Anda di halaman 1dari 4

1.

Sebutkan pengertian fiqih


A. Bahasa
B. Istilah
C. Menurut 4 madzhab
2. Jelaskan pelaksanaan sholat jenazah
3. Di zaman sekarang ada zakat profesi, Apa dasarnya dan berapa standar/nisabnya
4. -Sebutkan pembagian talaq
-Sebutkan masa iddah tiap tiap talaqnya

JAWABAN

1. Secara etimologi, Fiqih berasal dari kata faqiha yafqahu fiqhan yang berarti
pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini adalah pemahaman tentang
agama Islam. Dengan demikian, Figih menunjuk pada arti memahami agama Islam
secara utuh dan komprehensif.

Secara umum, fikih bermakna pengetahuan akan hukum-hukum Islam berdasarkan


sumber-sumbernya.

Ilmu fiqih menurut 4 madzhab


Menurut imam maliki ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari hukum syariat islam
yang berdasarkan alquran,sunnah ijma dan qiyas

Menurut imam abu hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan diri seseorang
tentang apa yang menjadi haknya dan apa yang menjadi kewajibanya, definisi ini
meliputi semu aspek kehidupan yaitu aqidah, syariat dan akhlaq

Menurut imam syafii fiqih merupakan ilmu yang membahasa tentang ajaran agama
yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf

Menurut imam hambali ilmu fiqih merupakan pengetahuan tentang hukum hukum
syariat praktis berdasarkan sebuah dalil secara rincinya

2. Tata Cara Shalat Jenazah – Ketika ada seseorang yang telah meninggal, hal yang
perlu kita lakukan pada orang yang telah meninggal tersebut adalah dengan
mengembalikannya kembali dengan menguburkannya ke tanah. Dalam agama Islam
memiliki aturan dalam berbagai aspek dari segi kehidupan, tentunya dalam hal
memperlakukan jenazah. Sebelum jenazah mulai dikuburkan wajib hukumnya untuk
memandikan jenazah serta menyalatkan jenazah dahulu. Salat jenazah merupakan
shalat yang dijalankan untuk mendo’akan seorang muslim atau muslimah yang telah
meninggalkan dunia teruntuk laki-laki maupun perempuan, orang dewasa juga anak-
anak. Shalat jenazah ini hukumnya wajib kifayah, yaitu sebuah kewajiban yang secara
pelaksanaannya dapat tercukupi bilamana telah dijalankan oleh sebagian kaum
muslimin. Akan tetapi, jika tidak ada satupun yang menjalankannya maka seluruh
kaum berdosa.

Syarat-syarat Shalat Jenazah


Shalat jenazah sah dilakukan jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat


sahnya seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats serta
najis, menutup aurat dan juga menghadap kiblat.
• Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.
• Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang
menyalatkannya.

1. Waktu Shalat
Dalam Shalat jenazah tidak ditentukan waktunya secara khusus, ia dapat dilakukan
kapan saja, siang maupun malam hari, kecuali 3 waktu tertentu seperti saat matahari
terbit hingga agak meninggi, ketika matahari tepat berada di tengah langit atau tepat
tengah hari hingga ia telah condong ke barat, dan ketika disaat matahari hampir
terbenam, hingga terbenam sama sekali.

2. Tempat Shalat
Shalat jenazah bisa dijalankan di mana saja, di tempat yang layak untuk melaksanakan
shalat, begitupun di dalam masjid sesuai yang telah disebutkan dalam sebuah Hadits
yang diriwayatkan Imam Muslim:

َّ ‫ت َو‬
ِ‫َللا‬ َ َ‫ فَأ ُ ْنك َِر ذَلِك‬.ِ‫علَ ْيه‬
ْ َ‫علَ ْي َها فَقَال‬ َ ‫ى‬ َ ُ ‫ت ادْ ُخلُوا بِ ِه ْال َمس ِْجدَ َحتَّى أ‬
َ ِّ‫ص ِل‬ ٍ َّ‫س ْعدُ ْب ُن أَبِى َوق‬
ِ َ‫اص قَال‬ َ ‫ى‬ َ ِِّ‫شةَ لَ َّما ت ُ ُوف‬ َ ‫أ َ َّن‬
َ ِ‫عائ‬
ُ ‫ قَا َل ُم ْس ِل ٌم‬.ِ‫س َه ْي ٍل َوأَخِ يه‬
ُ‫س َه ْي ُل بْن‬ ُ ‫ضا َء فِى ْال َمس ِْج ِد‬ َ ‫علَى ا ْبنَ ْى بَ ْي‬
َ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫صلَّى َر‬ َ ْ‫لَقَد‬
‫ضا ُء‬ ُ
َ ‫ضاءِ أ ُّمهُ بَ ْي‬ ْ ُ
َ ‫دَ ْع ٍد َوه َُو ا ْبن البَ ْي‬.

Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke
dalam masjid hingga aku bisa menyalatkannya.” Namun mereka tidak menyetujuinya,
ia pun berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah
menyalatkan jenazah dua orang putra Baidla` dalam masjid, yaitu Suhail serta
saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin Da’d adalah Ibnul Baidla`, dan ibunya
merupakan Baidla`. (HR Muslim)

3. Dasar zakat profesi ialah berdasarkan Fatwa Ulama yang dihasilkan pada waktu
Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404
H yang bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M bahwa kegiatan yang
menghasilkan kekayaan bagi manusia sekarang adalah kegiatan profesi yang
menghasilkan amal yang bermanfaat, baik dilakukan sendiri, maupun bersama-sama
semuanya itu menghasilkan pendapatan atau gaji. Kekayaan tersebut apabila telah
mencukupi nisabnya dan haulnya selama satu tahun dan wajib dizakati dan bernama
zakat profesi.
Jadi zakat profesi diperuntukan kepada seseorang yang telah berpeng hasilan di atas
nisab atau mencapai nisabnya. Nisab dari zakat profesi sendiri ialah 85 gram mas
dengan kadar 2,5%. Ketika pendapatan atau upah dari kegiatan bekerja yang mana
telah mencapai haul (1 tahun) maka harus di keluarkan zakat. Adapun penghitungan
zakat profesi sebagai berikut.
Jika harga emas pada hari ini sebesar Rp 964.066/gram, maka nishab zakat
penghasilan dalam satu tahun adalah Rp 81.945.667,-. Penghasilan Bapak Fulan
sebesar Rp10.000.000/ bulan, atau Rp120.000.000,- dalam satu tahun. Artinya
penghasilan Bapak Fulan sudah wajib zakat. Maka zakat Bapak Fulan adalah
Rp250.000,-/ bulan.

4. Pembagian talaq
Dilihat dari segi cara suami menjatuhkan talak pada istrinya, talak dibagi menjadi 2,
yaitu:

1. Talak Sunni: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istri dalam keadaan
suci atau tidak bermasalah secara hukum syara', seperti haidh, dan selainnya.
2. Talak Bid'i: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istrinya dalam
keadaan haid, atau bermasalah dalam pandangan syar'i.
Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan istrinya, maka talak dibagi menjadi
dua, yaitu talak raj'i dan talak ba'in.

1. Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya (talak 1 dan 2) yang
belum habis masa iddahnya. Dalam hal ini suami boleh merujuk pada istrinya
kapan saja selama masa iddah istri belum habis.
2. Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa
iddahnya. Dalam hal ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2 yaitu: talak ba'in sughra
dan talak ba'in kubra.

Masa iddah memiliki waktu periode yang berbeda-beda pada setiap wanita yang
mengalaminya. Ini karena jika wanita yang ditalak 1 oleh suaminya masih memiliki
kesempatan untuk rujuk kembali. Berbeda dengan wanita yang ditalak 3 atau ditinggal
wafat oleh suaminya. Pada umumnya seorang wanita yang mengalami masa iddah
harus menjalaninya selama 4 bulan 10 hari dan tidak boleh lebih atau kurang. Selama
masa idah wanita juga tidak boleh keluar rumah kecuali ada kepentingan seperti
bekerja atau memenuhi kebutuhan hidup. Jadi, selama masa idah wanita dilarang keras
untuk menikah atau menerima lamaran pria baru.Jika hal tersebut dilanggar, wanita
tersebut berhak menerima konsekuensinya seperti pernikahan barunya dianggap tidak
sah.

Masa iddah talak sunni


segi waktu yang artinya suami menjatuhkan talak kepada istri yang masih dalam
keadaan suci dan belum digauli. Dalam hal ini, jika suami mengatakan, "Aku akan
ceraikan kamu," kemudian ia akan membiarkan istrinya sampai tiga kali haid, suami
dan istri bisa kembali rujuk. Artinya, dalam masa iddah itu, Allah SWT memberikan
kesempatan kepada istri untuk memikirkan apa mungkin bisa rujuk kembali. Jika
suami menyesali usai menjatuhkan talak dan tidak menyia-nyiakan kesempatan, maka
mereka bisa kembali rujuk.

Masa iddah talak bidah


Pertama, talak yang dijatuhkan seorang suami terhadap istrinya yang sedang dalam
keadaan haid atau nifas, atau masa suci yang di dalamnya telah berlangsung hubungan
seksual antara kedua suami-istri tersebut. Talak seperti ini bertentangan dengan
larangan yang disampaikan Rasulullah SAW kepada Abdullah bin Umar

Kedua, talak bid'ah terjadi apabila seorang suami menyatakan kepada istrinya itu,
“Engkau aku talak tiga kali” atau “Engkau aku talak! Engkau aku talak! Engkau aku
talak!”. Baik itu diucapkan dalam satu peristiwa (atau majelis) ataupun dalam tiga
peristiwa berturut-turut dalam satu masa suci. Para ulama sepakat bahwa talak bid'ah
adalah haram hukumnya. Karena itu, barang siapa yang melakukan hal demikian maka
dianggap telah berdosa

Masa iddah Talak raj’i


Seorang suami yang menjatuhi talak raj’i kepada istrinya, baik itu talak satu maupun
dua, masih bisa melakukan rujuk. Syaratnya adalah masa iddah istri belum selesai.
Sehingga, mereka bisa rujuk tanpa harus melakukan akad nikah ulang. Namun, jika
suami menjatuhkan talak raj’i dan tidak rujuk sampai masa iddah berakhir, maka
istrinya haram baginya. Dalam hal ini, hubungan perkawinan mereka benar-benar
sudah berakhir. Selama masa iddah, istri yang dijatuhi talak raj’i haram untuk
disetubuhi. Ketetapan ini diperkuat oleh pendapat para fuqaha seperti Imam Malik dan
Imam Syafi’i. Bahkan mereka berpendapat bahwa memandang tanpa syahwat pun
tidak diperbolehkan. Ini karena talak raj'i adalah bentuk perpisahan sama seperti talak
bain. Suami yang menjatuhi talak raj’i kepada istrinya tetap harus memenuhi
kewajiban ia berkewajiban memberi uang belanja dan tempat tinggal kepada istrinya,
selama masa iddah belum berakhir

Anda mungkin juga menyukai