Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. K DENGAN HIPERTENSI DI TENJIN GERIATRIC HEALTH CARE

FACILITY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Cardiovascular,

Respirasi, dan Hematologi

Oleh :

Arum Ningtias (202202169)

Bintang Primadani (202202171)

Desti Pretty Nurazah Aziz (202202174)

Hilmi Nur Aziz (202202197)

Ikhda Djunaedi (202202198)

Rizqi Amir Alhasani (202202220)

Tofik Barokah (202202236)

Vicilya Maydha Thasa (202202242)

Wenni Wira Wijayanti (202202254)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI S1 KEPERAWATAN REGULER B18 TAHUN 2022

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah

yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai mana

mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal (Wijaya dan Putri, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan Ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih

dari suatu periode, dengan tekanan sistolik di atas 140mmHg dan tekanan diastolic

di atas 90mmHg. (Aspiani, 2014)

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah

terjadi peningkatan persisten sistolik di atas 140mmHg dan tekanan diastolic di atas

90mmHg yang diukur paling sedikit dalam dua kali kunjungan.

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan menurut (Aspiani,

2014) :

A. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Factor yang mempengaruhi yaitu :

(Aspiani, 2014)

1) Genetic

Individu yang mempunyai Riwayat keluarga dengan hipertensi, resiko yinggi

untuk mendapatkan penyakit ini. Factor genetic ini tidak dapat dikendalikan,

jika memiliki Riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi.


2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk

mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat,

factor ini tidak dapat dikendalikan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Factor ini dikendalikan oleh penderita dengan

mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal

yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari

pada yang seharusnya di dalam tubuh.

4) Berat badan

Factor ini dapat dikendalikan di mana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (lebih dari 25% di atas berat badan

ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah

(hipertensi).

5) Gaya hidup

Pola hidup sehat dapat menghindari factor pemicu hipertensi, seperti tidak

merokok dan konsumi alcohol yang berlebih.

B. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Contoh hipertensi

sekunder adalah hipertensi vaskularena, yang terjadi akibat steniosiarterirenalis.

Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.

Stenosisaterirenalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi

pengaktifan baro reseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan

pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secaralangsung meningkatkan


tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan

reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau

apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan Kembali ke normal

(Aspiani, 2014).

3. Patiofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada 13 saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila,

2013).
4. Pathway

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala

umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang

dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala.

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera.

6. Klasifikasi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.

Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

7. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka

panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. 16 Komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)

A. Stroke

Terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah

tinggi.

B. Infark miokard

Dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa

memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan

hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi

ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi

ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan.

C. Gagal jantung

Dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban

kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi

memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas

(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.

D. Ginjal

Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem

penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan

dalam tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2022 pukul 16:00 waktu Jepang.

A. Karakteristik Demografi

1) Identitas Diri

Nama : Ny. K

Tempat tanggal lahir : Jepang, 3 Mei 1943

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Cerai mati

Agama : Hindu

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat Rumah : Okayama Ken, Okayama Shi, Jepang

2) Identitas Keluarga

Nama : Tn. K

Alamat : Okayama Ken, Okayama Shi, Jepang

Hubungan keluarga : Anak kandung

3) Riwayat penyakit

Hipertensi. Dikarenakan fsktor usia, mengalami penuruna kekuatan otot

sehingga sulit menjaga keseimbangan, dan pernah jatuh hingga patah tulang.

Sekarang ADLnya dibantu dengan kursi roda.

4) Riwayat Keluarga

Terdapat keluarga yang mengalami hipertensi.

5) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

v : Klien

Ny. P memiliki keturunan hipertensi dari ibunya, Tn. K tidak memiliki

Riwayat hipertensi.

makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi.

