Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. K DENGAN HIPERTENSI DI TENJIN GERIATRIC HEALTH CARE

FACILITY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Cardiovascular,

Respirasi, dan Hematologi

Oleh :

Arum Ningtias (202202169)

Bintang Primadani (202202171)

Desti Pretty Nurazah Aziz (202202174)

Hilmi Nur Aziz (202202197)

Ikhda Djunaedi (202202198)

Rizqi Amir Alhasani (202202220)

Tofik Barokah (202202236)

Vicilya Maydha Thasa (202202242)

Wenni Wira Wijayanti (202202254)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI S1 KEPERAWATAN REGULER B18 TAHUN 2022


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN HIPERTENSI

DI TENJIN GERIATRIC HEALTH CARE FACILITY

Disusun oleh :

1. Arum Ningtias (202202169)

2. Bintang Primadani (202202171)

3. Desti Pretty Nurazah Aziz (202202174)

4. Hilmi Nur Aziz (202202197)

5. Ikhda Djunaedi (202202198)

6. Rizqi Amir Alhasani (202202220)

7. Tofik Barokah (202202236)

8. Vicilya Maydha Thasa (202202242)

9. Wenni Wira Wijayanti (202202254)

Telah disahkan dan disetujui untuk menjadi salah satu tugas kelompok pada

mata kuliah Keperawatan Dewasa Kardiovaskular, Respirasi, dan Hematologi

Pada ______________ 2022

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Koordinator Mata Kuliah

Dr. Cahyu Septiwi, M.Kep.SP.MB,Ph.D Dadi Santoso, M.Kep

DAFTAR ISI

i
JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1. Pengertian ................................................................................................. 1

2. Etiologi ...................................................................................................... 2

3. Batasan Karakteristik ................................................................................ 4

4. Patofisiologi dan Pathway ........................................................................ 5

5. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul ................................................ 7

6. Intervensi Keperawatan ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN KASUS ....................................................................................... 12

1. Pengkajian ............................................................................................... 12

2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 20

3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 20

4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 24

5. Evaluasi ................................................................................................... 35

BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 47

ii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada system

sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi

homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya

dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan system

vena,sehingga terbentuklah suatu aliran darahyang menetap (IbnuM, 1996

dalam Nuraeni, 2019).

Hipertensi berasal dari bahasa Latin, yaitu hiper dan tension. Hiper

ialah berlebihan dan tension adalah tekanan atau tensi. Hipertensi merupakan

kondisi di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam kurun

waktu yang sangat lama) yang dapat menyebabkan kesakitan pada seseorang

dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seseorang dapat disebut menderita

hipertensi jika didapatkan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak

diobati atau dicegah sejak dini, maka sangat beresiko menyebabkan penyakit

degeneratif seperti retinopati, penebalan dinding jantung, keruskaan ginjal,

jantung koroner, pecahnya pembuluh darah, stroke, bahkan dapat kematian

mendadak (Wolf K, 2013 dalam Ainurrafiq dan Risnah, 2019).

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg setelah di lakukan pengecekan beberapa kali. Menurut (Hasdianah &

1
2

Suprapto, 2016 dalam Widiastari 2018).

Seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada

pemeriksaan yang berulang (disadur dari A Statement by the American Society

of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013 dalam

Nuraeni, 2019).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, yang

dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25.8%, sedangkan

di Provinsi Banten sebesar 23%. Prevalensi di Kota Tangerang menurut hasil

Riskesdas tahun 2007 terdapat 7%, sedang pada Riskesdas 2013 tidak

ditemukan laporan. (Nuraeni, 2019)

2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam

dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis

kelamin, umur, genetik, ras dan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola

makan, kebiasaan olahraga, konsumsi garam, kopi, alkohol dan stres. Untuk

terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama

(common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum

cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003 dalam Nuraeni,

2019).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi

primer atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui

[ここに入力]
3

dan hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit

endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report

2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik

(TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009 dalam

Almina, dkk, 2018).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan menurut

A. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Factor yang mempengaruhi yaitu :

(Aspiani, 2014)

1) Genetic

Individu yang mempunyai Riwayat keluarga dengan hipertensi, resiko

yinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Factor genetic ini tidak dapat

dikendalikan, jika memiliki Riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah

tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk

mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat,

factor ini tidak dapat dikendalikan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Factor ini dikendalikan oleh penderita dengan

mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang

bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada

[ここに入力]
4

yang seharusnya di dalam tubuh.

4) Berat badan

Factor ini dapat dikendalikan di mana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (lebih dari 25% di atas berat badan ideal)

dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah (hipertensi).

5) Gaya hidup

Pola hidup sehat dapat menghindari factor pemicu hipertensi, seperti tidak

merokok dan konsumi alcohol yang berlebih.

B. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskularena, yang terjadi akibat

steniosiarterirenalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis. Stenosisaterirenalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga

terjadi pengaktifan baro reseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan

pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secaralangsung meningkatkan

tekanan darah dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan

reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau

apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan Kembali ke normal

(Aspiani, 2014 dalam Widiastari 2018).

3. Batasan Karakteristik

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah menyebutkan gejala umum yang

ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap

orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang

[ここに入力]
5

dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala.

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat.

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera. (Aspiani, 2014 dalam

Widiastari 2018).

4. Patofisiologi dan Pathway

Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula di otak dan dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.Dimana

dengan dilepaskannyanoripenefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika

sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi

epinefrin ya ng menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi

kortisol dan steroid lainnya. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal menyebabkan pemepasan renin. Renin yang dilepaskan

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya merangsang sekresi

[ここに入力]
6

aldosteron dan korteks adrenal. Hormon ini yang menyebabnkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Dan dari faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi

(Brunner & Suddarth, 2013 dalam Widiastari, 2018).

[ここに入力]
7

(Dahlan, 2014 dalam Kamil, 2020)

5. Masalah Keperawatan lain yang Muncul

1) D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis dihubungkan

dengan hipertensi

2) D.0022 Hipervolemi berhubungan dengan gangguan gangguan mekanisme

regulasi dibuktikan dengan edema perifer

6. Intervensi Keperawatan

Dx D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
intervensi keperawatan (I.08238)
berhubungan dengan agen
selama 3 x 24 maka
cidera fisiologis diharapkan nyeri pada Observasi
pasien berkurang 1. Lokasi, karakteristik,
dihubungkan dengan
dengan kriteria durasi, frekuensi,
hipertensi kualitas, intensitas
L.08066 Tingkat nyeri nyeri.
Skor meningkat (1), cukup 2. identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor
meningkat (2), sedang(3), 3. identifikasi respon
DO :
cukup menurun (4), nyeri nonverbal
1. Tampak meringis
menurun (5) 4. Identifikasi factor yang
2. Sulit tidur
1. Keluhan nyeri skor 4 memperberat dan
2. Kesulitan tidur skor 4 memperingan nyeri.
DS :
3. Meringis skor 4 5. Identifikasi pengaruh
Mengeluh nyeri
budaya terhadap
Skor memburuk(1), cukup respon nyeri.
Gejala dan tanda minor
memburuk (2), sedang (3), 6. Identifikasi pengaruh
DO : t

[ここに入力]
8

1. Tekanan darah cukup membaik (4), nyeri pada kualitas


meningkat membaik (5) hidup.
2. Pola napas berubah 1. Tekanan darah (4) 7. Monitor keberhasilan
2. Pola napas (5) terapi komplomenter
yang sudah diberikan.
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(hypnosis, akupresure,
terapi music, dll)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (missal, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

[ここに入力]
9

4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic (jika perlu)

Dx D.0022 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan gangguan mekanisme

regulasi dibuktikan dengan edema perifer

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
D.0022 Hipervolemi Setelah dilakukan MANAJEMEN
intervensi keperawatan HIPERVOLEMIA
berhubungan dengan
selama 3 x 24 maka (I.03114)
gangguan gangguan diharapkan keseimbangan Observasi
cairan meningkat dengan 1. Periksa tanda dan
mekanisme regulasi
kriteria hasil gejala hypervolemia
dibuktikan dengan edema (edema).
L.03020 Keseimbangan 2. Identifikasi penyebab
perifer
Cairan hypervolemia.
Skor menurun (1), cukup 3. Monitor status
Gejala dan tanda mayor menurun (2), sedang(3), hemodinamik
DO : cukup meningkat (4), (frekuensi jantung,
1. Terdapat edema perifer meningkat (5) tekanan darah)
2. Berat badan meningkat 1. Asupan cairan (3) 4. Monitor intake dan
DS : 2. Keluaran cairan (3) output cairan.
1. Ortopnea 3. Kelembaban kulit
5. Monitor tanda
mukosa (4) hemokonsentrasi
Gejala dan tanda minor (missal, kadar natrium,
DO : skor meningkat (1), cukup hematokrit)

[ここに入力]
10

1. Intake lebih banyak meningkat (2), sedang(3), 6. Monitor tanda


dari output cukup menurun (4), peningkatan tekanan
menurun (5) onkotikplasma (missal,
1. Edema (5) kadar protein dan
2. Dehidrasi (5) albumin meningkat)
3. Asites (5) 7. Monitor efek samping
4. Konfusi (5) diuretic (missal,
hypovolemia,
Skor memburuk(1), cukup hipokalemia,
memburuk (2), sedang (3), hyponatremia)
cukup membaik (4),
membaik (5) Terapeutik
1. Tekanan darah (5) 1. Timbang berat badan
2. Membrane mukosa (5) setiap hari pada waktu
3. Berat badan (5) yang sama.
2. Batasi asupan cairan
dan garam
3. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40
derajat

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika
berat badan bertambah
lebih 1KG dalam
sehari
2. Anjurkan melapor jika
haluaran urin kurang
dari 0,5ml/kg per jam
dalam 6 jam
3. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara

[ここに入力]
11

membatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretic
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian
Continous Renal
Replacement Teraphy
(CRRT)

[ここに入力]
BAB II

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

A. Karakteristik Demografi

1) Identitas Diri

Nama : Ny. K

Tempat tanggal lahir : Jepang, 3 Mei 1943

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Cerai mati

Agama : Hindu

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat Rumah : Okayama Ken, Okayama Shi, Jepang

2) Identitas Keluarga

Nama : Tn. K

Alamat : Okayama Ken, Okayama Shi, Jepang

Hubungan keluarga : Anak kandung

3) Riwayat penyakit

Hipertensi.

Ekstremitas kanan bawah dan atas mengalami penurunan kekuatan otot,

Sekarang ADLnya dibantu dengan kursi roda.

4) Riwayat Keluarga

Terdapat keluarga yang mengalami hipertensi.

5) Genogram

12
13

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

v : Klien

Ny. P memiliki keturunan hipertensi dari ibunya, Tn. K tidak memiliki

Riwayat hipertensi.

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

Frekuensi makan : 3x sehari

[ここに入力]
14

Nafsu makan : baik

Jenis makanan : nasi, sayur dan lauk, buah, dessert (yogurt,

jus, terkadang kue)

Alergi terhadap makanan :-

Pantangan makanan : pembatasan konsumsi alkohol

Keluhan yang berhubungan dengan makan: tidak ada

2. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi dan waktu : 4x/hari (dilihat pada waktu penggantian diapers)

Keluhan BAK pada malam hari : mengeluh BAK banyak

b. BAB

Frekuensi dan waktu : BAB 1x/hari

Konsistensi : lembek, terkadang cair

Keluhan yang berhubungan dengan BAB: terkadang sembelit

c. Personal Hygene

1) Mandi

Frekuensi dan waktu mandi : 2 kali dalam 1 minggu

Pemakaian sabun : Ny. P mandi menggunakan sabun

2) Oral Hygene

Frekuensi dan waktu gosok gigi : 3x/hari

Menggunakan pasta gigi : tidak menggunakan pasta gigi,

tapi rongga mulut dibersihkan perawat menggunakan tissue khusus

oral care.

d. Istirahat dan tidur

Lama tidur malam : 2-3 jam

Tidur siang : kadang-kadang, hanya 1 jam

[ここに入力]
15

Keluhan yang berhubungan dengan tidur: sering terbangun di malam hari

kesulitan tidur di malam hari

e. Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan

Ny. K mengatakan menyukai minuman beralkohol dan sering meminta

nya kepada keluarga.

C. Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat Ini

Ny. K mengatakan sudah mengalami hipertensi dari usianya memasuki

sekitar 60 tahun. keluhan yang dirasakan seperti Nyeri kepala, kaku tengkuk,

terkadang lemas, sulit tidur dan sering terjaga di malam hari. Gejala yang

sering dirasakan Ny. K yaitu Nyeri kepala, kaku tengkuk, terkadang lemas,

sulit tidur dan sering terjaga di malam hari dengan P: saat kelelahan, terlalu

banyak beraktivitas, terlambat minum obat, Q: terasa seperti ditusuk jarum

dan berat, R: kepala dan tengkuk, S: skala 4, dan T: hilang timbul. Kemudian

untuk faktor pencetusnya yaitu apabila kelelahan dan tidak mengkonsumsi

obat anti hipertensi. Ny. P mengatakan keluhannya timbul secara bertahap,

untuk waktu mulai timbulnya keluhan yaitu saat terlalu banyak beraktivitas,

kelelahan atau tidak minum obat, lalu cara mengatasinya dengan minum obat

dan beristirahat.

2. Riwayat Kesehatan masa lalu

Ny. K pernah dirawat di rumah sakit akibat terjatuh saat nyeri dikepalanya

kambuh. Lalu, ekstremitas kanan atas bawah mengalami lemah syaraf yang

[ここに入力]
16

menyebabkan kelumpuhan.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Baik

a. Tanda – Tanda Vital :

TD : 174/98 Mmhg

Suhu : 36,5 C

Nadi : 106 x/Menit

RR : 24 x/Menit

SPO2 : 95%

Kesadaran : Composmentis

b. BB/TB

BB: 55 kg

TB: 155 cm

c. Rambut

Rambut bersih, tidak berminyak, beruban.

d. Mata

Bentuk mata simetris reflek cahaya (+), gerakan bola mata (+)

penglihatan rabun jauh (miopi), konjungtiva anemis, tidak terdapat

kekeruhan pada pupil kanan dan kiri.

e. Telinga

Bentuk telinga simetris, mengalami penurunan pendengaran, tidak

menggunakan alat bantu, tidak teraba benjolan pada kedua telinga.

f. Mulut, gigi, dan bibir

[ここに入力]
17

Mulut tampak bersih, tidak berbau, gigi tidak ada, tidak memakai gigi

palsu, tidak ada nyeri telan, mukosa bibir lembab.

g. Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak mengalami batuk, pola nafas 20

x/menit irama regular, pergerakan dada intercosta, tidak ada otot bantu

pernafasan

Auskultasi : suara nafas normal, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi,

Perkusi : perkusi dada hipersonor.

Palpasi : tidak ada benjolan, sedikit nyeri tekan

h. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen simetris,

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.

Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit

Perkusi : suara perkusi dulnes.

i. Kulit

Turgor kulit tidak baik Kembali lebih dari 3 detik, temperatur hangat.

Tidak ada luka pada bagian tubuh klien. Terdapat perubahan warna kulit

pada kaki akibat edema yang menjadikan warna kulitnya lebih

menghitam.

j. Ekstremitas atas

tidak terdapat bekas trauma tapi tangan kanan mengalami kelumpuhan.

Denyut arteri brachialis dan arteri radialis teraba jelas, tidak ada

benjolan, tidak ada edema pada ekstremitas atas.

k. Ektremitas bawah

[ここに入力]
18

Terdapat kelemahan otot pada kedua kaki. Terutama Kaki kanan

mengalami kelumpuhan. Terdapat edema di kaki kanan.

Penilaian Kekuatan Otot

Skala Kategori

0 Paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot

1 Hanya mengalami kontraksi otot bukan sendi

Adanya kekuatan otot sendi seperti fleksi namun tidak bisa


2
melawan gravitasi

Otot mampu melawan gravitasi tetapi tidak bisa mempertahankan


3
posisi

Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu


4
diberi benda jatuh

Otot mampu melawan gravitasi, mempertahankan posisi lalu diberi


5
benda tidak jatuh

Tangan kanan Tangan kiri

0 4

Kaki kanan Kaki kiri

0 3

4. Aktifitas Pola Latihan

Penilaian mobilisasi

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori

[ここに入力]
19

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara

penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau

pengawasan orang lain.

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan

orang lain, dan peralatan.

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi

dalam perawatan.

Pengkajian pada Ny. K didapatkan hasil : tingkat 3 ( memerlukan bantuan,

pengawasan orang lain, dan peralatan. )

2. Diagnosa Keperawatan

a. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi.

b. D.0022 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

dibuktikan dengan edema perifer.

3. Intervensi Keperawatan

Dx D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis

dihubungkan dengan hipertensi

[ここに入力]
20

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
intervensi keperawatan (I.08238)
berhubungan dengan agen
selama 3 x 24 jam maka
cidera fisiologis diharapkan nyeri pada Observasi
pasien berkurang 9. Lokasi, karakteristik,
dihubungkan dengan
dengan kriteria : durasi, frekuensi,
hipertensi kualitas, intensitas
L.08066 Tingkat nyeri nyeri.
Skor meningkat (1), cukup 10. identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda mayor
meningkat (2), sedang(3),
11. identifikasi respon
DO :
cukup menurun (4),nyeri nonverbal
3. Tampak meringis
menurun (5) 12. Identifikasi factor yang
4. Sulit tidur
4. Keluhan nyeri skor 4 memperberat dan
5. Kesulitan tidur skor 4 memperingan nyeri.
DS :
6. Meringis skor 4 13. Identifikasi pengaruh
Mengeluh nyeri
budaya terhadap
Skor memburuk(1), cukup respon nyeri.
Gejala dan tanda minor
memburuk (2), sedang (3), 14. Identifikasi pengaruh
DO : t
cukup membaik (4), nyeri pada kualitas
3. Tekanan darah
membaik (5) hidup.
meningkat
3. Tekanan darah (4) 15. Monitor keberhasilan
4. Pola napas berubah
4. Pola napas (5) terapi komplomenter
yang sudah diberikan.
16. Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik
5. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(hypnosis, akupresure,
terapi music, dll)

[ここに入力]
21

6. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (missal, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
8. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.

Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
10. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian
analgetic (jika perlu)

Dx D.0022 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

dibuktikan dengan edema perifer

Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi

[ここに入力]
22

(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia


(SLKI) (SIKI)
D.0022 Hipervolemia Setelah dilakukan MANAJEMEN
intervensi keperawatan HIPERVOLEMIA
berhubungan dengan
selama 3 x 24 maka (I.03114)
gangguan mekanisme diharapkan keseimbangan Observasi
cairan meningkat dengan 8. Periksa tanda dan
regulasi dibuktikan dengan
kriteria hasil gejala hypervolemia
edema perifer (edema).
L.03020 Keseimbangan 9. Identifikasi penyebab
Cairan hypervolemia.
Gejala dan tanda mayor
Skor menurun (1), cukup 10. Monitor status
DO :
menurun (2), sedang(3), hemodinamik
3. Terdapat edema perifer
cukup meningkat (4), (frekuensi jantung,
4. Berat badan meningkat
meningkat (5) tekanan darah)
DS :
4. Asupan cairan (3) 11. Monitor intake dan
2. Ortopnea
5. Keluaran cairan (3) output cairan.
6. Kelembaban kulit
12. Monitor tanda
Gejala dan tanda minor
mukosa (4) hemokonsentrasi
DO :
(missal, kadar natrium,
2. Intake lebih banyak
skor meningkat (1), cukup hematokrit)
dari output
meningkat (2), sedang(3), 13. Monitor tanda
cukup menurun (4), peningkatan tekanan
menurun (5) onkotikplasma (missal,
5. Edema (5) kadar protein dan
6. Dehidrasi (5) albumin meningkat)
7. Asites (5) 14. Monitor efek samping
8. Konfusi (5) diuretic (missal,
hypovolemia,
Skor memburuk(1), cukup hipokalemia,
memburuk (2), sedang (3), hyponatremia)
cukup membaik (4),
membaik (5) Terapeutik
4. Tekanan darah (5) 4. Timbang berat badan
5. Membrane mukosa (5) setiap hari pada waktu

[ここに入力]
23

6. Berat badan (5) yang sama.


5. Batasi asupan cairan
dan garam
6. Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40
derajat

Edukasi
5. Anjurkan melapor jika
berat badan bertambah
lebih 1KG dalam
sehari
6. Anjurkan melapor jika
haluaran urin kurang
dari 0,5ml/kg per jam
dalam 6 jam
7. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
8. Ajarkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian
diuretic
5. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
6. Kolaborasi pemberian
Continous Renal
Replacement Teraphy
(CRRT)

[ここに入力]
24

5. Implementasi

Hari Kode / diagnosa Implementasi Respon TTD

tanggal

15 D.0077 1. Melakukan DS :

oktober Nyeri akut pengkajian secara Pasien

2022 berhubungan (PQRST) mengatakan saat

Pukul dengan agen ini nyeri

08:00 cidera fisiologis P : saat pasien

dibuktikan kelelahan

dengan Q : seperti

hipertensi ditusuk-tusuk dan

berat

R : tengkuk dan

bahu

S:4

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah

174/98 mmHg

RR 24 kali

permenit

Nadi 106 kali

permenit

Spo2 95%

08:30 2. Mengajarkan DS :

[ここに入力]
25

Teknik Pasien

nonfarmakologi mengatakan mau

untuk mengurangi melakukan

nyeri : relaksasi prosedur relaksasi

napas dalam napas dalam untuk

mengurangi nyeri

dan menignkatkan

kenyamanan

DO:

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien

berhubungan (frekuensi mengatakan agak

dengan jantung, tekanan pusing dan agak

gangguan darah) berdebar, dan

gangguan sesak napas

mekanisme
DO :
regulasi
Tekanan darah
dibuktikan
174/98 mmHg
dengan edema
RR 24 kali
perifer
permenit

Nadi 106 kali

[ここに入力]
26

permenit

Spo2 95%

11:00 2. Monitor intake DS :

dan output cairan. Pasien

mengatakan BAK

jarang dan ada

bengkak di kaki

kanan

DO :

Terdapat edema

perifer pada kaki

kanan

Data pada 14

Oktober pukul

21:00 sampai 15

Oktober pukul

09:00 output

350CC, dengan

intake cairan

peroral 800CC.

12:00 3. Mengajari cara DS :

membatasi cairan Pasien

mengatakan mau

diedukasi cara

[ここに入力]
27

membatasi cairan

DO :

Pasien terlihat

tertarik untuk

mempelajari cara

membatasi cairan

16 D.0077 1. Melakukan DS :

oktober Nyeri akut pengkajian secara Pasien

2022 berhubungan (PQRST) mengatakan saat

dengan agen ini nyeri

08:00 cidera fisiologis P : saat pasien

dibuktikan kelelahan

dengan Q : seperti

hipertensi ditusuk-tusuk dan

berat

R : tengkuk dan

bahu

S:3

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah

140/90 mmHg

RR 18 kali

permenit

[ここに入力]
28

Nadi 88 kali

permenit

SPO2 97%

08:30 2. Mengajarkan DS :

Teknik Pasien

nonfarmakologi mengatakan nyeri

untuk mengurangi berkurang, setelah

nyeri : relaksasi makan pagi sudah

napas dalam minum obat

penurun darah

tinggi

DO:

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien

berhubungan (frekuensi mengatakan agak

dengan jantung, tekanan pusing dan agak

gangguan darah) berdebar, sesak

mekanisme napas berkurang

regulasi
DO :
dibuktikan
Tekanan darah
dengan edema

[ここに入力]
29

perifer 140/90 mmHg

RR 18 kali

permenit

Nadi 88 kali

permenit

SPO2 97%

Terdapat edema

perifer pada kaki

kanan

12:00 2. Monitor intake DS :

dan output cairan. Pasien

mengatakan BAK

baru 1 kali

DO :

1. Pada makan

pagi dan siang

masing-

masing minum

200CC

2. Data pada 15

Oktober pukul

21:00 sampai

16 Oktober

[ここに入力]
30

pukul 09:00

output 400CC,

dengan intake

cairan peroral

650CC.

12:30 3. Mengajari cara DS :

membatasi cairan Pasien

mengatakan sudah

mengkonsumsi

cairan sesuai

anjuran perawat

dan dokter

DO :

Pasien pada jam

12 siang sudah

minum 400CC

17 D.0077 1. Melakukan DS :

Oktober Nyeri akut pengkajian secara Pasien

2022 berhubungan (PQRST) mengatakan saat

dengan agen ini nyeri

08:00 cidera fisiologis berkurang dari

dihubungkan yang kemarin

dengan P : saat pasien

[ここに入力]
31

hipertensi kelelahan

Q : nyeri nyut-

nyutan ringan

R : tengkuk dan

bahu

S:2

T : Hilang timbul

DO :

Tekanan darah

130/90 mmHg

RR 16 kali

permenit

Nadi 80 kali

permenit

SPO2 98%

08:30 2. Mengajarkan DS :

Teknik Pasien

nonfarmakologi mengatakan nyeri

untuk mengurangi berkurang, setelah

nyeri : relaksasi makan pagi sudah

napas dalam minum obat

penurun darah

tinggi

DO:

[ここに入力]
32

Pasien tampak

lebih rileks

10:00 D.0022 1. Monitor status DS :

Hipervolemi hemodinamik Pasien

berhubungan (frekuensi mengatakan tidak

dengan jantung, tekanan apa-apa

gangguan darah)
DO :
gangguan
Tekanan darah
mekanisme
130/90 mmHg
regulasi
RR 16 kali
dibuktikan
permenit
dengan edema
Nadi 80 kali
perifer
permenit

SPO2 98%

12:00 2. Monitor intake DS :

dan output cairan. Pasien

mengatakan BAK

dari pagi sudah 3

kali.

Pasien

mengatakan sudah

minum obat

diuretic sesudah

[ここに入力]
33

makan

DO :

1. Operan dinas

perawat

malam jam 5

pagi terdapat

urin 200CC

2. Setelah makan

siang terdapa

250CC urin

pada pispot.

3. edema perifer

pada kaki

kanan

berkurang

4. Data pada 16

Oktober pukul

21:00 sampai

17 Oktober

pukul 09:00

output cairan

700CC,

dengan intake

[ここに入力]
34

cairan peroral

800CC.

12:30 3. Mengajari cara DS :

membatasi cairan Pasien

mengatakan sudah

mengkonsumsi

cairan sesuai

anjuran perawat

dan dokter

DO :

Intake output

pasien pada jam

13 hampir

seimbang

6. Evaluasi

No. Hari/tanggal Diagnosa Respon TTD

keperawatan

1. 17 oktober D.0077 S:

2022 Nyeri akut Pasien mengatakan nyeri sudah

berhubungan berkurang

dengan agen P : saat kelelahan, terlalu banyak

cidera beraktifitas

fisiologis

[ここに入力]
35

dibuktikan Q : nyut-nyutan ringan

dengan R: tengkuk dan bahu

hipertensi S: 2

T: Hilang

O:

Tekanan darah 130/90 mmHg

RR 16 kali permenit

Nadi 80 kali permenit

Spo2 98%

A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi ajarkan

Teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri : relaksasi napas

dalam

2. 17 oktober D.0022 S:

2022 Hipervolemi Pasien mengatakan tidak apa-apa

berhubungan
O:
dengan
Tekanan darah 130/90 mmHg
gangguan
RR 16 kali permenit
mekanisme

[ここに入力]
36

regulasi Nadi 80 kali permenit

dibuktikan SPO2 98%

dengan Intake pada jam 12 siang 500,

edema perifer output pada jam 12 siang 450CC

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi

1. Memotivasi untuk membatasi

cairan

[ここに入力]
37

[ここに入力]
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang

dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa

data. Data yang beruhubungan dengan hipertensi meliputi adanya nyeri ketika

bergerak. Nyeri terasa pada kepala, tengkuk, bahu (Sukarmin, 2012 dalam

Kholifah, dkk, 2022).

Pada asuhan keperawatan Ny.K dilakukan pengkajian pada tanggal : 15

oktober 2022, pasien Ny. K berusia 79 thn dengan diagnosa medis hipertensi,

didapatkan hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 174/98 mmHg, frekuensi

napas 24 kali permenit, frekuensi nadi 106 kali permenit, tingkat saturasi

oksigen 95%. Pasien juga mengeluh sakit pada tengkuk dan bahu, kualitas nyeri

seperti ditusuk jarum dan kepala terasa berat, setelah dikaji skala nyeri pasien

menyebutkan nyerinya ada di skala 4, nyeri timbul pada saat atau setelah

beraktifitas dan saat kelelahan, nyeri tersebut hilang timbul sesuai dengan

kegiatan atau aktifitas yang dijalani.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan akibat

adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan

istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan

sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dengan

durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkinson, 2013 dalam Kholifah, dkk, 2022).

banyak instrumen pengukur nyeri salah satunya adalah skala nyeri numerik

38
39

(NRS). Digambarkan pada skala numerik yaitu, 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan,

4-6: nyeri sedang, 7-9: nyeri berat,10: nyeri sangat berat. (Potter dan Perry, 2010

dalam Kholifah, dkk 2022). Sesuai dengan kasus pasien Ny. K nyeri di aera

tengkuk, kepala, dan bahu. Kemudian ditemukan skala nyeri yang pasien

rasakan adalah 4.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung secara aktual maupun profesional. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi responb klien terhadap individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan ( Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).

Menurut penulis berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dan data

yang ditemukan, masalah keperawatan utama pada Ny. K adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisiologis dibuktikan dengan hipertensi.

Pengertian nyeri adalah pengalaman sensori 47 dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

atau digambarkan dengan istilah yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas

ringan atau berat dengan akhir yang dapat di antisipasi dan durasinya kurang

dari 6 bulan (Doengoes, 2000 dalam Kholifah, dkk 2022).

Hal ini sama dengan konsep teori yaitu meningkatnya tekanan darah

menimbulkan nyeri dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang

bervariasi (sedang-berat). Macam-macam kualitas nyeri adalah seperti

[ここに入力]
40

ditusuktusuk, terbakar, sakit nyeri atau superfisial atau bahkan seperti di gencet

(Tamsuri, 2007 dalam kholifah, dkk, 2022).

Nyeri terjadi diawali adanya fakor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya hipertensi (Usia, Jenis Kelamin, Merokok, Stres, Kurang Olaraga,

Faktor Genetik, Alkohol, Konsentrasi Garam, Obesitas), hipertensi

menyebabkan peningkatan tekanan vaskuler pembuluh darah kemudian terjadi

vasokontriksi sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi

menyebabkan resistensi pembuluh darah ke otak meningkat 88 sehingga

menyebabkan terjadinya nyeri ( sakit kepala). Masalah bersifat aktual dan

sangat dirasakan, perawatan segera perlu dilakukan untuk menghindari

semakin parahnya masalah. Berdasarkan data tersebut maka penulis

mengangkat masalah keperawatan nyeri akut sebab berdasarkan teori SDKI

(2017), menyatakan bahwa batasan karakteristik untuk mengangkat masalah

keperawatan nyeri akut yaitu terdapat salah satu tanda atau data seperti apabila

terdapat salah satu tanda atau data seperti mengeluh nyeri. (Subu, 2020).

Opini penulis diagnosa pada kasus tersebut ialah Nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan skala nyeri 3-4, klien

tampak meringis. Sedangkan diagnose keperawatan lain yang muncul

berdasarkan pengkajian adalah Hipervolemia berhubungan dengan gangguan

gangguan mekanisme regulasi dibuktikan dengan edema perifer

3. Intervensi Keperawatan

Untuk mengatasi masalah utama pada Ny. K maka rencana tindakan yang

akan dilakukan adalah : lakukan pengkajian nyeri meliputi PQRST, ajarkan

[ここに入力]
41

teknik non farmakologi ( Distraksi dan relaksasi ), beri informasi tentang nyeri

seperti : penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang. Perencanaan

menurut SDKI (2017). Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan

keperawatan yaitu manajemen nyeri, intervensi yang diberikan adalah

mengidentifikasi nyeri yang komprehensif, memonitor keberhasilan therapy

komplementer yang sudah di berikan, memberikan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri (therapy nafas dalam), mengontrol lingkungan

yang memperberat rasa nyeri (misal, Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

dan kolaborasi pemberian analgetik.

Diagnosa yang ke dua, yaitu berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh

peneliti terdapat satu diagnosa yang sesuai dengan tanda mayor dan minor yaitu

Hipervolemia berhubungan dengan penurunan haluaran urine,kelebihan asupan

cairan dan natrium, serta gangguan aliran balik vena (SDKI, 2016). Tanda mayor

yang dialami Ny. K yaitu klien mengeluh sesak nafas (Dispnea), Edema Perifer

(edema kaki tepatnya di tungkai telapak kaki sebelah kanan dengan pitting

edema 6 detik), dan berat badan meningkat dalam waktu singkat. Tanda minor

yang dialami Ny.K yaitu oliguria urine <400CC, intake lebih banyak dari output,

saat pengkajian hari pertama intake 800CC, output 350CC, dengan demikian

haluaran urin kurang 450CC.

Menurut teori, hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik

vena, karena stimulasi pada RAA (renin angiotensin aldosteron) pada saat renin

teraktivasi, dalam darah renin akan mengkatalisis konversi angiotensinogen

menjadi angiotensin I dan dikonversi menjadi angiotensin II (menyebabkan

vasokontrisksi secara langsung) sehingga akan menstimulasi sekresi aldoseteron

[ここに入力]
42

dan akan meningkatan retensi Na dan H2O diginjal. Jika jumlah nefron yang

sudah tidak berfungsi menjadi meningkat, maka ginjal akan tidak mampu dalam

menyaring urine. 99 Kemudian dalam glomerulus akan kaku dan plasma tidak

dapat difilter dengan mudahnya lewat tubulus, maka terjadilah hipervolemia

dengan retensi natrium dan air (Mutaqin,2012 dalam Listyowati 2020).

Kegagalan fungsi ginjal akan mengakibatkan gangguan yang bersifat sistemik,

sehingga hemodinamika tubuh akan menurun dan mengancam nyawa karena

fungsi ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan serta elektrolit (Hoste, 2007 dalam Listyowati 2020).

Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yaitu

manajemen hipervolemi. Intervensi yang diberikan adalah Monitor status

hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan darah), monitor intake dan output

cairan, dan memberikan atau menganjurkan untuk membatasi intake cairan agar

haluaran urin seimbang dan mencegah edema memburuk.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan selama 3 hari dengan melaksana intervensi

keperawatan melakukan pengkajian nyeri PQRST, dan Mengajarkan Teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri : relaksasi napas dalam, Monitor

status hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan darah), Monitor intake dan

output cairan, Mengajari cara membatasi cairan. Implementasi yang

komperhensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari rencana yang telah

disusun pada tahap-tahap perencanaan dapat terelisasi dengan baik apabila

berdasarkan hakikat masalah, jenis tindakan atau pelaksanaan bisa dikerjakan

[ここに入力]
43

oleh perawat itu sendiri, kolaborasi semua/tim medis lain dan rujukan dari

profesi lain (Mubarak, et al,2015 dalam Ayu, 2020).

A. Nyeri Akut

Klien mengalami nyeri akut pada bagian tengkuk leher dan bahu. Dan

terasa berat pada kepala. Setelah dilakukan pengkajian nyeri PQRST didapati

bahwa region nyeri terdapat pada tengkuk leher dan bahu disertai berat di

kepala. Skala nyeri 4 dengan awitan terasa nyut-nyutan yang dirasakan

nyerinya hilang timbul. Nyeri tersebut muncul ketika dan setelah

beraktifitas.pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman setelah beraktifitas.

Terdapat tanda vital pada pertama kali pengkajian, tekanan darah 174/98

mmHg frekuensi pernapasan 24 kali permenit frekuensi nadi 106 kali permenit.

Pada masalah ini, diberikan asuhan keperawatan mengajarkan teknik relaksasi

nonfarmakologi teknik napas dalam.

Impelementasi hari ke dua melanjutkan intervensi. Dengan data subjektif

klien masih dengan nyeri pada tekuk leher dan bahu dan kepala terasa berat.

Tapi klien mengatakan kalau nyeri yang dirasakan lebih ringan dari pada yang

kemarin. Setelah dilakukan pengkajian nyeri PQRST didapati bahwa region

nyeri terdapat pada tengkuk leher dan bahu disertai berat di kepala. Skala nyeri

3 dengan awitan terasa nyut-nyutan yang dirasakan nyerinya hilang timbul.

Nyeri tersebut muncul ketika dan setelah beraktifitas, pasien mengatakan nyeri

dan tidak nyaman setelah beraktifitas. Terdapat tanda vital pada pertama kali

pengkajian, tekanan darah 140/90 mmHg frekuensi pernapasan 18 kali

permenit frekuensi nadi 88 kali permenit. Pada masalah ini, diberikan asuhan

keperawatan mengajarkan teknik relaksasi nonfarmakologi teknik napas dalam.

[ここに入力]
44

Serta memberikan rasa nyaman dan dihindarkan dari kebisingan, suara, cahaya

pada saat melakukan relaksasi napas dalam. Dilakukan pula kolaborasi

pemberian obat antihipertensi.

Impelementasi hari ke dua melanjutkan intervensi. Dengan data subjektif

klien masih dengan nyeri pada tekuk leher dan bahu dan kepala terasa berat.

Tapi klien mengatakan kalau nyeri yang dirasakan lebih ringan dari pada yang

kemarin. Setelah dilakukan pengkajian nyeri PQRST didapati bahwa region

nyeri terdapat pada tengkuk leher dan bahu disertai berat di kepala. Skala nyeri

2 dengan awitan terasa nyut-nyutan tapi sudah terasa ringan yang dirasakan

nyerinya hilang timbul. Nyeri tersebut muncul ketika dan setelah beraktifitas,

pasien mengatakan nyeri dan tidak nyaman setelah beraktifitas. Terdapat tanda

vital pada pertama kali pengkajian, tekanan darah 130/90 mmHg frekuensi

pernapasan 16 kali permenit frekuensi nadi 80 kali permenit. Pada masalah ini,

diberikan asuhan keperawatan mengajarkan teknik relaksasi nonfarmakologi

teknik napas dalam. Serta memberikan rasa nyaman dan dihindarkan dari

kebisingan, suara, cahaya pada saat melakukan relaksasi napas dalam.

Dilakukan pula kolaborasi pemberian obat antihipertensi.

B. Hipervolemia

Pada implementasi hari pertama pasien mengatakan Pasien mengatakan

agak pusing dan agak berdebar, dan sesak napas, Tekanan darah 174/98 mmHg,

RR 24 kali permenit, Nadi 106 kali permenit, Spo2 95%. Pasien mengatakan

BAK jarang dan ada bengkak di kaki kanan. Data pada 14 Oktober pukul 21:00

sampai 15 Oktober pukul 09:00 output350CC, dengan intake cairan peroral

[ここに入力]
45

800CC. Dengan haluaran urin kuran 450CC. Pada masalah ini, diberikan asuhan

keperawatan Monitor status hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan darah),

Monitor intake dan output cairan, Mengajari cara membatasi cairan.

Pada implementasi hari ke dua pasien mengatakan Pasien mengatakan

agak pusing dan agak berdebar, dan sesak napas berkurang, Tekanan darah

140/90 mmHg, RR 18 kali permenit, Nadi 88 kali permenit, Spo2 97%. Pasien

mengatakan BAK jarang dan ada bengkak di kaki kanan. Data pada 15 Oktober

pukul 21:00 sampai 16 Oktober pukul 09:00 output 400CC, dengan intake cairan

peroral 650CC. Dengan haluaran urin kurang 250CC. Terdapat edema perifer

pada kaki kanan. Pada masalah ini, diberikan asuhan keperawatan melanjutkan

intervensi keperawatan. Monitor status hemodinamik (frekuensi jantung,

tekanan darah), Monitor intake dan output cairan, Mengajari cara membatasi

cairan. Dilakukan kolaborasi pemberian obat antihipertensi.

Pada implementasi hari ke tiga pasien mengatakan Pasien mengatakan

agak pusing dan agak berdebar, dan sesak napas berkurang, Tekanan darah

130/80 mmHg, RR 16 kali permenit, Nadi 88 kali permenit, Spo2 98%. Pasien

mengatakan BAK lancar dan ada bengkak di kaki kanan berkurang. Data pada

16 Oktober pukul 21:00 sampai 17 Oktober pukul 09:00 output 700CC, dengan

intake cairan peroral 800CC. Dengan haluaran urin kurang 100CC. Edema

perifer pada kaki kanan berkurang.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada hari pertama sampai hari ke tiga dengan hasil

evaluasi rasa nyeri berkurang dengan hasil skala nyeri 2 dengan nyeri awitan

[ここに入力]
46

nyeri ringan pada regional nyeri yang sama, penyebab nyeri saat dan setelah

beraktifitas, dengan hasil pengkajian tanda tanda vital tekanan darah 130/90

mmHg frekuensi pernapasan 16 kali permenit frekuensi nadi 80 kali permenit.

Pada akhir pertemuan perawat dengan pasien, perawat masih menganjurkan

teknik napas dalam pada saat nyerinya kambuh lagi.

Pasien mengatakan agak pusing dan agak berdebar, dan sesak napas

berkurang, Tekanan darah 130/80 mmHg, RR 16 kali permenit, Nadi 88 kali

permenit, Spo2 98%. Pasien mengatakan BAK lancar dan ada bengkak di kaki

kanan berkurang. Data pada 16 Oktober pukul 21:00 sampai 17 Oktober pukul

09:00 output 700CC, dengan intake cairan peroral 800CC. Dengan haluaran urin

kurang 100CC. Edema perifer pada kaki kanan berkurang. pada masalah ini,

masalah teratasi sebagian karena edema pada kaki masih ada tetapi sudah

berkurang dari hari pertama pengkajian, dan intake output sudah mulai

seimbang. Pada pertemuan terakhir perawat dan pasien, perawatn menganjurkan

untuk membatasi intake cairan untuk mencegah edema memburuk.

[ここに入力]
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrafiq, Risnah, Mariah Ulfah Azhar (2019). Terapi Non Farmakologi dalam
Pengendalian Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi : systenic review,
MPPKI
(September, 2019) vol. 2 No. 3,
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/806/524
diakses pada 15 Oktober 2022 pukul 13:10 Waktu Jepang

Eni Nuaraeni (2019). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin Beresiko dengan Kejadian
Hipertensi di Klinik X Kota Tangerang, Jurnal JKFT : Universitas
Muhammadiyah Tangerang vol. 4 No. 1 Tahun 2019.
file:///C:/Users/EPA1912-08/Downloads/1996-4603-1-SM.pdf diakses pada 15
Oktober 2022 pukul 12:30 Waktu Jepang

Ini Luh Sintiya Widiastari (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Lansia
Hipertensi dengan Ansietas di UPT Kesmas Sukawati Gianyar, Diploma
Thesis,
Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1198/ diakses pada 15 Oktober 2022
pukul 14:00 Waktu Jepang

Almina Rospitaria Taringan, Zulhaida Lubis, Syarifah (2018). Pengaruh Pengetahuan,


Sikap, dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu
Kecematan Pancur Batu, Jurnal Kesehatan Vol 11 No., 1 Tahun 2018.
file:///C:/Users/EPA1912-08/Downloads/5107-Article%20Text-12728-2-10-
20180914.pdf diakses pada 15 Oktober 2022 pukul 13:37 Waktu Jepang

Muhammad Kamil (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Elektroakupuntur Terhadap


Nilai Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi : Literature Review
https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/2289 diakses pada 15 Oktober pukul
15:47 Waktu Jepang

Fitri Nur Kholifah, Eny Virda Yuniarti, Moch Achwandi (2022). Asuhan Keperawatan
pada Pasien Post Apendiktomi dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

47
Wilayah Puskesmas Blooto di Kelurahan Surodinawan : KIAN PROFESI
KEPERAWATAN 2022

[ここに入力]
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/handle/123456789/1273 diakses pada 15
Oktober 2022 pukul 20:04 Waktu Jepang

Risal Subu (2020). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Akibat Patologi Sistem Kardiovaskular : Hipertensi
di
Ruang Perawatan Pria Puskesmas Puuwatu Kota Kendari, KTI POLTEKKES
KENDARI
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1996/1/KTI%20HIPERTENSI%20RISAL
%20SUBU.pdf#page=90 diakese pada 15 Oktober pukul 20:09 Waktu Jepang

Ayu Listyowati (2020), Asuhan Keperawatan dengan Masalah Hipervolemia pada


Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di RSUD Haji Surabaya : KTI/LTA D3
KEPERAWATAN 2020
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/handle/123456789/681 diakses pada 15
Oktober 2022 pukul 20:49 Waktu Jepang

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

48

Anda mungkin juga menyukai