Anda di halaman 1dari 11

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

7. Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi
(1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu
harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi
sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran


merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan
sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam
hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan
hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total enforcement, yaitu penegakan
hukum secara penuh, (Soerjono Soekanto 1987: 220), sedangkan peran ideal, dapat
diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan
tersebut. Misalnya TNI-AD sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan
berfungsi dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, artinya
peranan yang nyata, (Soerjono Soekamto). Peran merupakan aspek dinamis dari
kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan
sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan
hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
fungsi.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku


tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga
mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang dimainkan
hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan / diperankan pimpinan tingkat
atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama Peran merupakan
tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di
dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat
dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
c. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu
jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara
anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran (role). Peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang
pengertian peran, (Miftah Thoha, 1997).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah


suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal
diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan TNI-AD, peran tidak berarti
sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang TNI-
AD.
8. Komandan Peleton
Peleton adalah satuan militer yang terdiri dari 30 sampai 50 orang, dan biasa
dipimpin oleh seorang letnan dua. Peleton terbentuk dari dua sampai empat regu, dan
ini berbeda-beda tergantung negara dan jenis satuan anggota peleton. Tiga sampai
empat peleton membentuk sebuah kompi. Komandan Peleton (Dan Ton) biasanya
dijabat oleh seorang Letnan Dua. Posisi Komandan Peleton biasanya merupakan
penugasan pertama bagi perwira yang baru lulus dari Akademi Militer (Angkatan Darat)
dan Akademi Angkatan Laut (kecabangan Marinir). Dalam satuan nya sendiri
Komandan Peleton harus mampu membawa serta memimpin anggotanya tersebut.
Cara Kepemimpinan Komandan Peleton sangatlah berpengaruh terhadap
anggota yang dibawanya baik atau buruknyaa mereka, keberhasilan dalam penugasan
dan loyalitas anggota tersebut. Menjadi Komandan Peleton bukanlah hanya
mengurus anggotanya yang berjumlah kurang lebih 30-40 orang saja, melainkan juga
harus memperhatikan istri maupun anaknya anggota apabila sudah berkeluarga karena
mereka semua merupakan tanggung jawab Komandan Peleton itu sendiri. Oleh karena
itu para Komadan Peleton harus dapat memberikan contoh dan memberikan solusi
yang baik kepada seluruh anggotanya tersebut.

9. Peningkatan Kemampuan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat.
Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.
Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti
kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat,
tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga
berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh


penggunaan katanya adalah peningkatan mutu pendidikan, peningkatan kesehatan
masyarakat, serta peningkatan keterampilan para penyandang cacat. Peningkatan
dalam contoh diatas memiliki arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih
baik daripada sebelumnya. Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya
diperlukan perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus
saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat
yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat
berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau
dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek
karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu
peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana
saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul
perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.

Seperti telah disebutkan di awal, peningkatan dapat berarti pula menaikkan


derajat sesuatu atau seseorang, serta dapat pula berarti mempertinggi dan
memperhebat. Peningkatan yang memiliki arti menaikkan derajat adalah dalam
penggunaannya dalam kalimat “peningkatan jabatan dari staff menjadi kepala bagian”.
Untuk peningkatan yang berarti mempertinggi, contoh penggunaan kalimatnya adalah
seperti “Peningkatan standar kepuasan pelanggan sangat membebani produsen”.
Sedangkan untuk peningkatan yang berarti memperhebat, contoh kalimatnya adalah
“Perusahaan itu sedang gencar-gencarnya melakukan peningkatan teknologi agar
keuntungan yang didapat lebih banyak”.

10. Teori Menembak SS-2

Menembak merupakan suatu kemampuan yg mutlak harus dimiliki oleh setiap


prajurit baik itu Perwira, Bintara, maupun Tamtama untuk memenangkan suatu
pertempuran. Untuk mencapai hasil tembak yang baik diperlukan teknik, prosedur dan
urutan yang benar. Agar mendapat hasil yang baik, maka diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai seperti kondisi senjata yang baik, lapangan tembak yang
memadai dan latihan yang dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.

Hal dasar yang harus dijadikan pedoman adalah proses terjadinya tembakan.
Dimana untuk mendapatkan hasil tembakan yang sempurna diperlukan
pengaturan NABITEPI (Nafas, Bidik, Tekan Picu). Pada proses ini, seorang petembak
diminta untuk dapat berkonsentrasi dan fokus penuh terhadap sasaran. Hal pertama
yang perlu diatur adalah pernafasan. Dimana untuk mendapatkan hasil tembakan yang
baik, nafas tidak ditahan, melainkan ditarik dan dihembuskan secara perlahan dan
dinamis.Selanjutnya adalah bidikan. Bidikan yang baik tidak terlepas dari sikap tembak
yang baik. Sikap tembak yang baik adalah sikap tembak yang tidak dipaksakan/alami,
dimana untuk posisi badan, lebar kaki, angkatan tangan pada senjata dan mata sesuai
dan terarah alami menuju sasaran. Yang terakhir adalah tekan picu. Yang terakhir dan
sering merusak tembakan adalah perlakuan seorang petembak pada picu/trigger
senjata. Sering kali seorang petembak kehilangan peluang mendapatkan tembakan
yang sempurna karena perlakuan yang kasar terhadap picu (tarikan picu dihentak) yang
disebut jerking. Setenang apapun nafas kita, sebagus apapun gambar bidik kita, jika
eksekusi terakhir terhadap picu dihentak maka hilang sudah tembakan yang sempurna.
Untuk dapat menjadi seorang petembak yang baik tidak cukup hanya didukung oleh
fisik yang kuat dan senjata yang mahal. Dibutuhkan pula olah rasa dalam pengendalian
emosi untuk meningkatkan konsentrasi dan teknik tembakan. Berikut adalah model
senapan SS-2 :

a. SS2-V1 Kal. 5.56 mm

Gambar II.19 Jenis senjata SS2-V1 Kal. 5.56 mm


(Sumber Gambar : Dokumentasi dan arsip PT.PINDAD 2015)
Data Teknik
Length Barrel
Butt extended : 990 mm Length (panjang laras) : 460 mm
Butt folded : 740 mm Rifling : 6 grooves,RH 177,8 mm

Weight
With empty magazine : 3,4 Kg
Effective range : 450 m

Profil SS2-V1 Kal. 5,56 mm :


SS2-V1 adalah senapan serbu 2 varian satu dan produksi pertama dari jenis
SS2, SS2-V1 dikenal pada tahun 2006. senapan ini menggunakan peluru kaliber
5,56 mm standar NATO.

Perbedaan
SS2-V1 memiliki panjang senjata yang terpanjang kedua setelah jenis SS2-
V4.

Keunggulan
SS2-V1 dapat digunakan dalam jarak tembak efektif 450 meter.

b. SS-2 V2 Kal 5.56 mm

Gambar II.20 Jenis senjata SS2-V2 Kal. 5.56 mm


(Sumber Gambar : Dokumentasi dan arsip PT.PINDAD 2015)
Data Teknik
Length Barrel
Butt extended : 920 mm Length (panjang laras) : 403 mm
Butt folded : 740 mm Rifling : 6 grooves,RH 177,8 mm
Weight
With empty magazine : 3,2 Kg
Effective range : 400 m

Profil SS2-V2 Kal. 5,56 mm :

SS2-V2 adalah senapan serbu 2 varian dua dan produksi kedua dari jenis
SS2, SS2-V2 dikenal pada tahun 2006. senapan ini menggunakan peluru kaliber
5,56 mm standar NATO.

Perbedaan

SS2-V2 memiliki hentakan yang kecil saat penembakan berkat adanya


karet buffer di bagian belakang.

Keunggulan

a) SS2-V2 dapat digunakan dalam jarak tembak efektif 400


Meter.
b) Lebih teliti dan lebih ringan.

c. SS-2 V4 Kal 5.56 mm

Gambar II.21 Jenis senjata SS2-V4 Kal. 5.56 mm


(Sumber Gambar : Dokumentasi dan arsip PT.PINDAD 2015)
Data Teknik
Lengt Barre
Butt extended hh
: 1025 mm Length (panjanglllaras) : 500 mm
Butt folded : 782 mm Rifling : 6 grooves,RH 177,8 mm
Weigh
With empty magazine : 4,25 Kg
Effective range : 600 m

Profil SS2-V4 Kal. 5,56 mm :

SS2-V4 adalah senapan serbu 2 varian empat dan produksi keempat dari
jenis
SS2, SS2-V4 dikenal pada tahun 2006. senapan ini menggunakan peluru
kaliber
5,56 mm standar NATO.

Perbedaan

SS2-V4 memiliki panjang senjata terpanjang diantara jenis SS2 yang lain.
Sering digunakan untuk perlombaan menembak TNI-AD.

Keunggulan

SS2-V4 dapat digunakan dalam jarak tembak efektif 600 Meter dan merupakan
senjata TNI-AD yang memenangi perlombaan tembak internasional antar militer.

Sebelum dapat melaksanakan menembak dengan baik tentu kita harus


mengetahui tentang dasar-dasar menembak sebagai berikut :

a. Prinsip Dasar Menembak


1. Bidikan (5%)
2. Pegangan / Grip (5%)
3. Posisi (5%)
4. Picu (5%)
5. Koordinasi :
- Pengaturan nafas (nafas bidik tekan picu / NABITEPI)
- Konsentrasi
- Kekuatan
- Urutan langkah

1. Bidikan (5%)
- Jangan mengalihkan focus mata selama proses bidik hingga terjadinya letusan
walaupun sesaat.
- Letakkan pipi secara normal dan hapalkan posisi penempatan pipi.
- Jangan pernah menghentikan gerakan penjera pada titik yang diinginkan karena
gravitasi dan sistem keseimbangan tubuh ada pada otak tidak akan pernah bisa
berhenti selama manusia itu masih hidup, jadi menghentikan gerakan penjera adalah
mustahil.
- Follow trough (membuat gambar bidik / mengikuti sasaran)

2. Pegangan (5%)
Kekuatan tidak boleh 100%, grip kekuatan 3 jari cukup 45% s/d 50%.

3. Posisi (5%)
Teknik posisi adalah sarana untuj mengurangi besarnya gerakan pisir dan penjera
pada wilayah sasaran.

4. Picu (70%)
- Mudah dipelajari namun perlu dilatih
- Melakukan sistem perintah dengan otak
Jangan melakukan sistem perintah dengan saraf tulang belakang (gerak reflek)
- Penempatan jari pada picu
- Penarikan picu konstan
Jangan dihentak atau dipaksa ditarik yang nantinya akan mengakibatkan jerking).
- Pastikan fokus mata tetap pada ujung penjera sampai letusan berakhir
Jangan mengalihkan fokus, jangan melirik, dan pastikan pisir dan penjera dalam
keadaan jelas lalu sasaran dalam keadaan buram.
- Waspada terhadap “locking time”
Locking time yaitu waktu dimana saat pelatuk ditarik lalu mengakibatkan mekanisme
bekerja lalu sampai proyektil keluar dari laras senapan.

5. Koordinasi sistem (15%)


Koordinasi sistem adalah kesatuan langkah yang baku yang dilakukan petembak
secara sistematis dalam menerapkan keempat teknik oleh organ tubuhnya termasuk
langkah dalal menangani peralatan yang digunakan.

b. Teknik menembak dengan SS-2

1. Posisi tangan yang tidak menembak (memegang fore grip)

Tangan yang tidak menembak memegang foregrip, dengan jempol


dengan membentuk sudut v dengan ke empat jari lainnya.
Pegangan foregrip tidak boleh terlalu keras , cukup memastikan
laras tidak goyang. Memegang terlalu dekat ke arah pangkal tidak di
anjurkan begitu pula memegang bagian magazine well. Pada
M16A4 yang di lengkapi dengan KAC Front Grip,tempatkan grip di
posisi yang paling nyaman untuk bahu dan jangan memegang grip
terlalu keras.

2. Memposisikan popor

Pastikan popor di pangkal bahu. Usahakan operator memperoleh


posisi yang baik dan nyaman, dengan keseluruhan bagian popor
menempel ke bahu.

3. Posisi tangan yang menembak

Tangan yang di pergunakan untuk menembak memegang pistol


grip dengan erat telunjuk di letakkan di pelatuk, sementara ketiga
jari yang berada di bawah memberi sedikit tekanan ke arah
belakang untuk memastikan popor guna mengurangi efek recoil.

4. Siku tangan yang di gunakan untuk menembak.

Penempatan siku tangan untuk menembak sangat penting dalam


menyediakan keseimbangan. Pilih posisi yang paling nyaman,
pastikan kedua bahu di posisi sejajar. Posisi chicken wing (siku
menembak di rentangkan sejajar posisi telapak tangan) tidak di
anjurkan karena membuat otot tegang dan memperbesar siluet
penembak.

5. Siku tangan yang tidak menembak

Siku tangan yang tidak menembak di tempatkan dengan posisi di


bawah senapan untuk memberikan kenyamanan dan kestabilan.
Pastikan posisi ini tetap bebas dan tidak menempel pada
permukaan apapun, karena akan di gunakan untuk mengarahkan
laras apabila musuh datang dari berbagai posisi.

6. Posisi Wajah

Pipi operator harus di tempatkan di posisi popor membidik.


Tempatkan tulang pipi sedikit diatas popor dan berikan tekanan
sehingga tercipta sedikit lipatan , sementara itu leher harus rileks.
Pastikan posisi pipi di popor sudah dekat bagian mata agar dapat
melihat posisi penjera belakang dan depan dengan tepat.

7. Posisi Kaki

Dalam menembak posisi kaki sangat menentukan tingkat akurasi


berikut adalah beberapa posisi kaki/ kuda-kuda dalam bagian
teknik menembak.

Anda mungkin juga menyukai