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

Frekuensi makan : 3x sehari

Nafsu makan : baik

Jenis makanan : nasi, sayur dan lauk, buah, dessert (yogurt,

jus, terkadang kue)


Alergi terhadap makanan :-

Pantangan makanan : pembatasan konsumsi alkohol

Keluhan yang berhubungan dengan makan: tidak ada

2. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi dan waktu : 4x/hari (dilihat pada waktu penggantian diapers)

Keluhan BAK pada malam hari : mengeluh BAK banyak

b. BAB

Frekuensi dan waktu : BAB 1x/hari

Konsistensi : lembek, terkadang cair

Keluhan yang berhubungan dengan BAB: terkadang sembelit

c. Personal Hygene

1) Mandi

Frekuensi dan waktu mandi : 2 kali dalam 1 minggu

Pemakaian sabun : Ny. P mandi menggunakan sabun

2) Oral Hygene

Frekuensi dan waktu gosok gigi : 3x/hari

Menggunakan pasta gigi : tidak menggunakan pasta gigi,

tapi rongga mulut dibersihkan perawat menggunakan tissue khusus

oral care.

d. Istirahat dan tidur

Lama tidur malam : 2-3 jam

Tidur siang : kadang-kadang, hanya 1 jam

Keluhan yang berhubungan dengan tidur: sering terbangun di malam hari

kesulitan tidur di malam hari

e. Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan


Ny. K mengatakan menyukai minuman beralkohol dan sering meminta

nya kepada keluarga.

C. Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat Ini

Ny. K mengatakan sudah mengalami hipertensi dari usianya memasuki

sekitar 60 tahun. keluhan yang dirasakan seperti Nyeri kepala, kaku tengkuk,

terkadang lemas, sulit tidur dan sering terjaga di malam hari. Gejala yang

sering dirasakan Ny. K yaitu Nyeri kepala, kaku tengkuk, terkadang lemas,

sulit tidur dan sering terjaga di malam hari dengan P: saat kelelahan, terlalu

banyak beraktivitas, terlambat minum obat, Q: terasa seperti ditusuk jarum

dan berat, R: kepala dan tengkuk, S: skala 4, dan T: hilang timbul. Kemudian

untuk faktor pencetusnya yaitu apabila kelelahan dan tidak mengkonsumsi

obat anti hipertensi. Ny. P mengatakan keluhannya timbul secara bertahap,

untuk waktu mulai timbulnya keluhan yaitu saat terlalu banyak beraktivitas,

kelelahan atau tidak minum obat, lalu cara mengatasinya dengan minum obat

dan beristirahat.

2. Riwayat Kesehatan masa lalu

Ny. K pernah dirawat di rumah sakit akibat terjatuh saat nyeri dikepalanya

kambuh. Lalu, ekstremitas kanan atas bawah mengalami lemah syaraf yang

menyebabkan kelumpuhan.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Baik


a. Tanda – Tanda Vital :

TD : 160/90 Mmhg

Suhu : 36,5 C

Nadi : 88 x/Menit

RR : 21 x/Menit

Kesadaran : Composmentis

b. BB/TB

BB: 55 kg

TB: 155 cm

c. Rambut

Rambut bersih, tidak berminyak, beruban.

d. Mata

Bentuk mata simetris reflek cahaya (+), gerakan bola mata (+)

penglihatan rabun jauh (miopi), konjungtiva anemis, tidak terdapat

kekeruhan pada pupil kanan dan kiri.

e. Telinga

Bentuk telinga simetris, mengalami penurunan pendengaran, tidak

menggunakan alat bantu, tidak teraba benjolan pada kedua telinga.

f. Mulut, gigi, dan bibir

Mulut tampak bersih, tidak berbau, gigi tidak ada, tidak memakai gigi

palsu, tidak ada nyeri telan, mukosa bibir lembab.

g. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak mengalami batuk, pola nafas 20

x/menit irama regular, pergerakan dada intercosta, tidak ada otot bantu

pernafasan

Auskultasi : suara nafas normal, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi,

Perkusi : perkusi dada hipersonor.

Palpasi : tidak ada benjolan, sedikit nyeri tekan

h. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen simetris,

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.

Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit

Perkusi : suara perkusi dulnes.

i. Kulit

Turgor kulit tidak baik Kembali lebih dari 3 detik, temperatur hangat.

