TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Tugas Akhir Sarjana dengan judul “Geologi dan Analisis Kestabilan Lereng
Menggunakan Metode Slope Mass Rating (SMR) dan Metode Q-Slope Pada
Daerah Dusun Satu, Kotaagung Timur, dan Sekitarnya, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung” adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat
dan diserahkan sebelumnya, baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh saya
ataupun orang lain, baik di Institut Teknologi Sumatera maupun di institusi
pendidikan lainnya.
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 118150072
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
NIM : 118150072
Tanda Tangan
ABSTRAK
Daerah penelitian terletak pada daerah Dusun Satu, Kecamatan Kotaagung Timur dan
sekitarnya Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Luas wilayah penelitian mencakup
25km² dengan bentuk lahan dataran bergelombang hingga pegunungan dengan kelas lereng
landai hingga curam. Kegiatan penelitian pada daerah ini dilakukan untuk mengetahui pola
persebaran batuan dan kondisi geologi yang mempengaruhi pembentukan wilayah dan
sebaran batuan daerah penelitian. Analisis kestabilan lereng tambang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kestabilan lereng pada wilayah penambangan andesit. Kegiatan yang
dilakukan teridiri atas analisis data lapangan, dan analisis data laboratorium yang
menghasilkan aspek geomorfologi yang terdiri atas bentang lahan Satuan Dataran Aliran
Piroklastik, Satuan Kipas Aliran Lava, Satuan Perbukitan Sisa Gunungapi, Satuan
Punggungan Aliran Lava, dan Satuan Punggungan Aliran Piroklastik. Stratigrafi daerah
penelitian terdiri atas Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Pematang Rukusan, Satuan
Aliran Lava Basal Gunung Gisting, Satuan Piroklastik Jatuhan Gunung Gisting, Satuan
Aliran Breksi Piroklastik Gunung Tanggamus, Satuan Aliran Lava Basal Gunung
Tanggamus dan Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Tanggamus. Struktur geologi pada
daerah penelitian terdiri atas struktur primer kekar berlembar (sheeting joint). Sejarah
geologi diawali dengan pembentukan Satuan Andesit Lava Gunung Pematang Rukusan
dengan mekanisme erupsi efusif. Aktivitas vulkanisme pada kala Oligosen Akhir-Miosen
Awal menjadi mempengaruhi pengendapan satuan Jatuhan Piroklastik Formasi
Hulusimpang. Kekosongan aktivitas vulkanisme pada daerah penelitian terjadi pada kala
Miosen Tengah- Plistosen. Aktivitas vulkanisme pada kala Holosen dipengaruhi oleh
aktivitas vulkanisme Gunung Tanggamus yang mengendapkan Satuan Aliran Piroklastik
Gunung Tanggamus, Satuan Aliran Lava Basal Gunung Tanggamus dan Satuan Aliran
Lava Andesit Gunung Tanggamus pada daerah penelitian. Hasil analisis Slope Mass Rating
(SMR) didapatkan sebesar 76,5 dengan deskripsi baik berdasarkan klasifikasi Romana
(1985). Pengujian sifat fisik batuan berdasarkan uji laboratorium Uniaxial Compressive
Strength (UCS) didapatkan sebesar 1878,28 Mpa. Analisis kestabilan lereng menggunakan
metode Q-Slope didapatkan nilai Q-Slope sebesar 4,995 dengan deskripsi lereng stabil
(stable slopes) dengan sudut ambang batas Q-Slope (β Q-Slope) sebesar 78º. Rekomendasi
geomoetri lereng dibagi menjadi 2 jenjang dengan tujuan melandaikan kemiringan lereng
dengan nilai Faktor Keamanan (FK) yang didapat sebesar 1,24.
iv
GEOLOGY AND SLOPE STABILITY ANALYSIS USING SLOPE MASS
RATING (SMR) METHOD AND Q-SLOPE METHOD IN DUSUN SATU
DISTRICT, EAST KOTAAGUNG DISTRICTS, LAMPUNG PROVINCE
ABSTRACT
The research area is located in Dusun Satu, Kotaagung Timur District and its
surroundings, Tanggamus Regency, Lampung Province. The area of the research area
covers 25km² with undulating plains to mountainous terrain with gentle to steep slopes.
Research activities in this area are carried out to determine the pattern of rock distribution
and geological conditions that influence the formation of the area and distribution of rock
in the study area. Mine slope stability analysis is carried out to determine the level of slope
stability in the andesite mining area. The activities carried out consisted of analysis of field
data and laboratory data analysis which resulted in geomorphological aspects consisting
of a landscape of Pyroclastic Flow Plain Units, Lava Flow Fan Units, Remaining Volcanic
Hills Units, Lava Flow Ridge Units, and Pyroclastic Flow Ridge Units. The stratigraphy
of the study area consists of Mount Pematang Rukusan Andesite Lava Flow Unit, Mount
Gisting Basal Lava Flow Unit, Mount Gisting Falling Pyroclastic Unit, Mount Tanggamus
Pyroclastic Flow Unit, Mount Tanggamus Basal Lava Flow Unit and Mount Tanggamus
Andesite Lava Flow Unit. The geological structure in the study area consists of sheet joint
primary structures. Geological history begins with the formation of the Andesite Lava Unit
of Mount Pematang Rukusan with an effusive eruption mechanism. Volcanic activity
during the Late Oligocene-Early Miocene influenced the deposition of the Pyroclastic Fall
Units of the Hulusimpang Formation. The vacancy of volcanism activity in the study area
occurred during the Middle Miocene-Plistocene. Volcanic activity during the Holocene
epoch was influenced by the volcanism of Mount Tanggamus which deposited Mount
Tanggamus Pyroclastic Flow Units, Mount Tanggamus Basal Lava Flow Units and Mount
Tanggamus Andesite Lava Flow Units in the study area. The results of the Slope Mass
Rating (SMR) analysis were obtained at 76.5 with a good description based on Romana's
classification (1985). Testing the physical properties of the rock based on the Uniaxial
Compressive Strength (UCS) laboratory test was obtained at 1878.28 MPa. Slope stability
analysis using the Q-Slope method obtained a Q-Slope value of 4.995 with a description of
stable slopes with a Q-Slope threshold angle (β Q-Slope) of 78º. The slope geometry
recommendations are divided into 2 levels with the aim of flattening the slope with a Safety
Factor (FK) value of 1.24.
Keyword: Geomorphology, Kotaagung Timur, Stratigraphy, SMR, Q-Slope
v
MOTTO
-Patrick Star
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis
menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini tidak akan terwujud. Penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak dan Bunda tercinta, sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih
yang tiada terhingga. Penulis mempersembahkan sebuah karya kecil yang
tidak akan kalian pahami, tetapi penulis berharap karya kecil ini dapat
memberikan gambaran perjuangan penulis selama menyelesaikan studi S-1
Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera. Semoga ini menjadi tahap
awal untuk membuat Bapak dan Bunda tercinta semakin bangga terhadap
penulis, karena penulis sadar selama ini penulis belum bisa memberikan hal
yang membanggakan bagi keluarga.
2. Bapak Rezki Naufan Hendrawan, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
penulis yang selalu sabar dan tabah terhadap kelalain penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Berkat bimbingan dan arahan ilmu yang
diberikan kepada penulis, penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik, walaupun masih jauh dari kata sempurna dan ekspektasi dari
Bapak.
3. Seluruh teman penulis khususnya keluarga besar Sekai, Rauzanfiqri,
Bhagas Lokanata, Satria Sagala, Farhan Giovanny, Josua Jeremy, Khadwan
Mubarok, Zulyadain, Nurul Qiftia, Annisa Melenia, Fadli Andre, Deny
Seprian, Djeus Sinurat, Aditya Ganda, Putri Gumaya dan Shinta Bagus yang
telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis dalam hal
pengambilan dan pengolahan data dan menjalani kehidupan bersama
sebagai Mahasiswa Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera. Semoga
hidup lebih baik untuk kita semua.
4. Winda Asmara yang selalu ada meluangkan waktu mendengarkan keluhan,
memberikan semangat, masukan dan menginspirasi penulis untuk tidak
vii
menyerah dan selalu berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga
harapan menjadi kenyataan.
5. Teman-teman seperjuangan daerah Tanggamus yang selalu bersama dalam
kegiatan pemetaan ini. Semoga selesai dengan hasil yang memuaskan.
6. Teman-teman Demetrius Angkatan 2018 yang memberikan gambaran
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga kebaikan yang telah dilakukan tersebut dibalas dengan hal yang indah
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Geologi dan Analisis Kestabilan
Lereng Menggunakan Metode Slope Mass Rating (SMR) dan Metode Q-Slope Pada
Daerah Dusun Satu, Kotaagung Timur dan Sekitarnya, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung”.
Tugas akhir ini disusun untuk memberikan suatu informasi sebagai suatu literatur.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari karena bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dapat
teratasi. Tugas akhir ini memiliki banyak kekurangan baik dalam kualitas materi
maupun dalam bentuk penulisan, sehingga penulis juga membutuhkan banyak
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki tugas akhir ini
menjadi lebih baik.
Melalui kesempatan ini, penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kehendak-Nya penulis diberikan
kemampuan, kekuatan, serta ketabahan untuk dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak, Bunda, Abang, Kakak serta keluarga besar penulis yang selalu
senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti
kepada penulis dalam menyelesaikan studi S-1 Teknik Geologi Institut
Teknologi Sumatera.
3. Bapak Rezki Naufan Hendrawan, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
penulis yang selama ini dengan sabar memberikan pemahaman kepada
penulis dalam menyelesaikan kegiatan tugas akhir ini.
4. Teman-teman keluarga besar Sekai yang selalu memberikan bantuan,
masukan, pemahaman dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
kegiatan tugas akhir ini.
5. Seluruh warga Dusun Satu, Kecamatan Kotaagung Timur yang membantu
penulis memberikan arahan terkait lokasi pada daerah penelitian.
ix
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat diterima dengan baik
dan memberikan manfaat, inspirasi dan kontribusi bagi ilmu pengetahuan.
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
Gambar I.1. Diagram alir penelitian.
2
• Pengamatan dan Deskripsi Singkapan
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam penelitian lapangan. Tahap ini
merupakan tahap dimana kegiatan yang dilakukan terdiri dari mendeskripsi
suatu singkapan pada lokasi pemetaan yang meliputi deskripsi warna, struktur
singkapan, tekstur, dan komposisi mineral yang terdapat pada singkapan
tersebut.
• Pengambilan Sampel Batuan
Kegiatan pengambilan sampel batuan setelah melakukan tahap deskripsi
singkapan. Pengambilan sampel batuan ini bertujuan untuk nantinya melakukan
analisis sampel dan uji laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan alat palu geologi dengan tidak merusak struktur alami dari suatu
singkapan tersebut.
• Observasi Bentuk Lahan
Pengamatan bentuk lahan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk
lahan di daerah penelitian. Dalam pengamatan bentuk lahan ini, bisa dilakukan
dari aliran sungai dan juga mengambil ketinggian tertentu agar mendapatkan
sudut pandang yang baik dalam melakukan observasi ataupun pengamatan
bentuk lahan.
• Pengambilan Data Diskontinuitas Lereng
Pengambilan dan pengukuran data diskontinuitas lereng dilakukan untuk
mendapatkan data orientasi lereng batuan. Kegiatan ini terdiri atas pengamatan
dan pengukuran data kekar pada badan lereng, pengambilan data geometri
lereng, dan juga pengambilan sampel batuan yang selanjutnya akan dilakukan
uji sampel batuan pada laboratorium.
c. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengoalahan data dilakukan setelah kegiatan dan pengambilan data dari
daerah penelitian. Pengolahan data dilakukan di studio dan laboratorium.
Pengolahan data yang dilakukan berupa pengolahan data stratigrafi, struktur
geologi, geomorfologi dan data diskontinuitas lereng tambang.
Pengolahan data stratigrafi dilakukan dengan kegiatan pengamatan sampel
petrografi yang selanjutnya digabungkan berdasarkan kesamaan karakteristik
batuan. Proses pengolahan data petrografi melalui pengamatan dan deskripsi
3
sayatan digunakan untuk mengetahui komposisi mineral batuan yang
selanjutnya, akan dilakukan pembagian satuan batuan pada wilayah penelitian.
Pengolahan dan analisis struktur geologi dilakukan dengan menggunakan
aplikasi software, untuk mengetahui arah aliran lava pada daerah penelitian
yang didukung oleh data penarikan pola kelurusan punggungan pada daerah
penelitian.
Pengolahan data analisis data geomorfologi dilakukan dengan
mengkombinasikan data pengamatan bentuk bentang alam pada daerah
penelitian. Analisis citra satelit berupa bentuk pola aliran sungai, dan
kemiringan lereng yang dikombinasikan untuk membagi satuan bentang lahan
pada analisis geomorfologi di daerah penelitian.
Pengolahan data diskontinuitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi
software, untuk mengetahui geometri lereng serta kemungkinan terjadinya
bencana longsor pada lereng tambang yang terdapat pada daerah penelitian.
d. Tahap Penyajian Data
Pengolahan dan analisis yang telah diselesaikan, kemudian dilakukan kegiatan
penyusunan peta geologi dan rekonstruksi sejarah geologi. Pengolahan dan
analisis data yang didapatkan menghasilkan peta-peta yang dibutuhkan serta
analisis diskontinuitas lereng untuk memberikan gambaran dan interpretasi
keadaan lereng tambang pada daerah penelitian. Laporan disusun dengan
meliputi berbagai aspek dan ketentuan penelitian yang meliputi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan selama kegiatan pemetaan geologi serta hasil
pengolahan data dan studi literatur terkait sebagai bahan referensi dalam
penyajian dan penyusunan laporan peneltian.
4
Gambar I.2. Lokasi daerah penelitian.
a) Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode
penelitian, lokasi penelitian, batasan masalah, dan sitematika pembahasan.
b) Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka yang membahas kondisi geologi regional
daerah penelitian yang berisi informasi tentang fisiografi, stratigrafi, stratigrafi
regional, dan struktur geologi regional dan metode pengolahan data studi
khusus untuk memberikan gambaran umum daerah penelitian yang bersumber
dari studi literatur.
5
c) Bab III Geologi Daerah Penelitian
Bab ini bersumber dari data lapangan yang telah didapatkan. Bab ini
menjelaskan satuan geomorfologi, satuan stratigrafi, serta struktur geologi pada
daerah penelitian.
d) Bab IV Sejarah Geologi
Bab ini membahas tentang sejarah geologi yang dibahas berdasarkan hasil
analisis dari data geologi yang didapatkan di daerah penelitian.
e) Bab V Studi Khusus
Bab ini terdiri atas pembahasan mengenai analisis Slope Mass Rating (SMR)
dan analisis Q-Slope dari hasil pengolahan data diskontinuitas, dan kualitas
sampel batuan pada lereng tambang di daerah penelitian.
f) Bab VI Kesimpulan
Bab ini terdiri atas kesimpulan berdasarkan data yang telah didapatkan dan
dianalisis dari seluruh kegiatan penelitian pada daerah penelitian.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.1. Peta geologi regional daerah penelitian (Amin dkk, 1993)
7
Gambar II.2. Korelasi stratigrafi regional (Amin dkk., 1993)
8
Gambar II.3. Fisiografi daerah penelitian (Mangga dkk, 1994).
9
Daerah Penelitian
10
(Romana, 1985). Analisis perhitungan SMR didapatkan dengan menjumlahkan
hasil perhitungan nilai rock mass rating atau RMR dengan 4 faktor penyesuaian
dari parameter slope mass rating atau SMR (Tabel II.1 dan Tabel II.2), sehingga
nilai yang didapat dari perhitungan rumus SMR dapat mewakili keseluruhan dari
geometri lereng. Menurut Fattah dkk, (2010), rumus yang digunakan dalam
perhitungan nilai SMR yaitu:
SMR = RMR + (F1 x F2 x F3) + F4 (Persamaan II.1.)
Keterangan:
• F1 = Kesejajaran antara kekar dan jurus lereng
• F2 = Rata-rata dip dari joint
• F3 = Rata-rata dip dari joint dikurangi sudut slope
• F4 = Jenis metode ekskavasi
Parameter yang digunakan menurut Romana, (1985) yaitu:
1. Massa batuan berdasarkan Rock Mass Rating (RMR)
2. Arah diskontinuitas (αj) dan arah lereng (αs)
3. Sudut kemiringan diskontinuitas (βj) dan sudut kemiringan lereng (βs)
4. Faktor berkaitan dengan metode ekskavasi.
11
Tabel II.1. Pembobotan nilai SMR (Romana, 1985).
Keterangan:
RQD : Rock Quality Designation
Jn : Joint Set Number
Jr : Joint Roughness Number
Ja : Joint Alteration Number
Jw : Joint Water Reduction
SRF : Strength Reduction Factor
Nilai numerik dari perhitungan Q-Slope merupakan skala logaritma yang memiliki
nilai dari 0,001 hingga 100. Setiap nilai tersebut merupakan penilaian kualitatif
massa batuan terhadap 3 kelompok parameter yang tidak berubah secara signifikan
dari metode Q-System sebagai berikut:
13
a. Parameter Rock Qualtiy Designation (RQD)
Rock Quality Designation (RQD) dikembangkan oleh Deere, (1989),
untuk memperoleh perkiraan secara kuantitatif terhadap massa batuan
berdasarkan inti pemboran. RQD merupakan nilai persentase dari
bagian inti yang utuh dengan Panjang lebih dari 10 cm dengan deskripsi
nilai dan pembobotan RQD dapat dilihat pada Tabel II.3.
b. Parameter Jn
Jumlah set bidang diskontinu atau jumlah keluarga bidang diskontinu
merupakan kumpulan bidang diskontinu yang mempunyai orientasi
parallel satu sama lain dengan karakter dan jenis yang sama. Adanya
kesamaan jenis, dan orientasi kekar akan mempengaruhi orientasi lereng
dan banyaknya jumlah kekar biasanya akan mempengaruhi tingkat
kestabilan pada suatu lereng batuan. Deskripsi Jn dapat dilihat pada
Tabel II.4.
14
Tabel II.4. Joint set number (Bar dan Barton, 2015).
