Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKALA


KOTA MAKASSAR

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Home Care

DISUSUN OLEH:
Siska Anggian Intan Sari
A1C121019

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

(……………………….) (……………………….)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Data
Statistik Indonesia, 2010). Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia
harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,54%) maka
pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2
tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH
sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk
lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun
(Nugroho, 2000).
Menurut Darmojo (2009) dalam Wulandari (2011) Usia lanjut sangat
berkaitan dengan berbagai perubahan akibat proses menua seperti perubahan
anatomi/fisiologi dan berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat
penuaan. Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah meningkatnya
tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang
hampir diderita sekitar 25% penduduk dunia dewasa (Adrogué & Madias, 2007).
Penyakit hipertensi juga merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkanya tekanan darah dalam tubuh (Rusdi dan Nurlaena Isnawati, 2009).
Menurut Sani (2008) dalam Widyastuti (2014) Hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari seluruh kalangan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan
baik jangka pendek maupun jangka panjang membutuhkan penanggulangan yang
menyeluruh dan terpadu. Hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan
mortalitas (kematian) yang tinggi. Data WHO (2000) menunjukkan bahwa sekitar 972
juta (26,4%) penduduk dunia menderita hipertensi dan angka tersebut kemungkinan
meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333
juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya berada di negara berkembang.
Jika kesehatan lansia tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan
penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih
parah, menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada
lansia bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal (Potter dan Perry, 2005). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
hipertensi pada
lansia sehingga pemulihan gejala dan pencegahan dapat segera diatasi yaitu dengan
melakukan pemijatan tungkai dan kaki dengan aromaterapi lavender. Minyak esensial
lavender paling umum digunakan untuk pijat karena kandungan aldehid yang bersifat
iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester pada bunga
lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek menenangkan
(Koensoemardiyah, 2009 dalam Widyastuti, 2014).
Aroma bunga lavender dari minyak esensial lavender yang dihirup akan
memberikan rasa nyaman dan dapat mengurangi keteganagan pada pasien saat
dilakukan terapi pijat. Memijat otot-otot besar yang berdaging pada area tungkai dan
kaki bagian belakang dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening
(Aslani, 2003). Salah satu gerakan pemijatan yaitu effleurage yang dilakukan pada
area kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan efeknya
memperlancar aliran darah balik dari area ekstremitas bawah menuju ke jantung
(Turner, 2005 dalam Widyastuti, 2014).
A. KONSEP HIPERTENSI PADA LANSIA
a) Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan
ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).
b) Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
/ atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu:
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain c.c.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S
1992)
Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Tigkat Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

c ) Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup
3. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alkohol
f. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral
Kortikosteroid.
d) Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
e) Pathway
Bagan2.1 Pathwayhipertensi

Sumber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,2017).


f) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

g) Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

.
h) Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita. Pengobatannya meliputi:
1) Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan:
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis
lain
4) Step 4
Pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

A. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidupmonoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episodepalpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi venajugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ tertunda
c. IntegritasEgo
1. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan denganpekerjaan.
2. Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan polabicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal padamasa yanglalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaandiuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggamantangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),
sakitkepala.
h. Pernafasan

1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,


ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensipostural.
2. Diagnosa Keperawatan(SDKI)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi berdasarkan standar diagnose keperawatan Indonesia

(SDKI) (PPNI, 2017).

A. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah.

B. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

C. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

D. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115) berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

E. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah.

F. Koping tidak efektif (D.0096) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.

G. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga.


INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI


NO KEPERAWATAN (SDKI) KEPERAWATAN (SIKI)
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan ( I.08238
ketidak mampuan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
Observasi:
keluarga mengenal atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
masalah. Ekspektasi : Menurun
durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil
intensitas nyeri
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
Menurun Meningkat 3. Identifikasi respons nyeri non
Kemampuan 1 2 3 4 5 verbal
menuntaskan
aktivitas 4. Identifikasi faktor yang
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun memperberat dan memperingan
Meningka Menurun nyeri
t
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5 5. Identifikasi pengetahuan dan
Meringis 1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
Gelisah 1 2 3 4 5 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
KesulitanTidu 1 2 3 4 5
r kualitas hidup
Menarik diri 1 2 3 4 5 7. Monitor efek samping penggunaan
Berfokus pada 1 2 3 4 5 analgetik
dirisendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5 Terapeutik:
Perasaan 1 2 3 4 5
depresi(tertek 8. Berikan teknik nonfarmakologi
an) mengurangi rasa nyeri (mis,
Perasaantakut 1 2 3 4 5 TENS, hypnosis, akupresur, terapi
mengalamiced
era berulang music, biodfeedback, terapipijat,
Anoreksia 1 2 3 4 5 aromaterapi, teknikimajinasi
Perineumteras 1 2 3 4 5 terbimbing, kompres
a tertekan hangat/dingin, terapi bermain)
Uterus 1 2 3 4 5
terabamembul 9. Kontrol lingkungan yang
at memperberat rasa nyeri
Keteganganot 1 2 3 4 5 10. Fasilitasi istirahat dan tidur
ot
1 2 3 4 5
11. Pertimbangkan jenis dan sumber
Pupildilatasi
Muntah 1 2 3 4 5 nyeri dalam pemilihan strategi
Mual 1 2 3 4 5 meredakan nyeri
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburu Membaik Edukasi
k 12. Jelaskan penyebab, periode, dan
Frekuensina 1 2 3 4 5
di pemicu nyeri
Pola napas 1 2 3 4 5 13. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Tekanan 1 2 3 4 5 14. Ajarkan teknik nonfarmakologis
darah
Proses 1 2 3 4 5 untuk mengurangi rasa nyeri
berfikir
Focus 1 2 3 4 5 Kolaborasi
Fungsiberkem 1 2 3 4 5 15. Kolaborasi pemberian analgetik,
ih jika perlu
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
2. Defisit pengetahuan(D.0111) LuaranUtama : Tingkat Pengetahuan ( L.12111 ) IntervensiUtama :EdukasiKesehatan
berhubungan dengan Definisi :Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan topic ( I.12383 )
ketidakmampuan keluarga tertentu
mengenal masalah. Ekspektasi :Meningkat Observasi
KriteriaHasil - Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Menurun CukupMen Sedang CukupMeni Meningkat
urun ngkat - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Perilakuses 1 2 3 4 5
uaianjuran meningkatkan dan menurunkan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 motivasi perilaku hidup bersih dan
minatdalam sehat
belajar
Kemampua 1 2 3 4 5 Terapeutik
nmenjelask
anpengetah
uantentangs
- Sediakan materi dan media
uatutopik pendidikan kesehatan
Kemampua 1 2 3 4 5
npengalama - Jadwalkan pendidikan kesehatan
nsebelumny sesuai kesepaktan
a yang
sesuaidenga - Berikan kesempatan untuk bertanya
ntopik
Perilakuses 1 2 3 4 5
uaidenganp
Edukasi
engetahuan
Meningkat CukupMeni Sedang CukupMen Menurun - Jelaskan faktor resiko yang dapat
ngkat urun mempengaruhi kesehatan
Pertanyaant 1 2 3 4 5
entangmasa - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
lah yang sehat
dihadapi
Persepsi 1 2 3 4 5
yang
- Ajarkan strategi yang dapat
keliruterhad digunakan untuk meningkatkan
apmasalah perilaku hidup bersih dan sehat
Menjalanip 1 2 3 4 5
emeriksaaa
n yang
tidaktepat
Memburuk CukupMem Sedang CukupMem Membaik
buruk baik
Perilaku 1 2 3 4 5
3. Manajemen kesehatan LuaranUtama :ManajemenKesehatanKeluarga ( L.12105 ) IntervensiUtama :DukunganKeluargaMere
keluarga tidak efektif(D.0115) Definisi :Kemampuanmenanganimasalahkesehatankeluargasecara ncanakanPerawatan ( I.13477 )
berhubungan dengan optimal untukmemulihkankondisikesehatananggotakeluarga
ketidakmampuan keluarga Ekspektasi :Meningkat Observasi :
merawat anggota keluarga KriteriaHasil - Identifikasikebutuhandanharapankel
yang sakit uargatentangkesehatan
Menurun CukupMen Sedang CukupMeni Meningkat - Identifikasikonsekuensitidakmelaku
urun ngkat kantindakanbersamakeluarga
Kemampuan 1 2 3 4 5 - Identifikasisumber-sumber yang
menjelaskan dimilikikeluarga
masalahkese - Identifikasitindakan yang
hatan yang dapatdilakukankeluarga
dialami Terapeutik
Aktivitaskel 1 2 3 4 5 - Motivasipengembangansikapdanem
uargamengat osi yang
asimasalahk mendukungupayakesehatan
esehatatepat - Gunakansaranadanfasilitas yang
Tindakanunt 1 2 3 4 5 adadalamkeluarga
ukmenguran - Ciptakanperubahanlingkunganruma
gifaktorresik hsecara optimal
o Edukasi
Meningkat CukupMeni Sedang CukupMen Menurun - Informasikanfasilitasnkesehatan
ngkat urun yang ada di lingkungankeluarga
Verbalisasik 1 2 3 4 5 - Anjurkanmenggunakanfasilitaskese
esulitanmenj hatan yang ada
alankanpera - Ajarkancaraperawatan yang
watan yang bisadilakukankeluarga
ditetapkan
Gejalapenya 1 2 3 4 5
kitanggotake
luarga
4. Ansietas(D.0080)berhubungan Luaran Utama : Tingkat Ansietas ( L.09093 ) ntervensi Utama : Reduksi Ansietas
denganketidakmampuankeluar Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek ( I.09314 )
ga mengenalmasalah. yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang Observasi
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi - Identifikasi saat tingkat ansietas
ancaman berubah (mis, kondisi, waktu,
Ekspektasi : Menurun stressor)
Kriteria Hasil - Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
Meningkat Menurun
Verbalisasi 1 2 3 4 5 ( verbal dan nonverbal )
kebingungan Terapeutik
Verbalisasi 1 2 3 4 5 - Ciptakan suasana terapeutik untuk
khawatir menumbuhkan kepercayaan
akibat
kondisi yang - Temani pasien untuk mengurangi
dihadapi kecemasan, jika memungkinkan
Perilaku 1 2 3 4 5 - Pahami situasi yang membuat
gelisah
Perilaku 1 2 3 4 5 ansietas
tegang - Dengarkan dengan penuh perhatian
Keluhan 1 2 3 4 5 - Gunakan pendekatan yang tenang
pusing
Anoreksia 1 2 3 4 5 dan meyakinkan
Palpitasi 1 2 3 4 5 - Tempatkan barang pribadi yang
Diaphoresis 1 2 3 4 5 memberikan kenyamanan
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5 - Motivasi mengidentifkasi situasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik yang memicu kecemasan
Memburuk Membaik - Diskusikan perencanaan realistis
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5 tentang peristiwa yang akan dating
Frekuensi 1 2 3 4 5 Edukasi
pernapasan - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi yang mungkin dialami
Tekanan 1 2 3 4 5 - Informasikan secara factual
darah mengenai diagnosis, pengobatan
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola 1 2 3 4 5 dan prognosis
berkemih - Anjurkan keluarga untuk tetap
Orientasi 1 2 3 4 5 bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
5 Koping tidak LuaranUtama : Status Koping ( L. 09086 ) Intervensiutama :Dukungan Pengambilan
efektif(D.0096)berhubungan Definisi :Kemampuang menilai dan merespons stressor dan Keputusan ( I.09265 )
dengan ketidakmampuan kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk
keluarga mengambil keputusan mengatasi masalah Observasi :
Ekspektasi :Membaik - Identifikasi persepsi mengenai
KriteriaHasil masalah dan informasi yang
memicu konflik
Menurun CukupMen Sedang CukupMeni Meningkat Terapeutik
urun ngkat
Kemampua 1 2 3 4 5 - Fasilitasi mengklrasifikasi nilai dan
nmemenuhi harapan yang membantu membuat
peransesuai pilihan
usia
Perilakukop 1 2 3 4 5 - Diskusikan kelebihan dan
ingadaptif kekurangan dari setiap solusi
Verbalisasi 1 2 3 4 5 - Fasiltasi melihat situasi secara
kemampuan
mengatasim realistic
asalah - Motivasi mengungkapkan tujuan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 perawatan yang diharapkan
pengakuan
masalah - Hormati hak pasien untuk menerima
Verbalisasi 1 2 3 4 5 atau menolak informasi
kelemahand Edukasi
iri
Perilakuaser 1 2 3 4 5 - Informasikan alternative
tif solusisecarajelas
Pertisipasi 1 2 3 4 5 - Berikan infomasi yamg diminta
social
Tanggungja 1 2 3 4 5 pasien
wabdiri Kolaborasi
Orientasirea 1 2 3 4 5 - Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
litas
Minatmengi 1 2 3 4 5 lain dalam menfasilitasi
kutiperawat pengmbailan keputusan
an /
pengobatan
Kemampua 1 2 3 4 5
nmembinah
ubungan
Meningkat CukupMeni Sedang CukupMen Menurun
ngkat urun
Verbalisasi 1 2 3 4 5
menyalahka
n orang lain
Verbalisasir 1 2 3 4 5
asionaliasik
egagalan
Hipersensiti 1 2 3 4 5
fterhadapkri
tik
Perilakupen 1 2 3 4 5
yalahgunaa
nzat
Perilakuma 1 2 3 4 5
nipulasi
Perilakuper 1 2 3 4 5
musuhan
Perilakusup 1 2 3 4
eriort
6 Intoleransi Aktivitas(D.0056) Toleransi Aktivitas ( L.05047 ) Manajemen Energi ( I.05178 )
berhubungan dengan Definisi : Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan Observasi
ketidakmampuan keluarga tenaga
menggunakan fasilitas 1. Identifikasi gangguan fungsi
Ekspektasi : Meningkat
keluarga tubuh yang mengakibatkan
Kriteria Hasil
kelelahan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
Menurun Meningkat
Kemudahan 1 2 3 4 5
emosional
melakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas
sehari-hari
4. Monitor lokasi dan
Kecepatan 1 2 3 4 5 ketidaknyamanan selama
berjalan
Jarak berjalan 1 2 3 4 5 melakukan aktivitas
Kekuatan 1 2 3 4 5 Terapeutik
tubuh bagian
atas 5. Sediakan lingkungan nyaman
Kekuatan 1 2 3 4 5 dan rendah stimulus ( mis,
tubuh bagian
bawah cahaya, suara, kunjungan )
Toleransi 1 2 3 4 5 6. Lakukan latihan rentang
menaiki
tangga gerak pasif dan/ atau aktif
Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun 7. Berikan aktivitas distraksi
t Meningk Menurun
at yang menenangkan
Keluhan 1 2 3 4 5 8. Fasilitasi duduk disisi tempat
lelah tidur, jika tidak dapat
Dispnea saat 1 2 3 4 5
aktivitas berpindah atau berjalan
Dispnea 1 2 3 4 5 Edukasi
setelah
aktivitas 9. Anjurkan tirah baring
Aritmia saat 1 2 3 4 5 10. Anjurkan melakukan aktivitas
aktivitas
Aritmia 1 2 3 4 5 secara bertahap
setelah 11. Anjurkan menghubungi
aktivitas
Sianosis 1 2 3 4 5 perawat jika tanda dan gejala
Perasaan 1 2 3 4 5
lemah
kelelahan tidak berkurang
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik 12. Ajarkan strategi koping untuk
k Membur Membaik
uk
mengurangi kelelahan
Frekuensi 1 2 3 4 5 Kolaborasi
nadi
Warna kulit 1 2 3 4 5 - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
Tekanan 1 2 3 4 5 cara meningkatkan asupan makanan
darah
Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi 1 2 3 4 5
napas
EKG iskemia 1 2 3 4 5
7 Gangguan Rasa Nyaman Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Intervensi :
D.0074 pengertian : Perasaan diharapkan status kenyamanan meningkat Terapi Relaksasi
kurang senang, lega dan Meningk Cukup Sedang Cukup Menurun Observasi:
sempurna dalam dimensi fisik, at Meningk Menurun
psikospritual, lingkungan dan 1. Identifikasi penurunan tingkat
at energi, ketidakmampuan
sosial.
1 Keluhan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
tidak mengganggu kemampuan kognitif
nyaman 2. Identifikasi teknik relaksasi yang
  1 2 3 4 5 pernah efektif digunakan
2 Gelisah 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi
1 2 3 4 5 nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
3 Keluhan dan sesudah latihan
sulit
Terapeutik
tidur
4. Ciptakan lingkungan tenang, dan
1 2 3 4 5
4 Lelah tanpa gangguan dengan pencahayaan
1 2 3 4 5 dan suhu ruang nyaman, jika
Membur Cukup Sedang Cukup Membai memungkinkan
uk Membur Membai k 5. Berikan informasi tertulis tentang
uk k persiapan dan prosedur teknik
5 Postur relaksasi
tubuh 6. Gunakan relaksasi sebagai strategi
  1 2 3 4 5 penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia(mis.
Musik, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
8. Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
9. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih

8 Risiko cedera (D.0136) Status nutrisi Observasi


pengertian beresiko Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam keparahan - identifikasi kebutuhan keselamatan
mengalami bahaya kerusakan dan cedera yang diamati atau dilaporkan menurun
fisik yang menyebabkan - monitor perubahan status keselamatan
meningkat Cukup sedang Cukup menurun lingkungan
seseorang tidak lagi meningkat menurun
sepenuhnya sehat atau dalam Terapeutik
kondisi baik 1 Kejadian
cedera - Hilangkan bahaya keselamatan, jika
1 2 3 4 5 memungkinkan
2 Luka /lecet
1 2 3 4 5 - Modifikasi lingkungan untuk
3 pendarahan meningkatkan risiko
1 2 3 4 5
- Sediakan alat kemana lingkungan
4 fraktur
1 2 3 4 5 (mis.pegang tangan)
- Gunakan perangkat pelindung
Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan

9 Risiko perfusi serebral tidak Perfusi miokard Observasi :


efektif (D.0014) pengertian Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
beresiko mengalami diharapkan perfusi miokard meningkat - Periksa onset dan pemicu aritmia
penurunan sirkulasi arteri menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
koroneryang dapat menggangu - Identifikasi jenis aritmia
menurun meningkat
metabolisme miokard - Monitor frekuensi dan durasi
1 Gambaran
EKG aritmia
aritmia
1 2 3 4 5 - Monitor keluhan nyeri dada
2 Nyeri - Monitor saturasi oksigen
dada
1 2 3 4 5 - Monitor elektrolit
3 Arteri Terapeutik:
apical
1 2 3 4 5 - Berikan lingkungan yang tenang
4 Tekanan - Pasang jalan napas buatan
arteri rata-
rata - Pasang akses intravena
1 2 3 4 5 - Pasang monitor jantung
5 takikardi
1 2 3 4 5 - Rekam EKG 12 sadapan
6 brikardi
- Lakukan masase karotis unilateral
1 2 3 4 5
- Berikan oksigen, sesuai indikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia
- Kolaborasi pemberian kardioversi
- Kolaborasi pemberian defbrilasi
10 Risiko ketidak seimbangan Keseimbangan cairan Manajemen cairan
elektrolit (D.0036)pengertian : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi
berisiko mengalami diharapkan keseimbangan cairan meningkat
penurunan, peningkatan atau Kriteria hasil : -monitor status hidrasi
percepatan atau perpindahan - monitor berat badan harian
menurun Cukup sedang Cukup Meningkat
cairan dari intravaskuler, - monitor berat badan sebelum dan sesudah
menurun meningkat
interstiasial atau intraselular aialisis
1 Asupan
cairan - monitor hasil pemeriksaan laboratorium
1 2 3 4 5 - monitor status dinamik
2 Haluaran Terapeutik
urine
1 2 3 4 5 - Catat intake output dan hitung
3 Edema balance cairan
1 2 3 4 5 - Berikan asupan cairan sesuai
4 Arites
kebutuhan
1 2 3 4 5
- Berikan cairan intravena jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa


Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat
Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri Nugroho.W.
(2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai