Anda di halaman 1dari 1

ABU DZAR AL-GHIFARI

Ia datang ke Makkah dengan semangat kegembiraan meski badan terasa letih.


Memang benar, sulitnya perjalanan dan panasnya udara padang pasir membuat tubuhnya
sakit dan lelah, tatapi tujuan yang hendak dicapainya mampu meringankan penderitaan dan
membangkitkan semangat kegembiraan dalam jiwa.
Ia memasuki kota sambil menyamar. Ia tampak seperti orang yang hendak melakukan
tawah mengelilingi berhala-berhala besar di Ka’bah, atau seorang musafir yang tersesat dlam
perjalanan atau lebih tepatnya oarng yang menempuh perjalanan yang sangat jauh yang
memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Seandainya orang-orang Makkaah mengetahui kedatangannya itu untuk menemui dan
mendengan keterangan Rasulullah SAW, mereka pasti membunuhnya. Namun, ia tidak
peduli jika harus dibunuh, asal saja itu dilaksanakan setelah dirinya melintasi padang pasir
luas dan dapat menjumpai laki-laki yang dicarinya dan menyatakan beriman kepadanya.
Mereka boleh membunuhnya tetapi setelah ia lega dengan kebenaran dan dakwah yang
diberikan oleh Rasulullah SAW.
Ia terus melangkah sambil memasang telinga. Setiap mendengar perbincangan tentang
Rasulullah SAW, ia mendekat dan menyimak dangan hati-hati dan dari cerita yang dia dapat
disana-sini, ia mendapati petunjuk yang bisa mengantarkannya ketempat persembunyian
Rasulullah SAW dan mempertemukannya dengan beliau.
Suatu pagi ia pergi ketempat tersebut dan mendapati Rasulullah SAW sedang duduk
seorang diri. Ia mendekati beliau dan berkata, “Selamat pagi, wahai kawan sebangsa!”
Beliau menjawab,”Keselamatan untukmu, wahai sahabat.”
“Bacakanlah kapadaku syair Anda,” kata Abu Dzar.
“Itu bukanlah syair yang dapat disenandungkan, melainkan Al-Qur’an yang mulia!”
jawah Rasulullah SAW.
“Bacakanlah kalau begitu!” Kata Abu Dzar Al-Ghifari.
Rasulullah SAW pun membacakan Al-Qur’an, sedangkan Abu Dzar mendengarkan
dengan penuh perhatian, hingga tidak berselang lama ia pun berseru, “Aku bersaksi bahwa
tidak ada Illah (yang berhak disembah) selain Allah SWT dan aku juga bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah utusan Allah.”
“Dari manakah asalmu, saudara sebangsa?” tanya Rasulullah SAW,
“Dari Ghifar,” jawabnya.
Terbukalah senyum lebar dikedua bibir Rasulullah SAW, sementara wajahnya diliputi
rasa kagum dan takjub. Orang-orang Ghifar sangat terkenal sebagai biang keladi perampokan
ilegal. Mereka adalah sahabat malam dan kegelapan. Celakalah orang yang kesasar atau jatuh
ke tangan oraang-orang Ghifar dalam perjalanan malam! Namun, hari ini salah seorang
diantara mereka datang utuk menyatakan keislaman saat islam baru saja lahir.
Sungguh, sulit dipercaya seorang dari Bani Ghifar sengaja datang untuk masuk islam
saat itu. Abu Dzar Al-Ghifari menuturkan sendiri kisah keislamannya tersebut, “Rasulullah
SAW pun menatap tajam seolah ingin mendapatkan kepastian dan keheranan beliau karena
tahu bagaimana tabiat orang-orang Ghifar. Kemudian beliau bersabda,“Sesungguhnya Allah
SWT memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-NYA.”

Anda mungkin juga menyukai