Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI SUMBER DAYA KELUARGA

PADA IBU TIDAK BEKERJA DENGAN ANAK BALITA


DI DESA LINGGARSARI, KECAMATAN TALAGASARI,
KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT
Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Keluarga 2023

Liwirnayanti Karaudja (I2501231024)


Ihsan Baihaqi (I2501231025)
Restu Utami (I2501231026)
MENGAPA IBU RUMAH TANGGA DI DESA ?

• Kehidupan di desa seringkali mempresentasikan keseimbangan


yang unik antara tradisi, lingkungan, dan dinamika keluarga.
Salah satu kelompok yang memainkan peran sentral dalam
pondasi keluarga desa adalah ibu rumah tangga.
• Keputusan ibu untuk tidak bekerja seringkali terkait dengan
pertimbangan mendalam terkait perawatan dan pengasuhan anak
balita.
• Identifikasi sumber daya keluarga menjadi krusial dalam merinci
dinamika kompleks ini, sekaligus menawarkan wawasan yang
diperlukan untuk merancang kebijakan yang memperhatikan
kebutuhan khusus keluarga dengan anak balita di desa karena ini
tidak hanya berkaitan dengan tanggung jawab perempuan di
dalam rumah tangga, tetapi juga menyoroti dampak dan implikasi
kebijakan serta program-program pengembangan masyarakat
yang dapat mendukung keluarga tersebut.
• Di Indonesia, jumlah ibu rumah tangga mencapai sekitar 60 juta
jiwa, menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) pada tahun 2017. Provinsi Jawa Barat menjadi yang
tertinggi dalam hal jumlah rumah tangga dan rata-rata banyaknya
anggota rumah tangga, mencapai 13,075,2 ribu jiwa berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019.
STRESSNYA IBU RUMAH TANGGA
• American Psychological Association (2010) mencatat bahwa
ibu rumah tangga mengalami tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang bekerja di
luar rumah. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.300
responden perempuan, termasuk ibu rumah tangga dan
perempuan yang bekerja di luar rumah.
• Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Kartono, 2006)
mengidentifikasikan stres sebagai suatu respon emosional
yang terjadi apabila kebutuhan dan tujuan individu
mengalami halangan, hambatan, atau kegagalan. Stres
dapat bervariasi dalam tingkatnya, mulai dari stres ringan
hingga stres kronis yang berat (Santrock, 2003).
• Penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal National Library
of Medicine menyebutkan bahwa ibu rumah tangga
mengalami kesulitan serius dalam hal kesehatan mental,
terlepas dari masyarakat dan budayanya, dan tingkat
kecemasan, depresi, kesepian, kelelahan, dan somatisasi
mereka berada pada tingkat yang tinggi (Kaplan, 2022).
MASALAH

1. Bagaimana identifikasi sumberdaya


keluarga pada ibu yang tidak
bekerja dengan anak balita di
desa?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan ibu tidak bekerja?
3. Bagaimana membangun
masyarakat yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan
optimal bagi anak balita di tengah
lingkungan pedesaan?
WAKTU DAN TEMPAT KARAKTERISITK RESPONDEN

• Penelitian ini kami lakukan • Ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki
pada bulan September sampai anak usia balita.
Oktober 2023, di Desa
Linggarsari RT 009 RW 003, • Mayoritas ibu rumah tangga berusia 19-35 tahun.
Kecamatan Talagasari, • Hanya mengandalkan sumber pendapatan dari
Kabupaten Karawang, Provinsi suami sebagai kepala rumah tangga.
Jawa Barat, Indonesia.
• Dalam keadaan tertentu, seperti dalam keadaan
• Adapun sampel yang kami darurat, umumnya akan meminta bantuan
peroleh adalah 10 orang ibu anggota keluarga lain atau program bantuan
rumah tangga yang tinggal di sosial.
sekitar Pondok Modern
Darussalam Al Hunafaa • Ibu mungkin lebih fokus pada tugas-tugas rumah
Karawang. tangga dan perawatan anak.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

• Teknik pengambilan sampel dalam penelitian


ini adalah teknik purposive sampling. Teknik
purposive adalah teknik pengambilan sampel
yang sumber data dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2007).
• Penggunaan purposive sampling dalam
penelitian kuantitatif bertujuan untuk
memastikan bahwa sampel mencerminkan
karakteristik tertentu yang diinginkan oleh
peneliti, sehingga hasilnya dapat lebih
terfokus, spesifik, dan relevan.
HASIL UMUM
1. Rata-rata secara keseluruhan adalah 3,1. Angka tersebut mengarah pada kategori "kadang memadai".
2. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki anak sering
menghadapi tantangan dalam mengelola sumber daya keluarga.
3. Ketidakmampuan untuk mengandalkan pendapatan dari pekerjaan ibu dapat menyebabkan tingkat stres
yang lebih tinggi dalam keluarga. Hal ini terutama berlaku jika sumber pendapatan lainnya tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Keterlibatan ibu dalam pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak dapat mengakibatkan keterbatasan
waktu untuk aktivitas lain, seperti merujuk pada hasil instrumen dengan hasil rata-rata yang paling rendah
pertama adalah penitipan anak (average=0,8), paling rendah kedua yakni waktu untuk diri sendiri
(average=1,6) dan paling rendah ketiga yakni waktu untuk bersosialisasi (average=1,9).
5. Keluarga yang terdiri dari ibu yang tidak bekerja dan memiliki anak balita berada dalam fase keluarga dengan
anak pra sekolah.
6. Tantangan yang dihadapi: manajemen waktu yang efektif, koordinasi dengan anggota keluarga lainnya, dan
menciptakan keseimbangan antara pekerjaan rumah tangga dan perhatian terhadap anak.
7. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ibu rumah tangga dengan anak balita secara garis
besar tidak memiliki kecukupan sumber daya manusia secara kognitif atau memiliki kecukupan sumberdaya
manusia yang kurang memadai.
8. Perhatian untuk rekomendasi dukungan sosial: sindrom rumah tangga, yaitu tekanan dari tugas rumah tangga
yang tidak mendapatkan cukup penghargaan dapat mengarah pada ketidakseimbangan sumber daya
emosional, sosial, dan bahkan ekonomi dalam keluarga.
IDENTIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

1. Nilai rata-rata di angka 2-3 yakni 2,2-3,0, yakni


masuk dalam kategori jarang memadai hingga
kadang memadai. Hal tersebut menandakan
adanya keterbatasan dalam sumber daya manusia
keluarga ibu yang tidak bekerja dan memiliki anak
balita.
2. Dampak dari keterbatasan dalam pengelolaan
sumber daya manusia dalam keluarga:
• Peningkatan beban pada ibu rumah tangga.
• Keterbatasan dalam pengembangan potensi
individu.
• Keseimbangan peran yang tidak optimal.
• Keterbatasan dalam ragam pengalaman dan
pembelajaran anak.
• Ketidakpuasan dan konflik dalam hubungan
keluarga, terutama jika peran dan kontribusi
setiap anggota tidak diakui atau dihargai.
• Keterbatasan kontribusi ekonomi dan karir dari
anggota keluarga lainnya dapat menciptakan
ketergantungan ekonomi pada satu sumber
pendapatan, meningkatkan risiko
ketidakstabilan ekonomi keluarga.
IDENTIFIKASI SUMBER DAYA MATERI

1. Dari hasil penelitian di atas ditemukan bahwa dari


aspek sumber daya materi adalah 3,5 artinya ini
pertengahan antara kadang memadai dan biasanya
memadai.
2. Sumber daya materi tertinggi dengan skor 4,7 ADALAH
pemenuhan kebutuhan makan dan urutan kedua
komponen sumber daya materi air bersih dengan
skor 4,3.
3. Sumber daya materi paling rendah adalah “uang
untuk tabungan” yang memiliki skor 2 yang disusul
dengan “uang untuk diri sendiri” dengan skor 2,3.
Artinya sebagian besar responden tidak memadai
atau jarang memadai memiliki dana tabungan.
4. Ada dua hal yang menarik dari temuan penelitian ini.
Pertama, terkait kebutuhan untuk telepon genggam
atau alat komunikasi yang ternyata dianggap penting
sepenting untuk kebutuhan biaya listrik dan pakaian
dengan skor 4,1. Alokasi “kebutuhan anak” jauh lebih
besar yaitu 3,8 dan belum termasuk untuk beli
mainan anak yang seperti penting dialokasikan
dengan skor 3,3 dibandingkan “uang untuk kebutuhan
sendiri (kebutuhan ibu) yang hanya mendapatkan
skor 2,3.
IDENTIFIKASI SUMBER DAYA WAKTU

1. Manajemen sumber daya waktu tidak hanya


mencakup aspek individu, tetapi juga erat terkait
dengan keseimbangan dan kesejahteraan keluarga.
2. Nilai rata-rata tertinggi pada skala responden adalah
angka 2 hingga 3, yakni pada rentang 2,0-3,5, yakni
terkategorisasi pada jarang memadai dan kadang
memadai. Temuan ini mencerminkan sumber daya
waktu menjadi salah satu sumber daya yang sulit
didapatkan oleh ibu rumah tangga yang tidak
bekerja dengan anak balita.
3. Adapun nilai terendah pada sumber daya waktu dari
data tersebut menunjukan pada waktu pribadi yang
mencapai nilai rata-rata 1,6. Disusul oleh tingkat
kekurangan waktu untuk bersosialisasi, yang
mendapat nilai rata-rata 1,9.
4. Waktu untuk perawatan diri dan berwisata juga
menunjukkan nilai rata-rata sekitar 2, menunjukkan
adanya kecenderungan jarang memadai.
5. Dengan demikian, hasil penelitian ini
menggarisbawahi bahwa manajemen sumber daya
waktu, terutama dalam konteks ibu rumah tangga
dengan anak balita, menjadi perhatian khusus yang
memerlukan solusi dan dukungan lebih lanjut.
IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. Program pendidikan dan keterampilan. Mengembangkan dan


mendukung program pendidikan dan pelatihan keterampilan
untuk anggota keluarga, khususnya ibu rumah tangga di
wilayah pedesaan, sehingga mereka dapat meningkatkan
kemampuan dan daya saing di pasar kerja. Pertimbangkan
sebuah program pendidikan dan keterampilan di suatu desa
pedesaan.
2. Program dukungan pendidikan anak. Dalam konteks wilayah
pedesaan, program dukungan pendidikan anak menjadi kunci
strategis untuk mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi
oleh anak-anak di lingkungan pedesaan.
3. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan kesejahteraan.
Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan adalah suatu kebijakan yang mendasar untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.
4. Pemberdayaan ekonomi keluarga. Yakni melalui kebijakan
yang tepat dapat menjadi pilar utama dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan.
5. Fasilitas dukungan sosial. Mendorong komunitas dan lembaga
sosial untuk menyediakan fasilitas dukungan sosial, seperti
kelompok dukungan keluarga, konseling, dan program bantuan
sosial bagi keluarga yang membutuhkan.
DOKUMENTASI penelitian

Anda mungkin juga menyukai