SELINTAS SEJARAH
Agus Setiyanto
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bengkulu
Jl. Wr. Supratman, Kandang Limun Bengkulu
agussetiyanto@yahoo.com
Abstrak: Sistem Pemerintahan Tradisional Negeri Sungai Bengkulu Selintas Sejarah. Istilah negeri
sungai sengaja dimunculkan sebagai penanda bahwa di wilayah Bengkulu ini memang cukup banyak
sungai terbentang dan setiap sungai pada umumnya merupakan wilayah komunitas tradisional
berdasarkan kekerabatan (territorialized kinship-based communities). Lingkup pembahasan mengenai
sekilas sistem pemerintahan tradisional negeri sungai ini selain difokuskan pada empat negeri sungai
tersebut, yaitu Sungai Lemau, Sungai Itam (Hitam), Sungai Selebar, dan Anak Sungai (Muko-Muko),
juga pada wilayah-wilayah (afdeeling) yang menjadi bagian dari wilayah Bengkulu, seperti afdeeling
Manna, Kaur, maupun Seluma. Adapun titik telaah mengenai sistem pemerintahan tradisional negeri
sungai ini hanya akan dibatasi pada struktur kekuasaan dan sistem peradilan serta denda adatnya.
Abstrac: Traditional State Government System Bengkulu River Cross History. The term river country
is deliberately raised as a marker that in this area of Bengkulu is quite a lot of rivers lies and every
river is generally a territorialized kinship-based communities. The scope of the discussion on the
glimpse of traditional river country governance system is not only focused on the four river countries,
namely Lemau River, Itam River (Black), Sungai Selebar, and Anak Sungai (Muko-Muko), also on
afdeeling areas Part of the Bengkulu region, such as afdeeling Manna, Kaur, or Seluma. The point of
study on the traditional government system of this country river will only be limited to the power
structure and the judicial system as well as the customary fine.
Lemau, Kerajaan Sungai Hitam, Kerajaan Sebutan kepala mengacu pada posisi
Sungai Silebar (Selebar), dan Kesultanan seseorang dalam masyarakat tradisional
Anak Sungai (Muko-Muko).3 Nama-nama Bengkulu sebagai kepala pribumi atau
negeri (kerajaan) tersebut memang ada kepala adat, sedangkan sebutan anak-
sungainya. Sungai di Bengkulu yang buah mengacu pada rakyatnya. Dalam
masuk kategori sungai besar ada empat, konsep sosiologi, hubungan antara kepala
yaitu Sungai Bengkulu, Sungai Silebar pribumi dan anak buahnya (rakyatnya)
(Selebar), Sungai Itam, dan Sungai dikenal sebagai hubungan patron-klien.
Lemau.4 Hubungan patron-klien (kepala dan
Lingkup pembahasan mengenai anak-buah) dalam masyarakat tradisional
sekilas sistem pemerintahan tradisional Bengkulu lebih bersifat personalized
negeri sungai ini selain difokuskan pada relationships (hubungan yang memribadi)
empat negeri sungai tersebut, yaitu Sungai atau disebut juga sebagai face to face
Lemau, Sungai Itam (Hitam), Sungai relationships (hubungan tatap muka).
Selebar, dan Anak Sungai (Muko-Muko), Sifat hubungan yang demikian
juga pada wilayah-wilayah (afdeeling) mengandung konsekuensi logis dengan
yang menjadi bagian dari wilayah saling tukar-menukar sumber daya yang
Bengkulu, seperti afdeeling Manna, Kaur, masing-masing mempunyai sistem nilai
maupun Seluma. Adapun titik telaah yang sama.5
mengenai sistem pemerintahan tradisional Sebagai patron, mereka
negeri sungai ini hanya akan dibatasi pada berkewajiban menyediakan fasilitas-
struktur kekuasaan dan sistem peradilan fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan
serta denda adatnya. sebagai perlindungan dan kesejahteraan
masyarakatnya. Sementara sebagai klien,
Pembahasan selain mengakui dan menghormati
Sistem Pemerintahan Tradisional martabat patronnya, biasanya
Dalam sistem pemerintahan menyediakan pelayanan-pelayanan yang
masyarakat tradisional-patrimonial seimbang dengan fasilitas-fasilitas yang
senantiasa ada dua elemen penting yang telah dimanfaatkannya.
saling mengikat dalam suatu hubungan Hubungan antara kepala pribumi
ketatamasyarakatan. Elemen yang atau kepala adat dengan anak-buahnya
pertama berfungsi sebagai pemimpin/ (rakyatnya) sangat akrab, penuh
pengatur/ pengurus, sedangkan elemen persaudaraan, saling menghormati, dan
yang kedua berfungsi sebagai pengikut hubungan kemasyarakatannya diatur
(yang diatur/diurus). Hubungan yang melalui lembaga adat yang telah berlaku
interdependentif antara kedua elemen itu, secara turun-temurun. Pelayanan
dalam masyarakat tradisional Sumatera terhadap kepala yang dilakukan oleh
(Melayu) lebih dikenal dengan istilah anak-buah atas dasar kesetiaan dan
“tuan-hamba” – atau lebih spesifik untuk sukarela. Kesetiaan yang dilakukan oleh
wilayah Bengkulu dikenal dengan istilah anak buah-buah terhadap kepalanya
“kalipah (kepala) – anak buah”. antara lain yaitu: menyambut
kedatangannya di dusun, menyediakan
90
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
91
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
Untuk wilayah Sungai Lemau, para Pasirah adalah para Pembarap, yaitu
kepala wilayahnya menggunakan sebutan pembantu pasirah yang bertugas
atau gelar baginda, depati, raja, dan mengatasi permasalahan dalam marga. Di
pangeran. Sebutan atau gelar baginda bawah pembarap adalah para
mulai pertama kali digunakan oleh kepala Peroatin/Proatin, yaitu para kepala dusun
wilayah yang pertama, yaitu Baginda Raja (kampung desa) yang bertugas mengatasi
Saktie yang dianggap sebagai cikal-bakal permasalahan dalam dusunnya.
raja Sungai Lemau.13 Selanjutnya gelar Struktur kekuasaan tersebut
depati mulai dipakai kepala wilayah ditemukan pada masa pemerintahan
Sungai Lemau yang ke delapan, yaitu Pangeran Raja Muda (Depati Bangsa Raja)
Depati Kambang Ayun atau Depati yang bunyinya sebagai berikut :
Kambang Aboer,14 sedangkan sebutan raja ..., adapoen toenggoean Radja Soengai
sering dipakai dalam lembaga adat yang Lemau empat pasira di bawahnja, di bawah
sifatnya membedakan antara kepala adat pasira itoe pembarab di bawah itoe
dengan anak-buahnya.15 peroatien itoelah jang dinamai Radja
Adapun gelar pangeran untuk Bangkahoeloe ....18
pertama kalinya diberikan kepada Depati
Bangsa Raja( raja yang ke sebelas) oleh Dari bunyi petikan tersebut diatas
Sultan Banten dengan kesepakatan dapat diketahui bahwa pangeran Raja
Kompeni Inggris, seperti yang diceritakan Muda dalam mengatur pemerintahan
dengan Naskah Melayu, yaitu sebagai adatnya telah dibantu oleh empat orang
berikut : pasira (kepala marga) yang dibawah
... Kemoedian dari pada itoe maka Soeltan Pasirah adalah Pembarab dan
moefkat dengan kompni di angkat Depati dibawahnya lagi Peroatin sebagai kepala
Bangsa Radja menjadi Pangeran dan dusunnya.
digelarkan Pangeran Radja Moeda di Mengenai distribusi kekuasaannya
pasang meriam 9 letoes tanda kahormatan juga telah dijelaskan dalam Naskah
dari pada kompni serta dikoerniai oleh Melayu yang bunyinya sebagai berikut :
kompni persalinan pakajan dan badjoe jang Pertama, adapoen radja tinggal di pasisir
enda-enda serta makan minoem bersoeka- laoet pasira peroatin tinggal di hoeloe,
soekaan, apabila selesai dari pada itoe ialah kedoea djika mosoeh datang dari goenoeng
Pangeran Radja Moeda bermoehoen kepada pasira, peroatin jang mendjaga ...
kompni dan Soeltan laloe berangkat kembali Kedelapan, segala djenis bitjara jang ketjil
di Bangkahoeloe.16 pasira dan peroeatin koeasa menghabiskan
di tanah hoeloe, djika bitjara besar
Berdasarkan sumber tersebut diatas hendaklah pasira peroeatin bawa kehadapan
dapat diketahui, bahwa pemberian gelar radja, bersama-sama menteri
pangeran kepada Depati Bangsa Raja menghabiskan- nja.... 19
92
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
pesatnya perdagangan pada saat itu. Salah oleh Pembarab, tatapi dangan idzien pasira,
satu pusat perdagangan adalah Pasar tidak boleh Pembarab berkoeasa sendiri, dan
sebagai tempat jual-beli barang-barang dibawah itoe Peroeatin gelarnja Depati
yang diperdagangkan. Hal inilah yang djoega jang memrinta di dalam satoe
tampaknya menuntut Pangeran Mangku doesjoen di bawah itoe Pemangkoe kaki
Raja untuk membuat suatu aturan yang tangan Peroeatin, ....22
berkaitan dengan pasar di wilayah
kekuasaannya. Untuk itu, Pangeran Dari sumber tersebut di atas dapat
Mangku Raja telah mengangkat empat diketahui, bahwa jabatan pemangku
orang Menteri sebagai Penghulu (kepala selalu ada baik di tingkat marga maupun
pasar) di Bangkahoeloe (Bengkulu) dan di tingkat dusun. Mengenai gelar depati
diberikan gelar Datuk. Empat Menteri yang dipakai secara umum baik di
(penghulu) itu diambil dari keturunan kalangan pasirah, pembarap, maupun
empat Menteri pada masa pemerintahan peroatin tampaknya cukup
Baginda Maharaja Sakti (pendiri Sungai membingungkan apabila hanya diketahui
Lemau), yaitu: Agam Sumpu, Melalo, namanya saja. Akan tetapi menjadi jelas
Singkarak, dan Sending Bungkah.20 setelah diketahui dari jabatan
Empat penghulu yang diberi gelar strukturalnya.
Datuk ini diserahi tugas untuk Mengelola Sementara para kepala pribumi
pasar-pasar di hilir (pantai). Menurut Sungai Hitam pada umumnya
catatan Francis, empat pasar yang ada di menggunakan sebutan atau gelar seperti
hilir Bengkulu adalah Pasar Pondok depati, raja, chalipa, dan pangeran. Dari
Tuadah, Pasar Malintang, Pasar Barroo, beberapa sebutan atau gelar yang dipakai
dan Pasar Marlbro (Malabero).21 oleh para kepala pribumi Sungai Hitam,
Selanjutnya para Penghulu yang telah ada yang memakai nama dengan
diberi gelar Datuk dalam mengelola menggunakan beberapa gelar sekaligus,
pasarnya di bantu oleh Pamangku dan seperti Pangeran Depati Raja Chalipa.23
Penghulu Muda sebagai kaki tangannya Secara struktural, kekuasaan
di wilayah hulu (pedalaman). Di samping tertinggi di wilayah Sungai Hitam setelah
peraturan yang telah dikeluarkan oleh depati, raja, atau chalipa, adalah
Pangeran Mangku Raja, juga disebutkan pembarap. Setelah pembarap, terus turun
adanya pemakaian gelar Depati di ke peroatin. Dengan demikian, satu hal
kalangan supra struktur dalam lingkup yang membedakan antara struktur
adat, yaitu sebagai berikut : kekuasaan Sungai Hitam dengan struktur
adalah atoeran jang diboeat toeankoe kekuasaan Sungai Lemau adalah terletak
Pangeran Mangkoe Radja 4 Mentri di hilir pada jabatan pasirah.24 Hal itu
jang memerintahkan pasjar, Datoe gelarja disebabkan, bahwa kepala wilayah Sungai
di bawah itoe Pamangkoe, di bawah itoe Hitam itu sendiri statusnya adalah sebagai
Panghoeloe Moeda, kaki tangan oleh pasirah, yaitu kepala suku atau kepala
mentri 4 di hoeloe, jang memerinta marga marga dari Suku Lembak Beliti.
pangkatmja Pasira gelarnja Pamangkoe di Dalam Naskah Melayu yang ditulis
dalam marga hingga mana marga dalam oleh para raja Bangkahoeloe (Bengkulu)
satoe Pasira sahingga itoe djoega diperinta
93
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
terbitan tahun 1859, juga telah dijelaskan segala rakjat iang taloek kapada padoeka
mengenai struktur kekuasaan kerajaan Serie Sultan samoenja oendang padoeka
Sungai Hitam, yang isinya sebagai Serie Sultan die Bantan, barang siapa
berikut: Oerang Silebar (Selebar) mampoenjahie
Sekali-kali tidak sokonja berdiri Pasira di padoe die soereoe oloeij padoeka Serie
bawah Radja Soengai Hitam. Pembarap 4 Sultan mambatjarakan Proatin, Kalipah
di bawahnja itoe Preoeatin itoelah sadja Silebar (Selebar), ....29
kerana toenggoeannja itoe Chalipa.25
Bahoewa adala soerat innie mungatakan
Dari keterangan yang telah dimuat tantangan anak boewa Pangeran Silebar
dalam Naskah Melayu tersebut di atas, (Selebar) iang lima boewa Doesoen dalam
dapat ditafsirkan, bahwa struktur margoh anak Pagar Agong, dahoeloenja
kekuasaan setelah raja Sungai Hitam itu sakatika Datoe Ratoe Agong djadie
langsung turun ke pembarap, dan terus ke Pamankoe Pangeran Silebar (Selebar) ....30
peroatin yang menempati struktur
terbawah. Melalui petunjuk dari kedua petikan
Sementara itu untuk wilayah Silebar sumber arsip tersebut di atas, dapatlah
(Selebar), para kepalanya juga diketahui, bahwa struktur kekuasaan
menggunakan sebutan atau gelar depati, setelah kalipah atau pangeran, adalah
raja, chalipa, dan pangeran. Beberapa di pemangku, dan selanjutnya para peroatin.
antaranya adalah Depati Bangso Radin, Untuk Muko-Muko, luas wilayah
Depati Payung Negara, Raja Bangsawan, meliputi Ampat Belas Kota, Lima Kota,
dan Pangeran Nata Di Raja.26 dan Peroatin Lima Puluh Sembilan atau
Menurut salah satu sumber, Depati Peroatin Kurang Satu Enam Puluh.
Bangso Radin dianggap sebagai pendiri Kekuasaan tertinggi dipegang oleh
kerajaan Silebar (Selebar), yang kemudian seorang sultan sebagai kepala adat, dan
juga mendapat gelar pangeran bersama sekaligus sebagai kepala adat wilayah.
kepala wilayah Sungai Lemau ketika Dalam menjalankan pemerintahan
terkunjung ke Banten.27 adatnya, Sultan dibantu oleh seorang
Selanjutnya wilayah kerajaan Silebar Kepala Menteri, yang lebih dikenal
(Selebar) telah terbentang mulai dari dengan nama Kepala Sumba. Di samping
Sungai Lempuing hingga Sungai Kepala Sumba, masih ada Lima Menteri
Angalam, yang mencakup Tanjung Aur, dari Empat Belas Kota, seorang Pembarap
dan Lima Buah Badak yang tergabung dari Lima Kota, dan empat orang
dalam Marga Anak Pagar Agung.28 Pembarap dari Peroatin Lima Puluh
Mengenai struktur kekuasaannya, Sembilan (Peroatin Kurang Satu Enam
tampaknya tidak terdapat petunjuk yang Puluh) yang masing-masing diambil dari
dimuat dalam Naskah Melayu, tetapi distrik Bantal, Ipuh, Seblat, dan Ketaun.31
melalui petunjuk dari beberapa sumber Kepala Sumba (kepala menteri)
arsip, dapatlah diketahui bentuk struktur menempati posisi suprastruktur setelah
kekuasaannya sebagai berikut: Sultan. Sebagai Wakil Sultan, tugas
...datang kepada Proatin Silebar (Selebar) utamanya mengepalai urusan sidang,
dan kalipah Silebar (Selebar) dan kapada protokoler, upacara-upacara ritual, serta
94
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
95
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
Secara struktural, para peroatin sebagai kepala wilayah dan kepala marga.
sebagai kepala pribumi bawahan, tunduk Di bawah kalipa adalah pembarab sebagai
kepada pembarap atau kalipa, meskipun kepala marga kedua, dan di bawah
secara adat mereka mempunyai andil pembarab adalah peroatin (kepala dusun).
dalam pengangkatan pembarab maupun Beberapa di antara kepala marga masih
kalipa. Dalam dewan kalipa, para dijumpai gelar pangeran, sedangkan di
peroatin ini hanya berfungsi sebagai antara para pembarab dan peroatin
penasehatnya. Dalam hal perubahan adat, banyak yang bergelar depati, disamping
kalipa tidak dapat bertindak sebagai masih ada yang menggunakan sebutan
transformator tanpa persetujuan peroatin, penghulu untuk kepala dusun.
dan sebaliknya.38 Untuk pengelolaan pasar di
Di afdeling Krui, para kepala marga Bintuhan diserahkan kepada datuk yang
bergelar pangeran atau dalam. Di bawah dibantu oleh seorang pemangku dan
kepala marga adalah para peroatin (kepala penghulu muda, yang dipilih oleh kepala
dusun) yang gelarnya bermacam-macam, marga dengan kesepakatan para
seperti radin, tumenggung, krea depati, pembarab dan peroatin. Akan tetapi di
dan raja. Sementara untuk beberapa pasar Linouw (Linau), hanya diperintah
dusun yang bersatu dan letaknya jauh oleh seorang datuk.42
dari kepala marga, biasanya ada wakil Menurut laporan Francis, kepala
dari kepala marga yang memegang dan rakyat Linau berasal dari suku
kendali. Wakil kepala marga ini disebut Bhayaran Kalompang serta keturunan dari
imbihi krea yang juga bergelar pangeran. suku yang sama seperti Distrik Lawas.
Di samping itu, masih ada jabatan datuk Kepala di distrik Linau itu bergelar
di daerah pemukiman Melayu dan orang pangeran, yaitu Pangeran Radja Singa.
pribumi lainnya sebagai kepala pasar Sementara di distrik Kaur itu sendiri
yang juga dibantu oleh seorang pemangku terdapat suku Sie Jagoe dengan kepala
dan penguhulu muda.39 sukunya bergelar Pangeran Chonkie.43
Sementara itu, di Krui juga ada 2. Sistem Peradilan dan Denda Adat
sebutan gelar pangawa lima (punggawa Dalam masyarakat tradisional,
lima) yang terdiri dari lima orang kepala penyelenggaraan sistem peradilannya
yang mengepalai satu marga yang juga seringkali berkaitan erat – bahkan
memiliki wewenang dalam Dewan menyatu dengan denda adat. Denda adat
Pengadilan Adat.40 Menurut catatan tersebut menjadi sumber pendapatan
Francis, penduduk dan adat di Krui yang diperoleh para kepala pribumi selain
mempunyai persamaan dengan wilayah dari hasil hutan. Hasil dari sidang
Manna dan Kaur, termasuk adat peradilan yang diperoleh para kepala
perkawinan dan perceraian. Semua adat pribumi itu sendiri masih tergantung pada
perkawinan dan perceraian diatur oleh dua faktor kondisional.
ulama dengan seizin peroatin dan kepala Pertama, tergantung pada besarnya
marganya.41 jumlah pemasukan yang diperoleh dari
Di afdeling Kaur, struktur biaya proses dan denda yang diputuskan.
kekuasaan tertinggi dipegang oleh kalipa Semakin banyak pemasukan, dalam arti
96
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
pelanggaran hukum adat, maka semakin anak-buahnya dengan denda tidak lebih
besar pula pendapatan mereka. dari F. 46
Kedua, tergantung pada status sosial Dalam dewan-dewan kecil
mereka dalam masyarakat. Semakin tinggi (rendahan) tidak ada pembagian denda
status sosialnya, maka semakin tinggi dan biaya proses yang tetap. Akan tetapi
pula, posisinya dalam peradilan. Semakin biasanya ketua dewan menerima sebagian
tinggi posisi dalam peradilan, juga dari jumlah keseluruhan dan sebagian lagi
berpengaruh terhadap pemasukan dari untuk seluruh anggota yang hadir, yaitu
hasil sidang peradilan. 1/3 bagian untuk ketua dewan, dan 2/3
Dengan demikian kedua faktor bagian untuk para anggota yang masih
kondisional tersebut sangat berpengaruh dibagi lagi dengan para sesepuh dusun.
terhadap sumber pendapatan mereka dari Sementara bagian proatin yang anak-
hasil sidang peradilan pribumi. Menurut buahnya memberikan denda atau
catatan Abegg, Pangeran Sungai Lemau membayar biaya proses berhak menerima
dan Pangeran Sungai Itam yang duduk bagian lebih besar.47
dalam Dewan Pangeran memperoleh Di Tanjung Aur, dewan dibentuk
masing-masing 4/15 bagian.44 atas dasar serupa Dewan Pangeran,
Untuk wilayah Sungai Lemau sedangkan Pangeran Silebar (Selebar)
sendiri, Pangeran memperoleh 1 bagian, mengatur dewannya bersama empat
sedangkan 1/3 bagian untuk dua orang datuknya, dengan denda tidak lebih dari
kepala distriknya, dan sisanya untuk F. 10. Denda dan biaya proses kemudian
pasirah, pembarap serta peroatin. Di dibagi bersama para datuknya dan
wilayah Sungai Itam, Pangeran selanjutnya juga diberikan sebagian lagi
mendapat 1 bagian dan 1 bagian untuk kepada para pemangku dan penghulu
Pembarap yang kemudian dibagi dua muda.48
dengan para Proatin dan Pemangkunya. Adapun jenis pelanggaran hukum
Para kepala distrik juga memiliki adat antara lain meliputi : pembunuhan,
Dewan sendiri diluar ibukota Bengkulu, melukai, pencurian, perampokan, menipu,
dan dalam inspeksinya ke Ulu, mereka atau mengganggu orang di jalan,
menangani kasus yang biasanya diajukan pembakaran, perbuatan asusila,
saat mereka berkunjung ke dusun. Jumlah perzinahan, pemerkosaan, dan lain-lain.
denda dapat disamakan dengan Dewan Tindak kejahatan berupa
Pangeran. Sementara bila mereka tinggal pembunuhan akan dikenakan denda,
di ibu kota, wewenangnya dijalankan oleh bayar bangoen (tebus nyawa). Denda itu
kepala marga dan selanjutnya di bawa ke diserahkan oleh Dewan Kepala dan
Dewan Pangeran.45 kemudian sisanya diserahkan kepada
Dewan Marga memutuskan masalah keluarga korban. Di samping itu, akan
sampai senilai F.20 dengan denda tidak dilakukan upacara pemakaman yang
melebihi di atas F.5. Sementara seorang disebut Basoe Tana Boemie atau Tepoeng
proatin dapat menyelesaikan kasus di Boemie, disertai pemyembelihan kerbau,
bawah F. 10 dengan para pengikut dan penyerahan keris, dan benda-benda lain.
97
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
Di sungai Lemau dan Ulu Bengkulu, Sungai Kroe, Lima Boea Bada, dan Silebar
telah ditetapkan jumlah bayar bangoen (Selebar), didenda sebesar F.28. Di
sesuai denga status sosial korban, yaitu samping itu masih dikenakan uang
sebagai berikut: hantaran kepada orang tua gadis atau
- membunuh Pasirah yang menjabat, wanita yang diculik untuk
= F. 500 dikawinkan,menyelenggarakan upacara
- membunuh Pembarap yang menjabat, bersih doesoen dengan memotong kerbau.
= F. 300 Apabila menolak maka dendanya dua kali
- membunuh Proatin yang menjabat, lipat.50
= F. 200 Perzinahan dihukum mati atau
- membunuh rakyat biasa, denda yang besarnya sama dengan
= F. 160 membayar bangun (dalam kasus
- membunuh Pasirah tak menjabat, pembunuhan), sedangkan untuk kasus
= F. 300 perkosaan bayar bangunnya separuhnya,
- membunuh Pembarap tak menjabat, di tambah denda sebagai upeti untuk
= F. 200 dewan kepala dan juga dilakukan suatu
- membunuh Proatin tak menjabat, upacara untuk membersihkan diri, yang
= F. 160. biasanya dengan menyembelih seekor
Adapun denda untuk setiap kerbau atau kambing untuk pesta adat.
pembunuh yang ditetapkan sebesar F.40 Di Lais, tindak kejahatan
menjadi hak para Kepala Dewan. hal ini pembunuhan wajib membayar bangun
juga berlaku di Andalas Sungai Kroe, sebesar 100 real untuk pihak keluarga
Lima Boea Bada, dan Silebar (Selebar).49 korban, dan 50 real untuk para kepala
Melukai yang mengakibatkan sebagai upetinya. Denda untuk kasus
hilangnya anggota badan dihukum pembunuhan ini sering disebut dengan
dengan Tepoeng (uang duka) yang tepoeng boemie. Apabila terdakwa
jumlahnya sama dengan setengahnya tergolong orang yang miskin, maka
bayar bangoen, serta seekor kambing keputusannya akan ditentukan oleh
untuk pesta kesembuhan korban. Apabila Dewan Pangeran (Pangeransraads) yang
luka korban tergolong ringan (tak berkedudukan di ibukota Bengkulu.51
seberapa), maka uang dukanya disebut Melukai mendapat hukuman denda
pahampas, dan dendanya tetap yang disesuaikan dengan berat ringannya
ditentukan oleh Dewan dengan tidak lebih luka korban. Apabila korban luka
dari F.10. berat,maka dendanya sebesar 50 real,
Tindak kejahatan berupa pencurian, sedangkan luka ringan di denda 6 1/2
selain harus mengembalikan dua kali real.
lipat, masih tetap dikenakan denda oleh Pencurian ternak di denda F.40 dan
kepala sebagai upetinya. Untuk tindak ganti rugi yang besarnya dua kali lipat,
kejahatan yang disebut pahandjingan sedangkan dalam kasus pembakaran
(tindak asusila) di distrik Sungai Lemau didenda sebesar F.40 dan ganti rugi dua
dan Ulu Bengkulu, dan Sungai Itam, di kali lipat, serta memotong seekor kerbau.
denda sebesar F.20, sedangkan di Andalas Sementara dalam kasus pembakaran,
98
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
denda yang dijatuhkan oleh para dewan dibayar dengan pesta damai yang disebut
kepada terdakwa mencapai 40 real dengan dengan istilah gaweij soeda siang.
membayar ganti rugi yang nilainya Selanjutnya uang bangun itu dibagi
sebesar dua kali lipat dari nilai benda atau menjadi tiga yaitu: 50 real untuk pihak
barang yang terbakar. Di samping itu keluarga korban, 25 real untuk kapa
terdakwa masih harus menyerahkan lantang, dan 25 real sebagai upeti untuk
seekor kerbau untuk upacara pembersihan para kepalanya.53
diri. Untuk tindak kejahatan melukai
Dalam kasus pandjingan (tindak dibagi menjadi tiga bagian menurut berat
asusila) yang dilakukan seorang bapak ringannya luka korban dan ditetapkan
terhadap seorang ibu, atau dengan gadis jumlah dendanya. Untuk luka ringan di
didenda 10 real dan memotong kerbau denda F.14 bagi korban dan F.14 untuk
sebagai upacara basoe boemie sedangkan upeti kepalanya, sedangkan luka lebih
kasus perkosaan didenda 50 real dan dari satu bagian dendanya F. 20 untuk
seekor kerbau. Dalam kasus perkosaan, korban, dan F.20 untuk kepala. Sementara
hukuman yang dijatuhkan adalah denda melukai yang mengakibatkan potongnya
sebesar 50 real. Akan tetapi apabila pihak suatu anggota badan dendanya F.28 untuk
terhukum tergolong orang yang tidak korban dan F. 28 untuk kepalanya. Denda
mampu (miskin), maka akan diputuskan semacam ini biasanya disebut pampas. Di
oleh dewan pangeran di ibukota samping itu, terdakwa masih harus
Bengkulu. memberi sepotong kain katun dan seekor
Adapun pembagian denda dan Kambing sebagai pembassoe doessoen.54
biaya proses perkara ditetapkan sebagai Sementara dalam kasus pembakaran
berikut: setengah untuk dana keamanan, dendanya disamakan dengan kasus
termasuk membayar biaya perampokan, yaitu selain terkena denda
penyeberangan, upah bagi mata-mata, dan adat, juga harus mengganti dua kali lipat
sebagainya, sedangkan separohnya nilai barang atau benda yang hilang atau
merupakan upeti bagi para kepala terbakar.
pribuminya. Pembarap menerima 1/3 Perbuatan asusila (panjingan) wajib
bagian, proatin mendapat 2/3 bagian. Di membayar 28 real jika orang yang
samping itu pembarap masih menerima bersalah belum diketahui, tetapi bila pihak
bagian 50 duit sebagai teboes Tando.52 laki-lakinya diketahui, maka dendanya 14
Biaya proses itu sendiri disesuaikan real dan memotong kambing di dusun
menurut besar kecilnya kasus. untuk tempat tinggal wanita. Selanjutnya harus
kasus besar ditetapkan sebesar F. 18 dan dinikahkan tanpa bayar bimbang. Apabila
untuk kasus kecil hanya F. 5. prianya menolak, maka harus membayar
Di daerah Seluma, bayar bangun kepada wanitanya sebesar F. 80 dan denda
ditetapkan sebesar 100 real, 100 kulak untuk kepala F.10. Apabila wanitanya
beras dan seekor kerbau yang harus bersetatus janda, maka bayarnya F.56
dibayar dalam waktu sebulan. Apabila untuk korbannya dan F.5 untuk upeti
jatuh tempo, dapat dihukum buang atau kepalanya. Di pasar jumlah bayarnya
dihukum mati. Akan tetapi biasanya akan hanya F.40 tanpa denda dari kepalanya.55
99
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
100
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
101
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
tradisional negeri sungai ini adalah dimulai oleh Raffles sejak awal bulan Mei
membirokratisasi sistem tradisional ke 1818, melalui perjalanannya ke daerah-
sistem birokrasi kolonial yang dipelopori daerah pedalaman selatan Bengkulu
oleh Sir Thomas Stamford Raffles di (Pasumah) Ulu Manna, Kaur, Lais, dan
Bengkulu (1818-1824). Raffles telah lain-lain.68
menerapkan kebijakan dengan Berdasarkan hasil perjanjian antara
memberikan pengukuhan hak pemilikan Pangeran Linggang Alam dari Sungai
wilayah kepada Pangeran Sungai Lemau, Lemau dengan Raffles pada tanggal 29
Pangeran Sungai Itam, Sultan Muko- Juni 1818, telah ditetapkan bahwa para
Muko, serta para kepala distrik di wilayah pembarap akan menerima gaji setiap
selatan seperti, Manna, Seluma dan bulannya sebesar f.8,69 juga termasuk dua
Kaur.65 wakil dari orang-orang Pasumah di distrik
Tiga orang kepala pribumi telah Manna.70 Konsekuensi dari semua
diangkat sebagai regent (bupati) dan pemberian gaji tetap oleh pemerintah
mendapat gaji tetap sebagai pengganti Inggris kepada para kepala pribumi
atas wilayah mereka yang telah dikuasai Bengkulu, adalah pengeksploitasian
oleh kompeni Inggris. Pangeran Linggang ekonomi dan sekaligus pembirokrasian
Alam, sebagai Bupati Sungai Lemau para kepala pribumi, yang membawa
dengan gaji f. 600 per bulan, ditambah f. posisi mereka sebagai agen politik
106 sebagai pengganti pelepasan haknya kolonial.
atas gelanggang adu ayam. Dengan Selanjutnya, intervensi kolonial
demikian, jumlah gajinya menjadi f. 706 Inggris jaman Walter Ewer selama lima
per bulan. Pangeran Raja Kalipa (Khalipah tahun (1800-1805) di Bengkulu, adalah
Adjah) sebagai Bupati Sungai Itam, menghapuskan gelar "pangeran" bagi para
dengan gaji f. 400 per bulan. Sultan kepala pribumi di wilayah karesidenan
Idaiatsa Khalifah Allah (Sultan Hidayat luar yang tidak memiliki bukti tercatat
Syah) sebagi Bupati Muko-Muko, dengan yang diakui sebagai pangeran.
gaji f. 600 per bulan.66 Sementara itu, Penghapusan gelar pangeran ini tentu saja
Pangeran Selebar yang tidak diangkat akan berpengaruh terhadap posisi
menjadi bupati karena wilayahnya sangat kehidupan tradisional, terutama yang
kecil, yang semula menerima tunjangan menyangkut sumber pendapatan para
dari kompeni Inggris sebesar f. 50, kepala pribumi itu.
kemudian oleh Raffles dinaikkan menjadi Sudah menjadi tradisi dalam sistem
f. 150, sebagai imbalan atas penyewaan sosial, bahwa pemberian gelar, seperti
lima dusun di wilayahnya.67 pangeran, selalu diwariskan secara turun
Tampaknya politik perangkulan temurun kepada anak keturunannya agar
yang dilakukan oleh Raffles terhadap para tetap memperoleh klaim tradisional sesuai
kepala pribumi melalui pemberian gaji dengan jabatannya. Oleh karenanya,
tetap, secara tidak langsung telah penghapusan gelar pangeran sama saja
mengikat kekuasaan tradisional mereka. dengan penghapusan jabatan, maka
Perangkulan terhadap para kepala berarti pula meniadakan atau
pribumi Bengkulu sebenarnya telah menghilangkan hak-hak tradisional
102
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
1 P.N.
Francis, Herrinneringen, hlm. 96.
van Kempen, Aardrijkskundig en 12 J. Kathirithamby-Wells, A Survey of the
Statistisch Woorden Boek van Nederlandsch-Indie,
Effects of British Influence on Indigenous
deel.1 (Amsterdam, 1861), hlm. 137.
2 Kecuali wilayah Anak Sungai (Muko-
Authority in Southwest Sumatra (1685-1824),
BKI, deel. 129, 's-Gravenhage: Martinus-
Muko) yang menggunakan istilah
Nijhoff, hlm. 241; J. Kathirithamby-Wells, The
“kesulatanan”,J. Kathirithamby-Wells, A British West Sumatran Presidency (1760-85):
Survey of the Effects of British Influence on
Problems of Early Colonial Enterprise (Kuala
Indigenous Authority in Southwest Sumatra
Lumpur: Universiti Malaya Press, 1977), hlm.
(1685-1824), BKI, deel. 129 ('s-Gravenhage:
19-21.
Martinus-Nijhoff, 1973), hlm. 240. Rusli 13 Baginda Raja Sakti atau Baginda Maha
Amran, Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang,
Raja Sakti adalah pangeran dari Pagarruyung
Jakarta: Sinar Harapan, 1982, hlm..62
3 Bahoewa Inila Asal Oesoel; H. Delais dan
(Minangkabau) yang kawin dengan Putri
Gading Cempaka (anak bungsu Ratu Agung)
J. Hassan, Tambo Bangkahoeloe. (Batavia-
yang kemudian mendirikan kerajaan Sungai
Centrum, 1933).
4 Sungai Bengkulu dan Sungai Selebar
Lemau
14 Untuk lebih jelasnya lihat pada
walaupun berhenti pada kuala, tetapi kedua
lampiran 3. Dalam Naskah Melayu, gelar
sungai ini lebih dalam dan lebih panjang.
depati baru dipakai oleh Depati Bangun Raja
Selanjutnya ke arah daratan dapat dilalui oleh
(raja yang ke sebelas).
perahu-perahu kecil. Kolonel Nahuijs, Brieven 15 Bahoewa Inila Asal Oesoel, ML. 14..
Over Benkoelen, Padang, het Rijk van 16 Ibid., Patsal. 28.
Menangkabaouw. Rhiouw, Singapoera, en Poelo 17 Menurut catatan van Ophuijsen dalam
Pinang. Breda: F.B. Hoingerus Pijpers, 1828,
Iets, Overhet ontstaan van Eenige Regentschappen
hlm.27.
5 Keith R. Legg, Tuan, Hamba, dan
in de Adsistent Residentie Benkoelen. TNI deel. XI
(S-Gravenhage : Martinus-Nijhoff, 1862), hlm.
Politisi, Terjemahan: Afan Gaffar (Jakarta:
193, disebutkan bahwa yang datang ke Banten
Sinar Harapan, 1983), hlm. 12-20. Bandingkan
adalah Depati Bangun Negara.
dengan, James C. Scott, Perlawanan Kaum Tani. 18 Pangeran Raja Muda dipanggil oleh
Terjemahan: Budi Kusworo dkk (Jakarta:
Benjamin Bloome (Kepala Kompeni Inggris di
Yayasan Obor Indonesia, 1993), hlm. 7-23.
Bengkulu periode 1685-1690) sebagai Patte
Sittea Raja Muddo The Young King. P.Wink
103
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
Natives of that Part of the Coast of Sumatra 36 A Short Sketch Customs of the Native
Immediately Dependent on the Settlement of Fort Chief and People when Visited at the Southern
Marlborough and Practised in the Court of that Districts at Anna, Cauer, and Croe, 1829. By E.
Presidency, Afschrift door E. Francis, 1829 (Arsip Francis (Arsip Nasional RI, B:6/9).; P. Wink, De
Nasional B:6/4). Ontwikkeling der Inheemche Rechtspraak in het
22Bahoewa Inila Asal, patsal.30; H. Delais Gewest Benkoelen. TBG, deel. LXIX (Batavia:
dan J. Hassan, hlm. 59-60; Firdaus Burhan, Albrecht & Co, 1921), hlm. 23.
Bengkulu Dalam Sejarah. (Jakarta : Yayasan 37 J.R. Abegg, Kort Overzigt, hlm. 291-
Palembang door E.A. Francis, Ast. Resst. 42 J.R. Abegg, Kort Overzigt, hlm. 309
dikenal dengan nama Pangeran Djenggaloe 53 Ibid. hlm. 292. Lihat pula, P.Wink. De
Gemengd. ('s-Gravenhage: Martinus-Nijhoff, Wink, para dewan di Manna terdiri dari para
1923), hlm. 313. pangeran, pemangku, dan pembarap. (P.
29 Petikan dari Instruksi Sultan Banten. Wink.)
30 Petikan surat perjanjian diong Mabiela 58 Ibid., hlm. 303.
Jusoff Hasim, Raden Anom Zainal Abidin : A 62 Ibid. Apabila terjadi penolakan
Nineteenth Century Court Writer of Muko-Muko tuduhan, maka keduanya akan dibebani
(Benkoelen), Archipel. 24 (Boulevar: Raspail, denda lagi.
1982), hlm. 143-144; J.W.J. Wellan, Verkiezing 63 Ibid., hlm. 311. Biasanya para kepala
van een Toenakoe van Mokko-Mokko in 1822. KT, pribumi bawahan yang anggota
11 Jaargang. (Batavia: 1922), hlm. 699. masyarakatnya terkena kasus, akan mendapat
32 J.W.J. Wellan, Ibid.
komisi sebesar 10%
104
Agus Setiyanto
Adaptasi Budaya antar Etnis dan Budaya Hegemonik di Lingkungan Sivitas Akademika
64 M.C.C.E. Le Rutte, Moko-Moko, BVNI. A Short Sketch Customs of the Native Chief and
('s-Gravenhage : Gebroeders Belinfate, 1870), People when Visited at the Southern
hlm. 9-10. Districts at Manna, Cauer, and Croe,
65 Ibid. 1829. By E. Francis (Arsip Nasional RI,
66E.A. Francis, Herinneringen uit den B:6/9).
Levensloop van een Indisch' Ambteaar van 1815 Balandier, Georges. 1986, Antropologi Politik.
tot 1851. (Batavia: H.M. van Dorp, 1856), hlm. Terj.Y. Budisantoso. (Jakarta : Rajawali
89-91; E.A. Francis, Benkoelen in 1833. TNI, 4e Pers.
Jaargang, 1e deel. (Batavia: Ter-Lands- Bastin, John, 1965.The British in West Sumatra
Drukkerij, 1842), hlm. 426-428. (1685-1825). Kuala Lumpur: University
67 Rekest van Radja Bangsawan,Tanggal 28, Press.
1828. (Arsip Nasional B: 5/7) __________, 1990, Native Policies of Sir Stamford
68 Sophia T.S. Raffles, Memoir of the Life Raffles in Java and Sumatra, and
and Public Services of Sir Thomas Stamford Economic Interpretation. London:
Raffles, FRS & c.&c., Particulary in the Oxford at the Clarendon Press, LP3ES.
Governement of Java, 1811-1816, Bencoolen and its Burhan, Firdaus. 1988, Bengkulu Dalam Sejarah.
Dependencies, 1817-1824: with Details of the (Jakarta : Yayasan Pengembangan Seni
Commerce and Resources of the Eastern Budaya Nasional Indonesia.
Archipelago and Selections from his Francis, E.A. 8 - 22 Nov 1829, Copie Dagverhal
Correspondence. A. New Edition, in Two van eene reis naar Palembang door E.A.
volumes. London: James Duncan, 37, Francis, Ast. Resst. Bencoelen, Arsip
Paternoster-Row, hlm. 321-338; John Bastin, Nasional RI No B: 6.
The British in West Sumatra (1685-1825). Kuala ______________. 1856, Herinneringen uit den
Lumpur: University Press. 1965, hlm. 166-169; Levensloop van een Indisch' Ambteaar van 1815
John Bastin, Native Policies of Sir Stamford tot 1851. (Batavia: H.M. van Dorp.
Raffles in Java and Sumatra, and Economic ______________. 1842, Benkoelen in 1833. TNI,
Interpretation. London: Oxford at the 4e Jaargang, 1e deel. (Batavia: Ter-Lands-
Clarendon Press, LP3ES, 1990, hlm. 90-93. Drukkerij.
69 John Bastin, The British, hlm. 91-93; J. Hassan, J & Delais, H. 1933, Tambo
Kathirithamby-Wells, A Survey, hlm. 263. Bangkahoeloe, Batavia-Centrum.
70 H. Visser, Iets over het Landschap de Helfrich, O.L.1923, De Adel van Bengkoelen en
Pasemah Oeloe Manna, en zijne Tijdelijk Djambi (1892-1901). AB. Deel.XXII.
Onderwerping door Sir Thomas Stamford Raffles. Gemengd, 's-Gravenhage: Martinus-
TBG, deel. XXVIII. (Batavia: W. Bruining & Co, Nijhoff.
1883), hlm. 314-316. Legg, Keith R. 1983. Tuan, Hamba, dan Politisi,
Abegg, J.R. 1862, Kort Overzigt van de Inrigting Terj.Afan Gaffar , Jakarta: Sinar Harapan.
des Binnenlandschen Bestuurs, en van de Le Rutte, M.C.C.E. 1870, Moko-Moko, BVNI. 's-
Wetten, Gewoonten en Instellingen in de Gravenhage : Gebroeders Belinfate.
Afdeeling Ommelanden van benkoelen. Naskah Melayu. 1859, Bahoewa Inila Asal
BKI, deel. 4 , Batavia: G.Kholff & Co. Oesoel.. ML 148, Colectie
A Commentative Digest of the Laws of the Natives Handschriften. Museum Nasional,
of that Part of the Coast of Sumatra Jakarta.
Immediately Dependent on the Settlement Ophuijsen, van, 1862, Iets, Overhet ontstaan van
of Fort Marlborough and Practised in the Eenige Regentschappen in de Adsistent
Court of that Presidency, Afschrift door E. Residentie Benkoelen. TNI deel. XI , ‘s-
Francis, 1829. Arsip Nasional RI no: Gravenhage : Martinus-Nijhoff.
B:6/4. Sophia, T.S Raffles, 1935. Memoir of the Life and
Adatrechtbundels VI (Sumatra). 's-Gravenhage: Public Services of Sir Thomas Stamford
Martinus-Nijhoff, 1913. Raffles, FRS & c.&c., Particulary in the
Adrian, Charles F. 1992, Kehidupan Politik dan Governement of Java, 1811-1816,
Perubahan Sosial. Terj. Loqman Bencoolen and its Dependencies, 1817-
Hakim,Yogyakarta : Tiara Wacana. 1824: with Details of the Commerce and
Resources of the Eastern Archipelago and
105
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2017
106