Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENCEGAHAN HAZARD K3 TENTANG FISIK DAN BIOLOGIS

Disusun untuk memenuhi tugas keselamatan pasien dan keselamtan kesehatan kerja

Oleh:

1. Arum Ningtias (202202169)


2. Bintang Primadani (202202171)
3. Desti Pretty Nurazah Aziz (202202174)
4. Hilmi Nur Aziz (202202197)
5. Ikhda Djunaedi (202202198)
6. Rizqi Amir Alhasani (202202220)
7. Tofik Barokah (202202236)
8. Vicilya Maydha Thasa (202202242)
9. Wenni Wira Wijayanti (202202254)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI S1 KEPERAWATAN REGULER B18 TAHUN 2023


LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

Menyatakan bahwa Makalah yang kami buat ini adalah sah dan asli hasil diskusi
yang kami kerjakan sebaik-baiknya.

Dengan ini kami kelompok 3 kelas Regular B18 Tahun Ajaran 2023 menyerahkan
makalah ini pada:

Hari/tanggal : Jumat, 09 Juni 2023

Tempat : Jepang

Pukul : 15.00 WIT

Oleh : Kelompok 3

Jepang, 09 Juni 2023

Mengetahui dan menyetujui

Dosen Pengampu

Podo Yuwono, SKep. MKep

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah


meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada
setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu
kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian
antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Dalam, pasal 23, penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan menjelaskan bahwa upaya kesehatan harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang (Depkes, 2009). Harrianto (2009) menjelaskan bahwa bahaya kerja adalah
setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya penyakit
atau gangguan akibat kerja. Bahaya kerja terdiri dari bahaya kimiawi, bahaya fisik,
bahaya biologis, bahaya ergonomis, dan bahaya psikologi. Dari ke lima kategori
bahaya tersebut serta menilik peran dan tanggung jawab perawat pada pada
penjelasan sebelumnya, sudah jelas seorang perawat beresiko mengalami atau
terpajan kelima bahaya tersebut, apalagi jika melakukan aktifitas kerja di unit yang
memang berurusan dengan bahaya-bahaya di atas.
Sebagai perawat ada banyak bahaya (hazard) yang bisa di alamiselama
berada di rumah sakit. Hazard merupakan perubahan atau tindakan yang berpotensi
meningkatkan risiko insiden pada pasien yang dapat berpotensi menimbulkan
bencana tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Identifikasi Bahaya
(Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) serta Pengendalian
Risiko (Risk Control) yang di singkat dengan HIRARC adalah suatu elemen pokok
dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berhubungan
dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.
Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga dengan manajemen
risiko (risk management), yang selanjutnya akan menghasilkan dokumen HIRARC
yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Ada 5 faktor yang
bisa menyebabkan para pekerja mendapatkan bahaya(hazard) ketika sedang bekerja.
5 faktor tersebut terdiri dari: faktor kimia, faktor fisika, faktor biologi, faktor
lingkungan kerja serta faktor psikologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari bahaya (hazard) fisik dan biologis?


2. Apasaja klasifikasi pada bahaya (hazard) fisik dan biologis?
3. Apasaja identifikasi pada bahaya (hazard) fisik dan biologis?
4. Bagaimana faktor hazard dan resiko di tempat kerja?
5. Apasaja pengendalian dalam bahaya (hazard) fisik dan biologis?
6. Bagaimana contoh kasus hazard pada perawat dalam melakukan asuhan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari bahaya (hazard) fisik dan biologis


2. Mengetahui jenis jenis faktor yang terkait dalam hazard fisik dan biologis
3. Mengetahui identifikasi pada bahaya (hazard) fisik dan biologis
4. Mengetahui faktor hazard dan resiko di tempat kerja
5. Mengetahui pengendalian dalam bahaya (hazard) fisik dan biologis
6. Mengetahui contoh kasus hazard pada perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi mencederai


manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (Puspitasari,2010).
Kurniawan (2008) mengatakan bahwa Hazard adalah faktor faktor intrinsik yang
melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi
menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang
memberikan dampak buruk. Pengertian atau definisi Hazard ialah segala sumber,
situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja
dan atau penyakit akibat kerja - definisi OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat
faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain:

1. Faktor bahaya biologi (Seperti: Jamur, Virus, Bakteri, dll.)


Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor
makhluk hidup. Biasanya hazard biologi berada di lingkungan yang tidak bersih,
kotor, dll. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenic.

2. Faktor bahaya kimia (Seperti: Gas, Debu, Bahan Beracun, dll.)


Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhirup bahan
kimia. seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah sintetik, pelekat antiseptic,
aerosol, insektisida, dan lain- lain. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan
perlu diambil langkah-langkah keselamatan apabila mengendalinya
3. Faktor bahaya fisik/mekanik (Seperti: Mesin, Tekanan, dll.)
selain itu ada noise induced hearing loss, gangguan neura vaskuler, efek
radiasi. Bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan, temperature ekstrim,
pencahayaan, getaran.
4. Faktor bahaya biomekanik (Seperti: Posisi Kerja, Gerakan, dll.),
5. Faktor bahaya sosial psikologis (Seperti: Stress, Kekerasan, dll).

B. Klasifikasi pada bahaya (hazard)

Klasifikasi hazard diklasifikasikan sebagai biologis dan non biologis.

1. Bahaya biologis
Didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam, kontak
langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous,
bioterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit infeksi, penyakit
udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan kontaminasi silang dari material
kotor.

2. Bahaya nonbiologis

Didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan ergonomis bahaya:


bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi dari
sinar-x, kebisingan, dan radiasi nonionisasi. Kesehatan merupakan keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tingkat
kesehatan yang optimal merupakan derajat kesehatan setinggi –tingginya sesuai
dengan lingkungan yang perlu dicapai agar asyarakat dapat bekerja lebih
produktif dan hidup sesuai dengan martabat, kesehatan sendiri, kesehatan
keluarga dan kesehatan lingkungan. terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih
besar dari pekerja di industri lainnya. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk
jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Upaya yang dapat di lakukan dalam mencapai kesehatan
perlu memperhatikan faktor risiko terkait masalah kesehatan yang terjadi.
Menurut National Institute for Occupational Health and Safety (NIOHS, 2006)
menyatakan bahwa penyakit dan kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja
diakibatkan oleh lima faktor yaitu:

a. faktor kimia, contohnya cairan, gas, partikel, debu, uap dan serbuk kimia.
b. faktor fisika antara lain gelombang elektromagnetik, radiasi ion, kebisingan,
getaran, panas, dan dingin.
c. faktor biologi, seperti serangga, bakteri patogen, jamur.
d. faktor lingkungan kerja, seperti gerakan monoton, kelelahan, ketegangan
otot/boredom.
e. faktor psikologi yaitu, stress, hubungan yang kurang harmonis antar pekerja
atau hubungan yang kurang harmonis antara staf dengan atasan.

C. Identifikasi pada bahaya (hazard) fisik dan biologis

Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien, perawat harus
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi, seperti:

1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.


2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik.
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Berbagai potensi bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya, antara lain:

1. Faktor mesin/peralatan cidera, kecelakaan kerja.


2. Fisiologik atau beban kerja: gangguan muskolusketal, low back pain, kelelahan.
3. Faktor fisik: noise induced hearing loss, gangguan neura vaskuler, efek radiasi
4. Faktor kimia intoksikasi, alergi, kanker.
5. Faktor biologik: infeksi, alergi
6. Faktor psikologik: Stress psikis, depresi, ketidakpuasan.
7. Faktor psikososial: Konflik, monotoni, kualitas kerja

Penerapan kesehatan kerja membutuhkan kerjasama berbagai keahlian/profesi


berbagai disiplin, seperti kedokteran. keperawatan. higiene kerja/industri,
toksikologi, epidemiologi, ergonomic keselamatan kerja. hukum, lingkungan,
psikologi. Termasuk juga partisipasi pihak pekerja dan komitmen
pengusaha/perusahaan. Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari
hazard tersebut dapat diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996,
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai
macam metode, yaitu:

1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,


ventilasi, hygiene dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dann motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan
hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya.
Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih
efektif.

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut
(Rachman. 1990):

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

D. Faktor hazard dan resiko di tempat kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko
yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta
lingkungandisamping faktor manusianya Istilah hazard atau potensi bahaya
menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkancedera atau
penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau
instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik
“hazard” maupun“resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya
dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja
sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry.2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja y
ang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuanfisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesega
ran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti
status kesehatan kerjadan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima
diperlukan agar seorang pekerja dapatmelakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awalseseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebutsecara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan
menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).

E. Pengendalian dalam bahaya (hazard) fisik dan biologis

Beberapa hal yang bisa di lakukan dalam mengendalikan Pengendalian Risiko


bahaya antara lain yaitu:
1. Upaya pengendalian bahaya fisika (pencahayaan) Dalam melakukan tindakan
keperawatan perawat harus memperhatikan kebutuhan dan resiko penerangan
cahaya yang ada di sekitar pasien. Kemudian, menggunakan bahan kimia seperti
desinfektan untuk menghindari infeksi. Petawat juga perlu memperhatikan
keamaanan bahan-bahan kimia yang ada di sekitar pasien, perawat tidak boleh
lalai dalam menggunakan dan menempatkan bahan kimia karena berpotensi
berbahaya juga untuk pasien terebut

2. Upaya yang bisa di lakukan untuk menghindari bahaya biologi (tertular penyakit
AIDS, Hepatitis A, Hepatitis B, Tuberkulosis) yaitu dengan selalu menerapkan
protokol kesehatan, dan menggunakan APD. yang dibutuhkan sesuai dengan
pekerjaan, seperti menggunakan sarung tangan dan masker ketika kontak
langsung dengan pasien. Komunikasi dan hubungan tim juga merupakan suatu
hal penting dalam meningkatkan keselamatan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Komunikasi dan hubungan tim merupakan sebuah proses
yang bisa dilaksanakan melalui rapat untuk memperoleh informasi, dan pendapat
dalam melaksanakan program kerja, evaluasi program kerja, penyelesaian
masalah bersama, bimbingan arahan, serta upaya yang bisa di lakukan untuk
mengurangi kesenjangan komunikasi antar pimpinan dan sesama staf.

Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya hazard dan
resiko yang mungkin mereka dapatkan. Berikut beberapa upaya yang perlu
dilakukan untuk mecegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat
melakukan pengkajian:

1. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk


apapun kepada pihak rumah sakit.
2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesame manusia
dengan dasar martabat dan rasa hormat.
3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar
yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah
wawancara. Saat melakukan wawancara, perawat harus mampu menempatkan
diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.
4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari
tindakan kekerasan verbal dan fisik.
5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih
dahulu.
6. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyinggung
pasien dan keluarganya.
7. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan
dari pasien terlebih dahulu.
8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk
menghadapi hazard dan resiko.
9. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan
laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli, ruangan
rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif

Upaya pencegahan resiko tertular penyakit dari pasien ke perawat maupun dari
perawat ke pasien:

1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout dll untuk
meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang dapat terjadi
terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri.
2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar
cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis. Bila sampah
medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan penyebaran penyakit.
4. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan. SOP merupakan salah satu
cara atau parameter dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap
Pengkajian Bedasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja:
1. Batasi akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan APD dengan benar
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
4. Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6. Cuci tangan dengan air dan sabun
7. Bersihkan kaki dengan di semprot, ketika meninggalkan ruangan tempat
melepas APD
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

F. Contoh kasus hazard pada perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

Perawat sangat berpotensi mengalami kecelakaan daalam menjalankan tugasnya di


rumah sakit. perawat di rumah sakit memiliki potensi kecelakaan yang besar.
Kecelakann tersebut bisa akibat kelalaian sendiri maupun kecelakaan murni. Ada
beberapa kasus hazard yang di dapatkan perawat dalam dalam memberikan asuhan
keperawatan di rumah sakit antara lain, yaitu:

1. Risiko hazard saat melakukan pengkajian.


Saat perawat melakukan pengkajian terhadap pasien yang memiliki
riwayat penyakit infeksi, terinfeksi tersebut bisa di akibatkan karena pasien
yang tidak jujur, dan bisa juga karena perawat tidak menggunakan alat
pelindung diri saat melakukan pengkajian

2. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan


Jika perawat salah dalam melakukan mengkaji terhadap asien, maka
Perawat akan salah dalam asuhan keperawatan atau pengobatan yang bisa
berpotensi terhadap keselamatan pasien. Jika asuhan yang diberikan salah maka
ada banyak efek yang bisa terjadi, misalnya perawat salah dalam memberikan
obat,maka pasien bisa terkena imbasnya.
3. Risiko Hazard dalam mengevaluasi asuhan keperawatan,
Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat mengakibatkan pendokumentasian yang salah. Ketika pasien
terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, maka perawat
dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu, Saat
melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari klien
terlebih dahulu, Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan
fisik pada klien.
Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam
bentuk apapun kepada pihak rumah sakit, Perawat juga tidak memegang benda
yang mungkin telah terkontaminasi, Sebelum menuju klien hendaknya perawat
mencuci tangan. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam
tahap perencanaan asuhan keperawatan yaitu Identifikasikan sumber bahaya
yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana keperawatan, Lakukan
penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun
perencanaan
Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi asuhan keperawatan yaitu Perawat harus menjaga diri dari infeksi
dengan mempertahankan teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD
lengkap, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril, Perawat harus
mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak terburu-buru
dalam melakukan tindakan Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum
suntik yang benar susunan sel hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat
menghindari kontak langsung dengan segala macam cairan klien.

Apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau tidak


menggunakan APD Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan
juga sehat serta menerapkan pola hidup yang sehat pula, Perawat harus
menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat
bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko kepada pasien,
Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan
oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien
maupun bagi perawat sendiri.
Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada
evaluasi asuhan keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi
dan implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan
pasien ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi resiko hazard. Cara
yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan
keperawatan yaitu Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat
menyusun evaluasi keperawatan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada klien
maupun kepada diri perawat sendiri
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari pendekatan ilmiah
dalam upayamencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dankecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi.Hazard adalah
sesuatu yangmenimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera,
hilangnya waktukerja, kerusakan pada property, area atau tempat kerja, produk atau
lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan– kerusakan lainnya.
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya
maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatankerja dan bahaya
keselamatan kerja. Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang
timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996)
ada 5 macam tipe risiko, yaitu: risiko keselamatan,risiko kesehatan, risiko
lingkungan dan ekologi, risiko finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

B. Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar memperhatikan hazard
dan resikoyang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan
menghindari terjadinya kecelakaankerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan
kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, danmendapatkan informasi yang tidak
sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari danmencegah terjadinya
kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan APD yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A. D.,Arie. Yuniar. (2014). Usulan Penanganan Identifikasi Bahaya


Menggunakan Teknik Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control
(HIRADC) (Studi Kasus di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia). Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional. 3(2):35-25.

Indragiri,S. Y.,Triesda. (2017). Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard


Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). jurnal Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKes Cirebon. 1080- 1094

M.,Iwan. Rahman, Abd. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada Perawat.JKP.5(3):229-241.

Putri, Oktaviana Zahratul., dkk.2017. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Pada Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Akademik Ugm.
Jurnal Kesehatan Vol 10 (1)

Prasetyo, Erwan Henri., dkk.2018. Analisis Hira (Hazard Identification and Risk
Assessment) Pada Instansi X di Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 6 (5)

Supriyadi., dkk. 2017. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC) Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 1(2)

Tarigan, H., Salim, U., Troena, E.A., & Setiawan, M. (2012). Pengetahuan Individu Dan
Pengembangan Kerja Tim Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan Di Kawasan
Industri Mm 2100 Cikarang, Bekasi. Jurnal manajemen kewirausahaan. Diperoleh dari
http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php /man/article/view/18370

Tarwaka. Keselamatan dan kesehatan kerja manajemen dan implementasi k3 di tempat


kerja. Surakarta: harapan press; 2014. 34. 13. 14. 267.

Anda mungkin juga menyukai