S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI KLINIK
BHCC KOTA DENPASAR
RESUME
Disusun Oleh :
BULELENG 2023
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.
Singosari
Agama : Hindu
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan :-
Suku/bangsa :
Indonesia
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh sakit di kaki, sedikit pusing dan dada terasa gatal -
gatal karena jerawat
b. Riwayat kesahatan saat ini
Pada saat dikaji klien sedang mengeluh sedikit pusing dan dada terasa
gatal - gatal karena jerawat
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan Kolesterol tinggi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dari keluarga klien tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama seperti yang dirasakan klien saat ini.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis
2) Penampilan umum
Pada saat ditemui klien menggunakan kursi roda, ada kelumpuhan
pada ekstremitas, klien tampak lelah.
3) Tanda – tanda Vital :
TD : 150/90 mmHg
N : 80 x/menit
S ; 36,5O C
RR : 20 x/ Menit
4) Pemeriksaan fisik terfokus
a) Sistem Integumen
Warna sawo matang, bersih, tidak terdapat lesi, vaskulasisasi
hangat, turgor kulit < 3 detik.
b) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, keadaan hidung bersih, nafas pendek
dan regular, suara paru normal.
c) Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada dilatasi JVP, tidak ada
suara jantung tambahan.
d) Sistem Gastrointestinal
Mulut bersih, lidah terdapat stomatitis, mukosa bibir lembab,
gigi masih lengkap, tidak ada nyeri saat menelan.
e) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk simetris, tidak ada lesi, kekuatan otot ekstremitas atas
5/5, kekuatan ekstremitas bawah 2/2 tidak ada edema dan tidak
ada pembengkakan sendi.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah
No Sasaran Tujuan keperawatan Tindakan keperawatan
keperawatan
1. Penurunan curah Tujuan Umum 1. Identifikasi
jantung berhubungan Setelah dilakukan tanda/gejala primer
dengan ketidak tindakan keperawatan Penurunan curah
adekuatan jantung selama 1x 90 menit jantung (meliputi
Tn.S
dalam memompa klien mampu dispenea, kelelahan,
darah untuk mengetahui tentang adema ortopnea
memenuhi kebutuhan terapi EBOO. paroxysmal
metabolisme tubuh nocturnal dyspenea,
Tujuan khusus peningkatan CPV)
Setelah dilakukan 2. Monitor tekanan
tindakan keperawatan darah (termasuk
selama 1 hari dilakukan tekanan darah
terapi EBOO sehingga ortostatik, jika
kerja jantung perlu)
meningkat ditandai 3. Fasilitasi pasien dan
dengan : keluarga untuk
1. Tekanan Darah modifikasi hidup
dalam batas normal sehat
2. CRT normal 4. Kolaborasi
3. Palpitasi Normal pemberian
4. Tidak ada Distensi antiaritmia, jika
Vena jugularis perlu
5. Gambaran EKG
Aritmia menurun
D. Tinjauan Teori
1. Definisi
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
4) Berat badan
5) Gaya hidup
4. Pathofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total
resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil
Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume
darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut
jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk
mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu
abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya
peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat
(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012). Berbagai teori yang menjelaskan tentang
terjadinya hipertensi, teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal
dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal
atau hormonal. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik
yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer. Pelepasan renin yang abnormal
sehingga membentuk angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan
meningkatkan volume darah. Tekanan darah yang meningkat secara terus-
menerus pada pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan
meningkat.
Web of Caution (WOC)
5. Komplikasi
6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun
terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan
penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap
disertai dengan modifikasi gaya hidup
Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal
ginjal, dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau
kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan
farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks
massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2),
kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-
sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan
garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa
hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari
dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi
alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah
hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan
antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau
tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah,
LFG dan elektrolit (Krisnanda, 2017).
Jenis obat antihipertensi:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek
pada turunnya tekanan darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN /kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
katekolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal denada DM.
2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, ensefalopati
3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang PA dalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
4) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal
5) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung
E. Tinjaun Tiori Terapi Ozon
1. Definisi
Terapi ozon adalah dengan spectrum darah lebih bannyak
disbanding terapi ozon yang main yaitu dengan cara mengabungkan ozon
dari luar tubuh (extracorporeal) dengan darah, yang prosesnya terjadi
pada dialyzer. Terapi ozon merupakan merupakan pengobatan yang
memiliki banyak manfaat yang sudah cukup lama digunakan. Melalui
riset ilmiah yang telah berlangsung ratusan tahun diberbagai negara maju
seperti jerman dan amerika. Dengan metode terbarunya, yaitu EBOO
( Extra Corporeal Blood Oxygenation And Ozonation), kini terapi ozon
telah dikembangkan sebagai pengobatan komplementer medis yang
sinergi dengan pengobatan konvensional medis baik pre maupun post
medis lainnya.
2. Sifat Terapi Ozon
Terapi ozon sangat aman, alamiah, tidak ada efeksamping,
maupun ketergantungan. Selain itu juga sebagai komplementer
pengobatan medis untuk membantu pengobatan pre dan post medis
lainnya.
3. Teknik Pengobatan Ozon
a. Minor Ozone – Autohemotherapy/AHT ( Micro Bubble)
Darah pasien diambil secara iv sebanyak 200cc, kemudian dicampur
dengan ozon dan dikocok perlahan hingga darah bercampur rata
dengan ozon, lalu di tranfusikan Kembali ketubuh pasien
b. Advance ozone - EBOO ( Extracorporeal Blood Oxygenation and
Ozonation. Darah diambil secara iv, dialirkan kedalam filter
khusus,kemudian dicampur dengan ozon dan dimasukkan Kembali
ke dalam tubuh. Terapi Ozon dengan metode EBOO merupakan
suatu cara pembersihan flak pembuluh darah dari partikel radikal
bebas maupun kuman, seperti bakteri,virus, sekaligus mengeluarkan
flak tersebut dalam tubuh.
4. Manfaat Medikal Ozon
1) Melumerkan Plak Pembuluh Darah
2) Meningkatkan Elastisitas Sel Darah Merah
3) Meningkatkan Enzim Antioksidan
4) Meningkatkan Produksi Sel Darah Putih
5) Meningkatkan Kadar Interferon
6) Meningkatkan Interleukin -2 (IL -2)
7) Menekan Produksi Tumor Necrosis Factor (TNF)
8) Mempercepat Siklus Citric Acids/siklus krebs
9) Menangkap Radikal Bebas
5. Kontraindikasi Medikal Ozon
Kontra indikasi terhadap pasien dengan gangguan kelenjar
tiroid, memiliki nilai trombosit darah yang rendah, gangguan
pembekuan darah atau memiliki sejarah pada ozon.
I. Implementasi
P:
- Lanjutkan terapi rutin