Tidak ada luka pada bagian tubuh klien. Terdapat perubahan warna kulit

pada kaki akibat edema yang menjadikan warna kulitnya lebih

menghitung.

j. Ekstremitas atas

Terdapat kelemahan otot pada kedua tangan, tidak terdapat bekas trauma

tapi tangan kanan mengalami kelumpuhan. Denyutan arteri brachialis

dan arteri radialis teraba jelas, tidak ada benjolan, tidak ada udem pada

ekstremitas atas

k. Ektremitas bawah

Terdapat kelemahan otot pada kedua kaki. Kaki kanan mengalami

kelumpuhan. Terdapat edema di kaki kanan.

Penilaian Kekuatan Otot


Skala Kategori

0 Paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot

1 Hanya mengalami kontraksi otot bukan sendi

Adanya kekuatan otot sendi seperti fleksi namun tidak bisa


2
melawan gravitasi

Otot mampu melawan gravitasi tetapi tidak bisa mempertahankan


3
posisi

Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu


4
diberi benda jatuh

Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu diberi


5
benda tidak jatuh

Tangan kanan Tangan kiri

0 4

Kaki kanan Kaki kiri

0 3

4. Aktifitas Pola Latihan

Penilaian mobilisasi

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara

penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.


Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau

pengawasan orang lain.

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan

orang lain, dan peralatan.

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi

dalam perawatan.

Ny. K dalam tingkat 3

3. Diagnosa Keperawatan

a. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi

b. D.0022 Hipervolemi berhubungan dengan gangguan gangguan

mekanisme regulasi dibuktikan dengan edema perifer

4. Intervensi Keperawatan

Dx D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
intervensi keperawatan (I.08238)
berhubungan dengan agen
selama 3 x 24 maka
cidera fisiologis diharapkan nyeri pada Observasi
pasien berkurang 1. Lokasi, karakteristik,
dihubungkan dengan
dengan kriteria durasi, frekuensi,
hipertensi kualitas, intensitas
L.08066 Tingkat nyeri nyeri.
Skor meningkat (1), cukup 2. identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor
meningkat (2), sedang(3), 3. identifikasi respon
DO :
cukup menurun (4), nyeri nonverbal
1. Tampak meringis
menurun (5) 4. Identifikasi factor yang
2. Sulit tidur
1. Keluhan nyeri skor 4 memperberat dan
2. Kesulitan tidur skor 4 memperingan nyeri.
DS :
3. Meringis skor 4 5. Identifikasi pengaruh
Mengeluh nyeri
budaya terhadap
Skor memburuk(1), cukup respon nyeri.
Gejala dan tanda minor
memburuk (2), sedang (3), 6. Identifikasi pengaruh
DO : t
cukup membaik (4), nyeri pada kualitas
1. Tekanan darah
membaik (5) hidup.
meningkat
1. Tekanan darah (4) 7. Monitor keberhasilan
2. Pola napas berubah
2. Pola napas (5) terapi komplomenter
yang sudah diberikan.
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(hypnosis, akupresure,
terapi music, dll)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (missal, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic (jika perlu)

Dx D.0022 Hipervolemi berhubungan dengan gangguan gangguan mekanisme

regulasi dibuktikan dengan edema perifer

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
D.0022 Hipervolemi Setelah dilakukan MANAJEMEN
berhubungan dengan intervensi keperawatan HIPERVOLEMIA
selama 3 x 24 maka (I.03114)
gangguan gangguan
diharapkan keseimbangan Observasi
mekanisme regulasi cairan meningkat dengan 1. Periksa tanda dan
kriteria hasil gejala hypervolemia
dibuktikan dengan edema
(edema).
perifer L.03020 Keseimbangan 2. Identifikasi penyebab
Cairan hypervolemia.
Skor menurun (1), cukup 3. Monitor status
Gejala dan tanda mayor
menurun (2), sedang(3), hemodinamik
DO :
cukup meningkat (4), (frekuensi jantung,
1. Terdapat edema perifer
meningkat (5) tekanan darah)
2. Berat badan meningkat
1. Asupan cairan (3) 4. Monitor intake dan
DS :
2. Keluaran cairan (3) output cairan.
1. Ortopnea
3. Kelembaban kulit 5. Monitor tanda
mukosa (4) hemokonsentrasi
Gejala dan tanda minor
(missal, kadar natrium,
DO :
skor meningkat (1), cukup hematokrit)
1. Intake lebih banyak
meningkat (2), sedang(3), 6. Monitor tanda
dari output
cukup menurun (4), peningkatan tekanan
menurun (5) onkotikplasma (missal,
1. Edema (5) kadar protein dan
2. Dehidrasi (5) albumin meningkat)
3. Asites (5) 7. Monitor efek samping
4. Konfusi (5) diuretic (missal,
hypovolemia,
Skor memburuk(1), cukup hipokalemia,
memburuk (2), sedang (3), hyponatremia)
cukup membaik (4),
membaik (5) Terapeutik
1. Tekanan darah (5) 1. Timbang berat badan
2. Membrane mukosa (5) setiap hari pada waktu
3. Berat badan (5) yang sama.
2. Batasi asupan cairan
dan garam
3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40
derajat

