyakit autoimun, misalnya

anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada

fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. pylori)

mengenai antrum dan pylorus. Tipe ini berkaitan

dengan bakteria H. pylori. Faktor diit seperti

minuman panas, bumbu penyedap, penggunaan obat,

alcohol, merokok, atau refluks isi usus ke dalam

lambung.

Terjadinya infiltrasi sel radang yang terjadi pada

lamina propria, daerah epithelia atau pada kedua

daerah tersebut terutama terdiri atas limfosit dan

sel plasma disebut gastritis kronis.Infeksi kuman

Helicobakter pylori yang juga merupakan penyebab

gastritis yang termasuk dalam kelompok gastritis

kronis.Peningkatan aktifitas gastritis kronis

ditandai dengan kehadiran granulosit netrofil pada

daerah tersebut.

Muttaqin & Sari (2011) gastritis kronis

diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai

berikut:

a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi


18

kemerahan, edema, serta perdarahan dan erosi

mukosa.

b. Gastritis atrofik, di mana peradangan terjadi pada

seluruh lapisan mukosa. Pada perkembangannya

dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta

anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik

dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan

terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung yang

bersifat irregular, tipis, dan hemoragik

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari gangguan ini cukup

bervariasi, mulai dari keluhan ringan hingga muncul

perdarahan pada slauran cerna bagian atas.Pada

beberapa orang, gangguan ini tidak menimbulkan gejala

yang khas (Brunner & Suddarth, 2002). Manifestasi

gastritis akut dan kronik hampir sama. Berikut

penjelasannya:

a. Manifestasi gastritis akut

1)Anoreksia

2)Nyeri pada epigastrium

3)Mual dan muntah

4)Perdarahan saluran cerna (Hematemesis Melena)

5)Anemia (tanda lebih lanjut)

6)Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium (Inayah,

2004)
19

7)Kembung dan terasa sesak(Lestari, Wiyono, &

Candrawati, 2016)

8) Keluar keringat dingin(Lestari et al., 2016)

9) Nafsu makan menurun(Lestari et al., 2016)

10) Suhu badan naik(Lestari et al., 2016)

11) Pusing

12) Pucat

13) lemas

b. Manifetasi gastritis kronis

1) Mengeluh nyeri ulu hati

2) Anoreksia

3) Naucea

4) Nyeri seperti ulkus peptic (Inayah, 2004).

6. Komplikasi

a.Gastritis akut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut

adalah perdarahan saluran cerna bagian atas

(SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang

berakhir dengan shock hemoragik. Apabila

prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus,

namun jarang terjadi perforasi (Brunner &

Suddarth, 2002).

b.Gastritis kronis

Komplikasi yang timbul pada gastritis


20

kronis adalah gangguan penyerapan vitamin B 12.

Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12ini,

menyebabkan timbulnya anemia pernesiaosa,

gangguan

B. Pola makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok

orang yang memilih dan memakan makanan sebagai

tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,

budaya dan sosial. Sehingga kajian yang

mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan

dalam memilih pangan, cara memperoleh, menyimpan

dan beberapa yang dimakan dan sebagainya

(Koesmardini, 2006).

Uripi (2002) dalam Wahyu, Dewi (2015) pola makan

terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan dan

porsi makan.Namun dalam pembahasan ini hanya

meliputi pada frekuensi/jadwal makan dan jenis

makan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Pasaribu (2014) dan Okviani (2011) mengatakan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara porsi makan

dengan gastritis.

1. Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang

melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan

utama maupun makanan selingan. Menurut Hudha (2006)

frekuensi makan dikatan baik bila frekuensi makan


21

setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali

makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan

dinilai kurang baik bila frekuensi makan setiap

harinya 2 kali makan utama atau kurang.

Pada umumnya setiap orang melakukan makanan

utama 3 kali, yaitu makan pagi, makan siang, dan

makan malam atau sore.Ketiga waktu makan tersebut

yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat

membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama

kalori dan protein berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan remaja. Selain itu, di pagi hari

kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila

tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak

memproduksi asam (Putheran, 2011 dalam Dwigint, 2015).

Pada mahasiswa/remaja dengan kebiasaan makan yang

tidak teratur dengan jeda waktu makan yang terlalu

lama (frekuensi makan kurang dari tiga kali dalam

sehari) akan menyebabkan terjadinya maag. Jeda antara

waktu makan merupakan penentuan pengisian dan

pengosongan lambung.Jeda waktu makan yang baik yaitu

berkisar antara 4-5 jam. Kerja lambung akan meningkat

pada pagi hari, yaitu jam 07.00-09.00. ketika siang

hari berada dalam kondisi normal dan melemah pada

waktu malam hari jam 19.00-21.00 WIB (Sherwood, 2012).

Kebiasaan pada mahasiswa yang sering untuk mengabaikan

atau tidak sempat untuk sarapan pagi dan karena


22

kesibukannya dalam perkuliahan serta organisasi

mahasiswa juga sering makan terburu-buru atau terlalu

cepat (Abata, 2014) dan makan di atas jam 21.00 WIB

dan tidak lama kemudian langsung pergi tidur. Jadwal

makan yang tidak teratur tentunya akan dapan menyerang

lambung, maka dari sinilah penyakit maag akan muncul.

Makan teratur dapat membuat alat pencernaan

bekerja secara teratur. Agar pencernaan efisien ia

harus bekerja secara wajar dan alamiah, artinya pola

makan harus sesuai dengan siklus penccernaan dan

kemampuan fungsi penccernaan. Adapun siklus

pencernaan, yaitu:

a. Siklus pencernaan (12 siang-8 malam) merupakan saat

yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena

siklus pencernaan bekerja lebih aktif. Setelah

pukul 8-9 malam sebaiknya tidak makan- makanan padat

karena lambung tidak boleh sesak dengan makanan pada

saat tidur.

b. Siklus penyerapan (8 malam-4 pagi) pada saat tubuh

dan fikiran kita sedang istirahat total atau tidur,

tubuh mulai menyerap atau mengasimilasi, dan

mengedarkan zat makanan. Kurang tidur atau makan

larut malam akan memboroskan energi dan mengganggu

aktivitas siklus ini. Siklus pembuangan (4 pagi-12

siang) secara intensif tubuh mulai melakukan

pembuangan sisa-sisa makanan dan sisa-sisa


23

metabolisme Siklus ini paling banyak memakai energi.

Selagi siklus ini berjalan sebaiknya tidak

mengkonsumsi makanan berat atau padat karena

menurunkan intensitas proses pembuangan,

memperlambat proses pencernaan, dan memboroskan

energy (Andang, 2001) dalam (Ginting, 2008).

Tabel 2.1 Pembagian Waktu Makan

Waktu Jam makan


Makan pagi 07.00
Snack Pagi 10.00
Makan Siang 13.00
Snack Siang 16.00
Makan Malam 19.00
Sumber : Penuntun Diet (2005)

Makan tepat waktu merujuk pada konsep tiga kali

makan dalam sehari ialah sarapan, makan siang, dan

makan malam. Dalam memulai makan, janganlah makan

setelah benar-benar lapar. Atur waktu makan seperti

sarapan pada jam 06.00-08.00, makan siang pada jam

12.00- 13.00, dan makan malam antara jam 18.00-20.00

(Tilong, 2014). Menurut Warmbrand (2000) pola makan

yang baik adalah dengan memulai sarapan pagi sebelum

beraktivitas, makan siang sebelum ada rangsangan

lapar dan makan malam sebelum tidur.

2. Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu makanan utama dan

makanan selingan.Makanan utama adalah makanan yang


24

dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan

makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk,

sayur, buah dan minuman Makanan pokok adalah makanan

yang dianggap memegang peranan penting dalam susunan

hidangan.Pada umumnya makanan pokok berfungsi sebagai

sumber energy (kalori) dalam tuuh dan memberikan rasa

kenyang (Sediaotama, 2004).Makanan pokok yang biasa

dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie atau bihun.

Beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang baik

untuk dikonsumsi dan dapat menyebabkan kerusakan

ketahanan selaput lambung adalah sebagai berikut Abata

(2014):

a. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung

antara lain: kopi, anggur putih, sari buah sitrus,

dan susu.

b. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka,

cabai, dan merica (makanan yang merangsang perut dan

dapat merusak dinding lambung).

c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat

pengosongan lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan

peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat

meningkatkan asam lambung antara lain makanan

berlemak, kue tar, coklat dan keju.

d. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah

sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke

kerongkongan seperti alcohol, coklat, makanan tinggi


25

lemak, dan gorengan.

e. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan

juga yang terlalu banyak serat, antara lain: sayur-

sayuran tertentu seperti sawi dan kol; buah-buahan

tertentu seperti nangka dan pisang ambon; makanan

yang berserat tinggi seperti kedongdong dan buah yang

dikeringkan; minuman yang mengandung banyak gas

(seperti minuman bersoda).

f. Kegiatan yang dapat meningkatkan gas di dalam lambung

juga harus dihindari, antara lain makan permen karet

khususnya permen karet.


26

C. Kerangka Konsep

Berdassarkan uraian ringkas dalam latar belakang

masalah dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep

penelitian adalah :
Mahasiswa
Faktor-faktor risiko
gastritis
a.
l. Pola
Pola makan
makan
Memiliki kesibukan dan kegiatan
yang padat (Dwigint, 2015). b. Rokok
c. Kopi
d. Helicobakter Pylori
Perubahan pola e. AINS (Anti Inflamasi
makan: Non Steroid)
f. Alcohol
a. Frekuensi makan
g. Makanan pedas
b. Waktu/jadwal
h. Terlambat makan
makan
i. Usia
c. Jenis makanan
j. Stress psikis
Uripi (2002) dalam k. Stress fisik
Wahyu, Dewi (2015)

Perubahan Kejadian
Pola Makan Gastritis

Pola Makan
Kejadian
- Frekuensi makan
Gastritis
o Baik
1. Rutin
o Kurang
2. Tidak
- Waktu makan
Rutin
o Teratur
o Tidak Teratur
- Jenis makanan
o Mengiritasi
o Tidak Mengiritasi

Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 2.1: Kerangka Konsep penelitian Hubungan Antara


Personal Preference Dalam Penerapan Pola Makan
Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa yang
Berkunjung di Klinik Universitas Mataram
27

D. HIPOTESIS

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban

sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara

yang kebenarannya akan dibuktikann dalam penelitian

tersebut (Notoatmojo, 2010).

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah

Ha :Ada Hubungan Antara Personal Preference Dalam

Penerapan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis

Pada Mahasiswa yang Berkunjung di Klinik

Universitas Mataram

H0 :Tidak Ada Hubungan Antara Personal Preference

Dalam Penerapan Pola Makan Dengan Kejadian

Gastritis Pada Mahasiswa yang Berkunjung di

Klinik Universitas Mataram

Anda mungkin juga menyukai