2. Gesekan bidang diskontinu atau kuat geser rata-rata yang menunjukkan kuat
geser interblok antara bidang-bidang diskontinu. Gesekan pada bidang
diskontinu ini, tergantung dari kekasaran bidang diskontinu, ketebalan dan
material pengisi di dalamnya. Kestabilan dapat dikatakan bagus dicirikan
dengan tidak adanya material pengisi di dalamnya.
a. Parameter Jr
Menunjukkan kelas kekasaran bidang diskontinu dan kuat geser bidang
diskontinu. Deskripsi Jr dapat dilihat pada Tabel II.5.
15
b. Parameter Ja
Merupakan tingkat alterasi dari bidang diskontinu. Selain parameter
kekasaran, isian diskontinu juga mempengaruhi nilai kekuatan geser
batuan. Isian diskontinu yaitu ketebalan dan kekuatan dan faktor
tersebut tergantung pada komposisi mineral di dalamnya. Tingkat
alterasi dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan isian bidang
diskontinu yang ditunjukkan pada Tabel II.6.
16
b. Parameter SRF (SRFa, SRFb, dan SRFc)
SRF (strength reduction factor) merupakan faktor reduksi karena
tegangan yaitu perbandingan antara kuat tekan uniaksial batuan
dengan tegangan utama. Pada metode Q-Slope nilai SRF diperoleh
dengan memilih nilai maksimum atau yang paling merugikan dan
berdampak buruk pada kestabilan lereng. (Bar dan Barton, 2015).
• SRFa mendeskripsikan strength reduction factor untuk
kondisi fisik permukaan lereng (sekarang atau yang
diharapkan) karena pengaruh dari kegiatan yang tidak
diduga seperti pelapukan dan erosi (Tabel II.8.).
• SRFb mendeskripsikan strength reduction factor untuk
tingkat tegangan dan kekuatan yang mempengaruhi lereng.
SRFb menjadi parameter yang mengurangi nilai Q, apabila
terjadi pada material yang memiliki kekuatan yang lemah
seperti batuan yang sangat lapuk dan saprolitik, dan juga
menjadi berpengaruh dengan meningkatnya ketinggian
lereng karena akan meningkatkan tegangan utama (Tabel
II.9).
• SRFc mendeskripsikan strength reduction untuk diskontinu
major seperti sesar, zona lemah, dan kumpulan kekar yang
mungkin juga mengandung isian tanah liat yang berdampak
buruk pada stabilitas lereng (Tabel II.10).
Tabel II.7. Kondisi lingkungan dan geologi (Bar dan Barton, 2015).
17
Tabel II.8. Kondisi fisik (SRFa) (Bar dan Barton, 2015).
Tabel II.9. Tegangan dan kekuatan (SRFb) (Bar dan Barton, 2015).
18
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
III.1. Geomorfologi
Geomorfologi pada daerah penelitian terdiri dari bentuk pola aliran sungai, tahapan
geomorfik dan pembagian satuan geomorfologi. Analisis geomorfologi dilakukan
dengan memperhatikan proses pengontrol atau proses yang mempengaruhi bentang
lahan pada daerah penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis geomorfologi
berdasarkan klasifikasi Bentuk Muka Bumi (BMB) dari Brahmantyo dan Bandono,
(2006).
III.1.1. Morfometri
Analisis morfometri pada daerah penelitian merupakan hasil interpretasi dari data
Data Elevation Model (DEM). Pembagian klasifikasi kemiringan lereng pada
daerah penelitian dianlisis berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng berdasarkan
van Zuidam (1985). Hasil analisis kemiringan lereng pada daerah penelitian
diketahui terdiri atas 7 pembagian kelas lereng (Lampiran 8). Berdasarkan peta
morfometri daerah penelitian, diketahui daerah dengan kemiringan lereng landau
berada pada bagian timur dengan kemiringan lereng yang cenderung lebih landai.
Sementara pada bagian tenggara dan timurlaut didominasi oleh kemiringan lereng
curam hingga terjal. Hasil analisis ini dapat dilihat berdasarkan peta morfometri
daerah penelitian (Lampiran 8).
III.1.2. Morfografi
Morfografi merupakan gambaran bentuk permukaan bumi yang menjelaskan
bentuk dari suatu bentang lahan. Berdasarkan analisis morfografi daerah penelitian
diketahui bahwa daerah penelitian berada pada elevasi 350-1650 mdpl dengan
morfografi yang terbagi menjadi 3 berdasarkan keadaan di lapangan sebenarnya.
Pertama, daerah Dataran Bergelombang dengan ketinggian 350-650 mdpl ditandai
dengan warna merah muda pada peta morfografi (Lampiran 7). Kedua, daerah
Perbukitan dengan ketinggian 437,5-637,5 mdpl yang ditandai dengan warna merah
pada Peta Morfografi (Lampiran 7). Ketiga merupakan daerah Pegunungan dengan
ketinggian 612,5-1650 mdpl yang ditandai dengan warna merah tua pada peta
morfografi (Lampiran 7).
19
III.1.3. Pola Aliran Sungai
Pola aliran sungai pada daerah penelitian diketahui memiliki pola aliran radial dan
dendritik, dengan perbesaran luas wilayah penelitian menjadi 10x8 km seperti yang
terlihat pada Gambar III.1. Perbesaran luas daerah penelitian ini, dilakukan untuk
memberikan gambaran jelas sumber aliran dan bentuk pola aliran sungai pada
daerah penelitian. Pola aliran sungai radial diketahui berpusat dari Gunung
Tanggamus. Pola aliran radial ini merupakan pola aliran sungai yang menunjukkan
penyebaran secara radial atau dari suatu titik ketinggian tertentu. Pola aliran radial
pada daerah penelitian dikontrol oleh morfologi Gunung Tanggamus. Pola aliran
dendrtitik pada daerah penelitian diketahui memperlihatkan bentukan sungai yang
memiliki banyak cabang. Pola aliran dendritik pada daerah penelitian diketahui
dikontrol oleh litologi yang homogen. Tingkat kerapatan sungai akan dipengaruhi
oleh tingkat resistensi batuan terhadap erosi yang terjadi.
20
aktivitas eksogen dengan sisi lembah terjal, badan sungai yang relatif sempit dan
terdapatnya air terjun (Gambar III.2). Bentuk lembahan V pada daerah penelitian
diketahui dipengaruhi oleh tenaga eksogen yaitu erosi secara vertikal yang relatif
dominan. Tahap geomorfik muda pada daerah penelitian terdapat di sepanjang
lereng Gunung Tanggamus yang memiliki kelas lereng yang curam.
21
Gambar III.3. Satuan kipas aliran lava.
22
c. Perbukitan Sisa Gunungapi (V.7)
Satuan perbukitan sisa gunungapi memiliki kemiringan curam (16º-35º)
dengan elevasi 600-675 mdpl. Daerah penelitian memiliki bentuk lahan
perbukitan. Satuan bentang lahan ini, menempati 5% dari keseluruhan luas
daerah penelitian. Satuan bentang lahan perbukitan sisa gunungapi ini, terletak
pada bagian selatan daerah penelitian. Memiliki pola aliran sungai radial
dengan bentuk lembah V. Proses eksogen pada satuan geomorfologi ini,
dipengaruhi oleh erosi dan pelapukan. Satuan geomorofologi perbukitan sisa
gunungapi ditafsirkan terbentuk akibat dari aktivitas erupsi eksplosif Gunung
Gisting. Aktivitas vulkanisme Gunung Gisting ini, mengendapkan satuan
piroklastik jatuhan berupa litologi tuf halus pada daerah penelitian. Litologi
penyusun satuan ini berupa litologi tuf halus (Gambar III.5).
23
Gunung Gisting yang disebabkan oleh aktivitas vulkanisme. Litologi
penyusun satuan ini berupa litologi basal (Gambar III.6).
U S
24
Gambar III.7. Punggungan aliran lava (V.PR.10).
25
Gambar III.8. Punggungan aliran lava (V.TA.10).
26
Gambar III.9. Punggungan aliran piroklastik.
27
III.2. Stratigrafi
Pembagian satuan batuan dilakukan berdasarkan pengamatan dan pengambilan
data di daerah penelitian. Penamaan satuan batuan pada daerah penelitian
didasarkan pada satuan yang tidak resmi. Stratigrafi pada daerah penelitian berturut
dari tua ke muda antara lain Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Pematang
Rukusan, Satuan Aliran Lava Basal Gunung Gisting, Satuan Piroklastik Jatuhan
Gunung Gisting, Satuan Aliran Piroklastik Tuf Kasar Gunung Tanggamus, Satuan
Aliran Breksi Piroklastik Gunung Tanggamus, Satuan Aliran Lava Basal Gunung
Tanggamus, dan Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Tanggamus (Lampiran 4).
Kolom stratigrafi daerah penelitian ditunjukkan pada gambar III.11.
28
ditemukan struktur vesikular yang mengindikasikan adanya pendinginan aliran
magma yang terjadi di permukaan.
Gambar III.12. Titik pengamatan Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Pematang
Rukusan.
29
Gambar III.13. Titik pengamatan satuan basal Gunung Gisting.
Berdasarkan analisis petrografi diketahui bahwa sampel Satuan Aliran Lava Basal
Gunung Gisting memiliki tekstur intergranular dan porfiritik. Tekstur intergranular
yang dijumpai pada tiap sampel satuan yang diamati menunjukkan adanya mineral
olivin yang mengisi celah antar mineral plagioklas. Tekstur afanitik pada tiap
sampel yang diamati menunjukkan fenokris dengan yang tertanam pada massa
dasar gelas memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan persentase yang tidak
sama. Fenokris yang menyusun batuan ini, teridiri atas mineral plagioklas (45%),
piroksen (20%), dan olivine (12%). (Gambar III.14). Berdasarkan penentuan jenis
plagioklas dan keterdapatan mineral olivin pada sampel yang diamati, maka batuan
penyusun satuan ini dinamakan basal.
30
Komponen mineral yang menyusun sampel Satuan Aliran Lava Basal Gunung
Gisting memiliki hubungan antar kristal inekuigranular yang menunjukkan susunan
fenokris yang tidak seragam. Derajat kristalisasi yang diamati tersusun atas gelas
vulkanik (13%) dan setengah fenokris yang menunjukkan satuan ini, memiliki
derajat kristalisasi dengan jenis hipokristalin (Lampiran 2).
Gambar III.16. Pengamatan sayatan tipis Satuan Jatuhan Piroklastik Gunung Gisting.
Satuan jatuhan piroklastik Gunung Gisting yang diamati pada sayatan tipis teridiri
atas mineral plagioklas (6%), litik (2%), kuarsa (4%), opak (6%) dan didominasi
oleh 69% gelas vulkanik. Gelas vulkanik terbentuk akibat dari proses pendinginan
magma yang cepat setelah aktivitas erupsi yang eksplosif.
32
menurut Fisher, (1984) (Lampiran 2). Satuan Aliran Breksi Piroklastik Gunung
Tanggamus terekam sebagai produk tertua dari hasil aktivitas vulkanisme Gunung
Tanggamus. Satuan ini, terendapkan akibat dari aktivitas eksplosif Gunung
Tanggamus dan terbawa melalui aliran sungai pada daerah lereng Gunung
Tanggamus.
33
Gambar III.18. Pengamatan sayatan tipis ES-56 Satuan Aliran Breksi Piroklastik Gunung
Tanggamus.
34
Gambar III.19. Titik pengamatan Satuan Piroklastik Aliran Gunung Tanggamus.
Gambar III.20. Titik pengamatan Satuan Aliran Lava Basal Gunung Tanggamus.
35
Berdasarkan analisis petrografi diketahui bahwa sampel satuan aliran lava basal
Gunung Tanggamus memiliki tekstur intergranular. Tekstur intergranular yang
dijumpai pada tiap sampel satuan yang diamati menunjukkan adanya mineral olivin
yang mengisi celah antar mineral plagioklas. Fenokris yang menyusun batuan ini,
terdiri atas mineral plagioklas (35%), piroksen (21%) dan olivin (2%), opak (5%)
dengan massa dasar gelas (37%) (Gambar III.21). Berdasarkan penentuan jenis
plagioklas dan keterdapatan mineral olivin pada sampel yang diamati, maka batuan
penyusun satuan ini dinamakan basal (Lampiran 2). Jenis plagioklas bitownit
merupakan jenis plagioklas yang umum dijumpai pada batuan beku basa.
Gambar III.21. Pengamatan sayatan tipis ES-54 Satuan Aliran Lava Basal Gunung
Tanggamus.
36
keseluruhan luas daerah penelitian. Berdasarkan kenampakan singkapan yang
diamati pada daerah penelitian satuan ini memiliki struktur primer kekar berlembar
(sheeting joint) yang mengindikasikan adanya pendinginan aliran lava saat satuan
ini membeku (Gambar III.22). Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Tanggamus
merupakan satuan paling muda pada daerah penelitan.
Gambar III.22. Titik pengamatan Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Tanggamus.
Analisis petrografi pada sayatan tipis ES 43, diketahui satuan ini memiliki tekstur
trakitik yang menandakan adanya pembekuan aliran lava pada saat satuan ini
membeku. Tekstur porfiritik pada satuan ini menandakan adanya fenokris yang
tertanam pada massa dasar gelas dengan ukuran antar kristal yang tidak seragam.
Tekstur zoning plagioklas yang diamati pada analisis petrografi merupakan salah
satu aspek adanya proses diferensiasi magma (Lampiran 2). Berdasarkan analisis
sayatan tipis pada kode sampel ES-43 diketahui persentase fenokris yang terdiri
dari kuarsa (4%), plagioklas (45%), piroksen (3%) dan opak (5%) dengan massa
dasar gelas (43%).
37
Gambar III.23. Pengamatan sayatan tipis ES-43 Satuan Aliran Lava Andesit Gunung
Tanggamus.
Berdasarkan analisis petrografi yang dilakukan diketahui satuan ini tersusun atas
mineral kuarsa, plagioklas, dan piroksen (Gambar III.23). Pada perhitungan nilai
pemadaman plagioklas diketahui jenis plagioklas labradorit dengan rentang nilai
55-60 berdasarkan pengamatan pada 5 sampel plagioklas. Jenis plagioklas tersebut
umum dijumpai pada litologi Andesit.
38
Struktur kekar berlembar (sheeting joint) merupakan jenis kekar non-tektonik yang
terbentuk akibat adanya pembebanan dari aliran lava yang menyebabkan struktur
ini memiliki kenampakan yang berlapis-lapis atau berlembar. Analisis kekar
berlembar (sheeting joint) yang dilakukan diketahui struktur primer dengan arah
aliran lava dominan pada N329/77ºE.
Daerah penelitian yang berada pada daerah badan hingga kaki gunungapi
didominasi oleh relief yang dipengaruhi aktivitas Gunung Tanggamus. Relief dari
pola kelurusan dapat dilihat dari diagram roset yang arah reliefnya cenderung
memusat menuju puncak Gunung Tanggamus. Aktivitas erupsi yang terjadi akan
menghasilkan bentuk lahan berupa kerucut gunungapi sehingga punggungan dan
lembahannya akan memiliki arah yang terpusat ke arah pusat erupsi. Analisis ini
didukung juga oleh arah aliran lava (sheeting joint) yang memiliki arah aliran yang
relatif sama dengan pola kelurusan yang menunjukkan pola arah aliran dari pusat
39
erupsi menuju ke bagian yang lebih datar melalui bentang lahan punggungan dan
aliran sungai.
40
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Produk letusan efusif Gunung Pematang Rukusan berupa litologi Andesit yang
mengawali sejarah geologi pada daerah penelitian. Litologi Andesit ini, mengalir
melalui daerah lembahan dan membeku pada daerah penelitian. Satuan Aliran Lava
Andesit Gunung Pematang Rukusan diasumsikan berasal dari Gunung Pematang
Rukusan yang berasal tidak jauh dari daerah penelitian.
41
tinggi ini, mengakibatkan erupsi eksplosif yang menghancurkan badan Gunung
Gisting. Tekanan yang tinggi ini juga diketahui dapat dilihat dari kenampakan
mineral pada sayatan tipis Satuan Jatuhan Piroklastik Gunung Gisting dengan jenis
litologi Tuf Halus yang memiliki tekstur broken crystal. Erupsi yang
mengendapkan Satuan Jatuhan Piroklastik Gunung Gisting, mengakhiri aktivitas
vulkanisme Gunung Gisting pada daerah penelitian.
Aktivitas erosi dan mekanisme aliran sungai radial yang mengalir dari pusat gunung
menuju lembahan yang lebih rendah mengakibatkan terendapkannya Satuan Aliran
Piroklastik Tuf Kasar pada bagian timur daerah penelitian dengan kenampakan
kontur yang relatif lebih landai. Hal ini dapat dilihat pada daerah penelitian dengan
kontur yang relatif landau hanya terdapat satuan tuf dengan mekanisme
pengendapan aliran piroklastik.
43
BAB V STUDI KHUSUS
Penelitian ini dilaksanakan pada titik pengamatan ES-3 pada peta lintasan geologi
(Lampiran 3), tepatnya pada Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung. Daerah penelitian terletak pada kaki Gunung Tanggamus
dengan bentuk lahan kipas aliran lava. Secara kemiringan lereng daerah pegambilan
data studi khusus terletak pada kemiringan lereng agak curam. Kondisi tersebut
menyebabkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar daerah
pengambilan data studi khusus rentan terhadap bencana tanah longsor.
Kegiatan penambangan yang dilakukan pada daerah penelitian merupakan
penambangan batu split yang diperuntukkan untuk kebutuhan konstruksi jalan
maupun untuk konstruksi bangunan. Tingkat kestabilan serta kemungkinan
terjadinya longsor pada suatu lereng khususnya bidang pertambangan merupakan
suatu parameter utama yang harus dikaji untuk menciptakan suatu metode
penambangan yang aman. Perhatian akan kestabilan lereng yang jarang dikaji pada
daerah penelitian akan menjadi penyebab kurangnya analisis geoteknik lebih lanjut.
Analisis geoteknik dalam kaitannya dengan kegiatan penambangan dapat
menentukan bagaimana tingkat kestabilan dan nilai aman dari suatu lereng.
Minimnya kegiatan analisis geoteknik pada daerah penelitian tidak berbanding
sejalan dengan tingkat kegiatan penambangan yang tinggi. Hal inilah yang menjadi
landasan untuk dilakukannya penelitian terhadap kestabilan lereng pada bench 1
yang akan memasuki tahap produksi atau tahap ekskavasi lereng (Lampiran 1).
44
Tabel V.1. Data pengukuran diskontinuitas lereng.
45
Gambar V.1. Preparasi sampel (A dan B) Pengukuran berat (C) uji kuat tekan (D) di
laboratorium.
Sampel batuan utuh yang diambil memiliki deskripsi warna lapuk abu-abu dengan
struktur masif dan tekstur afanitik. Hasil uji UCS didapatkan nilai sebesar 1878,28
Mpa, berdasarkan sampel batuan yang dipotong dengan ukuran 6x6 cm dengan
berat sampel 5845,9 gram dengan deskripsi (chipped by geological hammering)
atau dapat diiris menggunakan palu geologi.
46
jenis-jenis longsoran (Gambar V.2). Proyeksi stereografi juga memberikan
gambaran arah runtuhan atau longsoran berdasarkan gambaran kedudukan lereng.
Berdasarkan analisis stereografis menunjukkan bahwa lereng bench 1 termasuk
kedalam jenis longsoran baji dengan ditandai adanya perpotongan antara 2 bidang
lemah dan nilai kemiringan lereng yang lebih besar dari kemiringan garis potong
kedua bidang lemah.
47
Tabel V.2. Hasil pembobotan lereng pada bench 1.
Parameter Nilai Bobot
F1 80º 0,15
F2 61,2º 1
F3 -9,8 -50
F4 Mechanical excavation 0
=76,5.
Hasil dari perhitungan nilai SMR diketahui bahwa lereng bench 1 memiliki
deskripsi lereng good (baik) berdasarkan tabel klasifikasi SMR Romana, (1985).
Lereng dengan kondisi stabil berdasarkan nilai SMR, seharusnya tidak akan
menimbulkan peristiwa longsoran. Hasil ini juga didukung dengan tingkat
probabilitas longsoran berdasarkan analisis stereografis, dengan tingkat
probabilitas longsoran hanya sebesar 15,28%.
49
Tabel V.4. Parameter Jn (Joint set number).
50
Parameter Ja (joint alteration) menunjukkan tingkat alterasi pada bidang
diskontinu. Selain parameter kekasaran, isian bidang diskontinu menjadi parameter
yang mempengaruhi kekuatan, dan ketebalan bidang diskontinu. Tingkat alterasi
pada lereng bench 1 menunjukkan tingkat alterasi yang bersifat sandy particles.
Tingkat alterasi ini diketahui dari kenampakan isian yang mengisi bidang
diskontinu yaitu adanya isian partikel atau pasiran pada hampir keseluruhan bidang
diskontinu. Isian pasir pada bidang diskontinu diasumsikan hadir akibat dari proses
erosi yang mengakibatkan pengikisan pada tiap-tiap bidang diskontinu pada lereng
bench 1. Pembobotan Ja pada lereng bench 1 dapat dilihat pada Tabel V.6.
51
Tabel V.7. Parameter Jwice (Joint water reduction factor).
Pada lereng bench 1 diketahui terdapat pada lingkungan dengan kondisi tropis.
Perubahan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan tropis diketahui tidak
mempengaruhi kekuatan batuan secara signifikan pada lereng bench 1. Hal ini dapat
diketahui dari nilai kekuatan batuan hasil uji UCS (uniaxial compressive strength)
dengan nilai 1878,28 Mpa dan memiliki rating 15 dengan deskripsi chipped by
geological hammering. Nilai pembobotan hasil UCS (uniaxial compressive
strength) dapat dilihat pada Tabel V.8.
Parameter SRF (strength reduction factor) dapat diketahui dari nilai maksimal
antara SRFa yang menggambarkan kondisi fisik dari lereng, SRFb yang
menggambarkan tegangan dan kekuatan pada lereng dan SRFc yang
menggambarkan kondisi bidang diskontinu mayor. Berdasarakan hasil pembobotan
SRF pada lereng bench 1 nilai SRFa didapatkan nilai 2,5 dengan deskripsi slight
loosening due to surface location, disturbance from blasting or excavation. Faktor
ekskavasi lereng dapat menyebabkan pelonggaran pada bidang diskontinu yang
52
akhirnya jika dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya
longsoran. Nilai dan deskripsi SRFa dapat dilihat pada Tabel V.9.
Nilai SRFb didapatkan sebesar 2,5 berdasarkan nilai kekuatan batuan. SRFb akan
berdampak pada stabilitas lereng jika terjadi pada batuan yang sangat lapuk dan
juga berpengaruh dengan meningkatnya ketinggian lereng. Nilai dan deskripsi
SRFa dapat dilihat pada Tabel V.10.
SRFc didapatkan sebesar 2 dengan deskripsi unfavorable. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya isian pasiran yang mengisi bidang antara diskontinu yang hadir
secara hampir menyeluruh pada bidang diskontinu lereng bench 1. Jika dibiarkan
secara terus menerus, maka hal ini akan mempengaruhi nilai stabilitas lereng. Nilai
dan deskripsi SRFc dipilih dengan mempertimbangkan keadaan yang diamati di
lokasi penelitian. Parameter SRFc dapat dilihat pada Tabel V.11.
53
Tabel V.11. Nilai dan pembobotan diskontinu mayor SRFc.
Berdasarkan hasil analisis dan plotting pada diagram Q-Slope diketahui sudut
lereng Q-Slope lebih besar daripada sudut lereng aktual. Pada lereng bench 1
diketahui sudut lereng aktual sebesar 71º. Dalam mencari nilai sudut Q-Slope
dilakukan penarikan garis lurus berdasarkan nilai Q-Slope dan sudut lereng aktual.
Titik perpotongan antara nilai Q-Slope dan sudut lereng aktual merupakan nilai
ambang batas dari sudut Q-Slope (β Q-Slope). Diketahui nilai β Q-Slope sebesar
78º, dengan artian untuk mempertahankan keadaan lereng yang aman dan stabil
proses ekskavasi hanya bisa sampai pada nilai ambang batas 78º. Untuk
meningkatkan hasil analisis, diperlukan kalkulasi dan analisis lebih lenjut
berdasarkan nilai faktor keamanan (FK) dan probabilitas longsor (PL) dengan
metode lain untuk mengetahui nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor
lereng yang aktual dan lereng Q-Slope. (Gambar V.3)
54
Gambar V.3. Q-Slope Stability Chart.
55
Upaya yang dilakukan dalam memodifikasi geometri lereng ini dilakukan dengan
membuat keseluruhan lereng menjadi 2 jenjang dan melandaikan kemiringan
lereng. Hal yang dilakukan yaitu dengan mengubah pit limit dengan merencanakan
kedalaman lereng tambang tersebut menjadi sebesar 20 meter. Kedalaman lereng
tambang ini menjadi salah satu penentu dalam pembuatan jumlah jenjang hingga
memenuhi limit kedalaman tambang tersebut.
Geometri lereng yang direkomendasikan dapat terlihat pada Gambar V.4, dimana
lereng keseluruhan akan dibagi menjadi 2 jenjang dengan masing-masing lereng
memiliki ketinggian 10 meter dan sudut kemiringan 115º, sehingga didapatkan nilai
faktor keamanan rata-rata sebesar 1,24 dengan deskripsi lereng stabil berdasarkan
(Bowles, 1989). Metode penyaranan geometri lereng yang dilakukan berdasarkan
analisis menggunakan metode Fellenius (ordinary method of slice) yang
diperkenalkan oleh Fellenius W, (1936). Pemodelan pada lereng bench 1 dilakukan
dengan menggunakan bantuan aplikasi Slide 6.0.
56
BAB VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan studi khusus yang telah dilakukan
pada daerah penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 8 satuan bentang lahan
yaitu:
a. Kipas Aliran Lava (V.TA.13)
b. Dataran Aliran Piroklastik (V.TA.15)
c. Perbukitan Sisa Gunungapi
d. Punggungan Aliran Lava (VGI.10)
e. Punggungan Aliran Lava (VPR.10)
f. Punggungan Aliran Lava (VTA.10)
g. Punggungan Aliran Piroklastik (VGI.12)
h. Punggungan Aliran Piroklastik (VTA.12)
2. Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi 7 satuan batuan dari tua ke
muda yaitu:
a. Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Pematang Rukusan
b. Satuan Aliran Lava Basal Gunung Gisting
c. Satuan Piroklastik Jatuhan Gunung Gisting
d. Satuan Aliran Breksi Piroklastik Gunung Tanggamus
e. Satuan Aliran Piroklastik Tuf Kasar Gunung Tanggamus
f. Satuan Aliran Lava Basal Gunung Tanggamus
g. Satuan Aliran Lava Andesit Gunung Tanggamus
3. Struktur Primer pada daerah penelitian merupakan struktur sheeting joint
dengan arah aliran lava N329/77ºE
4. Daerah penelitian terbagi menjadi 5 fase sejarah yaitu:
a. Fase I (Pembentukan Satuan Aliran Lava Andesit Pematang Rukusan)
b. Fase II (Pembentukan Satuan Aliran Lava Basal dan Satuan Piroklastik
Jatuhan Gunung Gisting)
c. Fase III (Miosen Tengah-Plistosen)
d. Fase IV Periode Erupsi Berarah Timur Laut-Timur
e. Fase V Periode Erupsi Berarah Timur Laut-Barat Daya
57
5. Nilai pembobotan Slope Mass Rating (SMR) didapatkan sebesar 76,5
dengan deskripsi baik (good) dan hasil analisis dan perhitungan metode Q-
Slope didapatkan sebesar 4,995 dengan deskripsi stable slopes atau lereng
stabil dengan sudut ambang batas Q-Slope (β Q-Slope) sebesar 78º.
58
DAFTAR PUSTAKA
Amin, T. (1993). Geologi Lembar Kotaagung, Sumatera, 1st, 1993rd ed. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan
Energi.
Barber dan Crow. (2005). Sumatra: Geology, Resources And Tectonic Evolution,
Geological Society.
Bar N dan Barton N. (2015). Introducing The Q-Slope Method And Its Intended
Use Within Civil And Mining Engineering Projects, ISRM Regional
Symposium EUROCK, Springer, Austria.
Brahmantyo, B., dan Bandono. (2006). Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk
Penataan Ruang. Jurnal Geoaplika (2006) Volume 1, Nomor 2, hal. 071 –
078.
Bowen, N. L. (1922). The Reaction Principle In Petrogenesis. Journal of
Geology.
Bowles, J.E. (1989). Physical And Geotechnical Properties Of Soils. 2nd Edition.
Mcgraw-Hill Book Company, New York, N.Y., U.S.A.
Deere, D. U. dan Deere, D. W. (1988). The Rock Quality Designation (RQD) Index
in Practice. Rock Classification Systems for Engineering Purposes,
Kirkaldie, L. (Ed.). American Society for Testing and Material:
Philadelphia
Fattah, M., Al-Baghdadi, W., Omar, M., Shanablh, A. (2010). Analysis Of Strip
Footings Resting On Reinforced Granular Trench By The Finite Element
Method.
Fisher, R. V. (1966). Rocks Composed of Volcanic Fragments. Earth Science.
Reviews, International Magazine of Geo- scientist.
Fellenius, W. (1936). Calculation Of Stability Of Earth Dam. In Transactions. 2nd
Congress Large Dams, Washington, DC, 1936 (Vol. 4, Pp. 445-462).
Howard, A. (1967). Drainage Analysis in Geologic Interpretation: A Summantion.
The American Association of Petroleum Geologist Bulletin.
Mangga, S., Amiruddin, T., Suwarti, S., Gafoer, S., Tobing, S., Sidarto, Andra, A.
(1994). Keterangan Peta Geologi Lembar Tanjungkarang.pdf. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Geologi.
Schmid, R. (1981). Descriptive Nomenclature And Classification Of Pyroclastic
Deposits And Fragments. Geologische Rundschau, 70(2), 794-799.
Sieh, K., dan Natawidjaja, D. (2000). Neotectonics of the Sumatran fault,
Indonesia. Journal of Geophysical Research: Solid Earth, 105(B12),
28295-28326.
Pettijohn, F. J. (1975). Sedimentary Rocks. New York: Harper and Row Limited.
Romana, M. R. (1985). A Geomechanical Classification for Slopes : Slope Mass
Rating. SPAIN: Universidad Politecnica Valencia.
59
Van Zuidam, R. (1985). Guide to Geomorphic Aerial Photographic Interpretation
and Mapping. ITC, Enschede, Netherlands.
60
LAMPIRAN
61