Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA TN.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI KLINIK
BHCC KOTA DENPASAR

RESUME

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Peminatan Komplementer

Disusun Oleh :

1. Putu Wira Premana (22089142078)


2. I Nyoman Arya Widiana (22089142079)
3. Ni Komang Meny Lastini (22089142080)
4. I Gusti Agung Wibawa (22089142072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BULELENG 2023
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.
Singosari
Agama : Hindu
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan :-
Suku/bangsa :
Indonesia

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sakit di kaki, sedikit pusing dan dada terasa gatal -
gatal karena jerawat
b. Riwayat kesahatan saat ini
Pada saat dikaji klien sedang mengeluh sedikit pusing dan dada terasa
gatal - gatal karena jerawat
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan Kolesterol tinggi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dari keluarga klien tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama seperti yang dirasakan klien saat ini.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis
2) Penampilan umum
Pada saat ditemui klien menggunakan kursi roda, ada kelumpuhan
pada ekstremitas, klien tampak lelah.
3) Tanda – tanda Vital :
TD : 150/90 mmHg
N : 80 x/menit
S ; 36,5O C
RR : 20 x/ Menit
4) Pemeriksaan fisik terfokus
a) Sistem Integumen
Warna sawo matang, bersih, tidak terdapat lesi, vaskulasisasi
hangat, turgor kulit < 3 detik.
b) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, keadaan hidung bersih, nafas pendek
dan regular, suara paru normal.
c) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada dilatasi JVP, tidak ada
suara jantung tambahan.
d) Sistem Gastrointestinal
Mulut bersih, lidah terdapat stomatitis, mukosa bibir lembab,
gigi masih lengkap, tidak ada nyeri saat menelan.
e) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk simetris, tidak ada lesi, kekuatan otot ekstremitas atas
5/5, kekuatan ekstremitas bawah 2/2 tidak ada edema dan tidak
ada pembengkakan sendi.

B. Diagnosa Keperawatan

Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak adekuatan jantung dalam


memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
C. Intervensi

Masalah
No Sasaran Tujuan keperawatan Tindakan keperawatan
keperawatan
1. Penurunan curah Tujuan Umum 1. Identifikasi
jantung berhubungan Setelah dilakukan tanda/gejala primer
dengan ketidak tindakan keperawatan Penurunan curah
adekuatan jantung selama 1x 90 menit jantung (meliputi
Tn.S
dalam memompa klien mampu dispenea, kelelahan,
darah untuk mengetahui tentang adema ortopnea
memenuhi kebutuhan terapi EBOO. paroxysmal
metabolisme tubuh nocturnal dyspenea,
Tujuan khusus peningkatan CPV)
Setelah dilakukan 2. Monitor tekanan
tindakan keperawatan darah (termasuk
selama 1 hari dilakukan tekanan darah
terapi EBOO sehingga ortostatik, jika
kerja jantung perlu)
meningkat ditandai 3. Fasilitasi pasien dan
dengan : keluarga untuk
1. Tekanan Darah modifikasi hidup
dalam batas normal sehat
2. CRT normal 4. Kolaborasi
3. Palpitasi Normal pemberian
4. Tidak ada Distensi antiaritmia, jika
Vena jugularis perlu
5. Gambaran EKG
Aritmia menurun
D. Tinjauan Teori
1. Definisi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan


peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,2013;
Ferri, 2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah
satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling
utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit
hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014),

Menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis


ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana
penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor
sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal.

Menurut The Joint National Committee on Prevention, Detection,


Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan
(Sylvestris, 2017).
2. Penyebab
Beberapa penyebab hipertensi anatara lain:
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko


tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan
darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis
kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.

3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan


dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola


hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap
dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan
lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah gejala umum yang


ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi


mengalaminyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh
darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akanmenyebabkan
peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan
nyeri kepala sampetengkuk pada klien hipertensi.

4. Pathofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total
resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil
Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume
darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut
jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk
mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu
abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya
peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat
(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012). Berbagai teori yang menjelaskan tentang
terjadinya hipertensi, teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal
dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal
atau hormonal. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik
yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer. Pelepasan renin yang abnormal
sehingga membentuk angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan
meningkatkan volume darah. Tekanan darah yang meningkat secara terus-
menerus pada pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan
meningkat.
Web of Caution (WOC)
5. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya


penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan
dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan
mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun.

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya


tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ
vital. Sebab kematian yang seringterjadi adalah penyakit jantung dengan
atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang


mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana
terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang
dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara


langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung
dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,
antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress
oksidatif. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan
organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya
ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Otak Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra
kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi padahipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau
penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal
tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma
bahkan kematian.

Kardiovaskular Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner


mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan
oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya
iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

Ginjal Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan


progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema
sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal
tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
Retinopati Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan
makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula
kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi
akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan
vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
Penderita retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala,
yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.

Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi


hipertensi maligna, di mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.
Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara mendadak,
antara lain nyeri kepala, double vision, dim vision, dan sudden vision loss.

6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun
terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan
penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap
disertai dengan modifikasi gaya hidup
 Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal
ginjal, dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
 Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau
kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan
farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks
massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2),
kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-
sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan
garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa
hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari
dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi
alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah
hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan
antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau
tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah,
LFG dan elektrolit (Krisnanda, 2017).
Jenis obat antihipertensi:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek
pada turunnya tekanan darah.

Contoh obat-obatan ini adalah Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,


hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2) ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin
II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang
sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas.
Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan
lisinopril.
3) Calsium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa
jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem
dan nitrendipine.
4) ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung.
Comtoh obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan,
candesartan, dan losartan.
5) Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial.
Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol,
bisoprolol, dan beta metoprolol

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN /kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
katekolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal denada DM.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, ensefalopati
3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang PA dalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
4) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal
5) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung
E. Tinjaun Tiori Terapi Ozon
1. Definisi
Terapi ozon adalah dengan spectrum darah lebih bannyak
disbanding terapi ozon yang main yaitu dengan cara mengabungkan ozon
dari luar tubuh (extracorporeal) dengan darah, yang prosesnya terjadi
pada dialyzer. Terapi ozon merupakan merupakan pengobatan yang
memiliki banyak manfaat yang sudah cukup lama digunakan. Melalui
riset ilmiah yang telah berlangsung ratusan tahun diberbagai negara maju
seperti jerman dan amerika. Dengan metode terbarunya, yaitu EBOO
( Extra Corporeal Blood Oxygenation And Ozonation), kini terapi ozon
telah dikembangkan sebagai pengobatan komplementer medis yang
sinergi dengan pengobatan konvensional medis baik pre maupun post
medis lainnya.
2. Sifat Terapi Ozon
Terapi ozon sangat aman, alamiah, tidak ada efeksamping,
maupun ketergantungan. Selain itu juga sebagai komplementer
pengobatan medis untuk membantu pengobatan pre dan post medis
lainnya.
3. Teknik Pengobatan Ozon
a. Minor Ozone – Autohemotherapy/AHT ( Micro Bubble)
Darah pasien diambil secara iv sebanyak 200cc, kemudian dicampur
dengan ozon dan dikocok perlahan hingga darah bercampur rata
dengan ozon, lalu di tranfusikan Kembali ketubuh pasien
b. Advance ozone - EBOO ( Extracorporeal Blood Oxygenation and
Ozonation. Darah diambil secara iv, dialirkan kedalam filter
khusus,kemudian dicampur dengan ozon dan dimasukkan Kembali
ke dalam tubuh. Terapi Ozon dengan metode EBOO merupakan
suatu cara pembersihan flak pembuluh darah dari partikel radikal
bebas maupun kuman, seperti bakteri,virus, sekaligus mengeluarkan
flak tersebut dalam tubuh.
4. Manfaat Medikal Ozon
1) Melumerkan Plak Pembuluh Darah
2) Meningkatkan Elastisitas Sel Darah Merah
3) Meningkatkan Enzim Antioksidan
4) Meningkatkan Produksi Sel Darah Putih
5) Meningkatkan Kadar Interferon
6) Meningkatkan Interleukin -2 (IL -2)
7) Menekan Produksi Tumor Necrosis Factor (TNF)
8) Mempercepat Siklus Citric Acids/siklus krebs
9) Menangkap Radikal Bebas
5. Kontraindikasi Medikal Ozon
Kontra indikasi terhadap pasien dengan gangguan kelenjar
tiroid, memiliki nilai trombosit darah yang rendah, gangguan
pembekuan darah atau memiliki sejarah pada ozon.
I. Implementasi

Waktu Implementasi Paraf

Rabu, 3 1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer


Mei 2023 Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
Pukul 10.00 kelelahan, adema ortopnea paroxysmal
WIB nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
2. Memonitor tekanan darah (termasuk tekanan
darah ortostatik, jika perlu)
3. Mefasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
4. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
II. Evaluasi

Waktu Evaluasi Paraf


Rabu, 3 S:
Mei 2023 - Tn. S mengatakan memiliki Riwayat
Pukul 11.30 hipertensi dan kolesterol
WIB - Tn. S mengatakan kondisinya sudah
sedikit membaik setelah melakukan terapi
EBOO
O:
- Keadaan umum pasien baik
E4 M5 V6
TD : 150/90 mmhg
S : 36,5 C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
- Tn. S paham tentang terapi ozon karena
pasien sudah sering melakukan terapi
A:
- Masalah teratasi

P:
- Lanjutkan terapi rutin

Anda mungkin juga menyukai