Anda di halaman 1dari 24

Studi Kasus

PRUDENTIAL INDONESIA: PELUANG DI TENGAH


TANTANGAN FINANCIAL ILLITERACY
The 6th Master Journey in Management
Depok, 25 April 2013

MRC-Management Research Center

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Kampus UI, Depok, Jawa Barat. Telp: +6221-7272425 ext.503. Fax: +6221-7863556. Email: mrc.icbmr@gmail.com

Hak cipta © 2013 Team Penulis Kasus Prudential, MRC-Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia dan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia).
Tidak ada bagian terbitan ini yang bisa digandakan untuk kepentingan di luar The 6 th MJM 2013.
Pendahuluan

“Prudential sangat peduli dengan perwujudan masyarakat yang sadar keuangan. Termasuk di
dalamnya perempuan mandiri yang mampu mengelola manajemen keuangan keluarga. Lewat
edukasi financial literacy, kami membuka akses seluas-luasnya untuk berbagi pengetahuan dan
dasar pengelolaan keuangan agar dapat mendukung keluarga Indonesia meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik.”

William Kuan, Presiden Direktur Prudential Indonesia1

Hari itu di penghujung tahun 2012, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) menggelar
lokakarya financial literacy di Jakarta. Program yang mendapat dukungan dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tersebut diikuti oleh peserta perempuan. Program ini adalah
bagian penting dari program Tanggung Jawab Sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility
atau CSR) yang tengah digalakkan Prudential Indonesia. Dalam konteks industri keuangan, tipikal
konsumen di emerging markets memiliki tingkat pemahaman dan adopsi yang rendah terhadap
produk-produk finansial, termasuk di dalamnya produk asuransi. Karena itu dikhawatirkan besarnya
potensi pasar asuransi di emerging markets menjadi tidak bermakna jika kesadaran finansial
masyarakatnya rendah. Inilah logika yang menjadi dasar keputusan Prudential Indonesia untuk
menjadikan edukasi financial literacy sebagai program CSR mereka.

1
www.prudential.co.id, “3.000 Perempuan Indonesia Ikuti Pelatihan Mengelola Dana dari Prudential”, 12
Desember 2012,
http://www.prudential.co.id/corp/prudential_in_id/header/press/pressreleases/2012/20121212.html, diakses
tanggal 15 Maret 2013

MJM Case-study team mempersiapkan kasus ini di bawah pengawasan MRC Departemen Manajemen FEUI
dan team dari PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dengan tujuan untuk dijadikan manual
penulisan business plan pada kompetisi The 6th MJM 2013. Kasus ini tidak bermaksud untuk dijadikan
rujukan atau rekomendasi, sumber data primer atau ilustrasi penggunaan strategi yang tepat atau kurang
tepat di dalam suatu situasi manajerial. Para penulis mungkin sudah menyamarkan beberapa nama dan
2
informasi untuk melindungi kerahasiaan perusahaan. Dilarang memfoto-copy, mereproduksi, atau
mengubah isi tanpa izin tertulis dari penulis, team The 6 th MJM 2013 dan PT Prudential Life Assurance
(Prudential Indonesia).
Selain menyasar perempuan lewat program financial literacy, Prudential juga menyasar dua segmen
lain, yaitu anak-anak dan UKM. Program edukasi finansial bagi anak-anak usia 7 sampai 12 tahun
dinamakan Cha-Ching Money-Smart Kids. Program ini memiliki empat konsep pengaturan keuangan
pada anak-anak, yaitu memperoleh (earn), menyimpan (save), membelanjakan (spend), dan
menyumbangkan (donate) disertai karakter lucu dan menarik Bobby, Charity, Justin, Prudence, Zul,
dan Pepper. Sementara untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diselenggarakan pelatihan
pengelolaan keuangan yang bekerjasama dengan Yayasan Mercy Corps Indonesia (YMCI). Konsep
yang diajukan adalah pengelolaan keuangan sederhana untuk memaksimalkan penggunaan
pendapatan.

Kinerja Prudential sendiri sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat hingga awal 2013,
agen pemasaran Prudential Indonesia mendominasi total jumlah agen asuransi di Indonesia dengan
porsi 56 persen atau sekitar 143.000 agen. Sementara total karyawan Prudential Indonesia
berjumlah 1500 orang. Pada tahun 2011, Prudential Indonesia mencatat kenaikan laba bersih 13
persen menjadi Rp 2,1 triliun. Hal ini seiring dengan total pendapatan premi yang naik 47 persen
menjadi Rp 14,8 triliun dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp 10 triliun. Kenaikan premi tersebut
didukung terutama oleh premi bisnis baru yang naik 63 persen dan menyumbang Rp 7,9 triliun dari
total pendapatan. Sementara premi syariah dan premi baru syariah masing-masing menyumbang
pendapatan Rp 1,7 triliun dan Rp 850 miliar.2

Prudential Indonesia berencana menggelar lebih banyak lagi program edukasi financial literacy
kepada masyarakat. Karena itu perlu diidentifikasi segmen masyarakat mana lagi selain perempuan,
anak-anak dan masyarakat berpenghasilan rendah, yang perlu dilibatkan dalam program ini. Yang
tidak kalah penting, perlu dirancang program edukasi financial literacy yang lebih inovatif,
disesuaikan dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Cakupan program ini juga harus dipikirkan,
mengingat begitu luasnya Indonesia sementara wilayah operasi Prudential masih terbatas.
Prudential Indonesia berharap program edukasi financial literacy dapat dikembangkan menjadi
program unggulan CSR perusahaan, yang secara tidak langsung memberi kontribusi pada
pertumbuhan bisnis perusahaan dalam jangka panjang. .

Tentang Prudential Indonesia


Prudential Inc merupakan salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia yang memiliki kantor
perusahaan di seluruh dunia. Prudential pertama kali didirikan pada tanggal 30 Mei 1848 di Hatton
Garden, London, Inggris. Perusahaan ini didirikan dengan nama “Prudential Mutual Assurance
Investment and Loan Association” dengan bisnis inti asuransi jiwa dan pinjaman bagi kelas ekonomi
menengah di Inggris saat itu. Kemudian pada tahun 1995, Prudential mendirikan kantor perusahaan 3

2
Metta Pranata, “Premi Moncer, Prudential Cetak Laba Rp 2 Triliun”, Kamis, 19 April 2012,
http://finance.detik.com/read/2012/04/19/181259/1896713/5/premi-moncer-prudential-cetak-laba-rp-2-
triliun, diakses tanggal 20 Maret 2013
di Indonesia. Tepatnya pada bulan November 1995, Prudential masuk ke Indonesia melalui merger
dengan Bank Bali Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama Prudential BancBali Life Assurance
(PBBL). Setahun kemudian, Oktober 1996, PBBL mendirikan kantor pemasarannya untuk pertama
kali yang terletak di Artha Graha building. Selang 2 tahun kemudian,tepatnya di bulan April 1998,
PBBL mengeluarkan produk unit link premi tunggal yaitu PRUlink investor account dan menjadikan
PBBL sebagai pelopor produk ini di pasar Indonesia. Produk ini kemudian menjadi sangat populer,
sehingga PBBL mengeluarkan produk unit link yang kedua di bulan Juli tahun 2000.

Dengan pertumbuhan yang semakin meningkat, PBBL pun kemudian melakukan strategi pasar yaitu
mengakuisisi Allstate untuk dikembangkan lebih lanjut, termasuk operasinya di Indonesia dengan
cara melakukan merger Allstate ke dalam PBBL. Pada bulan Mei 2001, PBBL membuka Prudential
Center di daerah Thamrin, sekaligus meluncurkan corporatewebsite di waktu yang sama. Masih pada
tahun yang sama, PBBL merubah namanya menjadi PT Prudential Life Assurance, seiring dengan
komposisi kepemilikannya yang baru.

Pada tahun 2002, seiring dengan performanya yang semakin bagus, Prudential akhirnya menerima
penghargaan sebagai Perusahaan Asuransi terbaik 2002 dari Majalah Info Bank dan Majalah
Investor.
Pada tahun 2003, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) bekerjasama dengan Yayasan
Onkologi Anak Indonesia (YOAI) mewujudkan sumbangsih Prudential Indonesia kepada
Penyembuhan Pasien Kanker Anak.

Tahun 2004 adalah tahun gugatan bagi PT Prudential Life Assurance (Prudential). Pada tahun ini,
Prudential harus jatuh bangun menghadapi serangkaian gugatan dan permohonan
pailit. Berdasarkan informasi dari Hukumonline, setidaknya terdapat kurang dari empat permohonan
pailit plus gugatan perdata terhadap prudential.
Yang paling menohok tentunya permohonan pailit yang diajukan Lee Bon Siong, WN Malaysia yang
pernah menjadi agen Prudential ke pengadilan niaga. Permohonan tersebut berbuntut dengan
pailitnya Prudential yang termasuk kedalam top five insurance di Indonesia. Namun, kepailitan
Prudential tidak berlangsung lama karena Mahkamah Agung, tak sampai 30 hari membatalkan
putusan pengadilan niaga.

Setelah perkara Lee beres, selanjutnya Prudential masih menuai permohonan pailit dan gugatan
perdata. Giliran pemegang polis dan pihak yang terlibat dalam proses kepailitan yang mengajukan
pailit. Namun, tiga permohonan pailit tersebut kandas di pengadilan niaga. Sementara untuk
gugatan perdata dikabarkan prosesnya masih berjalan di pengadilan negeri.
Kasus kepailitan Prudential, diduga kuat menjadi pendorong diamandemennya Undang-Undang
Kepailitan. Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan mensyaratkan permohonan pailit
4
terhadap perusahaan asuransi hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan, tidak boleh sembarang
pihak.
Pada tahun 2005, Prudential menerbitkan 2 produk dan layanan baru yaitu PRUlink fixed pay dan
kartu prudential. Selang 4 tahun kemudian, kantor pusat Prudential Indonesia berpindah lokasi ke
Prudential Tower yang terletak di Jl. Jend. Sudirman Kav. 79.

Pada tahun 2006, berdirilah PRUvision Agency sebagai salah satu dari agency Prudential yang
berlokasi di Jakarta dengan berkantor di Gedung baru UOB Plaza, Jalan thamrin yang merupakan
agency no 1 di Indonesia. Kemudian pada tahun 2007, dengan melihat potensi perkembangan pasar
yang besar serta mendengarkan kebutuhan konsumen untuk mendapatkan proteksi jiwa yang
didasari oleh prinsip-prinsip syariah, maka Prudential mengembangkan unit bisnis syariahnya.
Banyak penghargaan telah diterima oleh Prudential di tahun 2008, diantaranya yaitu:

 Asuransi Jiwa Syariah Terbesar dan Teraktif dari Karim Consulting


 “Terbaik” dalam kualitas pelayanan dari Majalah Marketing
 Asuransi Jiwa dengan Pencitraan Perusahaan Terbaik melalui survey oleh Majalah
BusinessWeek
 Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik dalam kategori asset di atas Rp. 7,5 triliun dari Majalah
Investor
 Nilai “Sangat Baik” dan Peringkat teratas dalam kategori perusahaan asuransi dengan premi
bruto di atas Rp 1 triliun dari Majalah InfoBank
 Anugerah “TokohFinansial Indonesia” dari kategori industry asuransi tahun 2008 kepada
Presiden Direktur Prudential Indonesia, Bapak Kevin Holmgren.
 “Service Excellence” sebagai “Perusahaan Asuransi dengan Layanan Terbaik” dari Mark Plus
& Co.
Mengikuti jejak tahun sebelumnya, di tahun 2009 pun, Prudential kembali diberikan penghargaan
atas kinerjanya yang semakin baik dari tahun ke tahun. Beberapa penghargaan yang diterima pada
tahun 2009 diantaranya adalah:

 Service Quality Award 2009 atas pencapaian nilai “Terbaik” dalam meraih kepuasan
pelanggan berdasarkan survey ISSI 2009, dari Majalah Marketing.

 Investor Award 2009 sebagai Perusahaan Asuransi JiwaTerbaik untuk kategori aset di atas Rp
7,5triliun, dari Majalah Investor.

 Star Performer Award 2009 sebagai peraih penghargaan Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik
versi Majalah Investor selama 7 (tujuh) tahun berturut-turut, dari Majalah Investor.

 Indonesia Best Brand Award 2009 sebagai peringkat teratas dalam survey penilaian nilai
merek (brand value) kategori Asuransi Jiwa, dari Majalah SWA sembada.

 Indonesia’s Most Admired Company 2009 atas pencapaian nilai “Terbaik” dalam kategori
Perusahaan Asuransi Jiwa Yang Berhasil Membangun dan Mengelola Citra Perusahaan, dari 5
Majalah BusinessWeek.
 Islamic Financial Award & Cup 2009 untuk peringkat teratas dalam kategori Asuransi Jiwa
Cabang Syariah dengan Pengelolaan Risiko Yang Paling Baik dan kategori Asuransi Jiwa
Cabang Syariah Yang Paling Ekspansif.

 Reader’s Choice Award 2009 dari Majalah Mother & Baby. Penghargaan ini merupakan hasil
survei yang dilakukan terhadap para pembaca majalah Mother & Baby dalam edisi Mei-Juli
2009 mereka.

 Global Service Index Awards 2009 dari lembaga riset jasa layanan, OmniTouch International,
kepada pelayanan yang diberikan perusahaan, khususnya melalui bagian Contact Centre
Prudential Indonesia, Terbaik dalam Mengaplikasikan Standar Industri untuk IVR (Interactive
Voice Response-layanan telepon khusus nasabah)

 Penghargaan khusus dari Majalah Investor dalam acara "Best Syariah 2009". Penghargaan
khusus tersebut diberikan atas kinerja Prudential yang mampu membukukan pertumbuhan
premi syariah terbesar dalam tempo singkat.

 Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2009 untuk kategori asuransi jiwa.
Penghargaan ini diberikan pada perusahaan yang mampu memberikan kepuasan pelanggan
terbaik yang diukur melalui survei yang diselenggarakan oleh majalah SWA bekerjasama
dengan lembaga riset Frontier Consulting Group.

 Marketing Award 2009 sebagai Perusahaan Yang Mampu Mengarahkan Pasar diberikan
oleh Majalah Marketing.
Kemudian, sebagai bentuk apresiasi atas kepercayaan lebih dari 1.000.000 nasabah di Indonesia,
maka Prudential mengadakan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada tahun 2010 yang
dinamakan dengan charity walk.
Persaingan di industri asuransi yang semakin ketat mengakibatkan Prudential perlu untuk melakukan
inovasi dalam produknya. Sehingga pada tahun 2011, Prudential menerbitkan dua jenis produk
PRUearly stage crisis cover, perlindungan terhadap penyakit kritis sejak tahap awal, dan PRUhospital
friends yang membantu nasabah ketika harus menjalani rawat inap di rumah sakit
Berdasarkan data pada tanggal 30 September 2012, Prudential Indonesia telah memiliki kantor pusat
di Jakarta dengan enam kantor pemasaran di Medan, Surabaya, Bandung, Denpasar, Batam dan
Semarang dan 280 kantor keagenan (termasuk di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta,
Batam dan Bali). Prudential Indonesia memiliki lebih dari 140.000 jaringan tenaga pemasaran
berlisensi yang melayani lebih dari 1,6 juta nasabah.

Kinerja Keuangan Prudential Indonesia 6


Prudential mampu memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
menghasilkan kinerja yang unggul. Hal ini terbukti dengan diraihnya beberapa penghargaan atau
award. Salah satunya adalah pada acara Investor Award, The Best Insurance Companies 2012,
Prudential Indonesia meraih posisi terbaik untuk kategori aset di atas Rp 15 triliun pada kelompok
asuransi jiwa. Di acara yang sama, Prudential Indonesia kembali mendapatkan Star Award sebagai
asuransi Jiwa yang berhasil mempertahankan posisi terbaik selama 10 tahun berturut-turut.

Pada kuartal ketiga tahun 2012, Prudential mencatatkan total premi bisnis baru sebesar Rp 7,7
triliun, meningkat 28 persen dibanding perolehan premi pada periode yang sama di tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ini memperkuat basis nasabah Prudential Indonesia yang menjadikan
total nasabah menjadi lebih dari 1,6 juta orang. Di periode tersebut, Prudential Indonesia juga
mencatat peningkatan dana kelolaan hingga Rp 34,4 triliun. Peningkatan tersebut mendorong
kenaikan aset perusahaan sebesar 32 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 38,7 triliun.
Pertumbuhan aset ini memperkuat kondisi kesehatan keuangan Prudential Indonesia, terlihat dari
rasio risk based capital (RBC) yang mencapai 376 persen untuk portfolio konvensional. Prudential
Indonesia juga telah membayarkan beban klain sebesar Rp 4,4 triliun kepada nasabah, tumbuh 41,2
persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Sementara itu, dari data terakhir di tahun 2011, diperoleh informasi bahwa jumlah nasabah
Prudential Indonesia merupakan 16 persen dari total jumlah tertanggung perorangan sebanyak 8,9
juta orang.
Perjalanan bisnis Prudential Indonesia mengalami perkembangan yang terus menunjukkan
peningkatan. Statistik menunjukkan bahwa aset perusahaan setiap tahun rata-rata tumbuh 40
persen dalam lima tahun terakhir. Hingga kuartal ketiga tahun 2012, total aset Prudential Indonesia
mencapai Rp 38 triliun. Selain itu, perusahaan mampu membukukan laba setelah pajak tahun 2011
sebesar Rp 2,6 milyar atau naik 13 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Begitu pula halnya
dengan pendapatan premi Prudential Indonesia yang dari tahun ke tahun cenderung mengalami
kenaikan. Statistik lima tahun terakhir menunjukkan bahwa rata-rata premi Prudential naik sebesar
30 persen.

Jumlah dana investasi atau dana kelolaan Prudential Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2012
mencapai Rp 34,3 triliun atau mengalami kenaikan 32 persen dibandingkan tahun 2011. Tingkat risk
based capital Prudential selalu berada di atas batas minimum 120 persen. Rasio tertinggi diperoleh
pada tahun 2010 mencapai 766 persen3.

Profil Indonesia
Republik Indonesia (Indonesia) merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia karena negara yang
terletak di kawasan Asia Tenggara ini memiliki pulau sebanyak 13.487 buah. Indonesia menduduki
peringkat keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut data
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tahun 2013 penduduk Indonesia 7
diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun.

3
Laporan Keuangan Prudential Indonesia 2005-2011.
Komposisi penduduk menurut BKKBN adalah 28,87 persen merupakan usia sekolah dan balita,
angkatan kerja 63,54 persen, dan lansia (lanjut usia) mencapai 7,59 persen.4
Data bulan Agustus 2012 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia saat itu mencapai
118 juta orang, dimana jumlah penduduk yang bekerja pada periode itu sekitar 110,8 juta orang.
Dengan demikian, masih ada 7,2 juta orang yang menganggur atau sekitar 6,14 persen dari angkatan
kerja. Padahal, setiap tahun sekitar 2,5 juta orang masuk ke bursa pencari kerja baru.5 Oleh karena
itu, pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dan berkualitas mutlak diperlukan untuk mengatasi
tingkat pengangguran yang ada dan menampung angkatan kerja baru.

Dari survey BPS 2012, tingkat pendidikan kepala rumah tangga tidak miskin yang mengeyam hingga
universitas berjumlah 8 persen, SMA 23 persen, SMP 15 persen, SD 29 persen, sisanya tidak tamat
sekolah. Sedangkan survey di rumah tangga miskin, tingkat pendidikan kepala rumah tangga
terbesar yaitu 45 persen adalah tidak tamat sekolah.
Tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan usia harapan
hidup penduduknya. Di Indonesia, data tahun 2010 menunjukkan tingkat kematian bayi per 1000
bayi di Indonesia berjumlah 25persen, sedangkan usia harapan hidup berkisar 70 tahun6. Bila
dibandingkan dengan negara ASEAN, angka harapan hidup di Thailand mencapai 73 tahun, Malaysia
73 tahun dan Singapura 80 tahun. Cina yang diklaim sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia
memiliki angka harapan hidup 72 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara rata-
rata 25persen penduduk Indonesia mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan. Dalam hal
pengobatan, 65persen penduduk Indonesia masih cenderung mengobati sendiri jika sakit.7 Jumlah
ini ditunjukkan secara konsisten sejak tahun 1998 hingga 2011.

Alokasi biaya kesehatan penduduk baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan 3persen dari
pengeluaran rata-rata per kapita sebulannya. Untuk pengeluaran pajak dan premi asuransi
penduduk di daerah perkotaan secara rata-rata 2,8persen , sedangkan di daerah pedesaan
0,97persen.8

Kinerja perekonomian Indonesia beberapa tahun ini mendapat banyak pengakuan dari berbagai
pihak. Pasalnya, di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika, perekonomian Indonesia tetap
tumbuh relatif tinggi dan stabil. Banyak negara lain, termasuk China dan India, yang mengalami
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun ini
rata- rata di atas 6 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 ditargetkan sebesar 6,8 persen,

4
Fitri Syarifah, ”BKKBN: Tahun Ini Penduduk Indonesia Capai 250 juta jiwa“, 25 Februari 2013,
http://health.liputan6.com/read/521272/bkkbn-tahun-ini-penduduk-indonesia-capai-250-juta-jiwa, diakses 20
Maret 2013.
5
Erlangga Djumena, “Pertumbuhan RI Memukau, Pemerataan Menjauh”, 18 Desember 2012, 8
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/18/07441261/Pertumbuhan.Ekonomi.RI.Memukau.Pemera
taan.Menjauh, diakses 20 Maret 2013.
6
Statistik Indonesia 2012, Publikasi BPS, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013.
7
Indikator Kesehatan Indonesia 1998-2011, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013.
8
Statistik Indonesia 2012, Publikasi BPS, www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2013.
dengan tingkat inflasi terjaga sekitar 5 persen. Nilai tukar rupiah relatif bergerak di sekitar Rp 9.500
per dollar AS. Indeks Harga Saham Gabungan rata-rata berada di kisaran 4.200 poin.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar US$840 miliar. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan bahwa jika
perekonomian Indonesia tetap stabil, PDB Indonesia dapat mencapai US$1 triliun pada tahun 2013.9
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) PDB per kapita Indonesia diperkirakan mencapai
3.542,9 dolar AS pada 2011 atau tumbuh 13,8 persen dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari
rumah tangga dan investasi. Pada kuartal III tahun 2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
5,68 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 201110. Komponen investasi langsung
10,02 persen untuk perbandingan periode yang sama. Membaiknya persepsi pasar, perbaikan daya
beli masyarakat, dan stabilnya kondisi makro ekonomi diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan
investasi kuartal mendatang. Sementara itu, Pakar ekonomi dan perbankan Aviliani memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 bisa mencapai 6,6 persen jika iklim investasi masih
terjaga dengan baik. Menurut Aviliani, seandainya laju investasi tidak bergerak pun pertumbuhan
ekonomi Indonesia diperkirakan masih menyentuh enam persen karena sektor konsumsi yang cukup
tinggi dan dominan, dengan porsi sekitar 65 persen11. Aviliani juga mengatakan bahwa kegiatan
keuangan inklusif (financial inclusion), khususnya yang menyasar sektor pertanian yang selama ini
kesulitan mengakses perbankan, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kinerja investasi pada tahun 2012 terus membaik mencapai 10,7persen, dibandingkan pencapaian
tahun sebelumnya sebesar 8.8persen. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan kinerja investasi
tersebut antara lain optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia, perbaikan iklim
investasi yang tercermin dari survei preferensi negara tujuan investasi (UCTAD), serta tejaganya
kestabilan makroekonomi .

Pada tahun 2012, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus di tengah meningkatnya
tekanan dari meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan. Tekana terutama bersumber dari
meningkatnya defisit neraca perdagangan migas akibat melonjaknya konsumsi BBM di dalam negeri
serta realokasi gas untuk pemenuhan konsumsi gas di dalam negeri yang lebih besar. Sementara itu,
neraca perdagangan non migas masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sehingga mampu mengimbangi memburuknya neraca perdagangan
migas.

9
Hadi Suprapto, R. Jihad Akbar, “2013, PDB Indonesia US$1 Triliun”, 4 Juli 2012,
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/332598-2013--pdb-indonesia-us-1-triliun, diakses 20 Maret 2013. 9
10
www.setkab.go.id, ”Ekonomi Indonesia 2012 Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian Global”, 14 November
2012, http://www.setkab.go.id/artikel-6342-.html, diakses 20 Maret 2013.
11
www.antarakl.com, “Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2013 capai 6,6 Persen”, 2013,
http://www.antarakl.com/index.php/ekonomi-bisnis/2025-pengamat-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2013-
capai-66-persen, diakses tanggal 20 Maret 2013
Neraca Transaksi Berjalan Neraca Pedagangan Migas dan Non Migas

Peluang dan Tantangan Pasar


Konsumen di emerging markets umumnya memiliki karakteristik yang mencerminkan evolusi
ekionomi yang terjadi di negara-negara tersebut. Salah satunya adalah perubahan perilaku
konsumen menjadi lebih konsumtif karena tingkat pendapatan yang naik. Makin konsumtifnya
konsumen membuat produk keuangan seperti kredit menjadi populer. Namun demikian,
pemahaman mengenai pengelolaan keuangan yang benar belum begitu mereka pahami dengan
baik. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang memilih menggunakan jasa keuangan informal,
seperti lintah darat atau rentenir. Hal ini tercermin dari hasil survei bank dunia di tahun 2010
diketahui bahwa baru 52 persen warga Indonesia yang punya akses terhadap dunia jasa keuangan
formal. Hasil survei lain yang dilakukan Bapepam pada April 2012 menyatakan bahwa 82 persen
penduduk hanya mengenal produk perbankan dan tidak tahu produk jasa keuangan lain.12

Data lainnya diutarakan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman Darmansyah Hadad yang
juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Beliau mengungkapkan bahwa 40 persen dari
250 juta penduduk Indonesia belum mempunyai hubungan dengan lembaga keuangan, seperti bank,
asuransi, pasar modal, dan sebagainya. Bahkan, jumlah tabungan Indonesia paling kecil di
bandingkan dengan negara lainnya di ASEAN, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.13 Rendahnya
persentase ini merupakan penyebab utama maraknya kasus kejahatan di sektor keuangan. Tren
kejahatan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Masyarakat yang buta keuangan tersebut
menjadi sasaran empuk para pelaku keahatan untuk membohongi calon nasabah, sepertu melalui
investasi bodong. Oleh karena itu, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang pentingnya
melakukan edukasi ke masyarakat. Menurut salah seorang Anggota Komisi XI DPR, Achsanul
Qosasih, selama ini segala kejahatan perbankan seperti mengikuti siklus lima tahunan. Mulai dari
10
12
Adi Agus Santoso, ”160 juta WNI Diajak Melek Jasa Keuangan”, 31 Januari 2013,
http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/31/160-juta-wni-diajak-melek-jasa-
keuangan#sthash.ebXTxnTg.dpbs, diakses 20 Maret 2013.
13
Dodi, “Saatnya Indonesia Membuat Program Rakyat Melek Keuangan”, 6 Juli 2012,
http://www.lingkarjabar.net/2012/07/saatnya-indonesia-membuat-program.html, diakses 20 Maret 2013.
kasus tahun 2003-2004, dan tahun 2008 dimana muncul kasus Century. Dia pun berharap di tahun
2013-2014 tidak terjadi siklus finansial tersebut. Salah satu penyebab berulangnya siklus kejahatan
keuangan adalah karena terdapat aturan yang masih belum kuat sehingga memunculkan banyak
lubang kejahatan. Pada akhirnya, rakyat yang menjadi korban dan Negara yang akan dituntut oleh
rakyatnya.14

Achsanul menjelaskan bahwa untuk memperkuat aturan keuangan, jajaran DPR terutama Komisi XI,
telah melakukan tiga reformasi sistem keuangan. Pertama, reformasi macro prudential yang
melahirkan tujuh hingga delapan perundang-undangan baru terkait keuangan dan memperbaiki
enam Undang-undang (UU) yang ada sejak tahun 2009, yaitu UU Akuntan Publik (AP), UU Transfer
Dana, UU Mata Uang, UU Money Laundry, dan UU BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Dengan adanya UU OJK ini, maka konsekuensinya harus ada revisi lima UU, yaitu UU perbankan, UU
Bank Sentral, UU Asuransi, UU Pasar Modal, dan UU Dana Pensiun. Dan yang terakhir itu, adanya
reformasi protokoler penanganan krisis. Dan induk dari semua reformasi keuangan itu sedang
disusunnya UU JPSK (Jaring Pengaman Sektor Keuangan).

Sementara itu, salah seorang anggota Dewan Komisioner OJK, Nurhaida, menuturkan bahwa selama
ini terjadinya overlapping pengaturan, produk grey area, atau regulatory arbitrage. Contoh produk
yang grey area adalah produk surat utang jangka pendek, dimana produk ini sebenarnya bukan
merupakan produk pasar modal dan juga bukan produk perbankan. Sedangkan mengenai regulatory
arbitrage adalah terkait dengan sesuatu hal yang diatur di dua tempat, tetapi mengaturnya yang
berbeda. Menurut Nurhaida, ke depannya, OJK akan mengaturnya dengan jelas. Selain itu,
harmonisasi peraturan di sektor keuangan juga menjadi tugas OJK ke depannya.

Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan juga tercermin dari Data
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang menunjukkan bahwa penetrasi jumlah polis asuransi
jiwa di Indonesia, khususnya individu, masih rendah, yaitu hanya 3,6 persen dari jumlah populasi
penduduk. Jumlah pemegang polis juga masih rendah, yaitu satu persen dari jumlah penduduk.
Meski begitu, sebagian orang memiliki delapan hingga sembilan, bahkan hingga 12 polis asuransi,
per individu dengan minimal premi Rp 300.000 per bulan dari berbagai perusahaan asuransi.

Hingga saat ini, jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia mencapai sekitar 63 juta, dimana 10
juta adalah pemegang polis individual dan 53 juta adalah pemilik polis gabungan. Dalam lima tahun
terakhir, kondisi industri asuransi pun mengalami peningkatan 20-30 persen. Karena itu,
perkembangan industri asuransi diproyeksikan tetap stabil. Perkiraan ini didukung laporan terbaru
Fitch Ratings yang memberikan perkiraan positif untuk sektor asuransi jiwa di Indonesia.
Dalam rilis resmi Fitch Media Department tahun 2012, dikatakan bahwa penetrasi asuransi di
Indonesia saat ini sebesar 1,7 persen; masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan persentase
seupa di AS yang menembus 8,1 persen, 11,8 persen di Inggris dan 4 persen di negara-negara 11
tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Lembaga pemeringkat itu memperkirakan, meningkatnya

14
www.iaiglobal.or.id, “DPR: Masyarakat yang Melek Keuangan Cuma 26 persen”, 6 November 2012,
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=456, diakses 20 Maret 2013.
persyaratan regulasi, termasuk persyaratan modal minimum ke Rp 70 miliar pada tahun 2012 dan Rp
100 miliar pada tahun 2014, akan mendorong konsolidasi pasar yang lebih ketat. Namun sayangnya,
diperkirakan, prospek pertumbuhan industri asuransi di Indonesia masih akan terhambat oleh
tingkat transparansi kelembagaan, manajemen risiko yang terbatas.15
Kondisi ini merupakan peluang besar bagi perusahaan asuransi jiwa untuk memperluas pangsa
pasarnya. Namun demikian, untuk membuka kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
perlindungan diri, mereka harus dibekali dengan pemahaman akan pentingnya kesadaran finansial.
Semakin tinggi pemahaman seseorang mengenai perencanaan keuangan maka seseorang
tersebutakan semakin ketagihan untuk menemukan dan membeli produk keuangan yang bisa
memproteksi dirinya juga berinvestasi. Pemahaman yang baik mengenai keuangan dan berbagai
produknya membuat seseorang lebih percaya diri untuk berinvestasi dan memproteksi dirinya.
Meskipun satu orang bisa memiliki berbagai polis asuransi tidak hanya asuransi jiwa, tapi juga
kesehatan, dana pensiun, pendidikan, juga unit link, namun untuk memilih produk keuangan yang
tepat, masyarakat perlu menjadi nasabah yang cerdas. Dengan demikian keputusan yang diambil
telah disadari sepenuhnya benefit dan konsekuensinya, bukan sekedar mengikuti tren saja.

Program Financial Literacy Prudential Indonesia


Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Jeppelli, terlihat bahwa tingkat perencanaan keuangan
masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya 3,6 dari total 8 poin dan menempatkan
Indonesia di posisi ke 43 dari 55 negara yang diriset.16

Sementara itu, seorang pakar perencana keuangan independen, Prita Ghozie, memaparkan bahwa
hanya 24 persen dari masyarakat kelas menengah di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 1 juta
orang yang mampu menyisihkan 20 persen penghasilan bulanannya. Sedangkan 12 persennya
mengaku tidak menyisakan penghasilannya untuk ditabung.17
Rendahnya kesadaran keuangan juga menjadi tantangan utama di industri asuransi karena hal
tersebut berdampak pada rendahnya penetrasi asuransi jiwa di Indonesia. Kontribusi total premi
asuransi jiwa terhadap PDB adalah kurang dari 2 persen, dan hanya sekitar 4 persen dari total
populasi di Indonesia yang menjadi pemegang polis asuransi jiwa individual. Hal utama dalam
menjawab tantangan ini merupakan pengembangan kualitas serta kuantitas dari tenaga pemasaran
asuransi jiwa di Indonesia. Kondisi inilah yang melatarbelakangi Prudential Indonesia untuk
menjadikan financial literacy sebagai program utama CSR perusahaan.

15
Linda Putri, “Fitch Tetapkan Prospek Stabil untuk Sektor Asuransi di 2013”, 15 Oktober 2012,
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/15/132783/Fitch-Tetapkan-Prospek-Stabil- 12
untuk-Sektor-Asuransi-di-2013, diakses 20 Maret 2013.
16
Paulus Yoga, “Kesadaran Masyarakat Mengatur Keuangan Bulanan Masih Rendah”, Kamis, 31 Maret 2011,
http://www.infobanknews.com/2011/03/kesadaran-masyarakat-mengatur-keuangan-bulanan-masih-rendah/,
diakses tanggal 19 Maret 2013
17
ibid
Prudential Indonesia memiliki tiga program edukasi financial literacy. Pertama, program financial
literacy untuk perempuan. Kedua, Cha-Ching Money-Smart Kids yang merupakan program edukasi
finansial dasar bagi anak. Dan ketiga, pendidikan pengelolaan keuangan yang berkerjasama dengan
Yayasan Mercy Corps Indonesia (YMCI).

Program Financial Literacy untuk Perempuan

Program yang diselenggarakan Prudential Indonesia sejak tahun 2009 ini dicetus pertama kali oleh
Prudential PLC yang kemudian diaplikasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Program
financial literacy untuk perempuan merupakan bentuk apresiasi Prudential terhadap perempuan
yang memiliki banyak peran di keluarga, sebagai dirinya, ibu, istri, ipar dan lainnya. Alasan Prudential
menyasar perempuan dalam program financial literacy menurut Nini Sumohandoyo, Corporate
Marketing & Communications Director Prudential Indonesia, adalah walaupun tidak semua
perempuan memperoleh penghasilan sendiri, namun perempuan punya peran penting sebagai
pembuat keputusan di rumah, termasuk dalam keuangan.18

Prudential Indonesia menyasarpara wanita pengusaha usaha mikro dan informal akan untuk
program financial literacy tersebut. Perusahaan memilih untuk menyasar kalangan usaha mikro
sektor informal karena menurut Senior Manager-Policy Holder Service Alteration & Revival PT
Prudential Indonesia, Yeanne Eka handayani, sektor ini terbukti telah berperan besar dalam
membangun pertumbuhan ekonomi di daerah di Indonesia, yang sebagian besar pelaku usahanya
kalangan wanita. Upaya untuk mengembangkan kemampuan mereka ini pun sejalan dengan misi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.19 Oleh karena itulah, program
edukasi ini memperoleh penghargaan dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, atas komitmen Prudential Indonesia untuk
melanjutkan inisiatif, mencerdaskan masyarakat terutama perempuan, agar kualitas hidupnya
meningkat.

Sejak 2009, total sudah lebih dari 4.000 perempuan teredukasi mengenai perencanaan keuangan
melalui program ini. Selama penyelenggaraannya, Prudential Indonesia telah membagi tips
mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan kepada para perempuan pengusaha sektor
informal di delapan kota di Indonesia agar mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih baik. Selama
tahun 2011, Prudential Indonesia berhasil mengunjungi enam kota, dengan jumlah perempuan
peserta pelatihan mencapai 1.800 orang, meningkat dari tahun 2010 yang hanya dapat menjaring
1.500 peserta.

18
Wardah Fazriyati. “Mengajak Perempuan Melek Finansial”, Selasa, 6 Desember 2011, 13
http://female.kompas.com/read/2011/12/06/13363137/Mengajak.Perempuan.Melek.Finansial, diakses
tanggal 17 Maret 2013
19
Rohmat, “Prudential Targetkan 1.500 Wanita Pengusaha UMKM Melek Finansial”, Rabu, 20 Juli 2011,
http://economy.okezone.com/read/2011/07/20/320/482205/prudential-targetkan-1-500-wanita-pengusaha-
umkm-melek-finansial, diakses tanggal 17 Maret 2013
Sementara itu, program Financial Literacy Prudential Indonesia pada tahun 2012 bertajuk “Tips
Mengelola Dana untuk Perempuan” diselenggarakan sebanyak 14 sesi pelatihan di enam kota besar
Indonesia dengan dukungan penuh dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KPP-PA) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Program yang
diadakan di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, dan Jakarta ini diikuti oleh
sebanyak 3.242 peserta. Peserta merupakan perempuan pengusaha sektor informal yang berasal
dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS), Masyarakat Desa Wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang
merupakan organisasi binaan dari KPP-PA dan Kemenparekraf. Demografi peserta adalah sebagai
berikut: usia : 20-55 tahun; pekerjaan : pedagang, pengrajin, petani, buruh, guru honorer, pelajar
dan ibu rumah tangga; pendidikan : SD – SMA; dan pendapatan: Rp 500.000 – Rp 2.000.000.

Pada dasarnya, tujuan seminar financial literacy ini adalah untuk membuka mata dan
membangkitkan motivasi peserta untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Dengan menghadiri
seminar tersebut, peserta diharapkan dapat memahami pentingnya tabungan dan menyadari
perbedaan antara kebutuhan versus keinginan (needs vs wants). Tabel 1 menunjukkan 10 topik yang
dibahas dalam seminar, beserta pemahaman peserta terdapat topik tersebut dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.

Tabel 1. Topik-topik Seminar Financial Literacy

Topik Pemahaman Aplikasi


1. Perencanaan: kebutuhan Ide ini sangat dipahami,  Belum diaplikasikan secara
vs keinginan terutama terkait dengan tepat
perencanaan pendidikan
anak
2. Setelah menerima gaji: Tidak terlalu paham, tidak  Hanya sedikit perempuan
rekening aktif vs pasif familiar dengan istilah ini yang memiliki rekening
aktif dan pasif.
 Beberapa malah sama
sekali tidak memiliki
rekening di bank
3. Membayar cicilan atau Tidak ada peserta yang  Mereka sudah berupaya
pinjaman—maksimal 30 mengetahui nilai maksimal untuk tidak meminjam,
persen dari penghasilan 30 persen dari penghasilan, terutama untuk pinjaman
namun mereka menyadari kosumtif: pakaian,
pentingnya tidak elektronik, dan meminjam
memperoleh pinjaman dari untuk membeli motor yang
rentenir mereka butuhkan untuk 14
menjalankan bisnis mereka
Topik Pemahaman Aplikasi
4. Tabungan: 10 – 20 persen Besarnya persentase tidak  Sebagian besar telah
penghasilan diingat, namun mereka menyisihkan uang yang
semua tahu bahwa mereka mereka anggap sebagai
harus menyisihkan sebagian tabungan. Namun hal ini
pendapatan ke dalam bukan berarti simpanan
tabungan sebelum untuk masa depan, dimana
dibelanjakan bisa saja digunakan untuk
kebutuhan jangka pendek
5. Menyisihkan 5 persen Dipahami secara samar-  Mereka cenderung
untuk dana darurat samar menyatukannya dengan
tabungan atau simpanan
6. Membayar biaya bulanan Dipahami dengan jelas  Telah dipraktekkan. Mereka
(kebutuhan bukan sudah menjadikan ini
keinginan) sebagai prioritas utama
7. Jika ada kelebihan uang, Paham dan terinspirasi  Belum benar-benar
beli asuransi, tabung atau dipraktekkan: beberapa
invest tidak memiliki kelebihan
uang
 Beberapa kasus di masing-
masing kota dimana
mereka menempatkan
kembali uangnya ke dalam
bisnis sehingga bisnis
mereka bertumbuh
 Beberapa
menginvestasikan uangnya
di emas
8. Jika memperoleh THR/ Paham namun kurang  Belum benar-benar
bonus/ warisan relevan dipraktekkan
9. Mengawasi pengeluaran Perencanaan tidak dipahami  Karenanya, hal ini belum
sesuai rencana sepenuhnya pernah dipraktekkan secara
tepat
10. Disiplin Dipahami  Namun tidak sepenuhnya
dipraktekkan. Mereka yang
belum pernah
mempraktekkan tips ini
adalah mereka yang
memiliki masalah disiplin,
termasuk dalam
membesarkan anak mereka
Sumber: Prudential Indonesia 15
Cha-Ching Money-Smart Kids

Program financial literacy yang kedua adalah Cha-Ching Money-Smart Kids, yaitu program edukasi
animasi musikal pertama di Indonesia, bahkan di Asia, yang bertujuan untuk membantu orang tua
dalam mengajarkan pentingnya pengelolaan uang bagi anak.

Program yang secara resmi diluncurkan oleh Prudential Indonesia pada tanggal 19 Oktober 2012 ini
menyasar anak-anak usia 7-12 tahun dengan memperkenalkan empat konsep utama, yaitu:
menghasilkan (earn), menabung (save), membelanjakan (spend) dan menyumbangkan (donate).
Website Cha-Ching juga telah tersedia dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, di www.cha-
ching.co.id.
Inisiatif Prudential Indonesia untuk meluncurkan program ini didasari oleh kebutuhan yang semakin
tinggi akan pengetahuan pengelolaan keuangan sejak dini bagi anak-anak seiring dengan semakin
tingginya tingkat persaingan baik di sekolah maupun di dunia kerja, yang menuntut anak-anak
Indonesia untuk semakin terampil dalam hal-hal mendasar seperti pengetahuan pengaturan
keuangan yang baik.

Hal yang melatarbelakangi Prudential Indonesia untuk memberikan edukasi keuangan pada anak-
anak adalah karena berdasarkan survei yang dilakukan Prudential di tujuh negara di Asia (Indonesia,
Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam), menunjukan bahwa 61 persen dari
orang tua di Indonesia menyatakan bahwa mereka mempunyai keahlian yang baik/sangat baik
terhadap pengelolaan keuangan, dan hampir seluruh dari orang tua di Indonesia (92 persen)
menginginkan anaknya untuk mempunyai pengetahuan mengatur keuangan yang baik, namun
hanya 8 persen dari mereka yang merasa anaknya betul-betul mempunyai pengetahuan dalam
mengatur keuangan. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan rata-rata negara di Asia (13 persen).

Survei yang dilakukan untuk mengetahui perspektif orang tua terhadap pengetahuan anak-anak
dalam mengatur keuangan ini juga menyatakan bahwa mayoritas dari orang tua di Indonesia ingin
lebih terlibat lagi dalam mendidik anak untuk mengatur keuangan karena mereka merasa hal ini
menjadi bagian tanggung jawab orang tua. Berdasarkan hasil survei ini, hampir seluruh orang tua
(95%) mendukung adanya program edukasi mengenai pengaturan keuangan dan lebih memilih
televisi dan internet sebagai medium penyampaian.

Terlebih lagi, menurut data World Bank tahun 2011, dari 242 juta populasi di Indonesia, sebanyak 27
persen dari jumlah populasi tersebut atau lebih dari 67 juta orang merupakan anak-anak di bawah
umur 14 tahun. Dalam 30 tahun ke depan, anak-anak ini akan mencapai usia produktif dan mereka
akan mempunyai tanggung jawab finansial yang lebih besar untuk mendukung generasi yang lebih
tua dan non-produktif.
16
Menurut William Kuan, perusahaan melihat adanya kebutuhan yang cukup besar bagi anak-anak di
Indonesia untuk memahami konsep dasar pengaturan keuangan, karena hasil survei menunjukkan
hampir semua anak-anak di Indonesia mempunyai uang jajan, namun sebagian besar dari mereka
hanya mengerti cara untuk membelanjakannya (spend).” Berangkat dari hal tersebut, Prudential
Indonesia berharap Cha-Ching dapat mengambil peranan dalam mendidik anak-anak untuk
mengelola keuangan dengan cara yang menyenangkan.

Selain itu, hasil survei dari Prudential mengemukakan bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan
pemahaman yang lebih mendalam terhadap masing-masing empat konsep utama keuangan (earn,
save, spend dan donate) tersebut, terutama untuk konsep menabung. Menurut hasil survei,
walaupun 51 persen dari orang tua mengatakan anak-anaknya selalu menyisihkan uangnya untuk
ditabung, hanya 17 persen dari anak-anak tersebut yang menabungkan uang mereka. Oleh karena
itu, Prudential Indonesia berharap bahwa para orang tua dapat memiliki tools alternatif dalam
memperkenalkan empat konsep utama keuangan kepada anak-anak mereka melalui pendekatan
‘edutainment’ dengan medium animasi musikal yang menarik.

Pendidikan Pengelolaan Keuangan Berkerjasama dengan YMCI

Program yang bertajuk “Supporting MicroInsurance Learning and Education Program (SMILE)” ini
merupakan program financial literacy yang bertujuan untuk menyediakan pelatihan mengenai
financial literacy dan mensosialisasikan asuransi mikro bagi masyarakat miskin dan berpendapatan
rendah. Program ini dilaksanakan dengan membangun pengetahuan mengenai konsep-konsep
keuangan penting dalam anggaran, tabungan, manajemen utang, produk investasi, asuransi mikro,
dan mendukung pengembangan keahlian dalam membuat keputusan finansial.
Program ini dimulai pada Oktober 2012 hingga dua tahun mendatang. Di akhir 2012, pelatihan ini
telah berlangsung dalam delapan batch sesi ToT (Training-on-Trainers). Sebagai program awalan,
target peserta SMILE berasal dari area Jabodetabek seperti Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan Subang, dan Karawang. Dalam 2,5 bulan pertamanya, SMILE telah berhasil melatih 98
trainers dan lebih dari 8.000 peserta.

Target peserta yang mengikuti program ini adalah wanita yang berusia antara 25 sampai 59 tahun.
Sebagian besar mereka adalah ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sampingan atau memiliki
usaha kecil yang dekat dengan rumah mereka. Usaha tersebut seperti warung, laundry, childcare,
catering, sewa kos, dan usaha lainnya yang menghasilkan pendapatan rutin bagi keluarga. Dari
program yang sudah terlaksana hingga akhir 2012, 74 persen peserta pelatihan ini adalah wanita.
Pekerjaan para peserta ada yang ibu rumah tangga, karyawan, wiraswata, petani, dan buruh harian.
Komposisi pekerjaan peserta pelatihan ditunjukkan gambar di bawah ini.

17
Sumber: Data Perusahaan

Komunitas yang telah mengikuti program ini di antaranya Koperasi Sumber Rejeki Baru, Koperasi
Mitra Mandiri Karawang, Koperasi Mitra Mandiri Subang, KP Ibu (Hati Kami), LKM Jelambar Baru,
dan Nalatiga Kencana Foundation.

Selain menyediakan program-program financial literacy tersebut di atas, Prudential Indonesia juga
memandang pentingnya melakukan pengembangan kualitas serta kuantitas dari tenaga
pemasarannya sehingga dapat menjadi mitra terbaik dalam melayani kebutuhan perencanaan
keuangan masyarakat Indonesia. Untuk itulah, Prudential Indonesia mendirikan PRUsales academy
yang menyediakan berbagai model pelatihan dan program pengembangan asuransi.
PRUsales academy sebenarnya sudah berdiri sejak 2006 di Jakarta, namun seiring dengan semakin
banyaknya tenaga pemasaran yang harus mengikuti pelatihan, maka PRUsales academy dipindahkan
ke Prudential Center Kota Kasablanka, Jakarta, yang cukup untuk menampung sampai dengan 1.000
orang per harinya. Hingga saat ini tenaga pemasaran yang sudah dilatih di lokasi baru tersebut
mencapai 13.000 per bulan termasuk lisensi bagi lebih dari 2000 tenaga pemasaran per bulannya.
Perpindahan PRUsales Academy dilakukan pada tanggal 14 Januari 2013 dan telah diresmikan pada
tanggal 18 Maret 2013.

Edukasi Konsumen: Tantangan yang Menciptakan Peluang


Masih rendahnya kesadaran keuangan masyarakat Indonesia yang salah satunya tercermin dari
masih rendahnya penetrasi asuransi, telah menjadi tantangan utama di industri asuransi. Prudential 18
Indonesia berupaya menjawab tantangan tersebut dengan menyelenggarakan program-program
edukasi financial literacy, terutama untuk perempuan, anak-anak, dan pendidikan, yang dijalankan
secara konsisten berkelanjutan. Selain itu, Prudential Indonesia juga mengembangkan kompetensi
tenaga pemasarannya sebagai perwujudan komitmen kuat perusahaan dalam memberikan
pelayanan terbaik dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat Indonesia melalui tenaga
pemasaran yang profesional dan kompeten.
Ke depannya, Prudential Indonesia berharap dapat terus memberikan kontribusi terbaik bagi
pemberantasan financial illiteracy di Indonesia. Program awal yang telah dijalankan menunjukkan
hasil yang positif. Ada indikasi bahwa edukasi financial literacy yang dilakukan Prudential Indonesia
mampu meningkatkan pemahaman dan keinginan para peserta untuk bisa mengelola pendapatan
mereka dengan lebih baik. Karena itu, program CSR ini perlu diperluas sasarannya, bentuk
programnya, serta jangkauannnya. Dilemanya, pengembangan program ini akan membutuhkan
tambahan biaya dan sumberdaya yang tidak sedikit, sementara sebagai entitas bisnis, Prudential
punya kewajiban untuk tetap mencetak laba. .

Pertanyaan Kasus: sebagai tim CSR Prudential Indonesia, Anda diminta untuk merancang
strategi edukasi financial literacy yang efektif dan tepat sasaran, disesuaikan dengan sumber daya
perusahaan serta memberikan kontribusi bagi sustainability perusahaan. Rancangan program dapat
berupa pengembangan atau modifikasi dari program yang sudah ada atau merupakan program yang
baru. Program tersebut dapat berupa metode edukasi atau produk yang ditujukan untuk pasar yang
sudah ada atau pasar yang baru.

Lampiran 1. Penjelasan Logo Prudential

19

Sumber: Data Perusahaan


Lampiran 2. Gambar Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ibu Linda
Amalia Sari Gumelar, S.IP menyampaikan penghargaan kepada Prudential Indonesia

Sumber: Data Perusahaan

Lampiran 3. Testimoni Peserta Program Edukasi Financial Literacy untuk Perempuan Tahun 2012

20

Sumber: Data Perusahaan


Lampiran 4. Rasio Risk-Based Capital (RBC) Prudential Indonesia, 2008 – 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 5. Pendapatan Premi Prudential Indonesia, 2008 – 2012 (III)

21

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia


Lampiran 6. Total Aset Prudential Indonesia, 2008 – 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 7. Pemegang Polis Prudential Indonesia (jumlah nasabah), 2008 – 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

22
Lampiran 8. Total Pendapatan Premi Prudential Indonesia (dalam triliun rupiah), 2008 – 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 9. Dana Kelolaan (triliun rupiah), 2008 – 2012 (III)

23

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia


Lampiran 10. Laba Setelah Pajak (miliar rupiah), 2008 – 2012 (III)

Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Lampiran 11. Kinerja Prudential Indonesia pada 2011 (III) dan 2012 (III)

24
Sumber: Laporan Keuangan Prudential Indonesia

Anda mungkin juga menyukai