Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A.RASIONALISASI PERMASALAHAN

Pengelolaan limbah medis menjadi perhatian utama dalam konteks keberlanjutan dan
dampak lingkungan. Rumah sakit sebagai produsen utama limbah medis dihadapkan pada
tantangan untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Implementasi
akuntansi hijau yang berbasis etika bisnis muncul sebagai pendekatan yang strategis dalam
mengelola dan mengurangi limbah medis. Rasionalisasi permasalahan seputar implementasi
akuntansi hijau berbasis etika bisnis dalam pengurangan limbah medis menjadi krusial untuk
memahami pentingnya, kendala, dan manfaat dari pendekatan ini. (Sukirman dan Suciati,
2019).

Limbah medis, terutama dari rumah sakit, memiliki potensi bahaya yang tinggi
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan adanya kekhawatiran global tentang
perubahan iklim dan keberlanjutan, organisasi, termasuk rumah sakit, diharapkan dapat
mengadopsi praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Akuntansi
hijau muncul sebagai alat yang efektif untuk memahami, mengukur, dan melaporkan dampak

lingkungan organisasi. Permasalahan yang mendasari dalam pembuatan laporan rekayasa ide
ini dalam mengurangi limbah medis adalah sebagai berikut :

1. Komitmen Etika Bisnis dalam Pengelolaan Limbah Medis


 Pentingnya Komitmen Etika: Implementasi akuntansi hijau tidak hanya tentang
pengurangan limbah tetapi juga melibatkan pertimbangan etika dalam proses
pengambilan keputusan. Bagaimana rumah sakit dapat memastikan bahwa komitmen
etika bisnis melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pasien, staf, dan
masyarakat luas?
2. Tantangan Finansial dalam Implementasi Akuntansi Hijau
 Biaya Pengelolaan Limbah Medis: Penerapan akuntansi hijau seringkali
memerlukan investasi awal dalam infrastruktur, pelatihan staf, dan teknologi yang
ramah lingkungan. Bagaimana rumah sakit dapat mengelola tantangan finansial ini
tanpa mengorbankan kualitas layanan kesehatan?
3. Integrasi Akuntansi Hijau dalam Struktur Organisasi
 Keterlibatan Seluruh Organisasi: Akuntansi hijau yang efektif memerlukan
integrasi dalam semua lapisan organisasi. Bagaimana rumah sakit dapat memastikan
bahwa praktik akuntansi hijau diterapkan secara merata di seluruh departemen dan
tidak hanya di tingkat manajemen tinggi?
4. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
 Mengukur Dampak Positif: Bagaimana rumah sakit dapat secara efektif mengukur
dan melaporkan dampak positif dari implementasi akuntansi hijau terhadap tanggung
jawab sosial dan lingkungan mereka? Bagaimana pengukuran ini dapat diterjemahkan
ke dalam kebijakan dan praktik operasional sehari-hari?
Manfaat Implementasi Akuntansi Hijau Berbasis Etika Bisnis
 Efisiensi Operasional: Akuntansi hijau dapat memberikan wawasan yang mendalam
tentang operasi rumah sakit, memungkinkan identifikasi area-area di mana efisiensi
dapat ditingkatkan untuk mengurangi limbah medis.
 Pengurangan Risiko Hukuman: Dengan adopsi akuntansi hijau, rumah sakit dapat
mengurangi risiko hukuman yang mungkin timbul akibat pelanggaran regulasi
lingkungan terkait pengelolaan limbah medis.
 Image dan Reputasi: Komitmen terhadap praktik bisnis yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dapat meningkatkan citra dan reputasi rumah sakit di mata
masyarakat, pasien, dan pemangku kepentingan lainnya.
 Ketahanan Lingkungan: Implementasi akuntansi hijau dapat membantu
menciptakan organisasi yang lebih tahan terhadap perubahan regulasi lingkungan dan
perubahan paradigma bisnis yang berfokus pada keberlanjutan.

Implementasi akuntansi hijau berbasis etika bisnis dalam pengurangan limbah medis bukan
hanya langkah operasional, tetapi juga pernyataan nilai dan komitmen terhadap tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Dengan memahami permasalahan yang mendasarinya, rumah
sakit dapat merancang strategi yang efektif, melibatkan seluruh organisasi, dan mencapai
dampak positif yang signifikan dalam upaya keberlanjutan dan pengurangan limbah medis.

B. TUJUAN DAN MANFAAT REKAYASA IDE

Adapun tujuan dari penulisan Rekayasa Ide adalah upaya penulis dalam
menyumbangkan ide atau pemikirannya terhadap permasalahan yang dapat diangkat dan
semoga dapat dilaksanakan untuk kebaikan bersama. Adapun tujuan lain penulisan Rekayasa
Ide ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dan Etika Bisnis.

Adapun manfaat dari penulisan Rekayasa Ide ini adalah untuk menggali pengetahuan
dalam memberikan ide ataupun pemikiran yang kritis terhadap lingkungan dan sebagai
penambah wawasan agar pemikiran kedepannya dapat terbuka dan lebih kritis lagi.
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A.PERMASALAHAAN UMUM

Dilansir dari salah sumber referensi menyebutkan penyalahgunaan perangkat


kesehatan yang menggunakan bahan merkuri, seperti termometer, sfigmomanometer, dan
dental amalgam, menimbulkan permasalahan serius yang memengaruhi kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Paparan merkuri yang umumnya terjadi di fasilitas kesehatan
melalui inhalasi uap dari merkuri cair dan tumpahan merkuri yang tidak dibersihkan dengan
benar menyebabkan pencemaran udara di dalam ruangan. Karakteristik uap merkuri yang
tidak memiliki bau, tidak berwarna, bersifat persisten, dan dapat menyebar dengan jarak jauh
meningkatkan risiko paparan tanpa disadari bagi individu yang berada di sekitarnya.

Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah


serius dengan menetapkan target penghapusan merkuri sebesar 100% melalui Peraturan
Presiden Nomor 21 Tahun 2019. Target ini semestinya telah tercapai pada akhir tahun 2020,
dengan penekanan pada bidang kesehatan sebagai prioritas utama. Kementerian Kesehatan
turut merespons dengan merumuskan kebijakan penggantian alat kesehatan yang
mengandung merkuri di fasilitas kesehatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Nomor 41 Tahun 2019 tentang Penghapusan dan Penarikan Alat
Kesehatan Bermekuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Kepentingan penghapusan merkuri ini ditekankan oleh komitmen global yang diakui
dalam Conference of Plenipotentiaries di Kumamoto, Jepang pada tahun 2013. Komitmen
tersebut kemudian diresmikan sebagai Konvensi Minamata setelah pertemuan di Minamata
pada tanggal 16 Agustus 2017. Indonesia sebagai negara peserta telah meratifikasi Konvensi
Minamata melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2017 tentang Minamata Convention on
Mercury. Undang-Undang ini mengatur pengelolaan merkuri pada alat kesehatan,
menegaskan tanggung jawab negara terhadap manajemen merkuri.
Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri yang ditetapkan oleh
Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 menunjukkan
tekad dan keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan merkuri. Rencana ini
mencakup langkah-langkah strategis untuk mencapai pengurangan dan penghapusan merkuri,
termasuk upaya pencegahan, pengelolaan limbah, serta penggantian alat kesehatan yang
mengandung merkuri dengan alternatif yang lebih aman.

Meskipun telah diambil langkah-langkah konkret, masih terdapat sejumlah


permasalahan umum yang perlu dicermati. Salah satu permasalahan utama adalah
implementasi kebijakan penggantian alat kesehatan bermekuri di fasilitas kesehatan. Proses
penggantian ini dapat melibatkan tantangan seperti ketersediaan alat pengganti yang
memadai, pelatihan bagi tenaga medis, dan pemahaman yang cukup tentang alternatif yang
lebih aman.

Permasalahan lainnya adalah pemantauan dan penegakan kebijakan penghapusan


merkuri di seluruh fasilitas kesehatan. Diperlukan sistem pemantauan yang efektif untuk
memastikan bahwa semua instansi kesehatan mematuhi aturan yang telah ditetapkan.
Penegakan kebijakan ini melibatkan kerjasama antara pemerintah, lembaga pengawas, dan
pihak terkait lainnya. Selain itu, pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang
bahaya merkuri dan urgensi penghapusannya masih perlu ditingkatkan. Kesadaran
masyarakat akan dampak negatif merkuri terhadap kesehatan dan lingkungan akan
memperkuat dukungan terhadap kebijakan pemerintah.

Dalam mengatasi permasalahan umum ini, kolaborasi antarstakeholder menjadi


sangat penting. Keterlibatan aktif dari pemerintah, fasilitas kesehatan, produsen alat
kesehatan, dan masyarakat dapat menciptakan sinergi untuk menjalankan kebijakan dengan
lebih efektif. Dengan merinci permasalahan umum dalam penghapusan merkuri dalam
perangkat kesehatan, diharapkan pemahaman yang lebih mendalam dan solusi yang lebih
baik dapat ditemukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga keberlanjutan
lingkungan.

B.IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Situasi ini menjadi masalah pencemaran lingkungan karena terkait dengan implementasi
Akuntansi Hijau (AH) di rumah sakit, mencakup aspek daur ulang limbah, pengolahan
limbah, biaya lingkungan, dan kebijakan pembelian yang mendukung lingkungan. Selain itu,
terdapat tantangan seputar keselarasan praktik AH dengan Etika Bisnis rumah sakit. Kasus ini
juga melibatkan pelanggaran etika bisnis karena adanya kecurangan, dengan menggunakan
zat berbahaya yang berpotensi merugikan kesehatan manusia.

BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A.SOLUSI

1.LANDASAN TEORI

A. AKUNTANSI HIJAU

Akuntansi hijau adalah pendekatan akuntansi yang mengukur dan melaporkan dampak lingkungan dari kegiatan
ekonomi, dengan tujuan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam pengambilan keputusan, termasuk manajemen perusahaan, investor, dan pihak-pihak lain yang terkait.
Akuntansi hijau berusaha untuk mencantumkan aspek-aspek lingkungan, seperti penggunaan sumber daya alam,
emisi, dan limbah, dalam laporan keuangan organisasi. Akuntansi hijau, juga dikenal sebagai akuntansi
lingkungan, adalah suatu pendekatan akuntansi yang secara khusus dirancang untuk mencantumkan dampak
lingkungan dari kegiatan ekonomi dalam laporan keuangan organisasi. Konsep ini berkembang sebagai respons
terhadap meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan, di mana perusahaan dan
masyarakat semakin menyadari pentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam operasional bisnis
(Dewi,dkk, 2020).

Pertama kali diakui secara luas pada tahun 1990-an, akuntansi hijau memiliki tujuan utama untuk menyediakan
informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang dampak lingkungan yang dihasilkan oleh suatu organisasi.
Faktor-faktor yang mencakup penggunaan sumber daya alam, emisi gas rumah kaca, dan pengelolaan limbah
diidentifikasi, diukur, dan dilaporkan untuk memberikan gambaran yang lebih holistik tentang kinerja
perusahaan dari perspektif lingkungan (Fauzi,dkk, 2016).

Dalam praktiknya, akuntansi hijau berusaha untuk menghijaukan, menyejukkan, mengasihi, menghidupi, dan
melestarikan bisnis, industri, dan korporasi. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi dan maksimalisasi laba beserta nilai ekuitas, sambil memperhitungkan nilai ekonomi dan nonekonomi
dari objek, transaksi ekonomi atau keuangan, sosial, dan lingkungan. Akuntansi hijau juga berperan dalam
mendukung pengembangan perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan.
Dengan demikian, akuntansi hijau merupakan sebuah konsep akuntansi yang memperhitungkan aspek
lingkungan dan sosial dalam kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
B. ETIKA BISNIS

Etika bisnis adalah seperangkat prinsip dan nilai yang mengatur perilaku serta
tindakan perusahaan dalam konteks bisnis . Hal ini mencakup norma atau tata
cara dalam pengelolaan bisnis serta moralitas yang mencakup aspek sosial,
universal, dan ekonomi. Etika bisnis juga dijadikan sebagai pedoman dalam
bekerja. Para ahli juga mengemukakan definisi etika bisnis, seperti "etika
terapan" yang menerapkan prinsip-prinsip moral umum pada wilayah tindak
manusia di bidang ekonomi. Tujuan dari etika bisnis adalah untuk mengatur
perilaku dan tindakan perusahaan dalam konteks bisnis, serta memastikan
bahwa perusahaan beroperasi dengan prinsip-prinsip moral yang baik. Manfaat
dari menerapkan etika bisnis antara lain adalah menciptakan reputasi yang baik
bagi perusahaan di mata publik, meningkatkan penjualan, membangun citra dan
reputasi baik, serta menciptakan perilaku yang menjunjung tinggi nilai moral di
perusahaan (Santoso, 2021)

C. Akuntansi hijau dalam etika bisnis

Akuntansi hijau dalam etika bisnis mencakup pengukuran, pelaporan, dan analisis dampak
lingkungan dari kegiatan ekonomi suatu organisasi, yang dilakukan dengan
mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip etika bisnis. Konsep akuntansi hijau ini mencoba
untuk mengintegrasikan pertimbangan etika bisnis ke dalam aspek pengelolaan lingkungan
perusahaan, menjadikannya lebih dari sekadar pencatatan angka dalam laporan keuangan.
Aspek etika bisnis dalam akuntansi hijau adalah sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Akuntansi hijau yang berbasis etika bisnis menekankan tanggung jawab sosial dan
lingkungan organisasi terhadap masyarakat dan ekosistem di sekitarnya. Ini mencakup
pemahaman dan pengelolaan dampak lingkungan sebagai bagian integral dari
tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Keterbukaan dan Transparansi


Etika bisnis menggarisbawahi pentingnya keterbukaan dan transparansi dalam
pelaporan akuntansi hijau. Informasi yang disajikan harus jujur, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan, memungkinkan pihak-pihak eksternal untuk membuat
keputusan yang berdasarkan informasi yang tepat.

3. Pemberdayaan Stakeholder

Dalam konteks etika bisnis, akuntansi hijau harus memberdayakan stakeholder,


termasuk pemegang saham, konsumen, dan masyarakat, dengan informasi yang
memungkinkan mereka berpartisipasi aktif dalam mendukung atau menilai praktik
berkelanjutan perusahaan.

4. Integritas dan Komitmen Terhadap Kebenaran

Etika bisnis menuntut integritas dalam pelaksanaan akuntansi hijau. Organisasi


diharapkan untuk berkomitmen pada kebenaran dan melaporkan dampak lingkungan
mereka tanpa menyembunyikan atau memanipulasi informasi.

5. Keadilan dalam Distribusi Dampak

Pemikiran etika bisnis dalam akuntansi hijau juga mencakup keadilan dalam distribusi
dampak. Perusahaan diharapkan untuk meminimalkan dampak negatif pada
komunitas atau lingkungan setempat dan memastikan bahwa konsekuensi dari
kegiatan bisnisnya didistribusikan secara adil.

Terdapat hal menjadi pertimbangan akuntansi hijau dalam etika bisnis karena terdapat
tantangan penerapan sebagai berikut :

1. Dilema Antara Profit dan Lingkungan

Salah satu dilema utama adalah bagaimana menyeimbangkan keuntungan ekonomi


dengan tanggung jawab lingkungan. Keputusan bisnis yang mempertimbangkan
keuntungan seringkali bertentangan dengan langkah-langkah yang paling
berkelanjutan.

2. Greenwashing

Ada risiko "greenwashing," di mana perusahaan dapat mencoba menyajikan diri


mereka sebagai lebih berkelanjutan daripada yang sebenarnya. Etika bisnis menuntut
kejujuran dan integritas dalam pelaporan, sehingga informasi yang disajikan
mencerminkan realitas praktik bisnis.

3. Keterbatasan Pengukuran

Pengukuran dampak lingkungan seringkali kompleks dan terkait dengan banyak


variabel. Etika bisnis mendorong organisasi untuk secara jujur mengakui keterbatasan
dan ketidakpastian dalam pengukuran tersebut.

2.RUANG LINGKUP SOLUSI

A. MANFAAT AKUNTANSI HIJAU

Manfaat akuntansi hijau, atau green accounting, mencakup sejumlah aspek yang
berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan keberlanjutan bisnis. Berikut adalah
beberapa manfaat utama dari penerapan akuntansi hijau:

1. Pengukuran Dampak Lingkungan

Akuntansi hijau memungkinkan organisasi untuk mengukur dampak langsung dan


tidak langsung kegiatan mereka terhadap lingkungan. Ini termasuk pengukuran emisi
gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam, dan dampak lainnya.

2. Pelaporan yang Transparan

Dengan akuntansi hijau, perusahaan dapat menyajikan informasi yang lebih


transparan terkait dampak lingkungan mereka dalam laporan keuangan dan laporan
keberlanjutan. Hal ini memberikan pemegang saham dan pemangku kepentingan
informasi yang lebih lengkap dan jelas.

3. Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya

Melalui identifikasi dan pemantauan dampak lingkungan, perusahaan dapat


mengidentifikasi area-area di mana penggunaan sumber daya bisa dioptimalkan atau
efisiensi dapat ditingkatkan. Ini dapat mengarah pada penghematan biaya jangka
panjang.

4. Inovasi Berkelanjutan
Akuntansi hijau mendorong organisasi untuk mencari inovasi berkelanjutan dalam
operasional mereka. Pencarian solusi yang lebih ramah lingkungan dapat mendorong
pengembangan teknologi dan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.

b. TUJUAN AKUNTANSI HIJAU

Tujuan akuntansi hijau adalah untuk membantu bisnis memahami dan mengelola
potensi quid pro quo antara tujuan ekonomi tradisional dan tujuan lingkungan. Hal ini juga
meningkatkan informasi penting yang tersedia untuk menganalisis masalah-masalah
kebijakan, terutama ketika bagian-bagian informasi penting itu sering diabaikan. Selain itu,
akuntansi hijau juga bertujuan untuk menciptakan keberlanjutan yang kuat pada akhirnya dan
memastikan keberlanjutan yang lemah dianggap sebagai langkah menuju keberlanjutan yang
kuat. Dengan demikian, akuntansi hijau memiliki peran penting dalam mengintegrasikan
aspek lingkungan ke dalam kegiatan bisnis dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan

c. PRINSIP AKUNTASI HIJAU

Terdapat beberapa prinsip akuntansi yang menjadi dasar dari akuntansi hijau atau green
accounting, yaitu:

Prinsip akuntansi hijau mengacu pada pedoman dan aturan yang membimbing organisasi
dalam mencatat, mengukur, dan melaporkan dampak lingkungan dari kegiatan operasional
mereka. Prinsip-prinsip ini membantu menciptakan dasar bagi pelaporan keuangan yang
mencerminkan komitmen suatu entitas terhadap keberlanjutan dan praktik bisnis yang ramah
lingkungan. Meskipun tidak ada standar akuntansi hijau universal seperti yang ada dalam
akuntansi keuangan tradisional, berikut adalah beberapa prinsip umum yang terkait dengan
akuntansi hijau

1. Prinsip Keterbukaan dan Transparansi: Organisasi harus bersedia untuk membuka


informasi tentang dampak lingkungan dari operasional mereka. Prinsip ini mendorong
keterbukaan dan transparansi dalam pelaporan keuangan terkait lingkungan.

2. Prinsip Pengukuran dan Pencatatan Dampak Lingkungan: Prinsip ini menuntut


bahwa organisasi mengembangkan metode yang konsisten dan dapat diukur untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mencatat dampak lingkungan dari kegiatan mereka.
Ini termasuk pencatatan emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam, dan
dampak lainnya.
3. Prinsip Akuntansi Berkelanjutan: Prinsip ini menekankan perlunya mengadopsi
praktik akuntansi yang mendukung tujuan keberlanjutan jangka panjang. Ini
mencakup pengintegrasian aspek-aspek lingkungan ke dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan.

4. Prinsip Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Organisasi diharapkan untuk


melibatkan pemangku kepentingan, seperti masyarakat, konsumen, dan kelompok
lingkungan, dalam pengembangan dan pelaporan praktik akuntansi hijau. Ini
memastikan bahwa berbagai perspektif dipertimbangkan.

5. Prinsip Pertanggungjawaban dan Kepatuhan: Prinsip ini menekankan pentingnya


pertanggungjawaban organisasi terhadap dampak lingkungan mereka. Selain itu,
organisasi diharapkan untuk mematuhi peraturan dan standar lingkungan yang berlaku

3.Cara/Strategi

Strategi penerapan akuntansi hijau dalam mengurangi limbah medis melibatkan


pendekatan holistik yang memadukan praktik akuntansi berkelanjutan dengan upaya konkret
untuk mengelola limbah medis secara efektif. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat
diterapkan:

1. Identifikasi dan Kategorisasi Limbah Medis: Mulailah dengan mengidentifikasi


dan mengkategorikan jenis limbah medis yang dihasilkan oleh rumah sakit.
Pemahaman yang mendalam tentang jenis limbah akan memudahkan proses
pengukuran dan pelaporan dalam kerangka akuntansi hijau.

2. Pengukuran Dampak Lingkungan: Terapkan metode pengukuran dampak


lingkungan, termasuk pengukuran emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya
alam, dan dampak lainnya dari limbah medis. Hasil pengukuran ini akan menjadi
dasar untuk pelaporan akuntansi hijau.

3. Penggunaan Teknologi Hijau: Investasikan dalam teknologi yang mendukung


pengurangan limbah medis. Misalnya, implementasikan sistem manajemen limbah
medis yang canggih untuk memastikan pemrosesan yang aman dan efisien.

4. Pengurangan Limbah pada Sumber: Fokus pada pengurangan limbah medis pada
sumbernya. Ini bisa mencakup inisiatif untuk mengurangi penggunaan bahan sekali
pakai, mengadopsi praktik sterilisasi yang lebih efisien, dan merancang proses
perawatan yang menghasilkan lebih sedikit limbah.

4.PROSEDUR/LANGKAH-LANGKAH MASING-MASING SOLUSI

Langkah-langkah dalam menerapkan akuntansi hijau dalam pengurangan limbah adalah


sebagai berikut:

1. Identifikasi sumber-sumber limbah yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Kuantifikasi jumlah limbah yang dihasilkan dan biaya yang terkait dengan
pengelolaan limbah.

3. Prioritaskan sumber-sumber limbah yang paling signifikan dan cari cara untuk
mengurangi limbah tersebut.

4. Hitung biaya dan manfaat dari setiap alternatif pengurangan limbah.

5. Pilih alternatif pengurangan limbah yang paling efektif dan efisien.

6. Implementasikan alternatif pengurangan limbah yang dipilih.

7. Monitor dan evaluasi hasil dari implementasi alternatif pengurangan limbah.

Penerapan akuntansi hijau dapat membantu perusahaan dalam mengurangi limbah dan biaya
lingkungan, serta meningkatkan kinerja lingkungan dan kesuksesan bisnis perusahaan

B.PEMBAHASAN

1.PENGURANGAN LIMBAH DENGAN AKUNTANSI HIJAU

Berdasarkan pemaparan ruang lingkup solusi di atas, engurangan limbah merupakan


tantangan utama di berbagai sektor industri, termasuk sektor kesehatan seperti rumah sakit.
Dalam konteks ini, penerapan akuntansi hijau muncul sebagai strategi efektif untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola dampak lingkungan, khususnya dalam
pengurangan limbah medis. Akuntansi hijau melibatkan pencatatan dan pelaporan aktivitas
ekonomi yang memperhitungkan aspek-aspek lingkungan, menciptakan kerangka kerja yang
memadukan keberlanjutan dan praktik bisnis. Salah satu sektor yang memiliki dampak
lingkungan signifikan adalah sektor kesehatan, terutama rumah sakit. Rumah sakit, sebagai
penyedia layanan kesehatan utama, menghasilkan limbah medis yang kompleks dan
berbahaya. Dalam hal ini, penerapan akuntansi hijau dapat menjadi alat efektif untuk
mengurangi jejak lingkungan yang dihasilkan oleh limbah medis.

2.DAMPAK SOSIAL DAN MORAL

Penerapan akuntansi hijau dalam upaya pengurangan limbah medis di rumah sakit
tidak hanya membawa dampak ekologis, tetapi juga membentuk konsekuensi sosial dan
moral yang signifikan. Dalam konteks ini, ada beberapa dampak yang dapat diamati ketika
suatu organisasi, seperti rumah sakit, memilih untuk mengadopsi pendekatan berkelanjutan
dalam pengelolaan limbah medis.

1. Kesadaran Lingkungan di Masyarakat


Penerapan akuntansi hijau dalam pengurangan limbah medis menciptakan kesadaran
lingkungan di masyarakat. Ketika rumah sakit mengambil tanggung jawab untuk
meminimalkan dampak lingkungan dari limbah medis, hal ini dapat menjadi model
yang menginspirasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
praktik berkelanjutan. Dampak sosialnya adalah peningkatan kesadaran akan isu-isu
lingkungan di antara pasien, keluarga mereka, dan masyarakat umum.
2. Norma-Norma Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Penerapan akuntansi hijau mencerminkan norma-norma etika dan tanggung jawab
sosial. Rumah sakit yang berkomitmen untuk mengurangi limbah medis melalui
pendekatan berkelanjutan menunjukkan tanggung jawab moral mereka terhadap
kesehatan lingkungan dan masyarakat. Ini dapat membangun kepercayaan dengan
menunjukkan kesediaan untuk beroperasi dengan etika yang tinggi, melampaui hanya
memenuhi persyaratan hukum.
3. Dampak Pekerjaan Baru dalam Sektor Hijau
Implementasi akuntansi hijau dalam pengurangan limbah medis menciptakan dampak
sosial positif melalui penciptaan lapangan kerja baru dalam sektor hijau. Peningkatan
investasi dalam teknologi dan praktik berkelanjutan membuka peluang pekerjaan
dalam pengembangan, penerapan, dan pemeliharaan solusi-solusi yang mendukung
pengurangan limbah medis. Ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap
perekonomian lokal dan nasional.
4. Perubahan Perilaku Konsumen
Informasi yang diungkapkan melalui akuntansi hijau dapat memengaruhi perilaku
konsumen. Pasien dan masyarakat yang semakin sadar lingkungan mungkin lebih
memilih mendukung atau menggunakan layanan dari rumah sakit yang memiliki
komitmen terhadap praktik berkelanjutan. Dampak moralnya adalah mendorong
konsumen untuk membuat pilihan yang lebih berkelanjutan dalam layanan kesehatan.
5. Pemenuhan Standar Internasional
Akuntansi hijau juga menciptakan dampak moral melalui pemenuhan standar
internasional, seperti ISO 14001 untuk manajemen lingkungan. Dengan berkomitmen
pada standar global, rumah sakit menunjukkan kesediaan mereka untuk diukur dan
diukur secara independen terhadap kriteria keberlanjutan yang diakui secara
internasional.
6. Peningkatan Reputasi dan Citra
Penerapan akuntansi hijau dapat memberikan dampak positif pada reputasi dan citra
rumah sakit. Masyarakat yang semakin memperhatikan isu-isu lingkungan dapat
melihat rumah sakit sebagai lembaga yang bertanggung jawab dan berkomitmen
terhadap keberlanjutan, meningkatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat.

Dengan mempertimbangkan dampak sosial dan moral ini, penerapan akuntansi hijau
dalam pengurangan limbah medis bukan hanya tindakan bisnis yang strategis tetapi juga
investasi dalam pembentukan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan sadar lingkungan.

3.KELAYAKAN

Terdapat banyak penelitian yang menerapkan akuntansi hijau atau akuntansi lingkungan
dalam menangani berbagai situasi. Pengelolaan sampah disesuaikan dengan jenis sampah,
kebutuhan pengumpulan sampah, dan sarana pengangkutan. Sebagai contoh, sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Maulidah dan Wahib Muhaimin (2021) mengenai Model
Bisnis Berkelanjutan dalam akuntansi lingkungan untuk UMKM agroindustri Kentang
menunjukkan bahwa UMKM tersebut mencapai kinerja berkelanjutan. Temuan ini diperkuat
oleh penelitian Y. Huang dkk (2022) yang menganalisis konteks global keberlanjutan untuk
mengurangi dan merancang sampah sebagai upaya baru mengubah model ekonomi linier
tradisional. Akuntansi hijau, juga dikenal sebagai "green accounting," berupaya untuk
memasukkan dampak lingkungan dan penggunaan sumber daya alam ke dalam laporan
keuangan organisasi. Tujuannya adalah mengukur, melaporkan, dan meminimalkan dampak
lingkungan dari aktivitas ekonomi.
Jika diterapkan dengan baik, akuntansi hijau dapat memberikan beberapa manfaat dalam
pengurangan limbah dan penggunaan sumber daya oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa akuntansi hijau dapat dianggap bermanfaat dalam konteks ini:

1. Manajemen Efisien Limbah

Akuntansi hijau dapat meningkatkan manajemen limbah dengan memberikan


pemahaman yang lebih baik tentang jenis limbah yang dihasilkan, sumber-sumbernya,
dan biaya terkait. Ini memungkinkan rumah sakit untuk mengambil tindakan yang
tepat dalam pengurangan limbah, mengoptimalkan proses, dan mengidentifikasi area-
area di mana efisiensi dapat ditingkatkan.

2. Transparansi dan Akuntabilitas

Penerapan akuntansi hijau membawa transparansi dalam pelaporan dampak


lingkungan dan keberlanjutan. Hal ini menciptakan akuntabilitas, baik di tingkat
internal maupun eksternal. Rumah sakit yang transparan mengenai upaya
pengurangan limbahnya dapat membangun kepercayaan dengan pemangku
kepentingan, termasuk pasien, keluarga, dan badan pengatur.

3. Pengurangan Biaya Jangka Panjang

Meskipun investasi awal mungkin diperlukan untuk mengimplementasikan akuntansi


hijau, manfaat jangka panjang dapat mencakup pengurangan biaya. Pengelolaan
limbah yang lebih efisien dapat mengurangi biaya bahan baku, pengelolaan limbah,
dan potensi denda atau sanksi lingkungan.

4. Kepatuhan terhadap Peraturan

Akuntansi hijau membantu rumah sakit untuk tetap mematuhi peraturan lingkungan
yang semakin ketat. Dengan melacak dan melaporkan praktik berkelanjutan, rumah
sakit dapat memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan hukum dan mengurangi
risiko terkait denda atau sanksi.

5.VISUALISASI
1. Limbah Infeksius:

Limbah ini melibatkan material yang terkontaminasi oleh agen infeksius, seperti
darah, jaringan tubuh, atau bahan-bahan yang mungkin mengandung patogen
penyakit. Contoh meliputi jarum suntik bekas, perban darah, dan spesimen
laboratorium.

2. Limbah Jaringan Tubuh

Termasuk organ tubuh, bagian tubuh, plasenta, dan bahan-bahan biologis lainnya yang
dihasilkan selama pembedahan, autopsi, atau perawatan medis. Limbah ini
memerlukan penanganan khusus karena dapat mengandung materi biologis yang
potensial berbahaya.

3. Limbah Citotoksik

Limbah ini mencakup bahan-bahan yang mengandung zat kimia yang dapat merusak
atau menghancurkan sel-sel. Contohnya termasuk urin, tinja, dan muntahan yang
mungkin mengandung agen-agen sitotoksik seperti kemoterapi.

4. Limbah Farmasi

Limbah farmasi mencakup obat-obatan yang kedaluwarsa, obat yang tidak digunakan,
dan bahan kimia farmasi lainnya. Pengelolaan limbah ini penting untuk mencegah
paparan tidak disengaja terhadap obat-obatan atau bahan kimia yang mungkin
berbahaya.

5. Limbah Kimia

Limbah kimia melibatkan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam prosedur medis
atau penelitian. Ini dapat mencakup bahan-bahan korosif, toksik, atau reaktif.
Pemusnahan limbah kimia harus sesuai dengan regulasi keselamatan dan lingkungan.

6. Limbah Radioaktif

Limbah ini berasal dari penggunaan bahan radioaktif dalam prosedur medis atau
penelitian. Limbah radioaktif memerlukan penanganan khusus untuk melindungi
personel kesehatan dan lingkungan dari paparan radiasi berbahaya.

7. Limbah Plastik

Limbah plastik mencakup berbagai produk berbahan plastik yang digunakan dalam
konteks medis, seperti kantong obat, bungkus makanan, dan peralatan medis sekali
pakai. Pengelolaan limbah plastik melibatkan pemilahan dan pembuangan yang
sesuai.

Dengan menerapkan akuntansi hijau dalam pengurangan limbah, organisasi dapat


mengoptimalkan penggunaan sumber daya, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Akuntansi hijau
tidak hanya menciptakan manfaat finansial melalui pengelolaan yang lebih efisien tetapi juga
membentuk citra organisasi sebagai entitas yang peduli terhadap dampaknya terhadap
lingkungan dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai