Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Goa Gajah

Goa Gajah adalah sebuah tempat wisata yang terletak di Desa Bedulu,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Kata Goa Gajah dipercaya berasal
dari sebuah kata yang muncul di dalam kitab Negarakertagama Lwa Gajah.
Goa ini dibangun sekitar abada ke 11 masehi saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi
Banten sedang bertahta.
Kawasan tempat suci ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, sebuah kompleks
bangunan suci Hindu yang dibangun sekitar abad ke 10 masehi. Selanjutnya,
bangunan suci Hindu berbentuk pura-pura kecil atau disebut juga pelinggih
yang dibangun setelahnya. Lalu bagian terakhir adalah bangunan peninggalan
Budha yang kira-kira dibangun sekitar abada ke 8 atau bersamaan dengan waktu
dibangunnya Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Di dalam gua bagian timur, terdapat tiga Lingga Besar yang bediri di
dalam ceruk. Sedangkan di bagian barat terdapat arca Ganesha. Kemudian di
bagian tengah akhir atau keluwan dari gua terdapat tiga Lingga lagi sebagai
lambang Siwa, atau Sang Hyang Tri Purusa. Sementara itu di bagian depan gua
atau teben terdapat sebuah patung Ganesha yang merupakan anak dari Siwa.
Ganesha adalah dewa dengan tubuh manusia dan kepala gajah yang merupakan
anak dari Siwa dan Parwati. Keberadaan patung inilah yang diperkirakan asal
mula nama Goa Gajah.

Sejarah Pura Tirta Empul


Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya,
Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Kawasan Tampaksiring
dapat dikatakan kawasan yang memiliki nilai historis. Diperkirakan nama
Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak yang berarti telapak dan
siring yang bermakna miring. Makna dari kedua kata itu konon terkait dengan
sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada sebuah daun lontar, yang
menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas jejak telapak kaki seorang raja
bernama Mayadenawa. Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan
Raja Masula Masuli berkuasa dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui
dari bunyi lontar Usana Bali. Isi dari lontar itu disebutkan artinya sebagai
berikut: Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda
Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua rakyat
sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya, seperti dari
Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring.

Sedangkan Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan


Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari
adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat
tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun
pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi.

Sejarah Taman Air Kerajaan Tirta Gangga


Taman air kerajaan tirtagangga ini merupakan sebuah taman air yang terletak
di suatu perbukitan hijau yang indah dan dikelilingi oleh sawah yang hijau,
bangunan bersejarah ini merupakan peninggalan sejarah dari keluarga kerajaan
karangasem. lokasinya terletak di desa ababi, sebelah utara amlapura (ibukota
karangasem). Taman air dibangun atas prakasrsa dari raja karangasem yang
bernama anak agung anglurah ketut karangasem pada tahun 1948. Arti dari kata
tirta adalah air yang diberkati, sedangkan nama gangga itu sendiri diambil dari
nama sungai di india. Taman ini juga merupakan situs dari warisan kerajaan
karangasem. Taman ini dibangun pada saat raja karangasem yang terkahir yaitu
I Gusti Bagus Jelantik pada tahun 1919.

Sejarah Kertagosa
Kerta Gosa adalah salah satu obyek wisata andalan kabupaten Klungkung,
Bali. Dibangun pada tahun 1686 oleh Dewa Agung Jambe. Taman Gili Kerta
Gosa memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki obyek wisata lainnya.
Kerta Gosa adalah sebuah bangunan terbuka (bale) yang secara resmi
merupakan bagian dari kompleks Puri Semarapura. Bangunan peninggalan
sejarah yang terletak di tengah-tengah Ibu Kota Klungkung ini adalah sebagai
tempat diskusi mengadakan rapat kerajaan untuk mendiskusikan kesejahteraan
masyarakat klungkung, namun setelah ditaklukkan oleh Belanda, tempat ini
sebagai tempat sidang perkara adat maupun kerajaan.

Sejarah Patung Catur Muka


Patung Catur Muka didirikan pada tahun 1973 di tengah-tengah Kota
Denpasar, oleh seniman lokal Bali yang terkenal yaitu I Gusti Nyoman Lempad
yang berasal dari Ubud. Patung Catur Muka ini terbuat dari batu granit besar
setinggi 9 meter, dan menjadi pusat aktifitas masyarakat Denpasar yang
merupakan Ibu Kota Bali. Posisinya sendiri menghadap ke empat penjuru mata
angin yakni Timur, Barat, Selatan dan Utara. Patung Catur Muka yang berstana
bunga padma (lotus) menunjukkan bahwa Brahma adalah asal mula dari
kenyataan yang tidak terbatas. Padma melambangkan alam semesta dan
kesucian.

Sejarah Monumen Bajra Sandhi


Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi
hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang pesemaian pelestarian jiwa perjuangan
rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman serta lambang semangat untuk
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17
anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan
monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor
Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali yang juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali Niti
Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon. Monumen ini dikenal dengan nama
Bajra Sandhi karena bentuknya menyerupai bajra atau genta yang digunakan oleh para
Pendeta Hindu dalam mengucapkan Weda (mantra) pada saat upacara keagamaan. Monumen
ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri pada
tanggal 14 Juni 2003. Tujuan pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa
dan semangat perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan
serta melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal
melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan tantangan dan hambatan.

Anda mungkin juga menyukai