Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

HAZARD BIOLOGI

Disusun oleh :
Kelompok 3
Tingkat III Reguler 3

1. KAMILIA NURJANAH (1814401106)


2. DENI KURNIATI (1814401134)
3. FADHILA HERYA UTAMI (1814401136)
4. AMI UMAKA (1814401147)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PRODI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan
Komplementer dengan judul, “Hazard Biologi”
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun
dari isi makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar
bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Bandar Lampung, 28 Juli 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hazard Biologi ......................................................................................... 6
B. Bahaya Hazard Biologi .......................................................................................... 7
C. Klasifikasi Hazard Biologi ..................................................................................... 7
D. Identifikasi Hazard Biologi .......................................................................................8
E. Identifikasi Resiko Hazard Biologi ...........................................................................9
F. Pengendalian Bahaya Potensial ................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar Belakang Bahaya faktor biologi atau biological hazard (biohazard) merupakan
istilah yang digunakan pada virus virus yang tingkat bahayanya berada pada level 4.
Virus sendiri merupakan mikroorganisme terkecil yang tidak memiliki sel dan hanya
mempunyai kode genetik saja. Virus dapat hidup pada organisme lain dengan cara
menginfeksi sel inangnya. Maka dari itu virus virus biohazard ini sangat bebahaya
terhadap manusia.
Berdasarkan prosesnya, transmisi dari biohazard dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
langsung dan tidak langsung. Proses langsung terjadi akibat adanya kontak fisik dengan
orang atau mahluk hidup yang terinfeksi. Proses tidak langsung terjadi akibat adanya
kontak dengan bahan atau benda yang terkontaminasi seperti makanan, minuman dan
udara. Virus tidak hanya memiliki dampak buruk terhadap manusia. Di bidang
kedokteran, virus dimanfatkan sebagai obat penyakit kanker. Virus virus ini akan
menghancurkan sel sel kanker dari dalam tubuh.
Virus yang digunakan untuk mengobati kanker ini juga akan berbahaya jika terhirup
oleh orang yang bukan penderita penyakit kanker termasuk pekerja yang mengolah obat
kanker tersebut. Upaya kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit.

B. Rumusan masalah
Kurangnya faktor keamanan terhadap pekerja yang disebabkan oleh biohazard berupa
virus yang dapat membahayakan kesehatan, sehingga dibutuhkanlah suatu alat yang
dapat memberikan ruang kerja aman terhadap pekerja agar terlindungi dari bahaya
biohazard yang mengancam kesehatan pekerja.

4
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang hazard biologi
2. Mengetahui bagaimana cara pengendalian hazard biologi
3. Bijak dalam memanfaatkan sumber daya hayati

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahaya (hazatd)


Bahaya (hazard) adalah semua sumber situasi, ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cidera (kecelakaan kerja dan/atau PAK). Hazard adalah suatu kondisi atau
tindakan atau potensi yang dapat menimbulkan kerugian terhadap manusia, harta benda,
proses, maupun lingkungangan.
Semua sumber atau situasi yang berpotensi mengakibatkan cidera atau sakit pada
manusia, kerusakan properti, kerusakan terhadap lingkungan maupun gangguan proses
disebut bahaya atau hazard (Dewi, 2011). Berdasarkan OHSAS 18001:2007 pengertian
bahaya atau hazard adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
enimbulkan cidera (kecelakaan kerja) dan/atau penyakit akibat kerja (PAK) (Ramli, 2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahaya adalah segala sesuatu yang memiliki potensi
merugikan bagi manusia, properti dan lingkungan.
Bahaya didefinisikan sebagai agen infeksius atau produk yang dihasilkan agen
tersebut yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sedangkan agen faktor biologi
atau biological agen didefinisikan sebagai mikroorganisme, kultur sel, atau endoparasit
manusia, termasuk yang sudah dimodifikasi secara genetik, yang dapat menyebabkan infeksi,
reaksi alergi, atau menyebabkan bahaya dalam bentuk lain yang mengganggu kesehatan
manusia.
Bahaya di lingkungan kerja adalah segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang
merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang yang terpajan di lingkungan kerja.
Bahaya di lingkungan kerja memiliki berbagai macam faktor yang menjadi penyebab
munculnya bahaya seperti, paparan debu, paparan kebisingan dan pencahayaan. Secara
keseluruhan faktor bahaya dilingkungan kerja meliputi faktor kimia, biologi, fisika, fisiologi
dan psikologi (Suma’mur, 2009).

6
B. Pengertian Bahaya Kerja Biologi
Biohazard (bahaya biologi) dapat berefek pada manusia melalui kontak langsung dengan
biological agen atau lewat penularan agen perantara.
Bahaya kerja biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-
bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Bahaya biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor makhluk hidup.
Biasanya hazard biologi berada di lingkungan yang tidak bersih, kotor, dll.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-
infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,
racun biogenik dan alergi biogenik.

C. Klasifikasi Bahaya Kerja Biologi


1. Klasifikasi berdasarkan tipe agen
Berdasarkan definisi biological agen, bahaya kerja biologi dapat di klasifikasikan
menjadi :
a. Agen infeksius
b. Tumbuhan dan produknya
c. Hewan dan produknya
2. Klasifikasi berdasarkan mode transmisi
Pengetahuan tentang bagaimana biohazard menular sangat penting untuk memutus rantai
infeksi.
Berdasarkan prosesnya transmisi dari biohazard dapat dibedakan menjadi :
a. Langsung, dimana infeksi terjadi akibat kontak fisik dengan orang yang terinfeksi.
b. Tidak langsung, dimana infeksi terjadi akibat kontak dengan bahan atau benda yang
terkonaminasi.

7
D. Identifikasi Bahaya Kerja Biologi
1. Potensi Bahaya Kerja Biologi di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit bahwa bahaya biologi
terdiri dari virus, bakteri, jamur dan parasit, juga bahaya biologi yang berasal dari
serangga, tikus dan binatang.
Faktor bahaya biologi (Kepmenkes, 2007) adalah :
1.Virus : HIV, virus SARS dan virus Hepatitis.
2.Bioaerosol adalah disperse jasad renik atau bagian jasad renik di udara berupa jamur,
protozoa, virus yang menimbulkan bahan alergen, pathogen dan toksin di lingkungan.
3.Bakteri dan pathogen lainnya, misalnya Mycobacterium Tuberculosis.

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/ X/2014 menyebutkan untuk mengidentifikasi


bahaya biologi di rumah sakit dengan pemeriksaan setiap semester meliputi : konsentrasi
mikroorganisme dalam udara ruang operasi pemeriksaan mikrobiologi air bersih,
pemeriksaan usap AC dll.

2. Hubungan Bahaya Kerja Biologi dengan Pekerjaan


Para pekerja dapat mengalami kontak dengan bahaya biologi dalam beberapa
macam keadaan :
1.Intrinsik pada pekerjaan tertentu; pekerja konstruksi pada fasilitas pengolahan limbah
berisiko terpapar infeksi bakteri.
2.Insidental pada saat berkerja (bukan bagian dari aktivitas pekerjaan); pekerja yang
menderita penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
3.Terjadi pada bagian tertentu dari pekerjaan; pekerja yang berpergian dari/ke tempat
endemik penyakit tertentu.
4.Tidak spesifik untuk pekerjaan; bakteri legionella dapat tersebar dengan mudah di air
dan tanah sehingga dapat menginfeksi beberapa macam pekerjaan seperti petugas
maintence sistem pengairan dan pekerja kantoran dengan AC.

8
Berikut adalah tipe pekerjaan yang berisiko tinggi terpapar bahaya biologi :
a. Pekerja lapangan (outdoor)
b. Pekerja yang pekerjaannya berhubungan dengan hewan
c. Pekerja yang terpapar darah atau cairan tubuh manusia
d. Pekerja yang bekerja di lingkungan kerja tertentu

E. Identifikasi Risiko Bahaya Kerja Biologi di Tempat Kerja


Identifikasi risiko bahaya kerja biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu melalui
agents penyebab penyakit seperti : (1) Mikro organisme (bakteri, virus, infeksi, sengatan,
toksin, infeksi, alergi). (2) Arthopoda (serangga, dll), (fungi). (3) Tumbuhan tingkat
tingkat tinggi (toksin & dermatitis, asma, pilek, (allergen). (4) Tumbuhan tingkat tingkat
rendah (yang membentuk spora). (5) Vertebrata (protein) allergi. (6) Inervertebrata selain
urine, saliva, faeces, kulit/rambut (allergen) Arthopoda (cacing, protozoa).
1. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu :
a. bulat (kokus),
b. lengkung dan
c. batang (basil)
Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk,
makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan
atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax (kulit
dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala, atralagia, enokkarditis), lepra,
tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
2. Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,
salmonella, chlamydia, psittaci.
Masuknya M.O. kedalam tubuh tidak selalu mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh
banyak faktor, aanata lain : (i)Virulensi, (ii) Route of infection, (iii) Daya tahan tubuh.

9
3. Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak
mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh
penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan
sebagainya menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh, ditularkan melalui: (HIV)
Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan
sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan Pekerja RS, Pekerja yang sering ganti-ganti
pasangan Pekerja berisiko (HIV).
4. Parasit
a. Malaria : gigitan nyamuk anopheles
b. Ansxylostomiosis : anemia khronis
c. Jamur : gatal-gatal dikulit

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena
berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari
organisme atau hewan lain.

5. Hewan
a. Sengatan : Serangga
b. Ular : Gigitan binatang berbisa
c. Carnivora : Binatang buas
6. Tumbuhan
a. Allergi: Debu kayu & asma
b. Allergi saluran nafas: Debu kapas
7. Organisme Viable dan Racun Biogenic
a. Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
b. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang berisiko : pekerja pada silo bahan
pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
c. Contoh : Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.

10
8. Alergi Biogenic
a. Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
b. Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari
bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
c. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat,
bakery, kertas, proses pengolahan kayu, juga dijumpai di bioteknologi (enzim, vaksin
dan kultur jaringan).
d. Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti
rinitis, conjunctivitis atau asma.
e. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

F. Pengendalian Bahaya Potensial Faktor Biologik Di Pelayanan


Kesehatan

Pengendalian Infeksi (PPI) Merupakan suatu program yang dilakukan khususnya di


fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi terjadinya penularan penyakit yang
disebabkan oleh hazards biologi.

Program pencegahan Infeksi ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pencegahan Infeksi

b. Pendidikan dan Pelatihan

c. Surveilens

d. Penggunaan obat yg rasional

e.Pencegahan Infeksi

Prinsip Dasar kegiatan ini adalah

• Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien

• Tidak menutup jarum suntik dengan 2 tangan

11
• Pembuangan benda tajam dalam tempat khusus

• Menggunakan Sarung tangan bila akan kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit luka &

mukosa

• Memakai Alat Pelindung Diri bila kemungkinan terciprat

• Menutup semua luka sendiri

• Langsung membersihkan darah dll

• Sistem pembuangan sampah/limbah yang aman

Body Substance Isolation (BSI) , Lynch pada tahun1987 memperkenalkan beberapa

kegiatan, sebagai berikut:

• Menggunakan Sarung tangan untuk semua kontak cairan tubuh

• Melakukan Imunisasi staf terhadap berbagai penyakit (campak, rubella, Hepatitis B)

• Instruksi khusus untuk setiap penyakit menular

Standar Precaution (CDC, 1996) adalah suatu program yang diperkenalkan dengan

beberapa kegiatan sebagai berikut :

• Kewaspadaan baku:

– Diterapkan bagi semua klien/pasien

• Kewaspadaan berdasarkan penularan:

– Hanya diterapkan bagi pasien rawat inap

12
Program diatas menggantikan Universal Precaution & Body substance Isolation, program
ini dikembangkan terus sampai tahun 2001

Kegiatan Pencegahan Infeksi:

▪ Menghindari tertusuk jarum:

1. hindari suntikan tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika).

2. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan

3. Pergunakan jarum steril

4. Penggunaan alat suntik yang disposabel.

▪ Masker, sebagai pelindung penyakit yang ditularkan melalui udara.

- petugas

- pasien infeksi saluran nafas, menggunakan masker saat keluar dari kamar

▪ Sarung tangan, digunakan terutama saat:

-menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan diganti untuk tiap

pasiennya.

-Baju khusus untuk melindungi kulit dan pakaian selama melakukan tindakan untuk

cegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.


▪ Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit :

- Pembersihan rutin - bersih dari debu, minyak dankotoran. Perlu diingat 90% kotoran
ada kuman. Harus ada waktu teratur membersihkan dinding, lantai, tempat tidur,
pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.

13
▪ Selain itu, rumah sakit harus ada penyaring air dan menjaga kebersihan
▪ Sterilisasi air di rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan
panas matahari.
▪ Toilet rumah sakit dijaga, terutama di unit perawatan pasien diare. Permukaan toilet
harus selalu bersih dan diberi desinfektan.
▪ Desinfektan yang dipakai adalah:

- punya kriteria membunuh kuman

- punya efek sebagai detergen

- punya efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkanminyak dan protein.

- Tidak sulit digunakan

- Tidak mudah menguap

- Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya

- Efektif

- tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

▪ Perbaiki ketahanan tubuh


▪ Ruangan Isolasi diperlukan untuk penyakit yang penularannya melalui udara,

contoh: tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.

DHF dan HIV. leukimia dan pengguna obat immunosupresan. Setiap orang berpotensi
menularkan penyakit, oleh karena itu perlu melakukan:

• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun

• Usap tangan dengan larutan alkohol gliserin:

– 2 ml gliserin dalam 100 cc alkohol 60 – 90%

14
▪ Pelindungan Barier yang protektif, dengan Alat Pelindung Diri

• Sarung tangan

• Masker/pelindung mata/muka

• Apron/Celemek

• Alas/penutup kaki

Perlindungan: Cara Kerja Aman

• Mengelola jarum dan benda tajam lainnya

• Pembuangan jarum suntik dan benda tajam

Berikut di bawah ini cara melakukan pemrosesan alat-alat kesehatan:

1.Pakai sarung tangan

- tidak 100% terlindungdari penukaran infeksi

- harus digunakan untuk keadaan tertentu

2. Pelumas tangan dan krim tangan

- pakai 2 kali sehari untuk mencegah kering dan rawat dermatitis

- vaselin / lanolin merusak sarung tangan lateks

3. Bahan antiseptik topikal

- pakai triklosan jangka panjang tidak menyebabkan resisten, dan flora kulit normal

masih ada

4. Kulit pecah, seperti luka lecet harus ditutup dengan pembalut tahan air. Bila tak

mungkin ditutup, maka tak usah melakukan pembedahan

5. Kuku jari, pada saat melakukan pelayanan kesehatan seharusnya pendek

15
6. Cat kukutidak digunakan

7. Perhiasan tidak boleh digunakan pada saat melakukan pembedahan

Pendidikan dan Pelatihan

• Perlu dilakukan sosialisasi ke semua orang

• Program Pengendalian Infeksi (PPI): Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan,


Surveilens, Penggunaan obat yg rasional

• Perlu dilatih tentang Pencegahan Infeksi dan Pengendalian Infeksi, kegiatan yang paling
sederhana adalah cuci tangan

Surveilance

• Tujuandilakukan surveilens adalah

1. mendapat data dasar

2. turunkan angka infeksi

3. identifikasi kejadian luar biasa

4. meyakinkan petugas medis

5. evaluasi pengendalian

6. antisipasi malpraktek

• Ditujukan untuk High risk people

• Metode yang digunakan:

- cara melaksanakan (aktif, pasif)

- waktu melaksanakan (berkala, terus-terus)

- metode identifikasi kasus (obs kasus prospektif, kartu rekam medik, pemakaian

antibiotik, sampel bakteri) Prinsip Metode yang dilakukan harus komprehensif

16
Penggunaan obat yang rasional

• Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol

• Dosis antibiotika yang tidak optimal

• Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat

• Kesalahan diagnose dapat dikurangi dengan Pelayanan K3 pada pelayanan kesehatan

Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan pra kerja


b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pendidikan K3
d. Imunisasi
e. Perawatan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
f. Konseling kesehatan
g. Pengawasan lingkungan dan surveilens
h. Sistem arsip/pencatatan K3
i. Koordinasi perencanaan antar departemen dan pelayanan

Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

• Pemeriksaan fisik untuk semua pegawai

• Lakukan pemeriksaan penunjang :

darah diff count, gula darah, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,urin rutin

EKG sesuai indikasi, umur > 40 th Chest X ray test visus, tonometri, lapang pandang

audiogram (sesuai indikasi)

17
Pemeriksaan Kesehatan Berkala:

• Pemeriksaan fisik untuk semua pegawai

• Lakukan pemeriksaan penunjang : sesuai dg pajanan bising dengan pemeriksaan

audiometeridebu dengan pemeriksaan spirometri

Pendidikan K3

• Perlu tahu tugas yg harus dilakukan

• Perlu informasi ttg K3 utk semua pegawai

Imunisasi

• Imunisasi sebaiknya dilakukan untuk semua pegawai yang terpajan bahaya potensial

biologis

Perawatan penyakit dan kecelakaan akibat kerja

• Perlu ada bagian khusus yang menangani pegawai untuk mendapatkan pelayanan

medis, konsultasi psikologi dan lainnya selama 24 jam

• Fasilitas yang memadai perlu diberikan untuk memberikan pelayanan medis, bedah,

psikologi dan rehabilitasi kepada semua pegawai

• Disediakan Konsultan yang kompeten

• Prosedur baku perlu diberikan agar pegawai tetap dapat berhubungan dengan dokter

keluarga atau dokter langganannya

• Perlu dilakukan follow up yang adekuat

• Pengobatan dan pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

18
Konseling

• Program yang terjangkau dan tersedia dalam pelayanan medis, psikologis dan

konseling sosial (mis: penghentian kebiasaan merokok, dll)

• Perlu dibuat sistim rujukan dan evaluasi untuk mengatasi masalah pegawai

• Apabila pelayanan sosial atau psikiatri belum ada, perlu dicari orang yg tertarik

dengan hal ini, di latih sebagai konselor

Pengawasan lingkungan dan surveilens

• Sebagai bagian program kesehatan,di bawah langsung individu atau konsultan yang

capable dalam menangani bahaya potensial yang ada di RS

• Individu yang bertanggung jawab untuk kedokteran nuklir dan kegiatan radiologi

Sistim pencatatan K3

• setiap pegawai harus punya medical record sendiri, dan ada di unit
kesehatan.Catatan tersebut mencakup catatan pemeriksaan kesehatan ,
PAK/kecelakaan akibat kerja dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan

• Catatan sebaiknya dibuat berdasarkan dan bulan dan tahun sesuai dengan angka
kesakitan dan angka kecelakaan kerja, dan juga laporan pengawasan bahaya
potensial di lingkungan

• Catatan pegawai bersifat rahasia dan hanya orang tertentu yang dapat melihatnya

Koordinasi perencanaan antar departemen dan pelayanan

Komite K3 sebagai penasehat dalam program kesehatan kerja. Komite K3 dan komite
pengawasan infeksi harus memasukkan kesehatan pegawai RS dalam perencanaannya.

19
Penanganan Bahan berbahaya dapat dilakukan dengan cara:

– Inspeksi dan monitoring berkala – mapping hazards

– Wawancara informal dengan pegawai

– Melakukan evaluasi medis

– Evaluasi lingkungan kerja

– Memband. Dg nilai standard

Pencegahan :

- Monitoring lingkungan kerja, penggunaan apd yg sesuai, cara kerja yg benar

- Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan berkala sesuai dengan pajanan yang
ada

- Bila sudah ada gejala maka pindahkan pekerja ke tempat yang tidak terpajan

- Pengobatan yang diberikan umumnya Simptomatis, tidak kausatif

Pencegahan :

1. Monitoring Lingkungan kerja

- perhatikan nilai ambang batas bahan biologi/kimia/fisik

2. Pekerja : lakukan olah raga yang sesuai (physical Fitness), lakukan pelatihan cara

menggunakan bahan kimia, cara mengatasi keadaan darurat

3. Pengendalian Teknik: perawatan/perbaikan alat, gudang bahan kimia, lemari bahan

kimia, lemari obat

20
4. Pengendalian administrasi : SOP, aturan administrasi, Program Pengendalian

Infeksi

5. Alat pelindung diri : sarung tangan/ cimpal, apron, masker, penutup kepala, sepatu
boot/karet

Masalah Pengelolaan Sampah di Negara-negara Berkembang

• Pengumpulan, insinerasi, enkapsulasi dan penguburan yang aman memerlukan


biaya

• Perlu ada sistem nasional pengelolaan limbah

• Sistem tersebut tidak akan terlaksana dalam waktu dekat di tempat yang memiliki
sumber daya terbatas

Empat Pilar Program Pengendalian Infeksi Rekomendasi CDC Atlanta

• Dukungan Manajerial

• Pengendalian Administrasi

• Pengendalian Lingkungan

• Perlindungan Diri

Penatalaksanaan pasca paparan virus HIV apabila percikan terjadi.

1. Bila mengenai Kulit: Cucilah kulit dengan air dan sabun segera, Jangan

menggunakan bahan pemutih

2. Bila mengenai Mata, hidung dan mulut: maka segeralah bilas dengan air selama 10

menit di lokasi tersebut

3. Bila Tertusuk jarum atau luka sayat: segeralah cuci dengan air dan sabun di lokasi

tersebut, Biarkan darah mengalir. Segera gunakan pembalut.

21
Pertimbangan Pencegahan Pascapaparan (Post-exposure prophylaxis (PEP) :

1. Menilai risiko pajanan sesuai dengan:

- Sumber cairan atau benda

- Cara terpajan (tertusuk, terciprat)

- Status HIV /HBV/HCV dari sumber pajanan

2. Melakukan Tes HIV pada petugas kesehatan untuk data basis

3. Melakukan Imunisasi HBV atau kadar imunoglobulin

Catatan :

- Bila memberi pengobatan profilaksis, harus diberikan dalam 1 – 2 jam


- Sesudah terpajan
- Rekomendasi CDC: - Zidovudine (ZDV) & lamivudine (3TC)
- Lamivudine (3TC) & stavudine (d4T)
- Didanosine (ddI) & stavudine (d4T)
- Pemberian terapi selama 4 minggu dan harus dilakukan tindak lanjut

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahaya biologis , atau biohazard , adalah zat biologis yang mengancam kesehatan
organisme hidup , terutama manusia. Ini dapat mencakup sampel mikroorganisme , virus ,
atau toksin yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Biohazard juga bisa menjadi zat
yang berbahaya bagi hewan lain.

Klasifikasi hazard biologi, terdiri dari :

1. Kategori A, UN 2814 - Zat menular, mempengaruhi manusia: Zat menular dalam


bentuk yang mampu menyebabkan cacat permanen atau penyakit fatal atau fatal pada
manusia atau hewan yang sehat ketika terpapar.

2. Kategori A, UN 2900 - Zat infeksi, hanya menyerang hewan: Zat infeksius yang tidak
dalam bentuk yang umumnya mampu menyebabkan cacat permanen atau penyakit yang
mengancam jiwa atau penyakit fatal pada manusia dan hewan yang dinyatakan sehat jika
terpapar diri sendiri.

3. Kategori B, UN 3373 - Zat biologis yang diangkut untuk keperluan diagnostik atau
penyelidikan.

B. Saran

Sebaiknya, sebagai seorang perawat harus mengenali bahaya-bahaya yang ada di rumah
sakit. Seperti dalam makalah ini membahas tentang hazard biologi, yang dimana hazard
biologi merupakan salah satu bahaya yang ada di rumah sakit. Diharapkan para pembaca
dapat mengetahui definisi dan klasifikasi yang termasuk dalam hazard biologi, serta pembaca
dapat mengetahui cara pengendaliannya agar dapat mencegah diri dari bahaya dampak
hazard biologi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. Patient Safety (Keselamatan Pasien di Rumah Sakit). Jakarta
2006

Tietjen L, Bossemeyer D, Mc Intosh N, Saifuddin AB, Sumapraja S, Djajadilaga, Santoso


IS. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber
daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, JNPKKR/POGI,
JHPIEGO. Jakarta, 2004

ILO . Occupational Health Services in ILO Encyclopaedia, 2000 : 16.1-62 Levy and
Wegman. Occupational Health : Recognizing and Preventing Work Related Diseases and
Injury. Lippincott Williamas and Wilkins. Phi. USA. 2000

New Kirk William. Selecting a program Philosophy, structure and Medical Director, in
Occupational Health Service: Practical Strategis Improving Quality & Controlling Costs.
American Hospital Publishing, Inc. USA. 1993

Yanri Zulmiar, Harjani Sri, Yusuf Muhamad. Himpunan Peraturan Perundangan


KEsehatan Kerja. PT Citratama Bangun Mandiri. Jakarta 1999.

Jamsostek. Kumpulan Peraturan Perundangan Jamsostek.Jakarta. 2003

24

Anda mungkin juga menyukai