Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI AEROBIK

OLEH

NAMA : SILVINA PUJI ARDIYANTI


NIM : 08041282126054
KELOMPOK : IX (SEMBILAN)
ASISTEN : NURUL FAIZAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semua organisme hidup melakukan metabolisme yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu bentuk metabolisme adalah
transportasi, yaitu pergerakan air dan materi dari luar ke dalam tubuh atau
sebaliknya. Seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan
metabolisme, yaitu mengangkut air dan mineral ke dalam tubuh. Transportasi ini
biasanya dilakukan melalui proses difusi dan osmosis yang melibatkan membran.
Tumbuhan mengandung membran sel yang fungsinya untuk mengatur keluar
masuknya suatu zat supaya mendapat pH yang sesuai (Ulfa et al., 2020).
Tumbuhan harus menyesuaikan diri dengan keadaan habitatnya agar dapat
hidup dengan baik. Penyesuaian diri terhadap lingkungan mengakibatkan adanya
sifat khas baik secara struktural maupun fungsional yang memberikan peluang
agar berhasil dalam lingkungan tertentu. Secara anatomi organ yang menyusun
tanaman dapat digunakan untuk mengenal adaptasi tanaman terhadap lingkungan.
Optimalisasi peranan tumbuhan bagi keberlangsungan hidup bergantung pada
faktor internal dan eksternal atau lingkungan (Setiawati dan Syamsi, 2019).
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunaka dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari,
respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi
mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan.
Respirasi terjadi padasemua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu
hingga satuan terkecil, sel. Respirasi merupakan proses pembakaran yang
terkendalai di dalam sel hidup, dan menghasilkan energi yang berguna bagi sel
hidup (Sondang et al., 2020).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
respirasi kecambah dan mengukur respirasi dengan respirometer biasa.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Respirasi Aerobik


Respirasi aerob adalah proses respirasi sel yang memerlukan oksigen untuk
menghasilkan energi dalam bentuk ATP (adenosine triphosphate). Proses ini
terjadi dalam mitokondria sel eukariotik dan melibatkan tiga tahap utama:
glikolisis, siklus asam sitrat (siklus Krebs), dan rantai transpor elektron. Respirasi
aerob menghasilkan sejumlah energi yang besar dibandingkan dengan respirasi
anaerob, yang tidak memerlukan oksigen dan menghasilkan energi dalam jumlah
yang lebih kecil. Proses ini merupakan cara utama sel-sel menghasilkan energi
untuk mendukung berbagai fungsi seluler dan aktivitas makroskopis organisme.
Dalam proses respirasi aerob akan menghasilkan ATP sebanyak 36 ATP
sedangkan respirasi anaerob hanya menghasilkan 2 ATP (Jawara et al., 2023).

2.2. Mekanisme Respirasi Aerobik


Glikolisis merupakan rangkaian perubahan glukosa menjadi asam piruvat.
Glikolisisa adalah proses penguraian heksosa menjadi triosa yang terjadi disitosol.
Jalur reaksi ini disebut juga jalur Embden Meyerhoff Parnas (EMP) jalur ini juga
merupakan dasar dari respirasi anaerobic atau fermentasi. Proses ini terjadi dari
dua bagian, yaitu penguraian substrat heksosa baik glukosa maupun fruktosa yang
berasal dari pati dan sukrosa maupun fruktosa menjadi fruktosa 1,6 biposfat.
Glikolisis mengubah glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 molekul NADH
yang berfungsi sebagai sumber elektron dan 2 molekul ATP untuk setiap molekul
glukosa (Handoko dan Rizki, 2020).
Siklus asam sitrat atau siklus krebs adalah proses asam piruvat yang
dioksidasi menjadi CO2 dan air. Bila cukup oksigen asam piruvat dapat ditransfer
ke dalam mitokondria melalui pertukaran dengan OH - pada membran dalam.
Piruvat dalam teknisnya bukan merupakan bagian dari siklus asam sitrat. Di
dalam matriks asam piruvat pertama kali didekarboksilasi kemudian dioksidasi
oleh kompleks multi enzim piruvat dehidroginase. Respirasi aerob ini adalah
metabolisme sel yang mana meliputi proses-proses oksidasi bahan organik,

Universitas Sriwijaya
bersama dengan itu terjadi reduksi molekul oksigen menjadi air dan pembebasan
energi dalam bentuk senyawa posfat berenergi tinggi (Sondang et al., 2020).
Sistem transfer electron merupakan polipeptida integral. Selain itu, ada
beberapa elektron yang berada pada membrane dalam. Diantaranya adalah pada
membran dalam kearah ruang antar sel terdapat protein yang terkait kuat pada
membrane yang membawa elektron dari NADH dan NADPH dari sitosol dan ke
arah matriks pada membran dalam juga terdapat pembawa elektron yang terikat
kuat (NADH dehidrogenase). Komponen-komponen ini dapat bebas bergabung
pada membran dalam yang bersifat alir, untuk melakukan peranan sebagai system
transport elektron. Jika dihitung jumlah ATP yang dihasilkan oksidasi biologis itu,
dengan bahan awal oksidasi adalah satu molekul glukosa, maka diperoleh 38
molekul ATP (Handoko dan Rizki, 2020).

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Aerobik


Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah
akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya,
bila substrat tanamantinggi, maka akan melakukan respirasi dengan laju yang
tinggi pula. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Jumlah gas CO 2 yang dihasilkan
oleh respirasi akar di tanah pada suatu ekosistem juga dipengaruhi pada biomassa
akar dan laju respirasi akar (Septiana et al., 2023).
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10C. Namun hal ini tergantung pada masing–masing
spesies. Masing–masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme.
Dengan demikian, kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing–masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi laju respirasi, diantaranya jenis suhu, dan komposisi gas dalam
ruang penyimpanan (Rahayu et al., 2021).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 08 November 2023. Pukul
13.00 sampai 15.00 WIB. Bertempat di laboratorium Fisiologi dan Biosistematika
Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain botol vial,
respirometer sederhana/pipa kapiler dan penggaris. Sedangkan bahan yang
dibutuhkan meliputi kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) sebanyak 50
gram, pewarna makanan (warna merah), kalium hidroksida (KOH), dan kain kasa.

3.3. Cara Kerja


Diletakkan KOH sebanyak 5 gram pada kain kasa lalu dibungkus dan
dimasukkan ke dalam botol vial. Ditimbang kecambah kacang hijau sebanyak 5
gram, kemudian dimasukkan ke dalam botol vial. Digabungkan botol vial dan
pipa kapiler dan sekitar tutup botol vial dioleskan menggunakan vaselin agar
udara tidak ada yang masuk. Dituangkan pewarna makanan ke dalam gelas beker
dan diambil menggunakan pipet tetes untuk dimasukkan kedalam pipa kapiler
sebagai penanda, pastikan pewarna ada pada batas pipa kapiler. Dibiarkan selama
60 menit, diamati setiap 10 menit sekali pada pipa kapilernya. Diukur laju
respirasi dari pergerakan pewarna pada pipa kapilernya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum respirasi aerobik yang telah dilaksanakan,
didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1.1 Pengaruh Suhu terhadap Respirasi Kecambah dengan Respirometer
Pengukuran (cm)
Menit
Suhu Suhu dalam Gambar
ke-
Ruang Oven (37℃)

0 menit 0 cm 0 cm
Suhu Ruang 0 Suhu Oven 0 Menit
Menit

10 menit 4,4 cm 5,4 cm


Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10 Menit
Menit Pertama Pertama

20 menit 8,2 cm 8,8 cm


Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10
Menit Kedua Menit Kedua

30 menit 10,9 cm 12,4 cm


Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10 Menit
Menit Ketiga Ketiga

40 menit 14,4 cm 14,8 cm


Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10
Menit Keempat Menit Keempat

Universitas Sriwijaya
50 menit 16,4 cm 16,8 cm
Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10 Menit
Menit Kelima Kelima

60 menit 17,8 cm 18,2 cm


Suhu Ruang 10 Suhu Oven 10 Menit
Menit Terakhir Terakhir

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa laju respirasi kecambah
kacang hijau terjadi dengan cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu ruang laju
respirasinya tidak setinggi kecambah yang melakukan proses respirasi di suhu
yang lebih tinggi. Menurut Lestari (2021), interaksi antara suhu dan konsentrasi
oksigen berpengaruh terhadap laju respirasi tumbuhan. Pada suhu lebih tinggi
respirasi cepat dan jika telah mencapai suhu maksimum respirasi akan melambat.
Faktor yang mempengaruhi respirasi aerobik tumbuhan salah satunya
ketersediaan oksigen. Menurut Jawara et al. (2023), oksigen bebas adalah satu-
satunya akseptor hidrogen dalam respirasi aerob, dan oksidasi menghasilkan
produksi karbon dioksida. Oksigen diperlukan sebagai akseptor akhir elektron
dalam rantai transpor elektron, yang merupakan bagian dari respirasi aerob. Jika
ketersediaan oksigen terbatas, proses respirasi dapat terhambat, mengakibatkan
penurunan produksi energi dalam bentuk ATP. Respirasi aerobik hanya akan
berlangsung jika terdapat oksigen, apabila oksigen tidak tersedia maka respirasi
aerobik tidak akan terjadi dan tumbuhan akan melakukan respirasi anaerob yaitu
respirasi tanpa adanya oksigen.
Suhu juga memiliki dampak signifikan pada laju respirasi aerobik tumbuhan.
Sebagian besar enzim yang terlibat dalam proses respirasi memiliki suhu optimum
tertentu. Pada suhu rendah, aktivitas enzim akan melambat, sedangkan pada suhu
tinggi, enzim dapat terdenaturasi. Menurut Plasquy et al. (2021), pada suhu yang
lebih tinggi, denaturasi enzimatik dapat terjadi, menyebabkan penurunan laju
respirasi, sedangkan pada suhu yang lebih rendah, kerusakan fisiologis dapat
memicu peningkatan laju respirasi. Oleh karena itu, suhu lingkungan dapat
mempengaruhi laju respirasi. Seiring penurunan suhu akan menyebabkan laju
respirasi melambat bahkan terhenti. Sebaliknya semakin tinggi suhu laju respirasi
akan menuju suhu optimum dan akan berhenti jika menuju suhu maksimum
Komponen nutrisi juga berperan dalam mengatur respirasi aerobik tumbuhan.
Karbohidrat, terutama glukosa, merupakan substrat utama untuk respirasi aerobik.
Ketersediaan karbohidrat akan memengaruhi tingkat respirasi, dan perubahan
dalam komposisi nutrisi tanah juga dapat memainkan peran dalam mengatur
proses ini. Menurut Yuniarto (2021), komposisi substrat pada tumbuhan sangat

Universitas Sriwijaya
berperan penting dalam proses respirasi sebagai bahan untuk tumbuhan
melakukan respirasi. Selama fotosintesis, tumbuhan menghasilakan glukosa
menggunakan energi cahaya. Glukosa yang dihasilkan kemudian digunakan dalam
proses respirasi aerobik. Oleh karena itu, aktivitas fotosintesis dan tingkat
produksi glukosa dapat mempengaruhi respirasi tumbuhan.
Penggunaan kalium hidroksida (KOH) dalam percobaan respirasi aerobik
pada tumbuhan berfungsi untuk penyerapan karbon dioksida yang dihasilkan
selama proses respirasi. KOH bersifat higroskopis, artinya mampu menyerap
kelembaban dan kadar karbon dioksida. Menurut Rahayu et al. (20210, komposisi
gas dapat mempengaruhi laju respirasi. Dalam percobaan respirasi, tumbuhan
melepaskan CO2 sebagai produk sampingan dari proses respirasi. Penggunaan
KOH membantu menyerap CO2 tersebut, sehingga mencegah kembalinya gas
tersebut keluar melalui pipa respirometer. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan
hasil pengukuran laju respirasi yang akurat.
KOH juga dapat berfungsi sebagai basa dan dapat membantu menjaga pH
larutan tetap basa atau netral. Menurut Handoko dan Rizki, (2020), proses
respirasi tumbuhan dapat menyebabkan perubahan pH di sekitar sel-sel tumbuhan.
Dengan adanya KOH, dapat mengontrol dan mempertahankan kondisi lingkungan
yang stabil selama percobaan, sehingga hasilnya lebih akurat dan konsisten. KOH
juga dapat memisahkan gas-gas yang terlibat dalam proses respirasi. Selain
menyerap CO2, KOH dapat membantu menghilangkan uap air yang dihasilkan
selama proses respirasi.
Alat respirometer ganong dan respirometer sederhana diisi dengan KOH,
yang berfungsi untuk menyerap karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan selama
respirasi tumbuhan. Pada respirometer sederhana KOH yang diberikan berbentuk
kristal, sedangkan KOH untuk respirometer ganong berbentuk cair. Selama proses
respirasi, tumbuhan mengoksidasi senyawa organik, melepaskan energi dan
menggunakan oksigen. Menurut Santhiawan dan Suwardike (2019), penurunan O 2
menjadi factor pembatas untuk produksi ATP melalui proses respirasi aerob.
Oksigen yang dikonsumsi oleh tumbuhan diukur dengan mengamati penurunan
volume gas dalam respirometer. Pada saat yang sama, KOH menyerap CO 2 yang
dihasilkan selama respirasi, menjaga tekanan dalam respirometer tetap konstan.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Laju respirasi kecambah kacang hijau terjadi lebih cepat pada suhu yang
tinggi.
2. Pada suhu rendah, aktivitas enzim akan melambat, sedangkan pada suhu
tinggi, enzim dapat terdenaturasi
3. Faktor yang mempengaruhi respirasi aerobik tumbuhan salah satunya
ketersediaan oksigen, karbohidrat dan suhu.
4. Penggunaan kalium hidroksida (KOH) dalam percobaan respirasi aerobik
pada tumbuhan berfungsi untuk penyerapan karbon dioksida yang dihasilkan
selama proses respirasi.
5. KOH menyerap CO2 yang dihasilkan selama respirasi, untuk menjaga tekanan
dalam respirometer tetap konstan.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, A., dan Rizki, A. M. 2020. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Lampung:
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung.
Jawara, T., Hastuti, P. B., Syah, R. F. 2023. Aplikasi Kompos Kotoran Kambing
Secara Aerob Dan Anaerob Pada Bibit Kelapa Sawit PreNursery. Fruitset
Sains: Jurnal Pertanian Agroteknologi. 11(1): 13-19.
Lestari, H. A. 2021. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Oksigen Udara Ruang
terhadap Laju Respirasi Jamur Merang 9Volvariella volvacea) selama
Penyimpanan. 1(1): 18-28.
Plasquy, E., Florido, M. C., Guirado, R. R. S., Martos, J. M. G., dan Martin, J. F.
G. 2021. Olive Fruit: Empirical Study and Simulation in a Non-Ventilated
Container. Fermentation. 7(4): 200.
Rahayu, D., Bintoro, N., dan Saputro, D. 2021. Pemodelan Laju Buah Klimakterik
Selama Penyimpanan Pada Suhu Yang bervariasi. AGROINTEK. 15(1):
80-91.
Santhiawan, P., dan Suwardike, P. 2019. Adaptasi Padi Sawah (Oryza sativa l.)
Terhadap Peningkatan Kelebihan Air Sebagai Dampak Pemanasan
Global. Agro Bali: Agricultural Journal. 2(2): 130-144.
Septiana, L. M., Santika, N., Yusnaini, S., Buchari, H., Prasetyo. D., Arif, M. A.
S., dan Niswati, A. 2023. Laju Respirasi Tanah Pada Pertanaman Jagung
Manis (Zea mays Saccharata Sturt.) Akibat Pemberian Biochar Dan Pupuk
Fosfor Di Tanah Ultisol. 11(2): 299-307.
Setiawati, T., dan Syamsi, I. F. 2019. Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi
Waktu dan Perbedaan Intensitas Cahaya pada Daun Hibiscus tiliaceus
Linn. di Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Pro-Life. 6(2): 148-159.
Sondang, Y., Elita, n., dan Anidarfi. Buku Ajar Praktek Fisiologi Tanaman.
Limapuluh Kota: Politeknik Pertanian negeri Payakumbuh.
Ulfa, H. L., Falahiyah, R., dan Singgih, S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan
Wortel Menggunakan Larutan Nacl. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pengetahuan Alam. 9(2): 1-10.
Yuniarto, K. 2021. Studi respirasi Belimbing Wuluh pada Kondisi Penyimpanan
Udara Termodifikasi Udara Pasif. Jurnal Keteknikan Pertanian. 9(2): 57-
64.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Suhu Ruang 0 Menit Suhu Ruang 10 Menit Suhu Ruang 20 Menit

Suhu Ruang 30 Menit Suhu Ruang 40 Menit Suhu Ruang 50 menit

Suhu Ruang 60 Menit

(Suhu Ruang)

Suhu 37o C 0 Menit Suhu 37o C 10 Menit Suhu 37o C 20 Menit

Suhu 37o C 30 Menit Suhu 37o C 40 Menit Suhu 37o C 50 Menit

(Suhu Oven 37o C)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)

Universitas Sriwijaya
Jurnal Internasional

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai