Anda di halaman 1dari 4

Analisis Kultur dan Teknik Pada

Bangunan Pagelaran Sasana Sumewa


Keraton Kasunanan Surakarta

Disusun Oleh:

Faiz Khanza Maylano - 22512140


Nauval Aulia Anas Rasyid - 22512144
Ahmad Yahya Ayyasy - 22512150
Laogi Saputra - 22512157

Pagelaran Sasana Sumewa terletak di sebelah selatan Waringin Gung dan


Waringin Binatur Alun-alun Lor Keraton Surakarta. Pagelaran Sasana Sumewa pada
zaman kerajaan menjadi tempat untuk menghadap Sri Sunan, Pepatih Dalem atau para
Bupati. Kegiatan yang biasa dilakukan pada hari-hari besar Bakda Mulud (setiap 3 kali
dalam 1 tahun), Ulang tahun Sri Sunan, Peringatan naik tahta, dan sebagainya.
Pagelaran ini memiliki nama Sasana Sumewa, Pagelaran berarti area terbuka, Sasana
berarti tempat, rumah, dan Sumewa berarti menghadap.

Pada tahun 1745 Masehi Susuhunan Paku Bumana II memerintahkan untuk


membangun Pagelaran, yang dimana pada masa lampau lebih dikenal sebagai Tratag
Rambat. Pada awalnya Tratag Rambat merupakan bangunan sederhana yang jauh
sentuhan arsitektur. Ketika masih bernama Tratag Rambat material pada bangunan ini
tidak jauh seperti rumah penduduk pada umumnya seperti atapnya menggunakan
bambu yang dianyam dengan ditopang pada beberapa deretan tiang kayu, dan pada
lantainya hanya berupa urugan pasir. Bangunan ini sering disebut Pagelaran, dan pada
Ulang Tahun Raja Pakubuwana X ke-48 tahun beliau merenovasi bangunan ini dan
disebut Pagelaran Sasana Sumewa

Pagelaran Sasana Sumewa merupakan bangunan induk yang berdiri dengan


kolom-kolom model Eropa yang berjumlah 48 buah. Kolom yang berjumlah 48 buah
merupakan pendeskripsian dari umur Raja Pakubuwana ke-X yang dimana beliau
berumur 48 tahun pada waktu itu dan juga direnovasi menjadi bangunan permanen.
Selain menambah kolom sejumlah 48 buah, pada konstruksi atap yang sebelumnya
merupakan anyaman bambu diubah menjadi seng dengan rangka atapnya yang berupa
baja dan juga pada plafonnya menggunakan motif kembang.
Di dalam Sasana Sumewa, terdapat bangunan kecil berupa rumah kecil yang
dulunya bekas kapal jenggala yang dibawa dari kartasura, bangunan kecil ini disebut
bangsal pangrawit. Bangsal pangrawit ini dahulunya dimanfaatkan atau digunakan
sebagai singgasana raja ketika raja akan memerintahkan sesuatu kepada para
bawahnya, selain itu bangsal pangrawit ini difungsikan juga sebagai tempat untuk
pelantikan pejabat keraton. Pada Bangsal Parawitan menggunakan empat tiang kayu
jati tua dan juga diberikan sentuhan ukiran ornamen dan juga di bawah lantai terdapat
batu andesit yang dimana dipercaya di tempat tersebut menjadi bekas tempat duduk
Raja Hayam Wuruk.

Selain bangsal pangrawit, di sekitar sasana sumewa juga terdapat bangsal


pacekotan yang merupakan bangunan kecil yang digunakan sebgai tempat untuk para
abdi dalam untuk bermusyawarah ataupun menyelesaikan sebuah masalah, selain itu
tempat ini digunakan sebagai tempat untuk orang-orang yang akan diberi anugrah atau
hadiah dari raja. Selain itu juga terdapat bangsal pacikeran yang digunakan sebagai
tempat atau ruang tunggu bagi orang-orang yang akan mendapat hukuman oleh
pengadilan atau raja. Selain bangsal, di sekitar halaman Sasana Sumewa terdapat juga
meriam kuno yang diberi nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini
dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).

Zona komplek keraton terbagi menjadi empat zona, yaitu zona publik (alun-alun
utara, alun-alun selatan), semi publik seperti (pagelaran Sasana Sumewa, Siti Hinggil)
zona semi private (pelataran Kedhaton), dan yang terakhir zona private (Kedhaton atau
inti Keraton).

Bangunan Pagelaran Sasana Sumewa dibangun dengan konstruksi atap


kampung tridenta atau atap segitiga berjajar tiga, bagian tengah nya berukuran lebih
kecil diantara dua atap segitiga yang lebih besar. Atap tersebut disangga oleh 48 buah
kolom berukuran 80 cm, material yang digunakan memakai bahan seng sebagai
penahan panas yang baik sehingga bagian dalam ruangan tidak terasa gerah.
Kemudian, pada bagian lantai bangunan menggunakan plester agar menghasilkan
penghawaan yang lebih dingin. Landasannya kemudian ditinggikan menjadi 1,5 meter
dengan lantai nya yang sebelumnya hanya berupa urugan pasir menjadi plesteran
untuk posisi kiri dan kanan, sedangkan pada bagian tengah menggunakan ubin yang
dicetak.

Nilai arsitektur yang bisa didapat dari bangunan Pagelaran Sasana Sumewa
adalah bangunan ini menggunakan sistem sumbu pada susunannya, deretan tiang
tanpa tembok mengartikan keterbukaan, kolom-kolom yang besar melambangkan
kekuatan, dan juga pada atap yang memiliki 3 buah pelana menjadi penanda arsitektur
tradisional Jawa.

Suasana ruang Pagelaran Sasana Sumewa terbentuk dari deretan tiang kolom
yang besar dan juga bidang atap dengan ruang kosong yang tertutup menyebabkan
kita merasa kecil. Gambaran tersebut menjelaskan juga bahwa manusia lebih kecil dari
raja dan juga sangat kecil dibanding tuhan.Raja merupakan wakil tuhan yang dimana
disebutkan Sayidin Panatagama.

Pada kolom utama menggunakan motif batik kawung, motif tersebut yang
terkenal di kalangan masyarakat,dan juga digunakan pada penggambaran
Semar,gareng,Petruk,dan Bagong.Makna penggunaan simbolis batik kawung yaitu Raja
Susuhunan menjadi wakil tuhan untuk mengayomi dan juga melindungi rakyat.

Pada list plank menggunakan motif banyu tetes dan makutha.Banyu tetes
menggambarkan bahwa tiada kehidupan tanpa adanya air,dan juga hidup itu diperlukan
tolong menolong seperti tetesan air yang memberikan kesegaran.Makutha pada
bangian tengah bubungan menggambarkan agar Raja Susuhunan sebagai wakil tuhan
diharapkan dapat melindungi negara dan segenap rakyatnya.

Dalam penggunaannya Pagelaran Sasana Sumewa saat ini digunakan untuk


kegiatan kebudayaan. Dalam kegiatannya ada yang berupa tetap dan juga tidak tetap
atau insidental. Kegiatan yang bersifat tetap seperti Grebeg Mulud, Malam Sekeliuran,
Malam Garebeg Puasa, Garebeg besar. Kemudian yang bersifat sementara seperti,
Bengawan Solo Fair, terkadang menjadi ruang perkuliahan, pentas wayang kulit, dan
pernah juga menjadi tempat nonton bola bersama.
Sumber Referensi :

- Marsudi,2001,Nilai Arsitektur Pada Simbolisme Keraton Karusanan


Surakarta.
- Sajid RM,1984,Babad Sala
- Suparno,2003,Peran dan Makna Sombolis Pagelaran Sasana Sumewa
Kraton Kasunanan Surakarta.
- tumpi.id/pagelaran-keraton-surakarta/
- merbabu.com/keraton/keraton_surakarta_hadiningrat3.php

Anda mungkin juga menyukai