Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH

TENTANG HAKIKAT FUNGSI HIKMAH DAN NILAI SPIRITUAL IBADAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah Akhlak dan Muamalah

Oleh:

1. Arum Ningtias (202202169)

2. Bintang Primadani (202202171)

3. Desti Pretty Nurazah Aziz (202202174)

4. Hilmi Nur Aziz (202202197)

5. Ikhda Djunaedi (202202198)

6. Rizqi Amir Alhasani (202202220)

7. Tofik Barokah (202202236)

8. Vicilya Maydha Thasa (202202242)

9. Wenni Wira Wijayanti (202202254)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

PRODI S1 KEPERAWATAN REGULER B18 TAHUN 2022

LEMBAR PENGESAHAN
Kami yang bertandatangan di bawah ini,

Menyatakan bahwa Makalah yang kami buat ini adalah sah dan asli hasil diskusi

yang kami kerjakan sebaik-baiknya.

Dengan ini kami kelompok 1 kelas Regular B18 Tahun Ajaran 2022/2023

menyerahkan makalah ini pada:

Hari/tanggal : Sabtu, 16 Oktober 2022

Tempat : Jepang

Pukul : 10.00 WIT

Oleh : Kelompok 1

Jepang, 16 Oktober 2022

Mengetahui dan menyetujui

Dosen Pengampu

Puji Handoko, S.Ag.,M.Pd

ii

KATA PENGANTAR

Makalah ini berisi tentang hakikat, fungsi, hikmah dan nilai spiritual ibadah.

Dengan demikian, diharapkan Islam secara teori ideal, sekaligus mampu diaplikasikan.
Islam yang diwujudkan adalah Islam yang pernah ditampilkan Nabi Muhammad SAW,

dan agama orang beriman, yaitu kebenaran yang dikatakan sebagai teori, sekaligus

mampu dipraktikkan sebagaimana teorinya, sehingga berimplikasi dan dirasakan oleh

umat Islam serta masyarakat luas.

Besar harapan bagi kita mahasiswa, mudah-mudahan dengan adanya makalah

ini dapat memberikan spirit dalam beribadah, berakhlaq, dan bermuamalah serta

mengungkap makna spiritual ibadah dalam kehidupan sehari-hari sesuai nilai-nilai

Islam serta kami berharap bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jepang, 16 Oktober 2022

Tim Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Lembar Pengesahan...................................................................................................ii

Kata Pengantar..........................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................iv

Bab I Pendahuluan.....................................................................................................1

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Ibadah...................................................................................2

B. Hakekat Ibadah.......................................................................................3

C. Fungsi Ibadah..........................................................................................3

D. Macam–macam Ibadah...........................................................................5

E. Makna Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial...................................7

Bab III Penutup...........................................................................................................11

Daftar Pustaka.............................................................................................................12

iv

BAB 1

PENDAHULUAN

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut

untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan

serta tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal

perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam
Islam, keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal

sholeh yang dilakukan karena Allah.

Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di

sisi Allah SWT. Di dalam sociallogy fiqih, ibadah dibedakan menjadi dua macam

yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang

mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan,

ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak ditentukan tata cara dan bersifat

umum.

Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan

antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar

social manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT

dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Berdasarkan hal tersebut di atas,

diharapkan dapat memahami konsep ibadah, fungsi dan hikmah ibadah, serta

mampu mengaplikasikan makna spiritiual ibadah dalam kehidupan social.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Berdasarkan

pengertian ibadah secara bahasa, Zainuddin memberikan pengertian bahwa

seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah

disebut “abid” (yang beribadah). Ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna
dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain:

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya

yang ditetapkan melalui para Rasul-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan ketundukan yang

paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi

pula.

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai

Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun batin.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut),

raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang)

dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan

shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta

masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan

badan.

B. Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi yaitu untuk beribadah kepada

Allah SWT. Menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah ibadah adalah sebuah nama

yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa

perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).

Adapun hakekat ibadah yaitu:

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita

2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah SWT cintai dan ridhai

dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepada-Nya.


3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah SWT dan

meninggalkan larangan-Nya

4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang mengandung

makna mendahulukan kehendak Allah SWT dan Rasul-Nya atas yang lainnya.

Tanda-tandanya adalah mengikuti sunah Rasulullah SAW.

5. Jihad di jalan Allah SWT (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu

yang dicintai Allah)

6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk

dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

C. Fungsi Ibadah

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut

untuk beramal sholeh. Karena Islam merupakan agama amal, bukan hanya

keyakinan dan bukan terpaku pada keimanan melainkan juga pada amal perbuatan

yang nyata.

Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam,

Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang

dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk

mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk

mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk

beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas.

Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam, yaitu:

1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan

melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala

perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim

tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta

menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota

masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi

nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang fungsi

ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan

masyarakat. Contohnya: dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “Bacalah

apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al Quran) dan dirikanlah

shalat.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan

mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar

(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang

kamu kerjakan.”

3. Melatih diri untuk berdisiplin

Merupakan suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk

berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat,

mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan

lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama

muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak


mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak

menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi

munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya

dari siksa Allah SWT.

D. Macam-macam Ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk

dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya:

1. Ibadah Mahdhah (ibadah Khas) artinya penghambaan yang murni hanya

merupakan hubungan antara hamba dengan Allah SWT secara langsung. Ibadah

bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,baik dari al-Quran

maupun al- Sunnah yang merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan

oleh akal atau logika.

b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul SAW. Salah satu tujuan

diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin

Allah…(QS.4:64). Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka

ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah bentuk ini

bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,

akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah’.

Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya

bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah


sesuai dengan ketentuan atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh

syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah

kepatuhan atau ketaatan. Maka wajib meyakini bahwa apa yang

diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan

kebahagiaan, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul

adalah untuk dipatuhi: Jenis ibadah yang termasuk mahdhah adalah: wudhu,

tayammum, mandi hadas, adzan, iqomat, shalat, membaca Al-Quran, i’tikaf,

puasa, haji dan umrah serta mengurus jenazah.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah (Ibadah ‘Am)

Merupakan ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga

merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.

Jenis ibadah ghairu mahdhah yang dikutip dari Kitab Terlengkap Biografi

Empat Imam Mazhab karangan Ustadz Rizem Aizid yaitu:

a. Jenis amalan yang bernilai ibadah jika ditinjau dari niat atau tujuannya.

Misalnya, memberi uang kepada orang lain. Jika niatnya bersedekah,

maka akan menjadi pahala. Namun jika diniatkan dengan niat lain, maka tidak

berbuah pahala.

b. Amalan yang nilainya termasuk ibadah tergantung pada amalan lainnya. Amalan

ini berfungsi sebagai perantara saja. Misalnya, niat bukanlah syarat sah wudhu.

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini ada 3 yaitu:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama

Allah SWT dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam

ibadah bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”. Atau jika ada yang

menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya

disebut bid’ah hasanah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, manfaat atau

madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut

logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh

dilaksanakan.

E. Makna Spiritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial

Bahasan tentang makna spiritual ibadah difokuskan pada 4 (empat) ibadah,

yaitu ibadah shalat, ibadah puasa, ibadah maaliyah (harta), dan ibadah haji. Makna

spiritual masing-masing ibadah dalam kehidupan sosial dipaparkan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai spiritual ibadah shalat

Nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalam shalat diantaranya:

a. mendekatkan dan mengingatkan manusia kepada Tuhannya

b. shalat dapat mendidik untuk senantiasa menjaga kesucian fitrah

c. mendidik untuk berlaku jujur;

d. mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar

e. membina rasa persatuan dan persaudaraan antara sesama umat Islam

f. shalat sebagai penebus dosa sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

"Tidaklah seorang muslim pun bersuci lalu menyempurnakan bersucinya


sebagimana Allah telah mewajibkan kepadanya, lalu melakukan shalat lima

waktu melainkan itu menjadi penebus dosa antara keduanya

2. Nilai-nilai spiritual ibadah puasa

a. Puasa dan kebersihan jiwa.

Membersihkan jiwa dalam berpuasa berarti manusia menjalankan dan

mentaati seluruh perintah dan larangan Allah dengan cara menahan diri dari

hal-hal yang terlarang dan membatalkan puasa.

b. Meningkatkan kesabaran.

Puasa mendidik dalam mengendalikan hawa nafsu, membiasakan bersikap

sabar dalam ketaatan dan menghadapi musibah.

c. Menumbuhkan sikap syukur kepada Allah atas limpahan rahmatNya. Hal ini

digambarkan ketika berbuka, maka hati dan lisannya muncul keinginan

untuk mengucapkan “alhamdulillah” sebagai pancaran jiwanya untuk

mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya.

d. Puasa mendidik menjadi manusia yang ikhlas dalam beramal.

e. Puasa dapat melatih kepedulian atau empati

f. Puasa dapat menyehatkan fungsi tubuh manusia

3. Nilai-nilai spiritual ibadah maaliyah (harta)

Nilai-nilai spiritual ibadah maaliyah dalam kehidupan manusia

merupakan merefleksikan nilai spiritual dan nilai charity (kedermawanan) atau

filantropi dalam Islam. Sejumlah ayat bertebaran dalam berbagai surat dalam

al-Qur‟an dan hadits. Nabi ditemukan anjuran tentang pentingnya filantropi

terhadap sesama manusia, di antaranya: QS. ar-Ruum [30]:39; dan QS. at-

Taubah [9]: 103. Dua Ayat tersebut, mengandung spirit filantropi dalam Islam.
Dua nilai penting yang terkandung dalam spirit ayat filantropi adalah

bahwa ibadah maaliyah dan selalu mengandung dimensi ganda. Dimensi

kesalehan individual tercermin dalam tazkiyat an nufus dalam zakat (penyucian

dan pembersihan diri dan harta) pada satu sisi, dan refleksi kesalehan sosial

pada sisi lain seperti empati dan solidaritas pada sisi yang lain. Ibadah

maaliyah sebagai media tazkiyat an nufus dalam konteks di atas diungkapkan

dalam dua istilah yaitu membersihkan dan menyucikan.

Membersihkan mengandung makna bahwa ibadah maaliyah itu

membersihkan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan

cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Menyucikan mengandung

makna bahwa ibadah maaliyah memiliki satu kekuatan transformatif dalam

menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.

Harta benda yang mereka kembangkan menjadi suci disebabkan

terbayar- bayarnya hak-hak orang lain yang melekat di dalamnya. Nilai

filantropi ibadah maaliyah lainnya adalah kepedulian dan keadilan sosial

kepada sesama manusia, terutama kepada mereka (asnaf) yang menjadi sasaran

(target group) filantropi dalam Islam, yaitu orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.

4. Nilai-nilai spiritual ibadah haji


a. Ibadah haji sebagai manifestasi ketundukan manusia kepada Allah SWT

semata.

b. Haji sebagai ta‟zhim (membesarkan) syi‟ar Allah SWT.

c. Menunaikan ibadah haji sebagai tadabbur (mengambil pelajaran).

d. Ibadah haji sebagai rihlah muqaddasah (perjalanan suci). Perjalanan haji

pada hakekatnya adalah perjalanan suci yang semua rangkaian kegiatannya

merupakan ibadah.

10

BAB III

PENUTUP

Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan yang tidak terbatas. Suatu ibadah

mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah

laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah SWT yang dibangun

dengan suatu sistem yang jelas dimana di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan

tidak pantas terjadi. Manusia diciptakan Allah SWT bukan sekedar untuk hidup di dunia

ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah

SWT untuk beribadah.

Karena Allah SWT maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar

manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi

kewajiban ibadah agar manusia itu mencapai taqwa. Hikmah dari ibadah adalah kita

dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah SWT dan hidup berdasarkan apa yang

diperintahkan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Pasha, Musthafa Kamal, dkk.,2009. Fikih Islam Sesuai Dengan Keputusan Tarjih,

Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Ali, Yunasril, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Departemen Agama RI. 2010. Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI.

Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah.


12

Anda mungkin juga menyukai