Anda di halaman 1dari 23

ASKEP KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN POPULASI : PENYAKIT

KRONIK

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas

Kelompok Mata Kuliah Keperawatan

Komunitas II

Dosen Pembimbing :

Fatimah,S.Kp.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

1. Arif Efendi (1032161034)


2. Krista Karomatul Ulfah (1032161037)
3. Putri Mayang Sari (1032161013)
4. Safitri Hanjani (1032161001)

Program Studi Sarjana Keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Mohammad Husni
Thamrin 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Komunitas II “(Askep Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Kronik)”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Komunitas II “(Askep Komunitas
Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit Kronik)”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

29 Maret 2019

penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara
berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari
penyakit kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang
terdiri dari 49%, dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11%
untuk cedera. Dominasi penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui
kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada
terutama di negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di negara-
negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut
Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara yang
relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit
kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan
Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China,
menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit
menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang
dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin
mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut
dengan penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia
Tenggara. Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah
contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data
dari WHO di Asia Tenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7%
disebabkan luka (Tawilah, 2017). Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi
penyebab kematian terbanyak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2016), proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari
41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.
Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%),
disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama,
bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Cedera tertentu dapat menyebabkan rasa sakit kronis. Hal ini terutama berlaku
pada cedera saraf. Sakit kepala migrain dan arthritis adalah kondisi lain yang juga bisa
memproduksi rasa sakit kronis. Pengobatan penyakit kronik seringkali memakan waktu
lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis penyakit tidak menular adalah
penyakit kronik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu,
salah satu dampak komplikasi yang dapat terjadi adalah kecacatan termasuk kecacatan
permanen.Oleh karena itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengobati faktor-faktor
yang menjaga dan memperburuk pengalaman rasa sakit agar dapat mengurangi
penderitaan manusia, biaya perawatan penyembuhan menjadi lebih efektif dan efisien.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis ?
2. Apa penyebab dari penyakit kronis ?
3. Fase penyakit kronik ?
4. Kategori penyakit kronik ?
5. Manifestasi klinis dari penyakit kronik ?
6. Pencegahan penyakit kronik ?
7. Penatalaksanaan penyakit kronik ?
8. Sifat Penyakit Kronik ?
9. Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien ?
10. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik ?
11. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Kronik

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Agar pembaca mengetahui yang dimaksud dengan penyakit kronik
2. Agar pembaca mengetahui penyebab dari penyakit kronik
3. Agar pembaca mengetahui Fase penyakit kronik
4. Agar pembaca mengetahui Kategori penyakit kronik
5. Agar pembaca mengetahui manifestasi klinis dari penyakit kronik
6. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan dari penyakit kronik
7. Agar pembaca mengetahui pencegahan dari penyakit kronik
8. Agar pembaca mengetahui sifat dari penyakit kronik
9. Agar pembaca mengetahui dampak dari penyakit kronik
10.Agar pembaca mengetahui respon klien terhadap penyakit kronik
11. Agar pembaca mengetahui perilaku klien terhadap penyakit kronik
12. Agar pembaca lebih memahami Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah
Populasi : Penyakit Kronik
1.4. Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat kepada pembaca untuk dapat menambah pengetahuan
serta wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Populasi ; Penyakit
Kronik, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk
mahasiswa jurusan keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Penyakit Kronik


Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Penyakit kronik
gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian penderita hingga
menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama dalam penanganan
penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang berguna untu
kemgatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit kronik kita
harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level yang
optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan pada
penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan modibitas
(ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah untuk
memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic yang harus
disadari oleh perawat pemberi layanan.

2.2. Etiologi Penyakit Kronik


Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran
modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan
kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di
tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang
berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).
2.3. Fase penyakit kronik
Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai
berikut :
1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol
atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual

2.4. Kategori penyakit Kronik


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti di
bawah ini:
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari
kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan
epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit yang
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan
hereditas

2.5. Manifestasi klinis dari penyakit Kronik


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor risiko
yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan
warna kulit abnormal (Heru, 2007)

2.6. Pencegahan penyakit kronik


Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit dikenal
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer merupakan
upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau 11 mencegah orang
yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan
umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus
(ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi).
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui
deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk
mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga
ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami kecacatan
(Budiarto & Anggreni, 2007).
2.7. Penatalaksanaan penyakit kronik
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda. Sebagai
contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan keletihan.
Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu,
yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis
yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti
penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008)

2.8. Sifat penyakit kronik


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat
diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis

2.9. Dampak penyakit kronik terhadap klien


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
A. Klien menjadi pasif
B. Tergantung
C. Kekanak-kanakan
D. Merasa tidak nyaman
E. Bingung
F. Merasa menderita

2. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
3. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
4. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.10. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik


Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya.
Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

2.11. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis


Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang
dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
1. Penolakan
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan
sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui
bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis
ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk
mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan
menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
perubahan body image).
2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang
umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi
pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu
yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan
memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan
memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis.
Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung
mengalami depresi.

2.12. Asuhan Keperawatan Komunitas dan Kasus


A. Kasus
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat, terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami penyakit
kronik yaitu Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia. 260 orang (65%) penduduk
berjenis kelamin perempuan dan 140 orang (35%) penduduk berjenis kelamin laki-laki.
60 orang (15%) penduduk merupakan penderita penyakit kronik yaitu Hipertensi tipe
primer (dikarenakan pola hidup), dan 40 orang (10%) menderita penyakit Hipertensi tipe
sekunder (dikarenakan mempunyai riwayat hipertensi sehingga menjadi komplikasi
penyakit). 60 orang (15%) penduduk yang menderita penyakit Hipertensi Primer
mengaku sangat jarang melakukan pemeriksaan tekanan darah ke pelayanan kesehatan
dikarenakan malas memeriksakan tekanan darah ke pelayanan kesehatan. 40 orang
(10%) penduduk yang yang menderita Hipertensi sekunder mengaku sangat jarang
melakukan aktivitas fisik dan pola konsumsi garam yang tinggi. 300 orang (75%)
masyarakat mengatakan memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit Hipertensi.
60 orang (15%) penduduk beresiko terkena hipertensi karena obesitas dan 40 orang
(10%) penduduk merupakan perokok aktif. Masyarakat di Perumahan Pelita II memiliki
pola aktivitas fisik yang kurang seperti bergotong royong dan berolahraga. Hanya sekitar
300 orang (75%) masyarakat yang malas memeriksa tekanan darah ke pelayanan
kesehatan dan juga kurangnya pola aktivitas fisik. Ada sekitar 100 orang (25%) yang
rutin memeriksa tekanan darah ke pelayanan kesehatan.
1. Core Inti Komunitas Meliputi :
a) Riwayat kesehatan yang ada
1) Bagaimana terjadinya resiko penyakit : Tingkat obesitas yang tinggi, merokok,
malas berolahraga dan pola konsumsi makanan tinggi garam.
2) Jenis penyakit yang sering ada : Hipertensi, Stroke.
3) Mengenai siapa aja : usia dewasa dan lansia.
4) Berapa lama : > 6 bulan
5) Didaerah mana : Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
6) Bagaimana upaya masyarakat : Memeriksa tekanan darah ke pelayanan
kesehatan.
7) Bagaimana program yang ada : Mengadakan program Posbindu PTM dengan
melakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali di perumahan pelita II
b) Kultur
1) Bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri : masyarakat masih malas
untuk mengikuti pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.
2) Bagaimana nilai/keyakinan masyarakat : hipertensi merupakan penyakit yang
wajar diderita oleh usia dewasa sampai usia lanjut.
3) Tradisi : pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat sakit.

c) Support
1) Dukungan dari profesi : Mengadakan posbindu PTM
2) Dukungan dari masyarakat : Pembentuan kader posbindu PTM
3) Bagaimana bentuk dukungan yang ada : Mengadakan pemeriksaan setiap
sebulan sekali

d) Statistik
1) Distribusi usia :
(a) Dewasa awal 26-35 tahun : 60 orang (15%)
(b) Dewasa akhir 36-45 tahun : 160 orang (40%)
(c) Lansia awal 45-55 tahun : 80 orang (20%)
(d) Lansia akhir 56-65 tahun : 60 orang (15%)
(e) Manula >65 : 40 orang (10%)

2) Jenis kelamin
(a) Laki-laki : 140 orang (35%)
(b) Perempuan :260 0rang (65%)
3) Tingkat pendidikan
(a) SD : 200 orang (50%)
(b) SMP : 160 orang (40%)
(c) SMA/SMK : 40 orang (10%)
(d) Penghasilan : Rp.1.500.000,-
(e) Pekerjaan
(1) Wiraswasta : 100 orang (25%)
(2) Buruh : 100 orang (25%)
(3) Pegawai negeri : 200 orang (50%)
(f) Suku
(1) Jawa : 260 orang (65%)
(2) Sunda : 100 orang (25%)
(3) Sumatera : 40 orang (10%)
(g) Mortalitas : 40 orang ( 10%)
(h) Morbiditas : 60 orang (15%)

2. Data Sub Sistem


1. Data Lingkungan Fisik
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat, terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami
penyakit kronik yaitu Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia.
a) Lingkungan fisik
(1) Bagaimana bentuk rumah
Tipe A/permanen : 95%
Tipe B/semipermanen : 5%
(2) Kondisi rumah :
Layak huni : 80%
Tidak layak huni : 20%
(3) Halaman rumah
Memiliki halaman rumah : 15 %
Tidak memiliki halaman rumah : 85 %
(4) Pembuangan sampah : Tersedia pembuangan sampah
(5) Mandi cuci kakus(MCK) : Tidak terdapat MCK di lingkungan masyarakat
(6) Batas wilayah : Kelurahan Sukatani merupakan salah satu
kelurahan yang berada pada wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok dengan
luas wilayah +/- 508 Ha, dengan batas wilayah :
a) Sebelah Utara : Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok
b) Sebelah Timur : Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos
Kecamatan Tapos Depok
c) Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Depok
d) Sebelah Barat : Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Depok
(7) Bagaimana lingkungan sekitar
Tersedia saluran pembuangan air : 70%
Tidak tersedia saluran pembuangan air : 30
%
(8) Kondisi lingkungan sekitar : Bersih dan gersang karena kurangnya
tumbuh-tumbuhan
(9) Geografis :

(10) Kepadatan penduduk : Padat penduduk


(11) Luas daerah : luas wilayah +/- 508 Ha
(12) Bagaimana kualitas udara : Bersih , bebas polusi
(13) Kualitas tumbuh-tumbuhan : Tumbuhannya tidak terawat
(14) Apa binatang peliharaan : Ayam , kucing , burung , kelinci
(15) Kondisi air : Bersih , tidak berbau
(16) Keindahan alam
Rumah memiliki tanaman : 40 %
Rumah tidak memiliki tanaman : 60%
2. Pelayanan kesehatan dan social
(1) Pusat pelayanan umum : Puskesmas
(2) Jenisnya : Pelayanan kesehatan tipe 1
(3) Bagaimana karakteristik pemakainya : Masyarakat menengah
(4) Statistik : Statistik penderita hipertensi di perumahan pelita II 37,5 %
(5) Adekuat atau tidak
Masyarakat yang mengunjungi pelayanan : 40%
Masyarakat yang tidak mengunjungi pelayanan : 60%
(6) Dapat dicapai : Lokasi puskesmas dekat dengan lingkungan masyarakat
(7) Diterima : Pelayanan puskesmas dapat diterima oleh masyarakat
(8) Tingkat kepercayaan pengguna jasa : Kurangnya kepercayaan masyarakat
3. Ekonomi
a) Tingkat perekonomian
Menengah kebawah : 15 %
Menengah keatas : 85%
b) Sejauh mana mempengaruhi kesehatan
Yang mempengaruhi kesehatan : 60%
Tidak mempengaruhi kesehatan : 40%
c) Jumlah pengangguran : 25%
d) Persentasi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan : 15%
e) Pendapatan perbulan : Rp.1.500.000,-
f) Kemampuan daya beli masyarakat dalam kesehatan :
g) Terdapat industri : Tidak terdapat industri
h) Pertokoan : Ada pertokoan
i) Lapangan kerja : Terdapat lapangan pekerjaan
j) Tempat warga belanja
Pasar tradisional : 70%
Pasar swalayan : 30%
4. Keamanan dan Transfortasi
a) Keadaan dan keamanan : Terdapat satpam
b) Pelayanan keamanan : kegiatan ronda malam
c) Tingkat kriminalitas : Kadang terdapat terjadinya pencurian
d) Jenis transportasi
Mobil : 20%
Motor : 80%
e) Situasi jalan : Beraspal
f) Dekat dengan pelayanan kesehatan : 500m ke pelayanan kesehatan
5. Politik dan Pemerintahan
a) Struktur organisasi di masyarakat : Terdapat PKK,karang taruna,kader.
b) Kondisi organisasi : Aktif
c) Formal atau non formal : Non formal
d) Jenis keyakinan atau nilai
Fanatik terhadap kelompok politik tertentu : 60%
Tidak fanatik terhadap kelompok politik tertentu :
40%
e) Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan : Tidak terdapat peran
politik dalam pelayanan kesehatan
f) Distribusi power di masyarakat : terdapat perkumpulan pendukung partai politik
tertentu
g) Toma : Ada
h) Toga : Ada
i) Tempat berkumpul : Ada
6. Komunikasi
a) Masyarakat memperoleh informasi :
Tv : 70%
Handphone : 20%
Radio : 10%
b) Papan informasi : Terdapat papan dibalai RW
c) Jenis perkumpulan atau pertemuan : Terdapat rapat pertemuan kader dan karang
taruna
d) Alat komunikasi : Handphone dan HT
7. Pendidikan
a) Persentasi yang sekolah
Yang sekolah : 60%
Yang tidak sekolah : 40%
b) Pendidikan yang tersedia di masyarakat : Terdapat SD,SMP,SMA dilingkungan
masyarakat
c) Memerlukan pengetahuan khusus : Terdapat
d) Sarana pendidikan khusus : Tersedia
e) Pengguna : Terdapat masyarakat yang memerlukan pendidikan khusus
f) Karakteristik : ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
8. Rekreasi
a) Persepsi : mengurangi stres dari pekerjaan sehari-hari
b) Tempat yang sering di gunakan : Terdapat taman
c) Fasilitas rekreasi yang ada : Taman
d) Terjangkau dengan komunitas : Terjangkau
e) Tempat anak bermain :Terdapat taman kanak-kanak
3. Persepsi
a) Warga masyarakat
1) Perasaan warga terhadap masyarakat : Terdapat rasa peduli terhadap masyarakat
2) Yang mereka anggap sebagai kekuatan masyarakat : saling tolong menolong
3) Yang mereka anggap sebagai masalah masyarakat :
a. Program gerakan sehat masyarakat belum tercapai
b. Minimnya pengetahuan penyakit hipertensi
c. Kurangnya kader di wilayah tersebut
4) Ajukan pertanyaan dari berbagai kelompok yang berbeda
a. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?
b. Berapakah tekanan darah yang normal pada seseorang?
c. Bagaimana seseorang bisa dikatakan menderita penyakit hipertensi?
5) Buat cacatan tentang siapa dan apa jawaban nya
a. Ibu Eny : yang dimaksud hipertensi itu adalah dimana tekanan darah
seseorang melebihi batas normal.
b. Pa Budi : tekanan darah normal 120/80 mmHg.
c. Bu Nia : tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
b) Persepsi perawat
1) Pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat
a. Masyarakat tidak antusias terhadap program gerakan sehat.
b. Pola konsumsi makanan tinggi garam dan malas aktivitas fisik pada
masyarakat.
c. Pelatihan kader di masyarakat belum berjalan dengan baik.
2) Apa kekuatannya
Jumlah penyakit tidak menular yang meningkat prevelensinya di masyarakat
perumahan pelita II , salah satunya adalah hipertensi 60 orang (15%) tipe primer
(dikarenakan pola hidup), dan 40 orang (10%) menderita tipe sekunder.
3) masalah yang dapat diidentifikasi
penyakit tidak menular
(Hipertensi).

ANALISA DATA
No. Data Masalah

1. DS:

DO:
2. DS
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Smeltzer & Bare . (2008).Keperawatan Medical Bedah Vol.2.Philadelphia: Linppincott


William& Wilkins
Dewi Rhosma Sofia. (2014).Buku Ajar Keperawatan Gerotik.Yogyakarta.DEEPUBLISH

Anda mungkin juga menyukai