Anda di halaman 1dari 17

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah
yang telah Analisis eksplorasi
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifik penyebab masalah
asi
1 Motivasi Hasil Kajian Literatur: Dari hasil kajian
belajar 1.Tinggi rendahnya motivasi belajar literatur dan hasil
peserta siswa disebabkan oleh beberapa wawancara, serta
didik faktor. Faktor-faktor yang konfirmasi melalui
rendah mempengaruhi motivasi belajar observasi dapat
adalah: disimpulkan bahwa
1) Cita-cita dan Aspirasi Siswa penyebab motivasi
2) Kemampuan Yang Dimiliki belajar peserta didik
Siswa rendah adalah:
3) Kondisi Jasmani dan Rohani 1. Pembelajaran
Siswa belum kontekstual
4) Kondisi Lingkungan Siswa 2. kurangnya model
5) Unsur-unsur Dinamis Dalam dan media
Pembelajaran pembelajaran
6) Upaya atau Dorongan Guru Inovatif sehingga
Dalam Memotivasi pembelajaran
Sumber : Saputra, H.D., Ismet, F., kurang kreatif
& Andrizal, A. (2018). Pengaruh 3. masalah pribadi
Motivasi Terhadap Hasil Belajar siswa sendiri.
Siswa SMK. INVOTEK: Jurnal Akibatnya sering
Inovasi Vokasional Dan melamun dan tidak
Teknologi, 18(1), 25-30. fokus dalam
https://doi.org/10.24036/invotek.v pembelajaran
18i1.168 4. Kurangnya
perhatian dari
2. Motivasi siswa dapat digerakkan keluarga dalam
dari faktor eksternal seperti memantau kegiatan
pemberian materi oleh guru yang belajar anak
disusun secara kreatif, dukungan
dari orang tua, sedangkan
motivasi dari faktor internal
dapat digerakkan dengan adanya
minat belajar dari siswa.
Sumber : Lukita, D., & Sudibjo, N.
(2021). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar
Siswa Di Era Pandemi Covid-19.
Jurnal Akademika, 10(1), 145-161.
https://doi.org/10.34005/akademik
a.v10i01.1271

3. Beberapa hal yang menunjukkan


rendahnya motivasi belajar:
- Keterlibatan peserta didik
selama pembelajaran yang
rendah juga dapat dilihat dari
keaktifan peserta didik selama
proses pembelajaran
berlangsung
- Peserta didik cenderung diam
saat diberi pertanyaan
walaupun mereka mengetahui
jawaban atas pertanyaan yang
diajukan
- posisi tempat duduk yang
terkadang dibelakang juga
membuat mereka urung untuk
menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru
- sikap peserta didik yang asal
mengikuti pelajaran, hal ini
ditunjukkan dengan adanya
peserta didik yang lebih asyik
mengobrol dengan teman,
sibuk dengan diri sendiri dan
bahkan melamun jika
dibandingkan dengan
memperhatikan guru yang
sedang mengajar
- sering bolos atau absen,
rendahnya rasa ingin tahu,
tugas yang tidak dikerjakan
karena rasa malas, rendahnya
usaha untuk mencapai sebuah
prestasi sehingga
menimbulkan rasa cepat bosan
dan mudah putus asa saat
mengejakan sesuatu.

Sumber : Anggraini, S., &


Sukartono, S. (2022). Upaya Guru
dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Peserta Didik di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 5287–
5294.
https://doi.org/10.31004/basicedu.
v6i3.3071

Hasil Wawancara
1. Guru Senior :
Wiwin Winarti, S.Pd
Berdasarkan pengalaman yang
saya alami:
Rendah nya motivasi siswa dalam
belajar belakang ini sangat
merambah banyak faktor yang
menyebabkan hal ini baik faktor
internal maupun eksternal.
Faktor nya bisa disebabkan
karena siswa sulit memahami
pelajaran yg disampaikan oleh
guru (dalam hal ini guru kurang
inovatif dalam menyampaikan
materi pelajaran dan faktor yang
lain nya bisa disebabkan dari
faktor luar baik keluarga maupun
lingkungan pergaulan siswa.
2. Kepala Sekolah :
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Kurangnya motivasi dari
lingkungan keluarga dan
sepergaulan.
3. Rekan Sejawat :
Lita Lusi, S.Pd
Kurangnya kemampuan
konsentrasi, kondisi fisik yg
kurang sehat.
4. Wakasek Kesiswaan (Wawancara
pakar)
Refisia Caturasa, S.Pd
Motivasi belajar rendah, menurut
saya yaitu: siswa terlalu
menggampangkan pembelajaran,
faktor keluarga yang tidak
mendukung, suasana kelas yang
kurang menyenangkan.
5. Wakasek Kurikulum :
Mindawati, ST
Yang menyebabkan motivasi
belajar siswa rendah yaitu :
- menurunnya minat
- lingkungan yg kurang kondusif
- rasa malas belajar yg tinggi
- kondisi fisik yg kurang sehat
- faktor gawai jadi siswa kurang
memiliki motivasi.
Sumber :
https://drive.google.com/drive/fold
ers/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

2 Kesulitan Kajian Literatur: Dari hasil kajian


berkonsentr 1. Siswa yang tidak dapat literatur dan hasil
asi dalam memfokuskan pikiran terhadap wawancara, serta
belajar materi pembelajaran disebabkan konfirmasi melalui
oleh beberapa hal misalnya: observasi dapat
guru yang mengajar dengan disimpulkan bahwa
metode pembelajaran klasikal penyebab kesulitan
atau kelompok menyebabkan siswa berkonsentrasi
siswa dianggap memiliki dalam belajar adalah:
kemampuan berpikir yang Faktor internal dan
sama; kurangnya keterampilan faktor eksternal.
guru di dalam mengelola kelas Faktor internal
sehingga metode pembelajaran meliputi:
yang diberikan bersifat monoton 1. Kesehatan siswa
dan kurang bervariasi sehingga sendiri
menyebabkan siswa menjadi 2. Siswa sering
pasif dan hanya mengandalkan menggunakan
guru; dan ditambah suasana di gadget
kelas yang panas, sesak, dan 3. Psikologis
terkadang bising yang
memunculkan gangguan suara
sehingga suasana di kelas
menjadi sangat tidak nyaman Sedangkan faktor
dan kondusif untuk belajar eksternal ialah:
Sumber : Fridaram, O., Istharini, 1. Lingkungan yaitu
E., Cicilia, P. G. C., Nuryani, A., & kondisi kelas yang
Wibowo, D. H. (2021). Meningkatkan kurang nyaman
Konsentrasi Belajar Peserta Didik 2. Permasalahan
dengan Bimbingan Klasikal Metode keluarga
Cooperative Learning Tipe
Jigsaw. Magistrorum Et Scholarium: Upaya yang dapat
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), dilakukan dalam
161–170. mengatasi
https://doi.org/10.24246/ permasalahan
jms.v1i22020p161-170. tersebut, guru perlu
menyiapkan strategi
2. Faktor-faktor yang menyebabkan atau model
kesulitan belajar pada pokoknya pembelajaran yang
dapat digolongkan menjadi dua lebih menarik agar
faktor (Zainal Aqib,2002:62-67) : siswa dapat
Faktor intern dan ekstern Faktor mempertahankan dan
Intern, meliputi: meningkatakan
- faktor biologis, konsentrasinya. Hal
- kesehatan tersebut dilakukan
- faktor Psikologis, untuk membuat
- Intelegensi, peserta didik memiliki
- perhatian, semangat belajar dan
- minat, mendapatkan hasil
- bakat, belajar yang baik.
- emosi.
Sedangkan Faktor Ekstern yang
meliputi:
- Lingkungan,
- faktor suasana rumah,
- faktor ekonomi keluarga,
- faktor Lingkungan Sekolah,
- faktor Lingkungan
Masyarakat.
Sumber : Rahmadani. W., Harahap.
F., & Gultom. T. (2018) Analisis
Faktor Kesulitan Belajar Biologi
Siswa Materi Bioteknologi di SMA
Negeri Se-Kota Medan. Jurnal
Pendidikan Biologi. 6(2) 1-7.
https://doi.org/10.24114/
jpb.v6i2.6546
Hasil Wawancara:
1. Guru Senior :
Wiwin Winarti, S.Pd
Siswa sulit berkonsentrasi karena:
Kurang nya kesiapan siswa dalam
belajar terkadang siswa hanya
duduk di dalam kelas saya namun
yang dipikirkan sangat bercabang.
Hal tersebut bisa menimbulkan
kurang nya konsentrasi siswa dalam
belajar.
2. Kepala Sekolah :
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Siswa sulit berkonsentrasi karena
:
Pendekatan guru yang kurang,
atmosphere belajar dan kondisi
kelas.
3. Rekan sejawat:
Lita Lusi, S.Pd
Siswa sulit berkonsetrasi karena:
- Lemahnya minat pembelajaran,
- Siswa mempunyai permasalah
dirumah dan dibawa ke sekolajh
- Siswa mempunyai gangguan
motorik
4. Wakasek Kurikulum:
Mindawati, ST
Siswa sulit berkonsentrasi
karena:
- Lemahnya minat pada
pelajaran,.
- lingkungan belajar yang
berantakan, kotor, ruangan
terlalu panas, ruangan terlalu
dingin
- Siswa sedang sakit atau tidak
enak badan.
- Siswa kurang menyukai
pelajaran yang sedang
berlangsung
- Guru kurang dapat
menguasai kelas sehingga
siswa tidak berkonsentrasi
dalam belajar.
5. Wakasek Kesiswaan :
Refisia Caturasa, S.Pd
Siswa sulit berkonsentrasi
karena:
Peserta didik tidak konsentrasi
dalam belajar karena masalah
keluarga dirumah, kurangnya
media dan model pembelajaran
yang digunakan guru.
Sumber :
https://drive.google.com/drive/folde
rs/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

6. Siswa (Wawancara Pakar)


R.A (Siswa Kelas X)
Siswa sulit berkonsentrasi
karena:
- Menurut saya yang
menyebabkan siswa itu sulit
berkonsentrasi yaitu biasa
ruang kelas yang kotor, panas
dan juga biasanya dari siswa
itu duduk dengan siapa
A.F (Siswa Kelas XI)
Siswa sulit berkonsentrasi
karena:
- Suasana kelas yang panas
dikarenakan AC mati dan
suasana panas diluar kelas
sehingga tidak ada angin yang
masuk ke ventilasi
W.O (Siswa Kelas XII)
Siswa sulit berkonsentrasi
karena:
- Adanya masalah dari rumah
- Kurangnya asupan energi
- Faktor pertemanan
- Kondisi kelas yang panas dan
sampah yang berserakan dan
tidak ada ventilasi diruang
kelas
Sumber :
https://drive.google.com/drive/
folders/
1sQhLX7p0CDrq0OudB154jWeCUSj
R5AF2?usp=sharing

3 Siswa yang Kajian Literatur:


menutup 1. “Penerapan budaya senioritas Dari hasil kajian
diri dari menjadi salah satu penyebab literatur dan hasil
lingkungan timbulnya kepercayaan diri yang wawancara, serta
sekolah rendah. Hal ini harus segera konfirmasi melalui
(Kurang diselesaikan dengan berbagai observasi dapat
percaya upaya, yaitu dengan cara disimpulkan bahwa
diri). menerapkan budaya senioritas penyebab siswa yang
yang positif, karena dengan menutup diri dari
adanya budaya senioritas yang lingkungan sekolah
positif maka siswa akan memiliki (kurang percaya diri)
tingkat kepercayaan diri yang adalah:
tinggi.” Faktor internal :
Sumber : Safitri, N., & Mugiarso, H. 1. Siswa yang
(2022). Pengaruh Budaya Senioritas mempunyai
terhadap Kepercayaan Diri kekurangan dalam
dirinya
Siswa. Bulletin of Counseling and
2. Siswa yang tidak
Psychotherapy, 4(1), 1-11. bisa menghargai
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i1. dirinya
124
Sedangkan eksternal:
2. “Faktor-faktor yang 1. Siswa yang
mempengaruhi kurang rasa mempunyai
percaya diri antara lain: konsep masalah
diri, harga diri, pengalaman lingkungan
hidup, pendidikan, pekerjaan dan keluarga
lingkungan keluarga,” 2. Siswa yang tidak
Sumber: Puspitasari, R. ., Basori, mampu dalam
M., & Andri Aka, K. . (2022). Studi pembelajaran
Kasus Rasa Kurang Percaya Diri
Siswa Kelas Tinggi SDN 3
Tanjungtani Pada Saat
Menyampaikan Argumennya Di
Kelas dan Upaya Menumbuhkan
Rasa Percaya Diri . BADA’A: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(2), 325-
335.
https://doi.org/10.37216/badaa.v4i
2.738

Kajian Wawancara:
1. Guru Senior :
Wiwin Winarti, S.Pd
Menurut saya kurang nya
percaya diri pada siswa bisa
disebabkan oleh diri nya sendiri
(internal) karena bisa dibilang
punya kepribadian introvert
selain itu bisa jadi lingkungan
tempat siswa belajar kurang
membuat nyaman sehingga
kurang percaya diri dalam
melakukan sesuatu
2. Kepala Sekolah :
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurang percaya
diri pada siswa, yaitu:
Faktor lingkungan, keluarga,
teman sejawat dan metode yang
diajarkan oleh guru
3. Wakasek Kurikulum:
Mindawati, ST
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurang percaya
diri pada siswa, yaitu:
- perbandingan dengan teman
sebayanya
- merasa tidak kompeten
- terlalu banyak tekanan dari
lingkungannya
- penampilan fisik
- siswa kurang berlatih
membaca atau belum bisa
membaca
4. Waka Kesiswaan :
Refisia Caturasa, S.Pd
Faktor internal yaitu keluarga,
kurangnya kemampuan siswa
dalam menerima pembelajaran.
5. Rekan Sejawat: Lita Lusi, S.Pd
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurang percaya
diri pada siswa, yaitu:
- Keadaan fisik siswa atau
siswa punya kekurangan yang
membuat dia jadi menutup
diri dari lingkungan sekolah
(percaya diri).
- Ketidakmampuan siswa
dalam pembelajaran
- Kurang menggali potensi diri.
Sumber :
https://drive.google.com/drive
/folders/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

6. Siswa (Wawancara Pakar)


R.A (Siswa Kelas X)
Penyebab siswa kurang percaya
diri biasanya yang buat siswa
kurang percaya diri itu dari faktor
internal seperti fisik dan faktor
teman" juga yang sering
meremehkan
A.F (Siswa Kelas XI)
Penyebab siswa kurang percaya
diri karena kurangnya dukungan
dari teman-teman dan guru.
W.O (Siswa Kelas XII)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kurang percaya
diri pada siswa, yaitu:
1. Faktor internal seperti fisik
2. Faktor eksternal pembulian
dari teman-teman
Sumber :
https://drive.google.com/drive/
folders/
1sQhLX7p0CDrq0OudB154jWeCUSj
R5AF2?usp=sharing

4 Guru Kajian Literatur: Dari hasil kajian


belum 1. Menurut Miyarso, pada Modul 4 literatur dan hasil
menggunak (2019: 9) Pada era industri 4.0 wawancara, serta
an model- ini, orientasi pembelajaran yang konfirmasi melalui
model berpusat pada peserta didik telah observasi dapat
pembelajar berubah menjadi pembelajaran disimpulkan bahwa
an inovatif. kolaborasi antara peserta didik penyebab guru masih
dan guru. menggunakan model
2. Penggunaan teknologi dalam model pembelajaran
pendidikan juga memiliki inovatif adalah:
tantangan seperti kesenjangan 1. Guru merasa repot
digital, perlunya keterampilan dengan model
teknologi yang memadai, dan model pembelajaran
penyalahgunaan teknologi. Oleh inovatif
karena itu, penting untuk 2. Sarana dan
memastikan penggunaan prasarana yang
teknologi yang tepat dan kurang mendukung
seimbang dalam pembelajaran, 3. Tidak ada
serta memfasilitasi akses dan dukungan dari
pelatihan bagi semua siswa dan pihak sekolah
guru(Indarta et al., 2022). 4. Guru kurang
Sumber : Lestari, D. I., & Heri mengikuti pelatihan
Kurnia. (2023). Implementasi Model pelatihan mengenai
Pembelajaran Inovatif Untuk pembelajaran
Meningkatkan Kompetensi inovatif.
Profesional Guru Di Era Digital. JPG:
Jurnal Pendidikan Guru, 4(3), 205–
222.
https://doi.org/10.32832/jpg.v4i3.1
4252

3. Survei dilakukan terhadap 171


guru yang bertugas di daerah 3T
yang tersebar di 29 provinsi di
Indonesia. Mereka menyatakan
kesulitan menerapkan model
pembelajaran inovatif sesuai K13
karena beberapa kondisi/alasan.
Beberapa di antara kondisi yang
dimaksudkan antara lain adalah:
(1) kurangnya dukungan sarana
dan prasarana (2) kurangnya
contoh-contoh pembelajaran
inovatif yang sesuai kondisi
masing-masing (3) kurangnya
pelatihan dan bimbingan dan (4)
lemahnya pemahaman mereka
terhadap konsep model
pembelajaran inovatif itu sendiri.
Sumber : Koesnandar, A. (2020).
Pengembangan Model Pembelajaran
Inovatif Berbasis Teknologi Informasi
Dan Komunikasi (Tik) Sesuai
Kurikulum 2013. Kwangsan Jurnal
Teknologi Pendidikan Vol: 08/01. 36.
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v8
n1.p33--61

Kajian Wawancara:
1. Guru Senior :
Wiwin Winarti, S.Pd
Kurang nya kesiapan serta
update mengenai model-model
pembelajaran dalam
menyampaikan materi membuat
guru lebih memilih model
pembelajaran yang konvensional
yang dirasa instan tanpa
persiapan yang lebih

2. Kepala Sekolah:
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Penyebab Guru tidak
menggunakan model model
pembelajaran Inovatif:
- Keterbatasan pengetahuan
mengenai model pembelajaran
inovasi
- Tidak pernah mengikuti
pelatihan atau workshop
- Keterbatasan sarana dan
prasarana di sekolah
- Masih merasa nyaman dengan
model pembelajaran
konvesional
3. Wakasek Kurikulum:
(Wawancara Pakar)
Mindawati, ST
Penyebab guru tidak
menggunakan model model
pembelajaran inovatif:
- pembelajarannya tidak
terintegrasi TIK
- guru tidak memiliki
pengetahuan tentang TIK
- tidak adanya kemauan guru
untuk memanfaatkan TIK
- Keterbatasan kreativitas dan
motivasi guru
- Masih mempertahankan
model pembelajaran
konvensional karena dirasa
praktis
4. Wakasek Kesiswaan :
Refisia Caturasa, S.Pd
karena guru tidak mau belajar
menggunakan model
pembelajaran yang menarik dan
inovatif, kurangnya fasilitas yang
menunjang dalam penggunaan
model pembelajaran inovatif.
5. Teman Sejawat :
Lita Lusi, S.Pd
Penyebab guru tidak
menggunakan model model
pembelajaran inovatif:
- Kurangnya pengetahuam dan
keterampilan pada guru
untuk menggunakan metode
pembelajaran inovatif,
cenderung menggunakan
metode yang sudah lama.
- masih proses menyesuaikan
materi pembelajaran
membuat media sederhana.
Sumber :
https://drive.google.com/drive/fo
lders/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

5 Guru Kajian Literatur: Dari hasil kajian


belum 1. HOTS lebih menekankan pada literatur dan hasil
melakukan kemampuan menganalisis, wawancara, serta
pembelajar mengevaluasi, dan mengkreasi. konfirmasi melalui
an yang Kemampuan berpikir tingkat observasi dapat
berbasis tinggi juga merupakan disimpulkan bahwa
HOTS. kemampuaan dalam penyebab guru belum
memecahkan masalah serta bisa menggunakan contoh
memberikan solusi secara kreatif. dan latihan soal HOTS
Sekolah Menengah Atas adalah:
semestinya harus siap dalam 1. Kemampuan guru
mengahadapi tantangan internal dalam menyusun
dan eksternal. Tantangan soal HOTS
eksternal antara lain terkait 2. Kurangnya
dengan arus globalisasi dan pelatihan penulisan
berbagai isu yang terkait dengan soal HOTS
masalah lingkungan hidup, 3. Keterbatasan waktu
kemajuan teknologi dan dalam menyusun
informasi, kebangkitan industri soal HOTS
kreatif, budaya, dan 4. Pemahaman
perkembangan pendidikan di peserta didik yang
tingkat internasional. Salah satu masih rendah
langkah dalam menghadapi
tantangan tersebut adalah
dengan melatih peserta didik
SMA untuk memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS)
yang sesuai dengan standar
internal kurikulum 2013.
Sumber : Batubara, U. N., &
Sudrajat, A. (2019). Teknik
Penyusunan Instrumen Penilaian
Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Dalam Pembelajaran
Sejarah. Lentera Pendidikan : Jurnal
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 22(2),
335-344.
https://doi.org/10.24252/lp.2019v2
2n2i15

2. Berikut ini dipaparkan ciri-ciri


soal-soal HOTS menurut Widana
(2017:3) yaitu :
a. Mengukur kemampuan siswa
dalam berpikir pada level
tinggi;
b. Berbasis permasalaha yang
sesuai dengan konteks terlebih
yang nyata;
c. Dalam naksah menggunakan
berbagai bentuk soal yang
berupa pilihan ganda, isian
singkatan, jawaban pendek
dan uraian.
Sumber : Widana.,I.,W. (2020)
Pengaruh Pemahaman Konsep
Asesmen HOTS terhadap
Kemampuan Guru Matematika
SMA/SMK Menyusun Soal HOTS.
Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains. 9(1)66-75.
https://doi.org/10.5281/
zenodo.3743923

3. Fakta dilapangan, masih


ditemukan banyak sekali guru
yang kebingungan untuk
membuat soal berbasis HOTS,
selain juga membuat IPK yang
juga sudah seharusnya berbasis
HOTS. Hal ini dinyatakan
bahwa mayoritas guru belum
mampu merencanakan dan
mengembangkan pembelajaran
HOTS. Alih-alih pembelajaran
HOTS, banyak guru yang
belum memahami konsep
kurikulum 2013, bahkan
konsep dasar kurikulum
berbasis kompetensi (KBK)
pun belum dipahami secara
baik. Tidak sedikit guru yang
tidak memahami dimensi proses
berpikir pada KD
sehingga tidak mampu
memetakan KD yang HOTS
dan tidak HOTS. Guru juga
kesulitan mengembangkan KD
HOTS menjadi IPK HOTS. Tidak
jarang IPK yang disusun guru
justru mengalami penurunan
dimensi proses berpikir dari
tinggi ke rendah.
Akibatnya pembelajaran
menjadi tidak HOTS. Di
sinilah sebenarnya akar
masalah soal HOTS, yakni
ketidakmampuan guru dalam
merencanakan dan
mengembangkan pembelajaran
HOTS.
Sumber : Maksum, A., & Suntari, Y.
(2019). Pelatihan Penyusunan Soal
Ips Berbasis Hots. Jurnal
Pemberdayaan Sekolah Dasar
(JPSD), 2(1), 10-13.
Kajian Wawancara:
1. Guru Senior :
Wiwin Winarti, S.Pd
Bisa jadi guru belum
menerapkan pembelajaran yang
berbasis HOTS karena kondisi
siswa nya belum mampu
mencapai hal itu, sehingga guru
masih menerapkan pembelajaran
LOTS karena
mempertimbangkan kondisi dari
siswa karena kondisi siswa pada
setiap sekolah tentunya akan
berbeda.
2. Kepala Sekolah :
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Penyebab Guru belum
menggunakan contoh dan latihan
soal HOTS:
- Kurangnya pelatihan yang up
to date tentang metode HOTS
- Kurangnya pengetahuan guru
mengenai HOTS
- Karakteristik siswa dikelas
masih hanya sekedar
memahami dan mengingat
3. Waka Kurikulum: (Wawancara
Pakar)
Mindawati, ST
Penyebab Guru belum
menggunakan contoh dan latihan
soal HOTS:
- kemampuan guru dalam
mengembangkan RPP
- waktu yang terbatas
- karakteristik peserta didik
- Pemahaman peserta didik
masih dalam ranah LOTS
- Nilai kkm yang tinggi tidak
sesuai dengan karakteristik
kemampuan siswa
4. Wakasek Kesiswaan :
Refisia Caturasa, S.Pd
Penyebab Guru belum
menggunakan contoh dan
latihan soal HOTS :
Karena tidak adanya seminar
pembuatan soal HOTS,
kurangnya kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal HOTS.
Sumber :
https://drive.google.com/drive/fold
ers/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

6 Kesulitan Kajian Literatur: Dari hasil kajian


mengakses 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi literatur dan hasil
beberapa Kompetensi TIK yaitu: wawancara, serta
perangkat konfirmasi melalui
atau 1) penolakan untuk melakukan observasi dapat
aplikasi perubahan, khususnya dari disimpulkan bahwa
teknologi pimpinan sekolah dan guru; penyebab guru
kesulitan
2) penguasaan guru terhadap
menggunakan
perangkat TIK masih rendah, perangkat teknologi
3) fasilitas TIK di Sekolah masih adalah:
kurang memadai,seperti daya 1. Guru masih
listrik dan jumlah komputer, menggangap
4) guru mempunyai jam menggunakan
mengajar sangat padat setiap buku teks saja
sudah cukup
hari di sekolah,
2. Kurangnya
5) pelatihan guru di bidang seminar atau
pemanfaatan TIK yang sudah pelatihan dalam
dilaksanakan bertahun-tahun penggunaan
masih belum dapat perangkat atau
menjangkau semua guru, aplikasi teknologi,
3. Guru yang tidak
6) belum tersedianya teknisi,
sehingga saat guru mau
menghadapi berbagai masalah mengembangkan
dalam komputer, seperti kemampuannya
dalam
serangan virus maka
penggunaaan
komputer tidak langsung bisa teknologi
diperbaiki, dan
7) koneksi internet yang belum
memadai

Sumber : Batubara, D. S. (2018).


Kompetensi teknologi informasi dan
komunikasi guru sd/mi (potret,
faktor-faktor, dan upaya
meningkatkannya). Muallimuna:
Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 48-
65.

2. Manakala sekolah telah


dilengkapidengan perangkat TIK,
guru telah dilatih mengenai
pemanfaatan TIK, didukung oleh
infrastruktur jaringan dan
ketersediaan materi pembelajaran
(konten) yang telah
dikembangkan secara profesional
dan adanya pembimbingan
terhadap guru memanfaatkan TIK
didalam kegiatan pembelajaran,
maka guru sudah semakin
terarah untuk pemanfaatan TIK
di dalam pelaksanaan tugas
profesionalnya sehari-hari. Satu
hal penting yang tidak boleh
dilupakan adalah dukungan
kebijakan (policy support)

Sumber : Siahaan, S. (2018).


Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran: Peluang, Tantangan,
Dan Harapan. Jurnal Teknodik, 321-
332.
https://doi.org/10.32550/
teknodik.v19i3.173

3. Menurut Modul 4 (2019:9),


Berikut ini karakteristik
rancangan pembelajaran inovatif
abad 21:
1) Kolaborasi peserta didik dan
guru
2) Berorientasi HOTS
3) Mengintegrasikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi
(ICT)
4) Berorientasi pada keterampilan
belajar dan mengembangkan
Keterampilan Abad 21 (4C)
5) Mengembangkan kemampuan
literasi.
6) Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)

Kajian Wawancara:
1. Guru Senior
Wiwin Winarti, S.Pd
Keterbatasan perangkat
disekolah terkandang menjadi
salah satu penghambat guru
untuk menyampaikan
pembelajaran yang berbasis
teknologi, dan untuk
keterbatasan akses teknologi
biasa nya disebabkan oleh
kurang nya update informasi
guru mengenai hal tersebut dan
kurang inisiatif dalam mencari
tahu lebih jauh aplikasi berbasis
teknologi untuk penunjang
pembelajaran

2. Kepala Sekolah :
Mochammad Muhibbin, M.Pd
Penyebab Guru kesulitan
mengakses aplikasi teknologi:
- Kurangnya pelatihan
- Kurangnya adaptasi terhadap
teknologi
- Malas mencari informasi
3. Waka Kurikulum: (Wawancara
Pakar)
Mindawati, ST
Penyebab Guru kesulitan
mengakses aplikasi teknologi:
- guru belum mahir dalam
pembuatan video
pembelajaran
- bahasa dalam video
pembelajaran yg belum sesuai
dengan karakteristik peserta
didik
- guru kesulitan dalam
mengatur waktu saat proses
pembelajaran
- Faktor usia
- Keterbatasan pemahaman
dalam pengoperasian
teknologi
- Tidak mau mengembangkan
diri untuk mengikuti
pelatihan yang berbasis IT

4. Wakasek Kesiswaan :
Refisia Caturasa, S.Pd
Penyebab Guru kesulitan
mengakses aplikasi teknologi:
- Kurangnya seminar atau
pelatihan dalam penggunaan
perangkat atau aplikasi
teknologi,
- tidak maunya guru
menggunakan teknologi
karena dianggap repot,
- kurangnya fasilitas dari
sekolah
Sumber :
https://drive.google.com/drive/fold
ers/1PIikm2nicPtH1AJL--
LipoEr_g2UOHMe?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai