Polemik Distribusi Solar Bersubsidi

(Pembukaan) Di era mobilisasi saat ini, kebutuhan bahan bakar minyak tak kalah pentingnya dengan
kebutuhan pokok. Sama halnya dengan solar bersubsidi yang digunakan para nelayan untuk melaut dan
supir truk untuk memasok dan mendistribusikan barang. Bayangkan jika distribusi solar tersebut
terhambat tentu akan membawa dampak yang cukup besar terhadap aktivitas kita sehari-hari seperti
berkurangnya stok ikan di pasaran atau terganggunya stok bahan-bahan pokok karena distributor
mengalami kendala dalam pengangkutan barang. Di Kantor Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalimantan
Selatan laporan terkait substansi energi dan kelistrikan sejak awal Tahun 2022 sudah terdapat sebanyak
28 laporan, diantaranya adalah permasalahan terkait distribusi solar bersubsidi.

(Permasalahan) Berdasarkan laporan-laporan tersebut permasalahan terkait pendistribusian solar

bersubsidi adalah masalah yang sering dikeluhkan oleh perlapor. Sekiranya ada tiga dugaan
maladministrasi yang di laporkan masyarakat ke Kantor Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalimantan
Selatan.

 Keluhan tidak memberikan pelayanan sehingga mengakibatkan lemahnya pengawasan dari

instansi terkait. Lemahnya pengawasan mengakibatkan pendistribusian solar bersubsidi tidak
tepat sasaran, sehingga penerima solar bersubsidi adalah oknum-oknum yang nantinya akan
diperjual belikan kembali (pelangsir) dengan harga yang relatif tinggi bahkan hampir menyentuh
tiga kali lipat dari harga aslinya. Berdasarkan pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh
Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalimantan Selatan harga yang dijual pelangsir hampir
menyentuh angka Rp. 15.000-, dari harga aslinya Rp. 5.150-, hal tersebut bagi nelayan dan supir
truk sangat memberatkan karena akan sangat menganggu kegiatan operasional mereka.
 Adanya dugaan penyimpangan prosedur
 Adanya indikasi konflik kepentingan menjadi faktor penyebab pendistribusian solar bersubsidi
kerapkali tidak tepat sasaran. Adanya keinginan dari segelintir kelompok untuk dapat meraup
keuntungan