Anda di halaman 1dari 7

Topik Bahasan Kelompok :

Persamaan dan Perbedaan Latar Belakang Munculnya Nasionalisme di Brunei Darussalam dan
Indonesia

Nama Anggota Kelompok :


Chelsi Nadifa Kumala Sari (13030122130053)
Nadhiva Azzira (13030122140070)
Oktavio Rizki Nur Barokah (13030122140073)
Muhammad Ridhwan Kautsar (13030122140082)
Reza Muhammad Mumtaza (13030122140113)
Yusuf Evanda Natsir (13030122140121)
Daffa Ali Mushthofa (13030122140123)
Muflih Daffa Azrasyah (13030122140124)

Persamaan dan Perbedaan Latar Belakang Munculnya Nasionalisme di


Brunei Darussalam dan Indonesia

A. Segi Agama
Perbedaan latar belakang munculnya nasionalisme di Brunei Darussalam dan
Indonesia. Keberagamaan muslim di Indonesia dan Brunei Darussalam menghadapi
tantangan dan situasi yang berbeda. Pertama konteks dinamika perubahan sosial dan politik
masing-masing negara. Kendati mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam (±87%),
kehidupan sehari-hari bisa dikatakan tidak terlalu didominasi oleh syariat Islam. Muslimah
Indonesia boleh menggunakan jilbab (hingga cadar) dan atau tidak karena itu bukan
kewajiban dan atau larangan yang mengikat sebagai warga negara. Di daerah wisata seperti
Bali, daging babi bisa dijual di pinggir jalan pasar, rokok dijual bebas, minuman keras juga
mudah didapatkan, kendati minuman dengan kadar alkohol agak tinggi disyaratkan untuk
dijual di hotel-hotel atau tempat tertentu saja. Kondisi tersebut tentu sangat sulit atau
bahkan tidak mungkin ditemui di Brunei Darussalam.
Berikutnya warga muslim Indonesia dan Brunei Darussalam memiliki kesamaan
dalam latar belakang munculnya nasionalisme Semua generasi di kedua negeri ini hanya
menolak dua hal, yaitu pernikahan beda agama dan pasangan beda agama di lingkungan
keluarganya. Selebihnya semua generasi setuju terkait berteman dan membantu non
muslim, tidak memaksakan masuk agamanya, tidak harus memerangi mereka yang murtad,
serta mendukung semua organisasi kemasyarakatan. Hanya saja hemat penulis, Brunei
Darussalam memiliki aturan kerajaan yang sangat sulit bagi non muslim melakukan
sesuatu perbuatan di luar Syariat Islam yang diberlakukan di negeri ini. Sementara di
Indonesia, melalui prinsip Bhinneka Tunggal Ika menjadi konsekuensi berinteraksi sebagai
satu bangsa yang dibiasakan secara kultural.

B. Segi Ekonomi
Perbedaan ekonomi Brunei Darussalam dan Indonesia adalah yang dimana
Kegiatan ekonomi utama penduduk Indonesia yaitu pertanian, perikanan, perkebunan,
peternakan, pertambangan, kehutaan, perindustrian, pariwisata, sementara Brunei
Darussalam yaitu di bidang pertanian, perdagangan.
Kemudian persamaan ekonomi Brunei Darussalam dan Indonesia adalah dimana
indonesia dan brunei sama sama dapat menghasilkan minyak juga pertambangan,
indonesia dan brunei juga sama sama mengandalkan alam dari segi ekonominya.

C. Segi Kolonialisme
Latar belakang persamaan nya terletak pada penindasan kolonial baik dalam
periode penjajahan Belanda maupun Jepang, Indonesia mengalami penindasan yang
dilakukan oleh penguasa kolonial. Penjajah tersebut mengambil sumber daya alam,
menerapkan sistem ekonomi yang merugikan rakyat, dan membatasi kebebasan politik.
Kesadaran identitas nasional di bawah kediktatoran kolonial, rakyat Indonesia mulai
menyadari keberadaan dan identitas nasional mereka sebagai bangsa yang terpisah dari
penjajah. Rasa kebanggaan akan budaya, bahasa, dan sejarah Indonesia muncul sebagai
bagian dari gerakan nasionalisme.
Kemudian perbedaannya terletak pada asal usul kolonial: Kolonialisme Belanda di
Indonesia dimulai pada abad ke-17 dengan penjajahan secara langsung, sementara Jepang
menjajah Indonesia selama Perang Dunia II sebagai bagian dari ekspansi militer mereka.
Pengaruh modernitas Barat, Kolonialisme Belanda membawa pengaruh modernitas Barat
seperti sistem pendidikan, agama Kristen, dan pemikiran politik. Di bawah kolonialisme
Jepang, pengaruh modernitas lebih berasal dari Jepang sendiri, termasuk bahasa Jepang,
siste pendidikan Jepang, dan budaya Jepang.
Munculnya pemimpin nasionalis: Meskipun nasionalisme Indonesia muncul di
bawah kedua penjajah tersebut, tokoh-tokoh nasionalis seperti Sukarno dan Hatta lebih
dikenal sebagai pemimpin gerakan nasionalis Indonesia yang terbentuk pada masa
penjajahan Belanda. Perlakuan terhadap rakyat: Secara umum, penjajahan Belanda
ditandai dengan penindasan yang lebih sistematis, termasuk monopoli ekonomi dan
penindasan politik. Di bawah Jepang, perlakuan terhadap rakyat Indonesia lebih bersifat
pragmatis dengan upaya Jepang untuk memobilisasi dukungan rakyat dalam perang
melawan Sekutu.
Pengaruh gerakan kemerdekaan: Kolonialisme Belanda memberikan kekuatan
untuk membangun gerakan nasionalis yang kuat, yang pada akhirnya memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, kolonialisme Jepang mengganggu perkembangan
gerakan nasionalis dengan pendekatannya yang lebih otoriter dan pendekatan pemecahan
masalah yang lebih pragmatis.

D. Segi Intelektual
Munculnya kaum intelektual di Indonesia dan Brunei merupakan hasil dari peran
pendidikan nasionalis. Namun, kala itu tidak serta merta seluruh pribumi mendapatkan
pendidikan yang layak, hanya kalangan para bangsawan dan yang memiliki pangkat saja
yang bisa mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Para Intelektual
inilah yang nantinya akan memberikan pemahan mengenai nilai-nilai nasionalis yang harus
dimiliki setiap bangsa kepada masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang sama.
Pendidikan nasionalis memiliki peran penting dalam membangkitkan kesadaran
nasionalisme di kalangan pelajar intelektual di Brunei dan Indonesia. Kurikulum sekolah
yang menekankan nilai-nilai nasional, sejarah nasional, dan identitas bangsa dapat
mempengaruhi generasi muda untuk mengembangkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap
negara mereka.
Salah satu contoh persamaan itu bisa kita dapatkan dari sepak terjang tokoh di
negara Brunei dan Indonesia. Di Brunei misalnya, terdapat tokoh intelektual bernama
Pengiran Mohammad Yusuf yang baru kembali dari Jepang setelah kuliah di Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Universitas Hiroshima. Dia kemudian membentuk Barisan Pemuda
(BARIP) yang merupakan salah satu bentuk gerakan yang muncul sebagai penampung
aspirasi masyarakat dan semangat nasionalisme yang tumbuh di Brunei pada masa
tersebut. Selain itu, di Indonesia sendiri juga memiliki tokoh intelektual yang melegenda
sekaligus presiden Republik Indonesia pertama yaitu Dr. Ir. H. Soekarno. Beliau
merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh yang berpengaruh dalam penyebaran
nasionalisme di Indonesia, beliau juga merupakan salah satu anggota PPKI dan BPUPKI
yang merupakan gerakan nasionalisme kala itu.
Sedangkan perbedaan munculnya nasionalisme di Brunei dan Indonesia dari segi
kalangan Intelektual adalah faktor yang melatarbelakangi penyebaran nasionalisme oleh
tokoh itu sendiri. Jika Pengiran Mohammad Yusuf yang membentuk Barisan Pemuda
(BARIP) karena menentang Penjajahan Inggris, sedangkan Ir. Soekarno karena bertujuan
untuk menggusahakan dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
melalui BPUPKI dan PPKI

E. Segi Politik
Indonesia dan Brunei Darussalam sepakat meningkatkan kerja sama bidang
kesehatan dengan mengimplementasikan secara penuh Kerja Sama Kesehatan (MoU) yang
telah ditandatangani kedua Menteri Kesehatan Kesepakatan tersebut dicapai pada
Pertemuan Pertama Joint Working Group on Health Cooperation yang diselenggarakan di
Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, pada tanggal 9-10 Juli 2019. Komitmen kedua
negara dimuat dalam Plan of Action yang ditandatangani Ketua Delegasi Indonesia, Sekjen
Kemenkes RI, drg. Oscar Primadi, MPH dan Ketua Delegasi Brunei Darussalam,
Permanent Secretary Awang Haji Abdul Manap Othman pada akhir pertemuan. Permanent
Secretary Kemenkes Brunei Darussalam mengapresiasi upaya Kemenkes RI mendorong
implementasi MoU dengan menginisiasi penyusunan Plan of Action.
Brunei merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian lebih di bidang
kesehatan, mengingat banyak sekali penyakit-penyakit yang muncul di tengah kehidupan
warga yang menyebabkan angka kematian cukup tinggi di Brunei darussalam. sedangkan
di indonesia Salah satu tonggak kebangkitan nasional berasal dari STOVIA. Sekolah
dokter Jawa itu menjadi penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Alasan itu didasari
atas munculnya Boedi Utomo pada 20 Mei 1908, yang para pengagasnya, kebanyakan
berasal dari siswa STOVIA.

F. Segi Sosial Budaya


Kebudayaan merupakan identitas nasional suatu bangsa. Dapat dikatakan bahwa
identitas nasional suatu bangsa merupakan ciri atau ciri khas yang membedakan suatu
bangsa dengan bangsa lain, namun kehadiran teknologi informasi dan komunikasi telah
mempercepat proses globalisasi tersebut. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan di
bidang kebudayaan, seperti hilangnya budaya asli daerah, kemerosotan nilai-nilai budaya,
rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya kekeluargaan dan gotong royong serta
pandangan hidup kontra budaya.
Banyaknya budaya asing yang masuk dan mempengaruhi Indonesia disebabkan
oleh longgarnya sistem pemerintahan serta maraknya komunikasi dan media khususnya
internet dan media sosial. Kedatangan budaya asing di era globalisasi ini seringkali
membuat masyarakat merasa bahwa budaya ini lebih baik dari budaya bangsanya sendiri,
bahkan budaya asing justru dapat merusak karya seni budaya bangsa sendiri. Budaya asing
perlahan menggerogoti hilangnya identitas Indonesia. Oleh karena itu, menjaga persatuan
dan kesatuan menjadi sangat penting untuk mempertahankan keutuhan negara Indonesia.
Dalam memperkuat persatuan dan kesatuan, salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
menghargai perbedaan.

G. Segi Geografis
Brunei Darussalam mempunyai latar belakang nasionalisme di bidang Geografi
disebabkan karena adanya pergerakan yang terjadi antar pemuda pemuda Brunei yang
melakukan perubahan. Pemuda yang dinamai (BARIP) atau Barisan Pemuda. Lahirnya
BARIP kemudahan mempengaruhi pemuda pemuda yang berada di wilayah lain untuk
mendirikan Organisasi yang salah satunya adalah Persatuan Melayu Brunei (PMB).
sehingga akibat dari hal tersebut rakyat-rakyat brunei di seluruh wilayah melayu
melakukan semangat nasionalisme.
Sedangkan untuk latar belakang nasionalisme di Indonesia disebabkan karena
adanya kesadaran untuk merdeka dari pemuda-pemuda yang lahir dari organisasi Modern
seperti Budi Utomo dan Indische Partij. Nasionalisme Indonesia jauga muncul dari
berbagai daerah. Selain itu terdapat juga organisasi lain seperti Jong Java, Jong Ambon dan
Jong Sumatera yang menyebabkan munculnya nasionalisme di berbagai daerah karena
mempunyai tujuan atau rumusan yang sama terhadap masa depan Indonesia. Sehingga
organisasi-organisasi tersebut menjadikan semangat satu juang yang sama meskipun
berada di tempat-tempat yang berbeda.
Sedangkan perbedaan yang terdapat dalam nasionalisme Brunei dan Indonesia di
bidang geografi adalah jika Indonesia muncul nasionalisme di berbagai wilayah karena
tersebarnya organisasi tersebut dan organisasi tersebut juga mendirikan organisasi nya
sesuai dengan wilayahnya seperti Jong Java, Jong Ambon dan Jong Sumatera. Sedangkan
untuk Brunei mempunyai nasionalisme yang muncul di berbagai wilayah dikarenakan
adanya nasionalisme yang disebabkan oleh anti kolonialisme yang dilakukan oleh Jepang.
Sehingga memunculkan rasa kebencian sebagian rakyat Brunei.

Referensi

Ridho, K., Humeira, B., Baihaky, R., & Hidayat, H. (2019). Media Online Dan Perilaku
Keberagamaan Muslim Pengalaman Di Indonesia, Malaysia Dan Brunai
Darussalam. Dialog, 42(1), 49-60

Hasanah, S. (2020). Kebangkitan Dokter Pribumi dalam Lapangan Kesehatan: Melawan


Wabah Pes, Lepra dan Influenza di Hindia Belanda Awal Abad 20. Masyarakat
Indonesia, 46(2), 208-220

Badan Karantina Pertanian, B. K. P. SPS Newsletter Edisi 45, Volume 10, Nomor 2
(April-Juni 2018)

Anderson, B.R.O'G. (1991). Imagined Communities: Reflections on the Origin and


Spread of Nationalism. Verso.

Cribb, R. (1990). Historical Atlas of Indonesia. Curzon Press.

Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1300 (4th ed.).
Palgrave Macmillan.

Brunei Darussalam-World Health Organization. 2014. Diakses melalui


http://www.who.int/nmh/countries/brn_en.pdf (11 Oktober 2014, 12.11)
Hasanah, S. (2020). Kebangkitan Dokter Pribumi dalam Lapangan Kesehatan: Melawan
Wabah Pes, Lepra dan Influenza di Hindia Belanda Awal Abad 20. Masyarakat
Indonesia, 46(2), 208-220.

Badan Karantina Pertanian, B. K. P. SPS Newsletter Edisi 45, Volume 10, Nomor 2
(April-Juni 2018).

https://www.mpr.go.id/berita/Bangga-Budaya-Lokal-Bagian-Upaya-Meningkatkan-
Nasionalisme-Anak-Bangsa diakses pada 15 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai