Anda di halaman 1dari 2

HARI HUJAN PAK PLUMBO

Pak Plumbon tak suka hari hujan. la selalu berkata, “Hujan itu basah, mendung kelabu,
becek dan membosankan!”

Pada suatu hari hujan, ia duduk di kursi malasnya sambil makan roti dan minum susu.
Kakinya dikelilingi lima ekor kucing. Di hari kelabu begitu, satu-satunya yang bikin ia
senang hanyalah saat makan.

Pak Plumbon pergi ke dapur untuk membuat satu panci besar sup untuk makan siangnya.
“Tidak ada yang lebih enak daripada sup panas di hari hujan,” katanya pada kucing-
kucingnya yang kelihatannya setuju.

Pak Plumbon membuka kulkasnya, namun ia tidak menemukan bahan untuk membuat
sup. “Tidak ada wortel! Tidak ada kentang! Tidak ada makanan!” serunya. “Harus ada
yang pergi ke minimarket Bu Popon.”

Kucing-kucingnya diam saja karena mereka tidak bisa pergi. Mereka menghilang di bawah
kursi. Pak Plumbon terpaksa memakai mantelnya dan pergi keluar rumah.

Karena tak pernah keluar rumah di saat hujan, Pak Plumbon tak ingin sia-sia. la melihat ke
sekelilingnya pada saat hujan terus turun membasahi kota. la melihat ada sungai kecil
yang permukaannya penuh dengan perahu kertas. Tanaman yang tumbuh di taman-
taman kota tampak bersih, segar dan hijau.

“Suasana mendung kelabu, basah, dan becek, menjengkelkan!” keluhnya lagi entah
untuk keberapa kali. Namun, ketika tiba di toko, Pak Plumbon tersenyum. “Waaah,
sayurannya segar-segar semua!” serunya. “Ada kacang polong gemuk, wortel berwarna
cerah, tomat merah, apel segar dan jamur-jamur yang tebal! Aku belum pernah melihat
pemandangan sesegar dan serapi ini! Warna-warna sayuran dan buah-buahan berpadu
indah!”

Bu Popon sang pemilik toko mendengar pujian Pak Plumbon. la mendekat sambil
tersenyum senang, “Selama musim hujan, penjual dari pasar tradisional menitipkan
jualan sayuran mereka di toko ini. Beberapa penjual keliling juga menitipkan gerobak
jualan mereka di teras depan. Itu sebabnya kami punya banyak persediaan sayuran dan
buah yang bagus-bagus!”

“Ooo… begitu, ya! Aku baru tahu!” kata Pak Plumbon senang. Maka, Pak Plumbon mulai
mengisi keranjang belanjanya dengan sayuran segar. Wortel-wortel gemuk, daun seledri
lebar berbatang tebal, kentang-kentang besar, juga tomat-tomat merah. Pak Plumbon tak
lupa membeli pisang, tape, gula merah, dan sekotak santan. Wah, Pak Plumbon ingin
bikin kolak juga untuk sore hari. “Hari ini, makananku cukup mewah,” gumamnya girang
di dalam hati.

Pak Plumbon memasukkan belanjaannya ke dalam ransel yang sengaja dibawanya. la tak
ingin membawa kantong plastik dari minimarket ke rumahnya. la tak suka menambah
sampah plastik.
Ketika membayar di meja kasir Bu Popon, pemilik minimarket itu menambahkan
sebungkus wedang jahe di tas ransel Pak Plumbon. “Ini bonus untuk pengunjung toko
yang mau keluar menikmati hari hujan!” kata Bu Popon. Wah, senangnya Pak Plumbon.
“Terima kasih, Bu Popon. Aku akan sering keluar rumah di saat hujan, kalau selalu ada
bonusnya!” canda Pak Plumbon.

Kini Pak Plumbon memakai jas hujannya sehingga ranselnya aman di dalam jas hujan. la
lalu berjalan pulang sambil memegang payung. Ya, hujan belum juga berhenti. Pak
Plumbon betul-betul menikmati keindahan di hari hujan itu. la menendang genangan-
genangan air yang ditemukannya di jalan. PYAR! PYAR! Ups… tentu saja ia harus hati-hati.
Jangan sampai ada pejalan kaki yang kena cipratan air genangan. Setelah beberapa saat
berjalan, ia sampai di tepi sungai kecil yang mengalir di dekat rumahnya.

Pak Plumbon berteduh sejenak di halte bis. la mengeluarkan catatan belanjanya. Pak
Plumbon kemudian melipat kertas itu membentuk perahu kertas. la lalu berjalan ke tepi
sungai dan melepaskan perahu kertasnya di sungai itu.

Kucingnya heran ketika melihat tuannya kembali dengan jas hujan basah tetapi sangat
ceria. “Tak ada yang lebih enak daripada minum wedang jahe hangat di saat hujan!” ujar
Pak Plumbon sambil mengeluarkan belanjaannya dari ranselnya.

Setelah mengaduk wedang jahe, Pak Plumbon melihat kucing-kucingnya dengan ceria
sambil bercerita, “Aku sama sekali tidak tahu kalau hari hujan dan basah itu sangat
indah.” Kucing-kucingnya hanya mengeong.

Setelah perutnya hangat, Pak Plumbon lalu memasak sup untuk makan siangnya. Dan
sorenya, ia membuat kolak. Jendela dapurnya ia biarkan sedikit terbuka. Pak Plumbon
memasak ditemani bunyi rintik hujan yang terdengar dari jendela dapurnya.

Anda mungkin juga menyukai