Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB 1 Konsep Dasar Perpajakan ................................................................................. 1


A. Mengenali Pajak............................................................................................ 2
B. Fungsi Pajak ................................................................................................. 3
C. Kedudukan Hukum Pajak ............................................................................. 5
D. Jenis-Jenis Pajak ........................................................................................... 6
E. Tata Cara Pemungutan Pajak ....................................................................... 8
Pelatihan atau Tugas.......................................................................................... 12
Rangkuman........................................................................................................ 12
Uji Kompetensi ................................................................................................. 13

BAB 2 Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).....................................


A. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak...............................................................
B. Nomor Pokok Wajib Pajak ...........................................................................
C. Tata Cara Memperoleh NPWP .................................................................
Pelatihan atau Tugas..........................................................................................
Rangkuman........................................................................................................
Uji Kompetensi .................................................................................................

BAB 3 Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ....................................................


A. Pengusaha Kena Pajak ..................................................................................
B. Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ................................................
C. Permohonan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ...........................
D. Membuat Surat Permohonan NPPKP ...........................................................
Pelatihan atau tugas............................................................................................
Rangkuman........................................................................................................
Uji Kompetensi .................................................................................................

dan seterusnya (menyesuaikan isi materi)

PRAKATA
Sungguh sebuah kebahagiaan dan rasa syukur yang mendalam bagi penulis karena dapat
menyelesaikan buku ini. Buku ini ditulis sebagai salah satu sumber belajar siswa SMK/MAK
Kelas XI untuk mempelajari dan memperdalam materi Administrasi Pajak.
Buku Administrasi Pajak ini disajikan dalam sepuluh bab, sebagai berikut:
BAB 1 : Konsep Dasar Perpajakan
BAB 2 : Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
BAB 3 : Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
BAB 4 : Bentuk-Bentuk Dokumen Pajak
BAB 5 : Pembuatan SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
BAB 6 : Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)
BAB 7 : Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang
BAB 8 : Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Badan
BAB 9 : Data Lampiran Khusus: 8a-1/8a-2/8a-3/8a-4/8a-5/8a-6/8a-7/8a-8
BAB 10 : Data Lampiran Khusus Nomor 1A
Setiap bab dalam buku ini dilengkapi dengan Kompetensi Dasar dan Tujuan
Pembelajaran yang telah disesuaikan dengan Revisi K-13. Pembahasan materi disajikan
dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, dari pembahasan umum ke pembahasan secara
khusus. Untuk menunjang pembelajaran yang aktual, buku ini sudah menerapkan STEM
(Science, Technology, Engineering, dan Mathematics) serta soal-soal evaluasi berbasis HOTS.
Semoga buku Administrasi Pajak SMK/MAK Kelas XI ini bermanfaat bagi siswa dan
seluruh pembaca dalam memperoleh pengetahuan. Penulis menerima saran dan kritik yang
membangun. Selamat belajar, semoga sukses!

Penulis

BAB 1
KONSEP DASAR PERPAJAKAN

KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami jenis-jenis pajak dan ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
4.1 Mengelompokkan jenis-jenis pajak dan tata cara Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan pengertian pajak.
2. Menjelaskan fungsi pajak.
3. Menjelaskan kedudukan hukum pajak.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis pajak.
5. Menjelaskan ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
6. Mengidentifikasi tarif pajak.

Pajak merupakan pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran. Pajak


digunakan sebagai instrumen untuk menarik dana dari masyarakat ke kas negara sebagai
anggaran, digunakan untuk membiayai jalannya pajak, dan pungutan pengeluaran rutin
pemerintah.
Apakah pajak dan pungutan pajak lainnya? Apakah fungsi dan bagaimana tata cara
pemungutan pajak? Dalam bab ini akan dibahas definisi pajak, fungsi pajak, jenis-jenis pajak,
dan tata cara pemungutan pajak.

A. MENGENALI PAJAK
Transaksi Pembayaran Pajak
Sumber: Aryo Mahendro/jawapos.com-pajak

Sejak pajak diperhitungkan sebagai salah satu pemasukan paling penting bagi sebuah
negara, banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang pengertian pajak. Berikut
ini disajikan sejumlah pendapat para ahli mengenai definisi pajak.
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Perpajakan
Menurut undang-undang tersebut bahwa pengertian pajak adalah sebuah konstribusi
wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang ataupun badan yang memiliki sifat
memaksa, tetapi tetap berdasarkan dengan Undang-Undang dan tidak mendapat imbalan
secara langsung serta digunakan guna kebutuhan negara dan kemakmuran rakyat.
2. Prof. Dr. MJH. Smeeths
Pajak merupakan sebuah prestasi yang dicapai oleh pemerintah yang terhutang dengan
melalui berbagai norma serta dapat untuk dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi dari
masing-masing individual. Maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.
Pajak merupakan iuran atau pungutan rakyat kepada pemerintah dengan berdasarkan
Undang-Undang yang berlaku atau peralihan kekayaan dari sektor swasta kepada sektor
publik yang dapat untuk dipaksakan serta yang langsung ditunjuk dan dipakai untuk
membiayai kebutuhan negara.
4. Prof. Dr. PJA Andriani
Pajak adalah iuran atau pungutan masyarakat kepada negara yang dapat untuk
dipaksakan serta akan terhutang bagi yang wajib membayarnya yang sesuai dengan
peraturan Undang-Undang dengan tidak dapat memperoleh imbalan yang langsung bisa
ditunjuk dan dipakai dalam pembiayaan yang diperlukan negara.
5. Dr. Soeparman Soemahamidjaya
Pajak adalah iuran wajib bagi warga atau masyarakat, baik itu dapat berupa uang
ataupun barang yang dipungut oleh penguasa dengan menurut berbagai norma hukum yang
berlaku untuk menutup biaya produksi barang dan juga jasa guna meraih kesejahteraan
masyarakat.
6. Anderson Herschel M, dkk
Pajak merupakan suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah serta
tidak merupakan akibat dari pelanggaran yang diperbuat, tetapi suatu kewajiban dengan
berdasarkan ketentuan yang berlaku tanpa imbalan serta dilakukan guna mempermudah
pemerintah dalam menjalankan tugas.
7. Cort Vander Linden
Cort Vander Linden berpendapat, bahwa pengertian pajak merupakan sumbangan pada
keuangan umum negara yang tidak bergantung pada jasa khusus dari seorang penguasa.
8. Prof. Edwin.R.A. Seligman
Pajak merupakan iuran atau pungutan yang memiliki sifat memaksa kepada pemerintah
guna biaya segala pengeluaran yang ada hubungannya dengan masyarakat serta tanpa
ditunjuk dan tidak ada keuntungan khusus yang dapat diperoleh.
9. Mr. Dr. N.J. Fieldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
10. Leroy Beaulieu
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk untuk menutup belanja pemerintah.

B. FUNGSI PAJAK
Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan.
Pajak mempunyai beberapa fungsi, sebagaimana dikutip Mardiasmo (2004), yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber keuangan negara yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan sarana
dan prasarana ekonomi, sosial, dan budaya. Apabila masih terdapat sisa dana yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, sisa dana tersebut dapat disimpan sebagai
tabungan pemerintah.
Contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi mengatur (regulerend)
Fungsi mengatur berarti pajak dijadikan alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu, baik dalam bidang ekonomi moneter, sosial, kultural, maupun dalam bidang
politik.
Contoh fungsi mengatur antara lain:
a. Proteksi terhadap barang produksi dalam negeri dengan dikenakan PPN Impor untuk
belanja impor barang.
b. Sebagai sarana untuk mendorong ekspor dengan cara mengenakan pajak 0% untuk
ekspor barang.
c. Minuman keras dikenakan pajak yang tinggi, sehingga konsumsi minuman keras dapat
ditekan.
d. Barang mewah dikenakan PPnBM yang tinggi untuk mengurangi konsumsi.
3. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berkaitan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Contoh: Terdapat berbagai macam tarif yang dikenakan kepada Wajib Pajak. Dengan tarif
progresif maka Wajib Pajak yang memiliki pendapatan lebih besar akan dikenakan pajak
yang lebih besar pula. Peranan pajak sebagai alat pemerataan sangat penting untuk
menegakkan keadilan sosial.
5. Legalitas Pemerintahan (representation)
Pemerintah membebani pajak atas warga negara dan warga negara meminta
akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan (pengenaan pajak tidak
diputuskan secara sepihak oleh penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan
rakyat melalui perwakilan di parlemen.

C. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK


Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
dengan Wajib Pajak. Hukum Pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur
hubungan antara penguasa sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai Wajib Pajak. Menurut
Santoso Brotodihardjo, yang termasuk dalam hukum publik ini, antara lain hukum tata negara,
hukum pidana dan hukum administratif, sedangkan hukum pajak merupakan anak bagian dari
hukum administrasi. Menurut Dr. P. J. A. Andriani Pajak adalah iuran atau pungutan
masyarakat kepada negara yang dapat untuk dipaksakan serta akan terhutang bagi yang wajib
membayarnya yang sesuai dengan peraturan Undang-Undang dengan tidak dapat memperoleh
imbalan yang langsung bisa ditunjuk dan dipakai dalam pembiayaan yang diperlukan negara.
1. Hukum Pajak Formal
Hukum pajak formal mengatur cara untuk mewujudkan hukum material menjadi suatu
kenyataan, memuat norma tentang tata cara penetapan pajak, kewajiban menyelenggarakan
pembukuan, hak dan kewajiban Wajib Pajak, hak dan kewajiban Fiskus, tata cara
pemungutan pajak.
2. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, besarnya pajak dan sanksi
pajak, memuat norma tentang objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dan sanksi.
Utang pajak timbul karena ada undang-undang pajak dan adanya perbuatan, keadaan,
dan peristiwa (tatbestand). Utang pajak timbul tanpa harus menunggu adanya Surat
Ketetapan Pajak dan fiskus. Wajib pajak yang mendaftar sendiri, menghitung sendiri,
membayar sendiri, dan melaporkan sendiri jumlah yang terutang tanpa menunggu Direktur
Jendral Pajak mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (SPT) atau Surat Ketetapan Pajak.
3. Berakhirnya Hutang Pajak
a. Pelunasan/pembayaran: melalui kas negara, bank presepsi, kantor pos.
b. Kompensasi jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak mempunyai kelebihan pembayaran
pajak, sedangkan jenis pajak lain mengalami kekurangan.
c. Pembebasan hutang, berakhirnya hutang pajak tanpa persetujuan Wajib Pajak (biasanya
diberikan terhadap sanksi administratif).
d. Penghapusan hutang Wajib Pajak, hutang pajak berakhir dengan cara dihapuskan jika
Wajib Pajak menghadapi kebangkrutan, kedaluwarsa atau lewat waktu.
e. Penundaan penagihan. Penagihan ditunda dalam jangka waktu tertentu, jika Wajib Pajak
ternyata mampu, akan ditagih, jika kemudian tidak mampu akan dihapus.
4. Perlawanan Terhadap Pajak
Perlawanan pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya pemungutan
pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Perlawanan Pasif
Perlawanan pajak yang berkaitan erat dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat
karena kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: masyarakat yang
menyimpan uang di rumah atau dibelikan emas karena belum terbiasa dengan
perbankan.
b. Perlawanan Aktif
Serangkaian usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar, meliputi:
1) Perlawanan pajak dengan cara penghindaran pajak (tax avoidance), yaitu suatu
usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
ketentuan di bidang perpajakan secara optimal.
2) Perlawanan pajak secara aktif dengan cara penggelapan pajak (tax evasion), yaitu
pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan, contoh
memberi data palsu atau menyembunyikan data.

D. JENIS-JENIS PAJAK
Pajak merupakan hak dan kewajiban warga negara. Di mana seseorang bisa
memperoleh penghasilan sebanyak banyaknya namun tetap menyerahkan sebagian penghasilan
tersebut kepada negara. Sebagian penghasilan tersebut selanjutnya digunakan oleh negara demi
kesejahteraan bersama. Secara umum terdapat dua tipe pajak di Indonesia, yang membedakan
adalah lembaga pengelolanya. Berikut jenis-jenis pajak yang ada di Indonesia.
1. Berdasarkan Lembaga Pemungutan
a. Pajak Pusat
Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Pengelolanya adalah Direktorat
Jendral Pajak dan Direktorat Jendral Bea Cukai. Jenis pajak yang dipungut antara lain
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn BM, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Mulai tahun
2011 untuk PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah.
b. Pajak Daerah
Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerah.

2. Berdasarkan Cara Pemungutan


a. Pajak Langsung
Pajak langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan
dan tidak dilimpahkan kepada orang lain (secara ekonomis) dan dipungut secara
berulang pada waktu tertentu, misalnya setiap bulan atau tahun (berkala). Contoh: PPh
dan PBB.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pemungutannya tidak didaftar berdasarkan nomor
kohir, tetapi jika ada peristiwa, perbuatan tertentu, pembayaran pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya pada orang lain. Contoh: PPN, PPnBM, Bea Cukai dan
Bea Meterai

3. Berdasarkan Sifat Pemungutan


a. Pajak Subyektif
Pajak subyektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan Wajib
Pajak. Penentuan pajak harus disertai alasan objektif yang berhubungan erat dengan
keadaan materialnya yaitu daya pikul. Penerapan di Indonesia dapat dilihat dalam
pengenaan Pajak Penghasilan orang pribadi (PPh) Pasal 21, sebelum dikenakan pajak
terlebih dahulu penghasilan netto dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
b. Pajak Objektif
Pajak objektif yaitu pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan objeknya
(benda, keadaan, perbuatan, peristiwa) yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, kemudian ditetapkan subjeknya. Contoh: PPN, PPnBM
Pajak Pusat
Lembaga Pemungutan
Pajak Daerah

Pajak Langsung

Jenis Pajak Cara Pemungutan


Pajak Tidak
Langsung

Pajak Subjektif
Sifat Pemungutan
Pajak Objektif

E. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


Berbicara mengenai tata cara pemungutan pajak, maka kita akan mempalajari cara
pemungutan pajak, sistem pemungutan pajak dan syarat pemungutan pajak yang dapat kita
bahas secara sederhana.
1. Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak sebagaimana dikutip Mardiasmo (2004) dapat dilakukan berdasarkan
pengenaan berikut.
a. Pengenaan di belakang/stelsel nyata (riil stelsel)
Penganaan pajak berdasarkan objek (penghasilan) yang nyata, yang benar-benar ada.
Sehingga pemungutan dilakukan pada akhir tahun setelah penghasilan sesungguhnya
telah diketahui. Contoh: Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan sesungguhnya yang
diperoleh dalam tahun baru diketahui pada akhir tahun sehingga pengenaan pajaknya
baru dapat dilakukan pada akhir tahun tersebut.
Kebaikannya adalah pajak yang dikenakannya lebih realistik. Adapaun
kelemahannya adalah pajak baru dikenakan pada akhir periode setelah penghasilan real
diketahui.
b. Pengenaan dikenakan di depan/stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak berdasarkan anggapan yang diatur undang-undang. Misalnya,
penghasilan satu tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya, sehingga
besarnya pajak terutang dapat ditetapkan untuk tahun pajak berjalan.
Kebaikannya, antara lain pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus
menunggu sampai akhir tahun. Adapun kelemahannya pajak tidak berdasarkan keadaan
sesungguhnya. Dengan demikian, besarnya pajak yang dipungut belum tentu sesuai
dengan besar pajak yang sesungguhnya.
c. Pengenaan campuran/stelsel campuran
Pengenaan ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan,
pengenaan pajak pada awal tahun dapat dihitung berdasarkan anggapan dan pada akhir
tahun besarnya disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Kebaikannya adalah pemungutan pajak dapat dilakukan pada awal tahun. Selain itu,
besarnya pajak sesuai dengan jumlah pajak yang sesungguhnya. Adapun kelemahannya
ada tambahan pekerjaan administrasi karena pajak dihitung dua kali yaitu pada awal
tahun dan akhir tahun.
2. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak adalah sebuah cara yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak seseorang yang harus dibayar kepada negara yang ditempatinya. Pada
dasarnya terdapat tiga sistem atau cara yang dipergunakan untuk menentukan siapa yang
menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh seseorang yaitu sistem
pemungutan pajak official assessment system, self assessment system, dan with holding
system.
a. Official Assessment System
Official assessment system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
wewenangnya untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak
terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak tersebut. Wajib Pajak bersifat pasif,
tahapan-tahapan dalam menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang
ditetapkan oleh fiskus yang tertuang dalam SKP. Wajib Pajak aktif ketika melakukan
penyetoran pajak terutang berdasarkan ketetapan SKP.
Sistem ini juga diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB), di
mana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang
terutang setiap tahun. Jadi, wajib pajak tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup
membayar PBB tersebut berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan oleh KPP di mana tempat objek pajak tersebut terdaftar.
Indonesia pernah menggunakan sistem ini pada kurun waktu awal kemerdekaan
dengan mengadopsi atau tetap memberlakukan beberapa peraturan perpajakan buatan
Belanda hingga Pajak Orang Lain yang oleh sebagian ahli disebut sebagai Semi Self
Assesment System diberlakukan.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai berikut:
1) Pajak terhutang dihitung oleh petugas pajak.
2) Wajib pajak bersifat pasif dalam menghitung pajaknya.
3) Hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terhutang dengan
diterbitkannya surat ketetapan pajak.
b. Self Assessment System
Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan pajak di mana
wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
terletak pada pihak wajib pajak yang bersangkutan. Sistem ini mulai diaplikasikan
bersamaan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 setelah terbitnya UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 Januari
1984.
Dalam sistem ini wajib pajak sifat aktif untuk menghitung, menyetor serta
melaporkan pajaknya sendiri kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus
hanya memberi penerangan atau sebagai pengawas pajak tersebut. Sistem ini diterapkan
dalam penyampaian SPT Tahunan PPh dan SPT Masa PPN. Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk melaksanakan gotong-royong nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang. Wajib Pajak harus
melaporkan secara teratur pajak yang terutang dan yang telah dibayar, aparat perpajakan
berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban perpajakan.
Ciri-ciri self assessment system adalah sebagai berikut:
1) Wewenang dalam menentukan besarnya pajak terhutang ada di tangan wajib pajak
itu sendiri.
2) Wajib Pajak aktif dalam menjalankan kewajiban pajaknya, mulai dari menghitung
pajak sendiri, menyetor pajaknya, dan melaporkan pajak terhutangnya.
3) Dalam sistem self assesment, pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan
pajak setiap saat kecuali adanya kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pajak
terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau terdapat pajak yang
seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar.
c. With Holding System
With holding system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang menyatakan
bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (bukan wajib pajak dan
juga bukan aparat pajak/fiskus). Jenis sistem ini merupakan jenis yang adil bagi
masyarakatnya. Sistem ini tercermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan
dan Pajak Pertambahan Nilai.
Keunggulan dari with holding system ini adalah wajib pajak yang bersangkutan tidak
perlu lagi repot-repot menghitung dan menyetorkan pajaknya karena pekerjaan tersebut
sudah dijalankan oleh pihak ketiga.
Kelemahannya adalah uang pajak yang telah dipungut oleh pihak ketiga memiliki
resiko tidak disetorkan. Pihak ketiga tersebut bisa saja menggunakan uang pajak yang
dipungutnya untuk hal lain.
3. Syarat Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun, bila terlalu rendah, pembangunan tidak
akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai hambatan dan
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu:
a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)
Seperti halnya produk hukum yang lain, maka hukum pajak pun mempunyai tujuan
untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Pemungutan pajak harus adil
sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-undang. Pelaksanaan
pemungutan juga harus adil, yakni dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding
dengan kemampuannya untuk membayar pajak tersebut serta sesuai dengan manfaat
yang diterimanya.
Contoh pelaksanaannya:
1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para Wajib Pajak.
2) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai Wajib
Pajak.
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran.
b. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU (Syarat Yuridis)
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang karena bersifat dapat
dipaksakan. Hak dan kewajiban Wajib Pajak maupun petugas pajak diatur di dalam
syarat ini. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-
Undang No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang tidak puas untuk mengajukan
keberatan dan banding. Undang-undang memberikan jaminan hukum untuk menyatakan
keadilan baik bagi negara maupun warganya.
c. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa supaya jangan sampai
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat
lajunya usaha masyarakat pemasok termasuk kecil dan menengah.
Pemungutan pajak harus bisa menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan tidak
boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan agar tidak
menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang harus dibayarkan lebih rendah dibandingkan
biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan
mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari
segi waktu.
Pemungutan pajak harus efisien, sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan
harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil penghasilannya.
e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan
pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban
pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi para
wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika
sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
Pemungutan harus sederhana agar memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Contoh:
1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.
3) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi).

PELATIHAN ATAU TUGAS


Nayla merupakan pengusaha muda yang bergerak di bidang jasa. Nayla merupakan
seorang yang taat membayar pajak. Setiap tahun Nayla rutin membayar pajak yang menjadi
kewajibannya. Penyetoran pembayaran pajak dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak yang
berada di daerahnya. Meskipun tidak merasakan secara langsung hasil dari pembayaran pajak,
namun Nayla dapat merasakan pembangunan yang semakin baik di daerah tempat tinggalnya.
Apabila sumber penerimaan pajak dikelola dengan baik, tentu pembangunan yang
dilakukan juga semakin baik. Dengan demikian siapakah yang mengelola pajak di Indonesia?
Jelaskan pendapat Anda!

RANGKUMAN
1. Pajak adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara untuk sebesar besarnya kamakmuran rakyat.
2. Fungsi pajak yang dipungut oleh negara, antara lain:
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
b. Fungsi Mengatur (regularend)
c. Fungsi Pemerataan Pendapatan (redistribution)
d. Legalitas Pemerintahan (representation)
e. Fungsi Stabilitas
3. Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah dan
Wajib Pajak, terdiri atas Hukum Pajak Formal dan Hukum Pajak Material.
4. Berbagai jenis pajak, antara lain:
a. Berdasarkan wewenang (lembaga) pemungutan
b. Berdasarkan pihak yang menanggungnya
c. Berdasarkan sifat penarikannya
5. Cara pemungutan pajak, yaitu:
a. Stesel nyata (Riil Stelsel)
b. Stelsel Anggaran (Fitive Stelsel)
c. Stelsel Campuran
6. Sistem pemungutan pajak, antara lain:
a. Official Assessment System
b. Self assessment system
c. With holding system
7. Syarat Pemungutan Pajak
a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan).
b. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU (Syarat Yuridis)
c. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
UJI KOMPETENSI
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada pengusaha (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Pengertian pajak tersebut
dikemukakan oleh...
a. Prof. Dr. M. J. H. Smeets
b. Mr. Dr. NJ. Fieldmann
c. Prof. Dr. P. J. A. Adriani
d. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
e. Prof. Edwin R. A. Seligman
2. Orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan disebut...
a. Wajib pajak
b. Pengusaha kena pajak terdaftar
c. Pengusaha kena pajak
d. Petugas pajak
e. Penanggung jawab
3. Pajak yang digunakan untuk menjalankan kebijakan dengan cara mengatur peredaran uang
di masyarakat agar harga stabil, merupakan fungsi pajak...
a. Budgetair
b. Regulared
c. Redistribution
d. Stabilitas
e. Demikrasi
4. Salah satu fungsi pemungut pajak adalah...
a. Sebagai sarana untuk melaporkan perhitungan jumlah PPN dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
b. Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran
c. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan julah PPN, PPnBM
d. Pembayaran oleh PKP melalui pihak lain dalam satu masa pajak
e. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkan
5. Hukum pajak yang mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa yang
dikenakan pajak, siapa yang dikenakan, besarnya pajak dan sanksi pajak, serta norma
tentang objek pajak, subjek pajak, tarif pajak dan sanksi adalah pengertian dari...
a. Perlawanan pajak pasif
b. Perlawanan pajak aktif
c. Penggelapan pajak
d. Tax avoidance
e. Tax evasion
6. Pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan wajib pajak dan penerapannya
di Indonesia sesuai dengan PPh pasal 21 disebut...
a. Pajak subjektif
b. Pajak langsung
c. Pajak tidak langsung
d. Pajak pusat
e. Pajak daerah
7. Pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak disebut...
a. Pajak pusat
b. Pajak daerah
c. Pajak langsung
d. Pajak tidak langsung
e. Pajak subjektif
8. Official assessment system, self assessment system, dan with holding system merupakan...
a. Cara pemungutan pajak
b. Sistem pemungutan pajak
c. Asas pemungutan
d. Teori pemungutan pajak
e. Wajib pajak
9. Pengenaan pajak yang didasarkan pada penetapan besaran angsuran di awal tahun dengan
anggapan bahwa pendapatan tahun ini nadalah sama dengan pendapatan tahun lalu
merupakan pengenaan pajak berdasarkan...
a. Riil stelsel
b. Fitive stelsel
c. Mixed stelsel
d. Stelsel kombinasi
e. Fitive stelsel dan riil stelsel
10. Pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain,
seperti PBB disebut...
a. Pajak langsung
b. Pajak tidak langsung
c. Pajak subjektif
d. Pajak objektif
e. Pajak penghasilan

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Jelaskan yang dimaksud dengan pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal
1 Tentang Perpajakan!
2. Jelaskan apa yang menjadi alasan pembuatan undang-undang perpajakan di Indonesia!
3. Pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi budgetair!
4. Ada usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perlawanan pajak
dengan cara penggelapan pajak (tax evasion)!
5. Berdasarkan jenis pajak menurut penarikannya, apakah yang dimaksud dengan pajak tidak
langsung?
6. Berdasarkan jenis pajak menurut sifatnya, apakah yang dimaksud dengan pajak objektif?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Official Asessment System!
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Self Asessment System!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan With holding Tax System!
10. Jelaskan perbedaan tarif pajak progresif-proporsional dan progresif-degresif!

C. Kerjakan tugas di bawah ini sesuai dengan perintah!


(Tugas diskusi kelompok)
1. Pajak merupakan sumber keuangan negara yang digunakan untuk membiayai semua
pengeluaran (budgeter). Pajak ini juga berfungsi untuk mengatur kebijakan tertentu di
bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Berikan contoh
penerapannya!
2. Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
dengan Wajib Pajak. Menurut ajaran formal, utang pajak timbul karena Surat Ketetapan
Pajak. Dijelaskan pada Official Asessment System, sedangkan menurut ajaran materian
utang pajak timbul karena undang-undang, ajaran ini diterapkan pada self asessment
system. Jelaskan penyebab berakhirnya utang!
3. Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak dapat dibedakan menjadi pajak pusat dan
pajak daerah. Sebutkan contoh-contoh pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah
(kabupaten/kota) dengan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat (provinsi)!
4. Salah satu teori pemungutan pajak adalah teori asuransi. Namun, teori tersebut banyak
ditentang oleh para ahli dan sudah lama ditinggalkan. Mengapa teori asuransi tidak dapat
dijadikan sebagai dasar pemungutan pajak di suatu negara? Jelaskan!
5. Pemungutan pajak oleh pemerintah harus memenuhi syarat pemungutan agar dalam upaya
pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan. Apakah syarat
pemungutan pajak yang harus dibuat?

DAFTAR PUSTAKA

Avni, Laksmi Dara. 2018. Administrasi Pajak (Lengkap dengan Petunjuk Praktis)
Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Surakarta: Meditama.
Dwi, Harti. 2015. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak untuk SMK dan MAK. Jakarta:
Erlangga.
___. 2017. Administrasi Pajak SMK Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan
Lembaga, Perbankan, dan Keuangan Mikro. Jakarta: Erlangga.
Liberti, Pandingan. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi Offset.
PROFIL PENULIS

Tanti Indarwati, S.E., M.M. menempuh pendidikan


kuliah di Universitas Merdeka Malang, jurusan Ekonomi
Akuntansi. Menyelesaikan program S2 pada tahun 2013
di Universitas Wijaya Putra di jurusan Manajemen
Pendidikan. Sekarang bekerja sebagai pengajar Akuntansi
di SMK Negeri 1 Probolinggo dan sebagai tenaga
pengajar di LKP Pratama Mulia Probolinggo. Pengalaman
mengajar diawali menjadi Guru Tidak Tetap mulai tahun
2002. Pada bulan Juni 2003 diangkat menjadi guru bantu
dan pada bulan Desember 2002 diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil. Pada tahun 2003 menerima SK
Pegawai Negeri Sipil dan di tempatkan di SMK Negeri 1
Probolinggo sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai