Disusun Oleh
Kelompok : D6
Kelas :D
Asisten : Indha Fitria P.
No Nama NIM
1. Laksmi Helena 205050100111146
2. Aditya Putra Andika 205050100111147
3. Irlyana Khansa Khairunissa 205050100111148
4. Ghazi Arianto Makarim 205050100111149
5. Muhammad Yusuf Al Qudsi 205050100111150
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
UJI BENEDICT
1.1 Tujuan
Mengidentifikasi atau menganalisa adanya gula-gula pereduksi pada suatu
bahan atau sampel.
1.2 Prinsip
Gula-gula pereduksi akan mereduksi Reagen benedict (ion kupri) sehingga
membentuk senyawa yang berwarna.
1.3 Alat dan Bahan
Alat
1) Bunsen : Untuk memanaskan tabung reaksi
2) Korek api : Untuk menyalakan api pada bunsen
3) Penjepit : Untuk menjepit tabung reaksi yang akan dipanaskan.
4) Tabung reaksi : Tempat meletakkan larutan yang akan dipanaskan
5) Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan
6) Rak : Tempat meletakkan tabung reaksi yang diamati
7) Beaker glass : Untuk menampung larutan yang akan diuji
Bahan
1) Reagen Benedict : Digunakan untuk menguji
keberadaan suatu gula
pereduksi pada suatu sampel.
2) Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, : Berfungsi sebagai sampel
glukosa, amilum, sorbitol,
fruktosa)
1.4 Prosedur Kerja
UJ BENEDICT
Larutan Perubahan Warna
Karbohidrat Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
1%
Sukrosa Biru Bening Pink pudar
3.1 Kesimpulan
b. Jumlah reagen Benedict yang dimasukkan dalam tabung reaksi dan dipanaskan
yaitu 1 ml (20 tetes)
c. Prinsip uji Benedict yaitu gula pereduksi mengalami reaksi redoks dengan
reagen Benedict (ion kupri) menghasilkan endapan merah dari kuprooksida.
3.2 Saran
Saran dari saya untuk kakak-kakak asisten pada saat pembuatan powerpoint,
diharapkan untuk menuliskan rumus dengan jelas pada tanda bagi, tambah,
kurang, maupun kali. Saat prmbuatan video yang akan ditayangkan mohon untuk
menuliskan subtitilenya karena suara terlalu kecil dan menggunakan pilihan kata
yang mudah dipahami agar praktikan lebih mudah mengerti materi yang
disampaikan.
1.1 Tujuan
Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya polisakarida (pati)
dalam suatu bahan atau sampel.
1.2 Prinsip
Larutan polisakarida akan mengabsobsi larutan iodine sehingga akan
memberikan perubahan warna tertentu.
1.3 Alat dan Bahan
Alat
1) Tabung reaksi : Sebagai tempat untuk larutan yang akan akan diamati
2) Beaker glass : Untuk menampung larutan yang akan diuji
3) Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan
4) Rak : Tempat meletakkan tabung reaksi yang diamati
5) Penjepit : Untuk menjepit tabung reaksi
Bahan
1) Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, : Berfungsi sebagai sampel
glukosa, fruktosa, amilum, sorbitol)
2) HCl 2N : Untuk memberikan suasana asam
pada uji Iodine
1.4 Prosedur Kerja
6) Dihomogenkan.
7) Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat pada hasil pengamatan
UJI IODINE
Larutan Perubahan Warna
Karbohidrat Sebelum + HCl, Iodine Sesudah + HCl,
1% Iodine
Sukrosa Bening Kuning bening
3.1 Kesimpulan
a. Ikatan glukosida polisakarida (pati) akan berikatan dengan iodine sehingga
membentuk komplek warna (biru-ungu).
b. Prosedur kerja praktikun pada bagian ditambahkan 2-4 tetes larutan iodine
berbeda pendapat dengan Yadav, et al. (2011) yaitu lauratan iodine yang
digunakan 2 ml.
c. Prinsip kerja uji iodine yaitu terjadinya kondensasi iodine dengan karbohidrat
sehingga menghasilkan warna tertu (khas).
3.2 Saran
Saran dari saya untuk kakak-kakak asisten pada saat pembuatan powerpoint,
diharapkan untuk menuliskan rumus dengan jelas pada tanda bagi, tambah,
kurang, maupun kali. Saat prmbuatan video yang akan ditayangkan mohon untuk
menuliskan subtitilenya karena suara terlalu kecil dan menggunakan pilihan kata
yang mudah dipahami agar praktikan lebih mudah mengerti materi yang
disampaikan.
Atma, Y. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro Nutrien. Sleman:
Deepublish
Putri, W. D. R., Haryadi., D. W. Marseno dan M. N. Cahyanto. 2012. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik Selama Fermentasi Growol, Makanan
Tradisional Indonesia. Jurnal Teknologi Pertanian. 13 (1): 52-60
Yadav, RNS and M. Agarwala. 2011. Phytochemical Analysis of Some Medicinal
Plants. Journal of Phytologi. 3 (12): 10-14
1.6 Tujuan
Uji saliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasikan gugus keton yang ada
pada karbohidrat.
1.7 Prinsip
Bahan
UJI SALIWANOFF
Larutan Perubahan Warna
Karbohidrat Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
1%
Sukrosa Bening Merah bata
3.1 Kesimpulan
a. Sukrosa berubah warna menjadi merah bata karena gugus keton sukrosa
bereaksi dengan HCl (asam kuat) menghasilkan hidroksi metil furfural dan
berkondensasi dengan resorcinol.
b. Prinsip uji saliwanoff yaitu terjadinya reaksi dehidrasi monosakarida ketosa
menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dehidrasi monosakarida aldosa.
c. Gugus keton dengan asam pekat (HCl) di bawah pemanasan untu
berkondensasi dan atau reaksi dengan resorcinol.
3.2 Saran
Saran dari saya untuk kakak-kakak asisten pada saat pembuatan
powerpoint, diharapkan untuk menuliskan rumus dengan jelas pada tanda bagi,
tambah, kurang, maupun kali. Saat prmbuatan video yang akan ditayangkan
mohon untuk menuliskan subtitilenya karena suara terlalu kecil dan
menggunakan pilihan kata yang mudah dipahami agar praktikan lebih mudah
mengerti materi yang disampaikan.
1.11 Tujuan
Mengisolasi pati atau amilum dari suatu bahan
1.12 Prinsip
Mengisolasi pati atau amilum dengan metode homogenisasi, dekantasi,
suspensi dan pengendapan.
1.13 Alat dan Bahan
Alat Fungsi
1. pisau/cutter Memotong bahan menjadi beberapa bagian
2. gelas kimia Menampung bahan yang sudah diblender
3. kertas saring Menyaring bahan yang sudah diblender
4. timbangan Menentukan berat bahan atau cairan
5. blender Menghaluskan bahan yang akan diuji
6. corong Alat bantu untuk memindahkan kalarutan ke
wadah
7. gelas beker Mengaduk, mencampur, memanaskan suatu bahan
Bahan Fungsi
1. kentang Sebagai bahan utama yang akan diuji
2. aquadest Sebagai bahan pelarut atau pencampur
3. etanol 95% Sebagai pelarut
Contoh soal :
Diketahui :
Berat Kertas Saring 1 gram
Berat Pati + Kertas Saring 48 gram
Berat Sampel 250 gram
48 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
250 𝑔𝑟𝑎𝑚
47 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
250 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝟏𝟖, 𝟖 %
Menurut Erika (2010) Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas ubi jalar,
kentang, pati ubi kayu, dan pati jagung sebagai sumber pati alami, bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk modifikasi pati yaitu NaOH, HCl, etanol, soda abu,
dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu H2SO4, indikator
metil merah, dietil eter, sodium tiosulfat, dan aquadestilata. Hal ini sebanding
dengan bahan pengamatan praktikum bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk
mengisolasi pati atau amilum dengan metode homogenisasi, dekantasi, suspensi
dan pengendapan yaitu kentang, aquades, dan etanol (alkohol).
Menurut Babu and Parimalavalli (2014) Pencampuran ubi jalar dengan air
dilakukan dengan perbandingan 1:10 sampai bubur halus dibentuk. Hal ini
sebanding dengan prosedur kerja praktikum bahwa kentang diblender bersama 100-
200 ml air sampai halus.
Berdasarkan hasil praktikum bahwasannya randemen pati dari kentang
dihasilkan sebesar 18,8%. Hal ini sebanding dengan Setiarto (2020) bahwa pati
umbi garut merupakan hasil ekstraksi umbi garut dari tanaman garut ( Maranta
arundinaceae L.) yang merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan
patinya sekitar 80-85% sehingga umbi garut tidak kalah dengan umbi-umbian lain
yang dianggap sebagai sumber pati seperti pati ketela pohon (85%), pati ketela
rambat (63%) dan pati kentang (18%).
3.1 Kesimpulan
a) Bahan-bahan yang digunakan untuk mengisolasi pati atau amilum dengan
metode homogenisasi, dekantasi, suspensi dan pengendapan yaitu terdiri atas
ubi jalar, kentang, pati ubi kayu, dan pati jagung sebagai sumber pati alami,
serta bahan lainnya seperti aquades, dan etanol (alkohol).
b) Kentang diblender bersama 100-200 ml air atau dengan perbandingan 1 : 10
sampai halus.
c) Randemen pati dari kentang dihasilkan sebesar 18,8%.
3.2 Saran
Erika, C. 2014. Produksi Pati Termodifikasi dari Beberapa Jenis Pati. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan. 7 (3) : 130-137
Babu, A.S. and R. Parimalavalli. 2014. Effect of Starch Isolation Method on Properties
of Sweet Potato Starch. The Annals of the University Dunarea de Jos of Galati
Fascicle VI – Food Technology.38 (1) : 48-63
Setiarto, R.H.B. 2020. Teknologi Pengemasan Pangan Antimikroba Yang Ramah
Lingkungan. Bogor : Guepedia.
1.16 Tujuan
Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya 2 atau lebih ikatan
peptide (protein) dalam suatu bahan atau sampel.
1.17 Prinsip
Kupri sulfat dalam suasana basa akan bereaksi dengan ikatan peptida
sehingga akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu.
1.18 Alat dan Bahan
Alat Fungsi
1. tabung reaksi wadah untuk menampung reaksi kimia
Bahan Fungsi
1. gelatin Sebagai bahan yang akan diuji
2. albumin Sebagai bahan yang akan diuji
3. kasein Sebagai bahan yang akan diuji
4. cuSO4 Membuat suasana larutan menjadi basa
5. NaOH 10 N Membuat suasana larutan menjadi basa
Kesimpulan
Gelatin menghasilkan warna yang paling pekat. Semakin panjang ikatan
peptida, warna sampel akan semakin pekat.
Menurut Purnama, dkk.(2019) uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai
dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet. Hal ini sebanding dengan
hasil pengamatan praktikum bahwa gelatin menghasilkan warna yang paling
pekat.
Menurut Dharma, et al.(2016) banyaknya asam amino yang terikat pada
ikatan peptida akan mempengaruhi intensitas warna larutan yang terbentuk. Hal
ini sebanding dengan hasil pengamatan praktikum bahwa semakin panjang
ikatan peptide, warna sampel akan semakin pekat.
Menurut Sutresna, dkk.(2008) uji biuret untuk mengetahui adanya ikatan
peptida dengan pereaksi cuS04 dan NaOH dan hasil reaksi timbul warna ungu.
Hal ini sebanding dengan prinsip kerja dari praktikum bahwa kupri sulfat dalam
suasana basa akan bereaksi dengan ikatan peptida sehingga akan menghasilkan
senyawa kompleks berwarna ungu.
3.1 Kesimpulan
a) Gelatin menghasilkan warna yang paling pekat ditandai dengan timbulnya
warna merah violet atau biru violet.
b) Semakin panjang ikatan peptida dan banyaknya asam amino yang terikat,
maka akan mempengaruhi warna sampel yang semakin pekat.
c) Uji biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida dengan pereaksi cuS04
sehingga akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu.
3.2 Saran
Sebaiknya prosedur kerja dijelaskan secara jelas dan lengkap agar
praktikan dapat memahami urutan-urutan pengamatan dengan jelas.
Purnama, R.C., Agustina R., dan Indah A. 2019. Perbandingan Kadar Protein Susu Cair
Uht Full Cream Pada Penyimpanan Suhu Kamar dan Suhu Lemari Pendingin
dengan Variasi Lama Penyimpanan dengan Metode Kjeldhal. Jurnal Analis
Farmasi. 4 (1) : 50-58
Dharma, S., U. Wulandari., M. Aria and Dillasamola D. 2016. The Influences of
Fibroblast Growth Factor (FGF) and Protein About to Histopathology of Rats
Pancreatic & cell. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and
Chemical Sciences. 7 (5) : 481-487
Sutresna, N., R.W. Laksana dan Y. Gursida. 2008. Persiapan Ujian Nasional Kimia.
Bandung : Grafindo Media Pratama.
1.21 Tujuan
Untuk menganalisa pengendapan protein dengan logam berat.
1.22 Prinsip
Protein pada suasana netral atau sedikit basa mempunyai muatan negatif
apabila di netralkan dengan penambahan ion logam yang bermuatan positif
maka akan mengalami pengendapan.
1.23 Alat dan Bahan
Alat Fungsi
1. tabung reaksi wadah untuk menampung reaksi kimia
2. beaker glass digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan cairan
3. pipet tetes untuk mengambil cairan dengan skala tetesan kecil
4. rak sebagai tempat untuk meletakkan tabung reaksi
Alat Fungsi
1. gelatin Sebagai bahan yang akan diuji
2. albumin Sebagai bahan yang akan diuji
3. kasein Sebagai bahan yang akan diuji
4. cuSO4 Membuat suasana larutan menjadi basa
3.1 Kesimpulan
a. Protein akan mengendap apabila gugus-gugus yang bermuatan positif dan
negatif dalam jumlah yang sama atau netral atau dalam keadaan titik
isoelektrik.
b. Jika pengendapan protein tidak terjadi dengan cepat setelah penambahan 5
tetes larutan logam berat mungkin yang terbaik adalah menunggu beberapa
saat dan setelah beberapa saat diamati endapan yang terbentuk.
c. Memasukkan larutan protein seperti gelatin, albumin, dan kasein sebanyak 2
ml kedalam tabung reaksi yang sudah dibersihkan.
3.2 Saran
Sebaiknya prosedur kerja dijelaskan secara lengkap dan jelas agar praktikan
dapat memahami tahap demi tahap dari pengujian yang akan dilakukan.
1.26 Tujuan
Untuk menganalisa pengendapan protein dengan logam berat
1.27 Prinsip
Senyawa asam yang mempunyai muatan negative yang besar dapat
menetralkan protein yang bermuatan positif sehingga akan membentuk
endapan.
3.1 Kesimpulan
1. Semakin banyak HCl maka semakin banyak endapan yang terbentuk.
2. Albumin dapat digunakan untuk mengendapkan protein.
3. Senyawa asam memiliki muatan positif yang dapat menetralkan protein
bermuatan negatif dan akan menyebabkan pengendapan.
3.2 Saran
Sebaiknya video praktikum ditayangkan saat zoom meeting karena terlihat
bahwa tidak semua praktikan melihat video tersebut di youtube.
1.31 Tujuan
Untuk mengisolasi kasein dari susu atau untuk mengetahui jumlah
kandungan kasein dari susu.
1.32 Prinsip
Kasein akan terpisah (mengendap) dari susu pada titik
isoelektriknya.
1.33 Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas kimia 500 mL : Menampung larutan
2. Beaker glass : Untuk menampung larutan yang akan
diuji
3. Thermometer : Menghitung suhu
4. Hot plate magnetic stirer :Menghomogenkan larutan dengan
diaduk
5. Pengaduk : Mengaduk larutan
6. Pipet tetes : Memindahkan larutan
7. Corong Buchner : Untuk menyaring vakum
8. Labu ukur : Menampung larutan dan dapat
diketahui
jumlahnya denga akurasi tinggi.
Bahan
1. Susu segar : Sebagai sumber kasein, karena susu
mengandung kasein.
2. Cuka (asam asetat) :Mengisoelektrikkan pH sehingga membentuk
gumpalan
3. Aquadest
4. Etanol : Memisahkan kasein dari protein lain.
5. Etanol-eter : Memisahkan lemak dari kasein dan
memurnikan.
(𝟏𝟗,𝟓)−𝟏
= 𝟏𝟎𝟎 x 100%
𝟏,𝟎𝟐𝟖
= 19,018 %
Sehingga kesimpulannya adalah dalam 100 ml susu terdapat rendemen
kasein sebesar 19,018 %
Menurut Kumaresan et, al. (2017) bahwa Molekul kasein dalam sampel susu
mula mengendap di dasar gelas kimia, karena akibat muatan negatif dalam susu
memungkinkan dispersi kasein di dalamnya, ketika asam bermuatan positif
ditambahkan ke sampel susu, menetralkan kasein yang bermuatan negatif. Sampel
susu mencapai pH 4,7 endapan itu terbentuk. Ini dikenal sebagai asam kasein. Itu
disaring melalui kain dan sampel yang dikumpulkan dikeringkan dan ditimbang
dengan akurat. Hal ini tidak sesuai dengan prosedur praktikum, pada prosedur
praktikum disebutkan bahwa setelah disaring menggunakan kertas saring,
gumpalan tersebut tidak langsung dikeringkan dan ditimbang, tetapi Dicuci
dengan etanol-eter sebanyak 20 mL dan dicuci dengan eter sebanyak 50 mL,
setelah itu ditimbang dan dikeringkan.
Berdasarkan praktikum, susu dihangatkan pada hot plate sampai 40 °C sambil
diaduk. Hal ini sesuai dengan Sumardjo Fox and Mcsweeney (2003) bahwa pada
suhu yang lebih tinggi (30℃-35℃) agregat cukup kasar dan mudah mengendap
dari larutan. Di atas 45℃ endapan cenderung berserabut dan sulit ditangani.
Berdasarkan praktikum, setelah susu dipanaskan pada suhu 40 ℃
ditambahkan cuka (asam asetat) sebanyak 5-10 tetes. Hal ini tidak sebanding
dengan Lestari dan Soesilo (2017) bahwa susu ditambahkan HCl 2N pada suhu
40°C hingga pH 4,6 untuk mengisolasi kasein dengan pengendapan isoelektrik.
3.1 Kesimpulan
1. Prosedur tidak sebanding dengan literatur. Pada literatur setelah kasein
mengendap langsung dikeringkan dan ditimbang, sedangkan prosedur
praktikum setelah mengendap diberihkan dulu mengganakan etanol dan eter
lalu bisa dikeringkan dan ditimbang.
2. Susu dipanaskan pada suhu 30-40℃ tidak lebih dari 45℃
3. Pada literatur digunakan HCl untuk mengisoelektrikkan kasein, sedangkan
pada praktikum menggunakan asam asetat atau cuka.
3.2 Saran
Sebaiknya, pada saat menjelelaskan power point lebih pelan lagi agar dapat
dipahami praktikan
1.36 Tujuan
Untuk mengisolasi protein whey dari whey bubuk.Atau untuk
mengetahui kandungan protein whey dari whey bubuk
1.37 Prinsip
Dengan sentrifugasi larutan whey pada titik isoelektrik (PH 4,2) maka
protein whey akan terpisah dengan zat lain.
1.38 Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas kimia : Fungsi Menampung larutan
2. Beaker glass : Menampung larutan
3. Erlenmeyer : Mengukur dan mencampur larutan
4. Indicator pH : Untuk menentukan laruta bersifat basa/asam
5. Pipet tetes : Memindahkan larutan
6. Sentrifugasi : Mencampurkan larutan dengan gaya
sentrifugal
7. Tabung sentrifugator : Tempat larutan yang akan dicampurkan
dalam sentrifugasi
8. Timbangan analitik : Menimbang berat randemen
Bahan
1. Whey bubuk (susu alemen) : Sampel
2. Aquadest : Melarutkan sampel
3. HCl 1 N : Mengatur menjadi pH 4,2
4. NaOH 1 N : Mengatur jika pH berlebihan
1.39 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilarutkan 50 gram whey bubuk dengan aquadest 100 mL (1:2)
3. Didiamkan hingga terbentuk 3 lapisan
4. Diambil lapisan yang tengah
5. Diatur pada pH 4,2 dengan menambahkan HCl 1 N jika kelebihan di
atur dengan menambahkan NaOH 1 N (digunakan indicator pH)
Perhitungan
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛+𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Randemen protein whey= × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑤ℎ𝑒𝑦
Contoh Soal
Berat endapan + tabung: 40gram
Tabung: 25 gram
Larutan whey: 50 gram
Berapa rendemen protein whey?
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛+𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Randemen protein whey= × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑤ℎ𝑒𝑦
= 30%
Jadi, randemen proteinnya adalah 30%
3.1 Kesimpulan
1. Kandungan dalam protein whey adalah pada karbohidrat, lemak,
imunoglobulin, laktosa dan mineral.
2. Hasil prakatikum menyatakan protein whey mudah dicerna, tetapi dalam
literatur dinyatakan bahwa protein whey sulit dicerna
3. Hasil praktikum menyatakan bahwa protein whey diisoelektriskan (pH 4,2)
sedangkan dalam literatur dinyatakan di presepitasi (pH 4,6)
3.2 Saran
Seharusnya dalam uji coba disebutkan hubungan sebab dan akibat pada saat
percobaan
1.41 Tujuan
Untuk mengetahui kelarutan berbagai macam lipid dengan berbagai
macam pelarut polar maupun non-polar.
1.42 Prinsip
Lipid akan larut pada pelarut nonpolar, karena lipid bersifat non-polar.
Akan terjadi emulsi jika dilarutkan dengan pelarut polar.
1.43 Alat dan Bahan
1. Beaker glass :wadah penampung yang digunakan untuk
mengaduk, mencampur, dan memanaskan
cairan.
2. Tabung reaksi : Sebagai sebuah wadah untuk menampung
reaksi kimia dalam skala medium.
3. Rak : Sebagai tempat untuk meletakkan tabung
reaksi yang berjumlah banyak.
4. Pipet tetes : Untuk mengambil cairan dengan skala
tetesan kecil.
5. kertas saring : Untuk memisahkan partikel suspensi dari
cairan.
6. Lipid (lemak dan minyak) : Untuk memberikan energi kepada (sel-sel)
tubuh.
7. Pelarut : Melarutkan zat terlarut
1.44 Prosedur Kerja
a. Kelarutan lipid:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 2 mL sampel lipid pada tabung reaksi
3. Ditambahkan 2 mL pelarut
4. Dihomogenkan
5. Diamati kelarutan lipid pada pelarut
b. Kelarutan lipid dikertas:
Kesimpulan
Apabila diisi dengan +++, ++, + atau – menunjukkan kelarutan lipid
Lipid jika pada pelarut non polar (etanol dan aseton) dapat larut. Jika
dilarutkan pada pelarut polar (aquadest) akan membentuk endapan
(emulsi).
Berdasarkan prinsip pada praktikum uji kelarutan lipid bahwasannya lipid akan
larut pada pelarut nonpolar, karena lipid bersifat non-polar. Hal ini sesuai dengan
Huang, et al (2015) bahwa Lipid sering kali didefinisikan sebagai senyawa alami
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
Berdasarkan hasil praktikum, bahwasanya lipid pada pelarut non polar (etanol
dan aseton) dapat larut. Jika dilarutkan pada pelarut polar (aquadest) akan
membentuk endapan (emulsi). Hal ini sesuai dengan Suarsana (2012) bahwa
minyak kelapa tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut baik dalam
pelarut non-polar.
Berdasarkan hasil praktikum, bahwasanya lipid jika dilarutkan pada pelarut
polar (aquadest) akan membentuk endapan (emulsi). Hal ini sesuai dengan
Yuliana (2018) bahwasanya minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak
stabil karena bila dibiarkan maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan.
3.1 Kesimpulan
1) Pada praktikum uji kelarutan lipid, lipid akan larut dalam pelarut nonpolar
karena lipid bersifat nonpolar.
2) Lipid pada pelarut non polar (etanol dan aseton) dapat larut
3) Lipid dalam air akan membentuk emulsi.
3.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilaksakan perkelas dalam satu room dan mohon untuk
penjelasannya disampaikan dengan tidak cepat-cepat.
Huang, C and C. Freter. 2015. Lipid Metabolism, Apoptosis and Cancer Therapy.
International Journal of Molecular Science. 16 (-): 924-949
Suarsana, M. 2012. Pemanfaata Biji Labu Dalam Pembuatan Minyak Kelapa Secara
Fermentatif. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 11(3): 134-144
Yuliana, A. 2018. Buku Ajar Kimia Farmasi. Surabaya: CV Jakad Publishing
1.46 Tujuan
Menghitung kadar asam lemak bebas pada minyak
1.47 Prinsip
Minyak yang dilarutkan dengan etanol akan membebaskan asam lemak
bebas. Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan jumlah titrasi NaOH
yang digunakan
1.48 Alat dan Bahan
Alat
1) Timbangan : Menimbang massa sejumlah bahan kimia
2) Pipet tetes :Mengambil cairan dengan sekala tetesan kecil
3) Beaker glass : Mengaduk dan memanaskan cairan
4) Buret dan penyangga : Mengukur volume zat cair
5) Erlenmayer : Mengukur,mencampur cairan
Bahan
1) Minyak kelapa (kelapa sawit) : Mengandung lemak jenuh dan juga
sebagai antioksidan
2) Ethanol 95% : Melarutkan senyawa antioksidan
3) Indikator PP 1% - NaOH 0,1 N : Menentukan titik ekuivalen
(phenolphthalein)
1.49 Prosedur Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Ditimbang 10 mL minyak
3) Ditambahkan 10 mL etanol 95%
4) Ditambahkan 5 tetes pp 1%
5) Dititrasikan dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah muda
6) Dicatat volume NaOH yang digunakan untuktitrasi
7) Dihitung kadar FFA (Free Faty Acid)
BM asam lemak
Asam Palmitat : 256,4290 g/mol
Asam Miristat : 228,3750 g/mol
Asam Linoleat : 280,4510 g/mol
Asam Oleat : 282,4670 g/mol
Asam Stearat : 284,4830 kg/kmol
Contoh soal
Bahan atau sampel yang dianalisa adalah minyak yang mengandung asam
oleat (Berat molekul = 282, 4670 g/mol) sebanyak 10 ml menggunakan
NaOH 0.1 N. NaOH yang terpakai untuk menetralkan asam oleat adalah
sebanyak 3 mL, dengan demikian %FFA asam linoleat dalam susu adalah:
3 × 0.1 × 282,4670
%𝐹𝐹𝐴 = × 100%
10 × 100
84,7401
= × 100%
10000
= 0,84%
3.1 Kesimpulan
1) Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan jumlah titrasi NaOH atau KOH
2) Berdasarkan hasil praktikum maksimal batas FFA adalah 0,3% sedangkan
berdasarkan literatur batas maksimalnya 0,5%
3) Kadar asam lemak bebas meningkat disebabkan karena trigliserida terurai
menjadi asam lemaknya dan gliserol warna minyak akan keruh atau coklat
hitam
3.2 Saran
Praktikan didorong tidak hanya dengan imajinasi. Dalam penyampaian materi
sebaiknya dengan tempo yang pelan dan mudah dipahami. Praktikum dapat
membuat praktikan/mahasiswa mandiri dan berpikir dengan baik.
Raspe, D.T. and C. D. Silvia. 2013. Determination of Free Fatty Acid by FT-NIR
Spectroscopy in Esterification Reaction for Biodiesel Production. Journal of Energi.
Vol. 2013: 1-5
Rubianto, L., 2018. Biodiesel. Malang : Polinema Press
Suroso, A. S., 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida,
Bilangan Asam dan Kadar Air. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol. 3 (2) : 77-88
1.1 Tujuan
Untuk menganalisa reaksi enzim katalase pada hati. Menganalisa
pengaruh jumlah aktivitas enzim katalase.
1.2 Prinsip
Aktivitas kerja suatu enzim dipengaruhi oleh jumlah substrat yang
ada.
1.3 Alat dan Bahan
Alat:
1. Tabung reaksi : Melakukan percobaan reaksi dalam skala kecil
2. Rak : tempat meletakkan tabung reaksi
3. Cutter : Alat pemotong
4. Timbangan : Menimbang sejumlah bahan kimia
5. Kapas : Untuk menutup tabung reaksi
6. Inkubator 37° : Menginkubasi atau menumbuhkan mikroorganisme
seperti bakteri
7. Bunsen dan Korek Api : Pemanasan dan pembakaran
8. Lidi : Digunakan untuk acuan menghitung jumlah oksigen
yang terbentuk
9. Stopwatch : Mengukur waktu
Bahan:
1. Hati ayam : Sampel untuk uji katalase
2. H2O2 0,5 % dan H2O2 1 % : Larutan peroksida yang akan diuraikan oleh
enzim katalase
Kesimpulan
Semakin banyak substrat akan meningkatkan kerja enzim katalase
sampai pada titik tertetu.
3.1 Kesimpulan
a. Pada uji katalase dilakukan penghitungan atau pengukuran oksigen yang
terbentuk.
b. Kerja atau aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
c. Adanya aktivitas katalase yaitu terbentuknya gelembung – gelembung
oksigen pada uji katalase.
3.2 Saran
Mohon praktikum dengan waktu dan tempat secara efektif. Jujur belum
terlalu paham apa yang telah dilakukan dalam praktikum daring ini. Semoga
pandemik segera berakhir
1.56 Tujuan
Menganalisa aktifitas kerja enzim peroksidase pada susu dengan
pengaruh tingkat keasaman subtract.
1.57 Prinsip
Keasaman akan mempengaruhi aktifitas kerja enzim.
1.58 Alat dan Bahan
No. Alat Fungsi
1 Tabung Reaksi Wadah penampung
reaksi kimiawi
2. Rak Tempat meletakkan
tabung reaksi
3 Kapas Untuk menutup tabung
reaksi yang sudah diisi
bahan kimiawi
4 Incubator 37⁰ Untuk
mempertahankan suhu
susu segar
5 Bunsen dan Korek Api Untuk alat pemanas
dan pengkondisian
aseptis
6 Lidi Digunakan untuk
mengetest oksigen
yang terbentuk dan
lama waktu hasil uji
7 Susu Segar Bahan pengujian
peroksidase
3.1 Kesimpulan
1) Enzim peroksidase adalah salah satu enzim yang berpengaruh apabila
adanya adanya perubahan suhu dan tergantung pada dimana letak dan
penempatan enzim tersebut apabila pada tumbuhan enzim peroksidase
dapat tetap stabil namun berbeda pada susu segar enzim peroksidase dapat
rusak apabila terkena pemanasan 77-88⁰C.
2) Enzim peroksidase sangat terpengaruh pada tingkatan keasamaan semakin
kuat asam maka waktu yang dihasilkan akan semakin lama.
3) Ketahanan enzim peroksidase berubah-ubah tergantung dengan faktor
yang mempengaruhi kinerja atau aktifitasnya.
3.2 Saran
Semoga pada saat praktikum penjelasan jangan terburu-buru atau
terlalu cepat dikarenakan tingkat pemahaman mahasiswa yang berbeda-beda
dalam menangkap informasi atau pengetahuan. Terima kasih banyak atas
perhatiannya.
1.61 Tujuan
Untuk menganalisa kadar vitamin C pada suata bahan.
1.62 Prinsip
Penentuan kadar vitamin C dengan iodometri atau titrasi dengan
menggunakan iodin
1.63 Alat dan Bahan
NO. ALAT FUNGSI
1 Pisau atau Cutter Digunakan untuk
memotong sampel
2 Timbangan Digunakan untuk
mengukur berat bahan
atau sampel
3 Kain Saring Digunakan untuk
menyaring bahan atau
sampel
4 Labu Ukur Digunakan untuk
mngukur larutan kimiawi
5 Erlenmeyer Digunakan sebagai
tempat titrasi bahan
6 Beaker Glass Digunakan sebagai
tempat membuat larutan
7 Buret dan Penyangga Digunakan untuk
mengukur volume zat cair
8 Corong Digunakan sebagai
tempat kain saring agar
dapat menyaring bahan
9 Tomat Bahan atau sampel yang
diujikan
3.1 Kesimpulan
1) Metode pengujian vitamin C ada beberapa cara seperti iodimetry, titrasi
hingga bipotensiometri yang merupakan metode yang digunakan dalam
penentuan kadar vitamin C pada berbagai macam buah dan sayuran.
2) Vitamin C (asam askorbat) sangat terpengaruh dengan adanya faktor-faktor
seperti panas, sinar, alkali, enzim, oksidator dan lain sebagainya yang mana
dapat membuat vitamin kehilangan stabilitasnya.
3) Pemanasan atau pemasakan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
vitamin C (asam askorbat) hingga mengalami kerusakan apabila tidak
diperhatikan dengan seksama
3.2 Saran
Saran saya untuk pemateri pada praktikum dimohon memberikan
informasi atau penjelasan mengenai istilah-istilah asing dalam hal yang
berkaitan materi sehingga para mahasiswa dapat memahami lebih mudah
yang disampaikan