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
berat badan bertambah
lebih 1KG dalam
sehari
2. Anjurkan melapor jika
haluaran urin kurang
dari 0,5ml/kg per jam
dalam 6 jam
3. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretic
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian
Continous Renal
Replacement Teraphy
(CRRT)

5. Implementasi

Hari Kode / diagnosa Implementasi Respon TTD


tanggal

15 D.0077 1. Melakukan DS :

oktober Nyeri akut pengkajian Pasien mengatakan

2022 berhubungan secara saat ini nyeri

Pukul dengan agen (PQRST) P : saat pasien

08:00 cidera fisiologis kelelahan

dihubungkan Q : seperti ditusuk-

dengan hipertensi tusuk dan berat

R : tengkuk dan

bahu

S:4

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah

160/90 mmHg

RR 21 kali

permenit

Nadi 88 kali

permenit

08:30 2. Mengajarkan DS :

Teknik Pasien mengatakan

nonfarmakologi mau melakukan

untuk prosedur relaksasi

mengurangi napas dalam untuk

nyeri : relaksasi mengurangi nyeri


napas dalam dan menignkatkan

kenyamanan

DO:

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien mengatakan

berhubungan (frekuensi agak pusing dan

dengan gangguan jantung, agak berdebar

gangguan tekanan darah)


DO :
mekanisme
Tekanan darah
regulasi
160/90 mmHg
dibuktikan
RR 21 kali
dengan edema
permenit
perifer
Nadi 88 kali

permenit

11:00 2. Monitor intake DS :

dan output Pasien mengatakan

cairan. BAK jarang dan

ada bengkak di

kaki kanan

DO :

Terdapat edema
perifer pada kaki

kanan

12:00 3. Mengajari cara DS :

membatasi Pasien mengatakan

cairan mau diedukasi cara

membatasi cairan

DO :

Pasien terlihat

tertarik untuk

mempelajari cara

membatasi cairan

16 D.0077 1. Melakukan DS :

oktober Nyeri akut pengkajian Pasien mengatakan

2022 berhubungan secara saat ini nyeri

dengan agen (PQRST) P : saat pasien

08:00 cidera fisiologis kelelahan

dihubungkan Q : seperti ditusuk-

dengan hipertensi tusuk dan berat

R : tengkuk dan

bahu

S:3

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah
140/90 mmHg

RR 18 kali

permenit

Nadi 88 kali

permenit

08:30 2. Mengajarkan DS :

Teknik Pasien mengatakan

nonfarmakologi nyeri berkurang,

untuk setelah makan pagi

mengurangi sudah minum obat

nyeri : relaksasi penurun darah

napas dalam tinggi

DO:

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien mengatakan

berhubungan (frekuensi agak pusing dan

dengan gangguan jantung, agak berdebar

gangguan tekanan darah)


DO :
mekanisme
Tekanan darah
regulasi
140/90 mmHg
dibuktikan
RR 18 kali
dengan edema permenit

perifer Nadi 88 kali

permenit

12:00 2. Monitor intake DS :

dan output Pasien mengatakan

cairan. BAK baru 1 kali

DO :

1. Pada makan

pagi dan siang

masing-masing

minum 200CC

2. Haluaran urin

pada jam 12

250CC

12:30 3. Mengajari cara DS :

membatasi Pasien mengatakan

cairan sudah

mengkonsumsi

cairan sesuai

anjuran perawat

dan dokter

DO :
Pasien pada jam 12

siang sudah minum

400CC

17 D.0077 1. Melakukan DS :

Oktober Nyeri akut pengkajian Pasien mengatakan

2022 berhubungan secara saat ini nyeri

dengan agen (PQRST) berkurang dari

08:00 cidera fisiologis yang kemarin

dihubungkan P : saat pasien

dengan hipertensi kelelahan

Q : nyeri nyut-

nyutan ringan

R : tengkuk dan

bahu

S:2

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah

130/90 mmHg

RR 16 kali

permenit

Nadi 80 kali

permenit

08:30 2. Mengajarkan DS :

Teknik Pasien mengatakan


nonfarmakologi nyeri berkurang,

untuk setelah makan pagi

mengurangi sudah minum obat

nyeri : relaksasi penurun darah

napas dalam tinggi

DO:

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien mengatakan

berhubungan (frekuensi tidak apa-apa

dengan gangguan jantung,


DO :
gangguan tekanan darah)
Tekanan darah
mekanisme
130/90 mmHg
regulasi
RR 16 kali
dibuktikan
permenit
dengan edema
Nadi 80 kali
perifer
permenit

12:00 2. Monitor intake DS :

dan output Pasien mengatakan

cairan. BAK dari pagi

sudah 3 kali.
Pasien mengatakan

sudah minum obat

diuretic sesudah

makan

DO :

1. Operan dinas

perawat malam

jam 5 pagi

terdapat urin

200CC

2. Setelah makan

siang terdapa

250CC urin

pada pispot

3. Intake pada jam

12 siang 500,

output pada

jam 12 siang

450CC

12:30 3. Mengajari cara DS :

membatasi Pasien mengatakan

cairan sudah

mengkonsumsi
cairan sesuai

anjuran perawat

dan dokter

DO :

Intake output

pasien pada jam 13

hampir seimbang

6. Evaluasi

No. Hari/tanggal Diagnosa Respon TTD

keperawatan

1. 17 oktober D.0077 S:

2022 Nyeri akut Pasien mengatakan nyeri sudah

berhubungan berkurang

dengan agen P : saat kelelahan, terlalu banyak

cidera beraktifitas

fisiologis Q : nyut-nyutan ringan

R: tengkuk dan bahu


dihubungkan
S: 2
dengan
T: Hilang
hipertensi

O:

Tekanan darah 130/90 mmHg

RR 16 kali permenit
Nadi 80 kali permenit

A:

Masalah nyeri berhubungan

dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi

P:

Lanjutkan intervensi ajarkan

Teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri : relaksasi napas

dalam

2. 17 oktober D.0022 S:

2022 Hipervolemi Pasien mengatakan tidak apa-apa

berhubungan
O:
dengan
Tekanan darah 130/90 mmHg
gangguan
RR 16 kali permenit
gangguan
Nadi 80 kali permenit
mekanisme
Intake pada jam 12 siang 500,
regulasi
output pada jam 12 siang 450CC
dibuktikan

dengan
A:
edema perifer Hipervolemi berhubungan dengan

gangguan gangguan mekanisme


regulasi dibuktikan dengan edema

perifer

P:

Lanjutkan intervensi

1. Memotivasi untuk membatasi

cairan

7. Daftar Pustaka

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info
Media.

Moldovan Ramona, Oana Cobeanu, dan Daniel David. (2012). Cognitive


Biblioteraphy for Mild Depressive Symptomatology : Randomized Clinical
Trial
of Efficacy and Mechanisms of Change diakses pada 15 Oktober 2022 pukul
20:00 waktu Jepang. https:/www.researchgate.net/publication/230783811

Aplikasi Panduan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Diagnosa


Keperawatan Indonesia. Diakses melalui pengunduhan aplikasi pada google
play
store pada 14 Oktober 2022.

Aplikasi Panduan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SlKI) Diagnosa


Keperawatan Indonesia. Diakses melalui pengunduhan aplikasi pada google
play store pada 14 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai