Goa Gajah adalah sebuah tempat wisata yang terletak di Desa Bedulu,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Kata Goa Gajah dipercaya berasal
dari sebuah kata yang muncul di dalam kitab Negarakertagama Lwa Gajah.
Goa ini dibangun sekitar abada ke 11 masehi saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi
Banten sedang bertahta.
Kawasan tempat suci ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, sebuah kompleks
bangunan suci Hindu yang dibangun sekitar abad ke 10 masehi. Selanjutnya,
bangunan suci Hindu berbentuk pura-pura kecil atau disebut juga pelinggih
yang dibangun setelahnya. Lalu bagian terakhir adalah bangunan peninggalan
Budha yang kira-kira dibangun sekitar abada ke 8 atau bersamaan dengan waktu
dibangunnya Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Di dalam gua bagian timur, terdapat tiga Lingga Besar yang bediri di
dalam ceruk. Sedangkan di bagian barat terdapat arca Ganesha. Kemudian di
bagian tengah akhir atau keluwan dari gua terdapat tiga Lingga lagi sebagai
lambang Siwa, atau Sang Hyang Tri Purusa. Sementara itu di bagian depan gua
atau teben terdapat sebuah patung Ganesha yang merupakan anak dari Siwa.
Ganesha adalah dewa dengan tubuh manusia dan kepala gajah yang merupakan
anak dari Siwa dan Parwati. Keberadaan patung inilah yang diperkirakan asal
mula nama Goa Gajah.
Sejarah Kertagosa
Kerta Gosa adalah salah satu obyek wisata andalan kabupaten Klungkung,
Bali. Dibangun pada tahun 1686 oleh Dewa Agung Jambe. Taman Gili Kerta
Gosa memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki obyek wisata lainnya.
Kerta Gosa adalah sebuah bangunan terbuka (bale) yang secara resmi
merupakan bagian dari kompleks Puri Semarapura. Bangunan peninggalan
sejarah yang terletak di tengah-tengah Ibu Kota Klungkung ini adalah sebagai
tempat diskusi mengadakan rapat kerajaan untuk mendiskusikan kesejahteraan
masyarakat klungkung, namun setelah ditaklukkan oleh Belanda, tempat ini
sebagai tempat sidang perkara adat maupun kerajaan.