Bab Ii
Bab Ii
STUDI KEPUSTAKAAN
7. Peran
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Abu Ahmadi
(1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu
harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi
sosialnya.
9. Peningkatan Kemampuan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat.
Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.
Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti
kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat,
tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga
berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat
yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat
berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau
dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek
karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu
peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana
saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul
perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.
Hal dasar yang harus dijadikan pedoman adalah proses terjadinya tembakan.
Dimana untuk mendapatkan hasil tembakan yang sempurna diperlukan
pengaturan NABITEPI (Nafas, Bidik, Tekan Picu). Pada proses ini, seorang petembak
diminta untuk dapat berkonsentrasi dan fokus penuh terhadap sasaran. Hal pertama
yang perlu diatur adalah pernafasan. Dimana untuk mendapatkan hasil tembakan yang
baik, nafas tidak ditahan, melainkan ditarik dan dihembuskan secara perlahan dan
dinamis.Selanjutnya adalah bidikan. Bidikan yang baik tidak terlepas dari sikap tembak
yang baik. Sikap tembak yang baik adalah sikap tembak yang tidak dipaksakan/alami,
dimana untuk posisi badan, lebar kaki, angkatan tangan pada senjata dan mata sesuai
dan terarah alami menuju sasaran. Yang terakhir adalah tekan picu. Yang terakhir dan
sering merusak tembakan adalah perlakuan seorang petembak pada picu/trigger
senjata. Sering kali seorang petembak kehilangan peluang mendapatkan tembakan
yang sempurna karena perlakuan yang kasar terhadap picu (tarikan picu dihentak) yang
disebut jerking. Setenang apapun nafas kita, sebagus apapun gambar bidik kita, jika
eksekusi terakhir terhadap picu dihentak maka hilang sudah tembakan yang sempurna.
Untuk dapat menjadi seorang petembak yang baik tidak cukup hanya didukung oleh
fisik yang kuat dan senjata yang mahal. Dibutuhkan pula olah rasa dalam pengendalian
emosi untuk meningkatkan konsentrasi dan teknik tembakan. Berikut adalah model
senapan SS-2 :
Weight
With empty magazine : 3,4 Kg
Effective range : 450 m
Perbedaan
SS2-V1 memiliki panjang senjata yang terpanjang kedua setelah jenis SS2-
V4.
Keunggulan
SS2-V1 dapat digunakan dalam jarak tembak efektif 450 meter.
SS2-V2 adalah senapan serbu 2 varian dua dan produksi kedua dari jenis
SS2, SS2-V2 dikenal pada tahun 2006. senapan ini menggunakan peluru kaliber
5,56 mm standar NATO.
Perbedaan
Keunggulan
SS2-V4 adalah senapan serbu 2 varian empat dan produksi keempat dari
jenis
SS2, SS2-V4 dikenal pada tahun 2006. senapan ini menggunakan peluru
kaliber
5,56 mm standar NATO.
Perbedaan
SS2-V4 memiliki panjang senjata terpanjang diantara jenis SS2 yang lain.
Sering digunakan untuk perlombaan menembak TNI-AD.
Keunggulan
SS2-V4 dapat digunakan dalam jarak tembak efektif 600 Meter dan merupakan
senjata TNI-AD yang memenangi perlombaan tembak internasional antar militer.
1. Bidikan (5%)
- Jangan mengalihkan focus mata selama proses bidik hingga terjadinya letusan
walaupun sesaat.
- Letakkan pipi secara normal dan hapalkan posisi penempatan pipi.
- Jangan pernah menghentikan gerakan penjera pada titik yang diinginkan karena
gravitasi dan sistem keseimbangan tubuh ada pada otak tidak akan pernah bisa
berhenti selama manusia itu masih hidup, jadi menghentikan gerakan penjera adalah
mustahil.
- Follow trough (membuat gambar bidik / mengikuti sasaran)
2. Pegangan (5%)
Kekuatan tidak boleh 100%, grip kekuatan 3 jari cukup 45% s/d 50%.
3. Posisi (5%)
Teknik posisi adalah sarana untuj mengurangi besarnya gerakan pisir dan penjera
pada wilayah sasaran.
4. Picu (70%)
- Mudah dipelajari namun perlu dilatih
- Melakukan sistem perintah dengan otak
Jangan melakukan sistem perintah dengan saraf tulang belakang (gerak reflek)
- Penempatan jari pada picu
- Penarikan picu konstan
Jangan dihentak atau dipaksa ditarik yang nantinya akan mengakibatkan jerking).
- Pastikan fokus mata tetap pada ujung penjera sampai letusan berakhir
Jangan mengalihkan fokus, jangan melirik, dan pastikan pisir dan penjera dalam
keadaan jelas lalu sasaran dalam keadaan buram.
- Waspada terhadap “locking time”
Locking time yaitu waktu dimana saat pelatuk ditarik lalu mengakibatkan mekanisme
bekerja lalu sampai proyektil keluar dari laras senapan.
2. Memposisikan popor
6. Posisi Wajah
7. Posisi Kaki