Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Wahyu Nugroho

NIM : 142111233015

Kelas : D-THP

PROSES PERPINDAHAN PANAS PADA PENGOLAHAN IKAN PINDANG

Ikan pindang adalah produk olahan perikanan laut yang populer di Indonesia, terutama
setelah ikan asap dan ikan asin. Keunggulan ikan pindang terletak pada rasa lezatnya yang
tidak terlalu asin. Proses pemindangan adalah metode pengawetan ikan dengan pemanasan
pada suhu tinggi sekitar 100°C selama 2-3 jam untuk menghilangkan mikroorganisme yang
dapat merusak kualitas dan daya tahan ikan. Ikan yang telah mengalami proses pemindangan
memiliki daya simpan lebih lama yaitu sekitar 3-4 hari (Fadhli, dkk., 2020).

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembuatan ikan pindang.
Garam adalah substansi yang utamanya terdiri dari natrium klorida (NaCl). Terdapat tiga
metode yang digunakan untuk memperoleh garam, yaitu dengan menguapkan air laut
menggunakan sinar matahari, mengambil garam dari batuan garam (rock salt), atau
mendapatkan garam melalui sumur air garam (brine). Biasanya, garam mengandung lebih dari
95% NaCl. Di Indonesia, produksi garam umumnya dilakukan dengan cara menguapkan air
laut dengan bantuan sinar matahari (Agustina, dkk., 2013).

Pembuatan ikan pindang melibatkan beberapa tahap yang dimulai dengan persiapan
bahan baku. Ikan pertama-tama harus dibersihkan, kemudian disusun rapi di dalam besek.
Setelah itu, garam disiapkan dan dilarutkan dalam panci, lalu dipanaskan hingga mendidih.
Selanjutnya, besek yang berisi ikan dimasukkan ke dalam panci yang berisi larutan garam dan
direbus selama 15-30 menit. Setelah itu, besek dengan ikan diangkat dan ditiriskan. Tahap
terakhir ikan didinginkan dan disiram dengan air bersih (Junianigsih, 2015).

Panas, seperti yang sudah diketahui, dapat berpindah dari tempat yang memiliki suhu
lebih tinggi ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah. Hukum perpindahan panas berlaku
karena panas dapat mengalir, dan dalam kalorimeter, panas dapat berpindah melalui pertukaran
panas dengan lingkungan eksternal. Oleh karena itu, ketika panas ditambahkan atau
dihilangkan, tidak hanya memengaruhi suhu atau keadaan zat di lokasi tertentu, melainkan
panas juga dapat merambat ke atau dari bagian lain benda atau lokasi lain. Fenomena ini
dikenal sebagai perpindahan panas (Zulfadli dan yusuf, 2020). Proses perpindahan panas
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

1. Konduksi
Konduksi adalah fenomena perpindahan panas yang terjadi ketika panas mengalir dari
suatu area yang memiliki suhu lebih tinggi ke area dengan suhu lebih rendah dalam satu
medium, yang bisa berupa padatan, cairan atau gas, atau antara berbagai medium yang
bersentuhan secara langsung (Irawati, dkk., 2019).
2. Konveksi
Konveksi adalah metode transfer panas yang terjadi ketika fluida (bisa berupa cairan
atau gas) mengalir di sekitar permukaan yang memiliki perbedaan suhu, menyebabkan
perpindahan energi panas (Zulfadli dan yusuf, 2020).
3. Radiasi
Radiasi adalah cara panas disalurkan dari suatu benda yang memiliki suhu tinggi ke
benda lain yang memiliki suhu yang lebih rendah tanpa melalui perantara, bahkan jika
kedua benda tersebut terpisah dalam ruang hampa (Santi, dkk., 2023).

Proses perpindahan panas dalam tahap perebusan terjadi mulai dari perpindahan panas
secara radiasi, yaitu panas yang dari api kompor berpindah secara langsung menuju panci yang
digunakan untuk perebusan. Selanjutnya terjadi proses perpindahan panas secara konduksi,
yaitu panas yang berasal dari api kompor menuju ke air perebusan dengan menggunakan
perantara panas berupa panci. Proses perpindahan panas yang terakhir yaitu perpindahan panas
secara konveksi, dimana energi panas dari api kompor menuju ikan yang direbus dengan
perantara air dengan suhu 100oC.
DAFTAR PUSTAKA

Fadhli, M. L., Romadhon, R., & Sumardianto, S. (2020). Karakteristik Sensori Pindang Ikan
Kembung (Rastrelliger Sp.) dengan Penambahan Garam Bledug Kuwu. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Perikanan, 2(1), 1-9.

Agustina Leokristi, R., Citra, M. T., & Danny, S. (2013). Rekristalisasi garam rakyat dari
daerah Demak untuk mencapai SNI garam industri. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 2(4), 217-225.

Junianingsih, I. (2015). Uji Kualitas Mutu Pindang Cue-Besek Ikan Layang (Decapterus sp.)
di Desa Jangkar Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Perikanan, 6(2), 91-98.

Zulfadli, T., & Yusuf, M. (2020). Kaji Efisiensi Pemanfaatan Energi bahan bakar untuk kasus
perebusan air. Jurnal Ilmiah Teknik Unida, 1(1), 25-35.

Irawati, E., Huda, C., & Kurniawan, W. (2019, November). Pengembangan Alat Peraga
Perpindahan Kalor secara Konduksi, Konveksi, dan Radiasi dalam Satu Set Alat
berbasis Digital. In Prosiding Seminar Nasional Lontar Physics Forum (pp. 86-91).

Santi, D., Yuliati, S., & Meidinariasty, A. (2023). Analisis Laju Perpindahan Panas Pada Alat
Tray Dryer Tenaga Surya dalam Proses Pengeringan Ikan Asin. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 7(3), 21537-21543.

Anda mungkin juga menyukai