Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

MAKALAH

“Strategi Kepemimpinan yang Efektif di Era Global di Kota Malang”

Di Susun Oleh: NINA AZIZATUL AINI


042247905

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam konteks globalisasi yang semakin meluas, tantangan dan peluang baru muncul untuk setiap
wilayah, termasuk kota-kota di Indonesia. Kota Malang, sebagai salah satu pusat perkotaan yang
dinamis dan berkembang pesat, tidak terkecuali dari dampak globalisasi yang membentuk
landskap ekonomi, sosial, dan budayanya. Dalam menghadapi era global ini, strategi
kepemimpinan yang efektif menjadi landasan kunci untuk menavigasi kompleksitas perubahan
yang terus-menerus.

Kepemimpinan di era global bukan lagi hanya sekadar mengelola aspek lokal, melainkan
menghadapi dinamika global yang dapat mempengaruhi kebijakan, ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat secara lebih kompleks. Oleh karena itu, keberhasilan sebuah kota dalam menghadapi
tantangan global tidak hanya tergantung pada infrastruktur fisik semata, tetapi lebih pada
bagaimana kepemimpinan mampu beradaptasi, berinovasi, dan menjalin kemitraan secara
strategis.Dalam menghadapi kompleksitas dan dinamika globalisasi, kepemimpinan yang efektif
di tingkat lokal sangatlah penting. Sebagai salah satu pusat perkotaan di Indonesia, Kota Malang
harus mampu beradaptasi terhadap perubahan global untuk menjamin pertumbuhan ekonomi,
pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat.

Konteks Kota Malang menuntut para pemimpin untuk mengembangkan strategi kepemimpinan
yang memadukan nilai-nilai lokal dengan kebutuhan global.Inisiatif-inisiatif ini diharapkan dapat
mengubah Kota Malang menjadi entitas dinamis yang mampu merespon perubahan dan bersaing
dalam skala global. Oleh karena itu, makalah ini merinci strategi kepemimpinan yang efektif di
era global, dengan fokus khusus pada praktik di Kota Malang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Berisi mengenai:
2.1 Kajian teori mengenai kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin, mempunyai awalan pe dan akhiran an yang
menunjukkan sifat yang dimiliki oleh pemimpin itu. Kata pimpin mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun, dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Menurut Dubin dalam Fieldler dan Chemers (1974), kepemimpinan adalah
aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat keputusan.
Para ahli manajemen berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen
di dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang
sangat diperlukan dalam kehidupan berkelompok. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan
dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi. Kepemimpinan mutlak diperlukan bila terjadi
interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena
itu, H Blanchard mengemukakan bahwa esensi kepemimpinan adalah tercapainya tujuan melalui
kerja sama kelompok.
Kepemimpinan sebagai konsep manajemen seperti dikemukakan Stogdill dapat
dirumuskan ke dalam beberapa definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya.
Menurutnya kepemimpinan merupakan:
1. suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham,
2. suatu bentuk persuasi dan inspirasi,
3. suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh,
4. tindakan dan perilaku,
5. titik sentral proses kegiatan kelompok,
6. hubungan kekuatan/kekuasaan,
7. sarana pencapaian tujuan,
8. suatu hasil dari interaksi,
9. peranan yang dipolakan,
10. inisiasi struktur.
Menurut Burns (1979), kepemimpinan adalah pemimpin membujuk pengikut untuk
mencapai tujuan bersama. Tujuan ini merefleksikan nilai-nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan,
aspirasi yang diharapkan oleh pemimpin dan pengikut. Harold W. Boles (1980) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses atau sejumlah tindakan di mana satu orang atau lebih (pemimpin)
menggunakan pengaruh, wewenang atau kekuasaan terhadap satu atau lebih orang lain (pengikut)
dalam menggerakkan sistem sosial untuk mencapai satu atau lebih tujuan sistem sosial. Menurut
Boles, tujuan sistem sosial adalah memenuhi kebutuhan, produktivitas, inovasi, dan pemeliharaan
organisasi sistem sosial. Penulis lainnya, John W. Gardner (1990) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai berikut: Leadership is the proses of persuasion or example by which an individual (or
leadership team) induces a group to pursue objectives held by the leader or shared by the leader
and his followers. Definisi ini memperkaya variabel definisi kepemimpinan dalam literatur dengan
mengemukakan kata example atau contoh. Pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya dengan
cara memberi contoh. Ia menjadi panutan atau role model para pengikutnya.
Sementara itu, Gary Yukl (1994) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin
mempengaruhi pengikut untuk menginterpretasikan keadaan; pemilihan tujuan organisasi;
pengorganisasian kerja, dan memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi;
mempertahankan kerja sama dan tim kerja; mengorganisir dukungan dan kerja sama orang dari
luar organisasi. Definisi kepemimpinan ini menggambarkan kepemimpinan dalam suatu
organisasi. Sementara itu, Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard dan Dewey E. Johnson (1996)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut. “… leadership is the process of influencing the
activities of an individual or group in efforts toward goal achievement in a given situation. From
this definition of leadership process is a function of the leader, the followers, and other situational
variables: L = f (l,f,s).”
Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson (1996) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses dengan formula L = f(l.f.s) yang artinya sebagai berikut.
a. L adalah leadership atau kepemimpinan. Kepemimpinan dapat terjadi di mana saja baik di
organisasi pemerintah, organisasi bisnis, organisasi pendidikan, organisasi tentara, organisasi
agama maupun di keluarga.
b. f adalah fungsi dari l (leader = pemimpin), f (follower atau pengikut), dan s (situation atau
situasi). Fungsi dari pemimpin di suatu organisasi berbeda dengan fungsi di organisasi lainnya.
Misalnya, pemimpin di lembaga legisltif (Ketua Dewan Perwakilan Rakyat) berbeda dengan
fungsi lembaga eksekutif (Presiden). Demikian juga, fungsi pengikut di kedua organisasi tersebut
berbeda. Fungsi situasi dalam definisi ini dikaitkan dengan kesiapan (readiness) atau kematangan
(maturity) pengikut yang terdiri dari kematangan kerja dan kematangan jiwa. Kematangan
pengikut yang berbeda menyebabkan pemimpin harus mempergunakan gaya kepemimpinan yang
berbeda dalam memimpin meraka.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dalam
mempengaruhi kegiatna-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan di
dalam situasi tertentu. Jadi, kepemimpinan akan terjadi apabila di dalam situasi tertentu seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perseorangan atau kelompok.
Wirawan (2003) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan
visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma, dan sebagainya dari pengikut
untuk merealisir visi. Kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang terjadi seketika.
Istilah proses dapat pula diartikan sebagai sistem kepemimpinan yang terdiri dari masukan, proses,
dan keluaran kepemimpinan.
BAB III
PEMBAHASAN
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan dinamisator seluruh proses kegiatan organisasi.
Kepemimpinan mutlak diperlukan bila terjadi interaksi kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan proses menciptakan visi,
mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma, dan sebagainya dati pengikut untuk
merealisir visi.
Kota Malang adalah salah satu kota besar yang dimiliki Indonesia dengan jumlah penduduk yang
cukup padat serta memiliki letak geografis yang terbilang strategis. Beberapa kota besar lain yang
dimiliki oleh Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Balikpapan (Nuralam, 2016).
Kota Malang merupakan salah satu kota yang terletak di Jawa Timur dan berada di tengah- tengah
Kabupaten Malang. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 dan terbagi menjadi lima
kecamatan yakni Kecamatan Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing dan Lowokwaru
(Sekarsari, 2018). Selain itu Kota Malang juga memiliki cukup banyak potensi alam yaitu beberapa
pegunungan seperti Gunung Kawi dan Panderman, Gunung Arjuno dan Gunung Semeru. Kota
Malang juga dialiri oleh beberapa sungai yaitu Sungai Brantas, Amprong dan Bango (Sekarsari,
2018). Akibat dari potensi alam yang dimiliki oleh Kota Malang, kota tersebut menjadi daerah
tujuan wisata utama di Jawa Timur karena wilayah ini dikelilingi oleh beberapa gunung dan
dataran rendah, selain itu sebagian wilayahnya juga merupakan pegunungan sehingga Malang
memiliki hawa yang sangat sejuk. Kota Malang juga merupakan kota besar di Indonesia yang
dikenal sebagai kota pendidikan, industri dan wisata (Suseco, 2011). Padatnya jumlah penduduk
di Kota Malang ditunjukkan oleh peningkatan penduduk setiap tahunnya kira-kira sebesar 4000
jiwa dari total keseluruhan jumlah penduduk pada tahun 2020 berjumlah 874.900 jiwa (Statistik,
2019). Pertumbuhan penduduk Kota Malang ini di dorong oleh adanya peningkatan berbagai
aktivitas seperti pendidikan, ekonomi, dan sosial masyarakat sekitar.
Di era globalisasi, Kota Malang menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang memengaruhi
berbagai aspek kehidupan di kota tersebut. Sebagai kota pendidikan, industri, dan pariwisata, Kota
Malang memiliki potensi yang memungkinkan untuk bersaing di tingkat regional maupun
nasional. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Kota Malang dihadapkan pada tuntutan untuk
memberikan fasilitas pendidikan yang berkualitas dan responsif terhadap perubahan global.
Sementara itu, sektor industri di Kota Malang juga perlu menghadapi persaingan global dengan
menciptakan produk-produk yang berkualitas dan meningkatkan produktivitas. Di sisi lain,
sebagai destinasi pariwisata, Kota Malang perlu memanfaatkan potensi alam dan bangunan-
bangunan bersejarah untuk menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam hal kepemimpinan di era globalisasi, pemimpin Kota Malang perlu memiliki pemahaman
mendalam mengenai dampak globalisasi terhadap berbagai sektor antara lain pendidikan, industri,
dan pariwisata. Kita juga perlu memahami nilai-nilai kepemimpinan yang baik dan bagaimana
mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam budaya organisasi Kota Malang. Oleh karena itu,
strategi kepemimpinan Kota Malang harus mampu menjawab tantangan global, memotivasi
tindakan orang lain dan menciptakan budaya kepemimpinan yang baik di era globalisasi.
Dalam menghadapi era global, Kota Malang, seperti kota lainnya, menghadapi banyak tantangan
yang memerlukan pertimbangan serius oleh para pemimpin dan pemangku kepentingannya.
Tantangan utama yang dihadapi Kota Malang di era global meliputi aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan. Berikut pembahasan mengenai tantangan tersebut:
1. Globalisasi ekonomi dan persaingan global:
Tingkat persaingan: Perdagangan bebas dan integrasi ekonomi global meningkatkan investasi dan
pembangunan ekonomi, hal ini dapat meningkatkan persaingan antar kota untuk menarik . Kota
Malang perlu bersaing secara efektif untuk mempertahankan dan menarik investasi yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Pengelolaan Identitas Budaya:
Globalisasi Budaya: Paparan masyarakat Kota Malang terhadap pengaruh budaya global dapat
menimbulkan tantangan dalam mempertahankan identitas budaya lokal. Keprihatinan utama
adalah melestarikan kearifan lokal sambil merangkul keberagaman.
3. Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup:
Dampak Perubahan Iklim: Kota Malang mungkin menghadapi tantangan terkait perubahan iklim,
seperti banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu. Mengatasi risiko bencana dan pengelolaan
lingkungan berkelanjutan sangatlah penting.
Selain itu, dalam menghadapi dinamika era globalisasi, Kota Malang sebagai kota yang
berkembang pesat perlu menerapkan strategi kepemimpinan yang efektif dan adaptif. Berikut ini
beberapa kepemimpinan Kota Malang dalam menyusun strategi:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia:
Strategi kepemimpinan yang sukses harus mengutamakan pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan dan pelatihan perlu disesuaikan dengan kebutuhan global agar penduduk Kota Malang
memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
global.
2. Kemitraan Strategis:
Mengatasi era globalisasi memerlukan kemitraan domestik dan internasional yang kuat. Pemimpin
kota Malang harus proaktif membangun kemitraan strategis dengan sektor swasta, pemerintah
pusat, dan organisasi internasional untuk mendukung pembangunan holistik.
Dengan menerapkan strategi tersebut, Kota Malang dapat memperkuat posisinya di kancah dunia
dan meningkatkan daya saingnya. Para pemimpin kota Malang harus terus memantau perubahan
tren global dan secara dinamis menyesuaikan strategi kepemimpinan mereka. Dengan cara ini,
Kota Malang dapat menjadi kota yang dinamis, berkelanjutan, dan pusat inovasi di era globalisasi
yang semakin meningkat.
BAB IV
KESIMPULAN
Dengan menerapkan strategi kepemimpinan yang efektif di era global, Kota Malang dapat
mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan memperkuat bakat, inovasi, kemitraan strategis, dan kebijakan
berkelanjutan, Kota Malang dapat menjadi contoh inspiratif dalam mengelola dinamika global.

DAFTAR PUSTAKA
BMP ADPU4334 KEPEMIMPINAN
Nuralam, I. P. (2016). Peran Strategis Penerapan Konsep Sister City dalam Menciptakan
Surabaya Green City. Journal of Applied Business Administration, 1.

Sekarsari, S. d. (2018). Analisis Kebijakan Pengaturan Tata Ruang (Studi Tentang Analisis
RTRW di Kota Malang). Jurnal Ketahanan Pangan, 44.

Statistik, B. P. (2019). Jumlah Penduduk di Kota Malang Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin, 2011-2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik Kota Malang:
https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2019/05/15/19/jumlah-penduduk-di-kota-malang-
menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin-2011-2020.html

Suseco, T. (2011). Pusat Pertumbuhan di Kota Malang : Potensi dan Permasalahan. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan, 3.

Anda mungkin juga menyukai