Anda di halaman 1dari 14

BAB1

Siang ini matahari nampak terik menyinari bumi Jawa dipa. Tanpa sedikitpun awan yang mau menahan
sinarnya yang terang. Laut yang berwarna kebiruan memantulkan cahaya sang matahari menambah
panas nya hari ini.Disebuah pesisir barat jawadipa nampak sebuah kapal kayu besar dengan layar
laksana gumpalan awan sedang bersiap untuk berlabuh.Beberapa pekerja Labuhan nampak bersiap siap
menyambut kapal tersebut dari pinggiran daratan. Hilir mudik kereta pedati membawa barang yang
akan dimuat dikapal ini sudah dari pagi tadi mengantri disisi sebelah kanan pelabuhan. Terlihat juga
beberapa saudagar dari negeri gujarat dan Arab yang membawa barang dagangan dari jawa menuju
negeri mereka. "Kapal akan merapat! Siap siap untuk mengikat!". Teriak seorang pekerja Labuhan
kepada teman-teman nya.Sebuah tali besar terbuat dari serat akar nampak dilemparkan ke arah
daratan.Lalu dengan sigap beberapa orang menyeret tali tersebut ke sebuah tiang kayu besar.Suara
derit kayu yang bergesekan terdengar bersamaan dengan turunnya sebuah titian kayu sebagai sarana
jembatan untuk penumpang berjalan menuju daratan labuhan.Para penumpang kapal mulai turun ke
darat karena tujuan sudah sampai.. Dari serombongan penumpang Terlihat sepasang suami istri dan
seorang anak dara seumuran tujuh tahun turun bersama rombongan penumpang lainya." Nyimas suri,
kita sudah sampai di tanah Jawadipa." memberitahu sang suami kepada istrinya. "iya kang mas
wisanggeni.. Apakah masih jauh perjalanan kita.?" Bertanya sang istri kepada suaminya.Seorang wanita
bertubuh tinggi padat berisi wajahnya bulat berhidung mancung dan memiliki rambut kemerahan mirip
dengan orang gujarat.Ternyata sepasang suami istri ini bernama wisanggeni dan pandan suri.Nampak
wajah lelah menghiasi keluarga ini. Setelah turun dari titian, nampak ada seorang pria paruh baya
menghampiri.Wajahnya terlihat ramah berpakaian khas Jawa. Disudut bibirnya terdapat rokok siong.
Celananya gombor.. Nampak kedodoran saat dia berjalan,namun seperti sudah biasa dia menariknya
kembali celananya keatas... "Tuan kemana tujuan tuan? saya bisa antar!Pedati saya ada di sebelah
wetan." ternyata lelaki itu adalah kusir pedati sewaan yang siap mengantar penumpang menuju desa
atau kadipaten terdekat.Oh ya, kami memang butuh tumpangan pedati kisanak. Tapi apakah kisanak
bersedia menunggu kami sebentar melepas lelah, kami akan ke kedai makan dulu." Dengan tersenyum
ramah pria penarik pedati ini mempersilahkan keluarga ini untuk beristirahat sebentar, dan dia bersedia
menunggu.. Kang mas nampak nya kita ke kedai itu saja banyak pengunjung disana pasti makanan nya
enak.Dengan tersenyum suaminya mengangguk maka bergegaslah ke tiga orang ini menuju kedai yang
dimaksud. Sedangkan laki-laki penarik pedati tadi mempersiapkan pedatinya untuk membawa keluarga
ini ke tempat tujuan sembari menunggu mereka istirahat dan makan siang."Nah Onci! kita mendapat
rezki hari ini, ada penumpang yang mau diantar.." Sambil mengusap kepala kerbau,kusir tersebut
mengajak bicara kerbau penarik pedati nya.Seolah mengerti kerbau penarik ini menyambut dengan
suara khas nya.
Dengan mengambil tempat duduk disudut ruangan. Tidak lama datang pelayan menanyakan menu yang
akan dipesan.. "Ooh maaf, kisanak lama menunggu. Kira kira kisanak mau memesan makanan apa?"
Tanya seorang laki laki. "Ratih, kau mau makan apa nak?"Tanya Nyimas suri kepada anaknya. Anaknya
nampak diam saja karena kelelahan.."Pesankan saja makanan yang tidak pedas nyi.." Jawab suaminya.
Lalu mereka memesan beberapa makanan untuk mengganjal perut mereka.kemudian Sang pelayan
pergi dan sepeminuman kopi berlalu tak lama makanan yang dipesan sudah disiapkan di meja
mereka."Kalu boleh tau kisanak dari mana?dan mau kemana?sambil menyiapkan hidangan sang pelayan
sedikit berasa basi." "Oh kami dari negeri Batanghari sembilan di daerah swarna diva pelayan."Jawab
wisanggeni dengan senyum."Ooh ya ya.. itu wilayah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang dulunya sangat
kuat dan makmur."Sipelayan sigap menuangkan minuman di sebuah cawan bambu."Hehehe iya ,kisanak
begitulah disana.Tujuan kami akan ke desa kenduri".jawab wisanggeni. Pelayan itu tidak lekas pergi,
sambil Berdiri memeluk nampak makanan."Oh desa keduri, lumayan jauh.. Oh ya semoga selamat
sampai tujuan kisanak" sambil Membungkuk pelayan itu berlalu dan menghampiri pengunjung kedai
lainya."Dari sini kita akan menuju desa keduri,jika menggunakan pedati lama perjalanan nya kurang
lebih satu hari, disana nanti kita akan menuju rumah kepala desanya. Kepala desa itu bernama sanjana
dia adalah teman nya ki ageng bernowo sahabatku. Nanti sanjana lah yang akan mengantar kita nyi."
sambil menikmati hidangan wisanggeni menjelaskan rute perjalanan mereka nanti." mudah mudahan
ditempat yang baru kita hidup tenang dan selalu bersama kang mas.Tidak seperti saat kang mas menjadi
perwira armada laut Sriwijaya dulu. Kang mas selalu meninggalkan kami." Sambil terus melanjutkan
makan wisanggeni hanya cengir cengir menanggapinya.Sepengukusan nasi berlalu." Nah ayo kita
berangkat! kereta pedati sudah siap" sambil Mengajak anak istrinya wisanggeni bergegas memasukan
barang bawaan mereka! Kusir pedati pun turut membantu menyusun barang barang tersebut."Ayo
nak,.. naik pedati ya.. duduk dekat bapak". sambil mengangkat tubuh ratih yang mungil keatas pedati.
Disusul wisanggeni melompat naik!

Kereta mulai bergerak menyusuri jalan setapak.Nampak lalu lalang orang orang melihat iringan pedati
memadati jalan setapak."Banyak juga kereta pedati mengarah kearah desa keduri jadi kita tak takut
untuk di begal oleh rampok musiman."menjelaskan kusir pedati."Oh disini masih banyak rampok ya ki!?
menyahut wisanggeni.." Iya den,ada yang cuma minta uang lewat ada juga yang mencari barang mewah
saja ada juga kadang yang gak segan segan mengambil semua nya termasuk pedati dan kerbau.. Dan
yang sadis lagi pernah semua penumpang dan kusir dibunuh.Tapi akhir akhir ini jarang terjadi hanya
garong kecil saja minta uang lewat. Karena sering nya patroli dari prajurit kadipaten."

Sambil menikmati perjalanan wisanggeni merebahkan dirinya diatas tumpukan barang bawaan
disamping istrinya.." Ah, baguslah kalau begitu ki! berarti pemerintah kadipaten peduli dengan keadaan
rakyatnya.! "
" Iya den sahut kusir."

Kereta terus berlalu tidak terasa akan memasuki wilayah hutan.Didepan beberapa pedati nampak
memperlambat laju pedatinya.karena jalanan yang cukup rusak.

Setelah melewati beberapa hutan dan desa maka di keesokan harinya wisanggeni tiba di desa
keduri."Kisanak kita langsung saja ke rumah kepala desa nya. Ki sarandana."

Ternyata mudah menemukan rumah kepala desa keduri."Disini Kisanak! rumah besar itu."

sang Kusir sambil Menunjuk kearah sebuah rumah besar.setelah semua barang diturunkan maka pedati
tadi langsung putar arah untuk melanjutkan perjalanan kembali. Didepan sebuah rumah besar nampak
ada seorang yang sedang menyapu halaman yang sedari tadi melihat kedatangan wisanggeni.."Permisi..!
Nisanak apakah ini rumah ki sarandana?sambil menatap wisanggeni ,wanita yang menyapu halaman
tadi memperhatikan mereka."Eh iya Kisanak benar, Kisanak siapa?nampak nya bukan warga desa sini!"
Menyahut wanita tadi..iya nisanak kami datang dari jauh.Saya sahabat nya ki gede barnowo.Adapun
kedatangan saya disuruh menemui ki sarandana sebelum diantar ke kadipaten caruwan."Oh iya siapa
nama Kisanak?"dengan nada lembut wanita itu bertanya." Namaku wisanggeni nisan dan ini istri saya
pandan suri."

Dengan tersenyum ramah wisanggeni memperkenalkan diri

" Baiklah tunggu sebentar aku akan memberitahukan den mas sarananya bahwa ada tamu sahabat ki
ageng bernowo,tunggu sebentar. Lalu wanita tadi pergi ke dalam rumah. Sepeminuman kopi berlalu..
Muncullah sesosok laki laki paruh baya wajahnya klimis dan kepalanya botak didepan nampak aura
wibawa tersirat diwajahnya. Dengan tersenyum laki-laki itu memperkenalkan diri. Maaf kisanak
menunggu lama, apakah kisanak yang bernama wisanggeni dari negeri batang hari sembilan? Sambil
membalas hormat wisanggeni mengenalkan dirinya dan maksud kedatangan nya. Sambil mangguk
mangguk ki sarandana mendengarkan. Nah nak wisanggeni silahkan masuk dulu melepas lelah atau
mandi. Sekalian menginap beberapa hari lalu saya akan antar ke kadipaten caruban."Terimakasih ki,
kami diterima disini. ayo nyimas ratih kita masuk ujar wisanggeni. Sambil menoleh kearah istri dan anak
nya, wisanggeni mempersilahkan. Lalu masuklah mereka ke dalam rumah. Sesampainya didalam rumah
disambut oleh istri ki sarandana yaitu nyi ajeng.. Wanita paruh baya berumur kurang lebih 60 tahunan
dengan wajahnya putih bersih menandakan masa mudanya wanita ini pasti cantik. Oh ya siapa nama cah
ayu dengan ramah nyi ajeng menyambut ratih anak wisanggeni. Setelah saling mengenalkan diri lalu
wisanggeni membersihkan diri dan beristirahat melepas lelah.

Bab 2

"Nah, wisanggeni sebentar lagi kita memasuki kadipaten caruban. Rumah ki ageng bernowo paling luas
dan besar disini. Maklum dia seorang saudagar dengan banyak usaha.."

Sambil Mengangguk menanggapi ucapan ki sarandana wisanggeni menikmati perjalanan nya karena
jalan menuju ke caruban memang pemandangan nya sangat indah, sedangkan istri dan anak nya tertidur
pulas diatas tumpukan barang barang bawaan. Ki sarandana mengiringi kereta pedati mereka dengan
menunggang kuda sendiri bersama beberapa warga desa yang diajak ikut mengawal.

Kadipaten caruban nampak megah dan makmur banyak warga lalu lalang baik berjalan kaki maupun
menggunakan pedati. Terlihat kedai kedai makan banyak ditemui di beberapa sudut jalan. Ada juga
penginapan dan tempat hiburan.

Sampailah mereka dirumah ki agen bernowo. Wisanggeni memang sudah lama ditunggu karena sudah
lama tidak bertemu. Kedua orang ini dahulunya merupakan sahabat seperti layaknya saudara saat
didalam kesatuan armada laut Sriwijaya. Namun ki ageng bernowo lebih memilih meninggalkan
kesatuan nya karena sudah merasa lelah dan cukup tua dan posisi ki agen bernowo dipegang oleh
wisanggeni. Memang masih tergolong muda untuk menduduki kepala kesatuan kapal. Tapi kemampuan
wisanggeni diatas rata rata. Karena wisanggeni dididik oleh panglima pasukan tar tar. Tidak lama
menduduki jabatan wisanggeni menikah dengan pandan suri gadis keturunan negeri seberang.

"Hahahaha.. Wisanggeni kau tidak berubah malah nampak lebih gagah tubuhmu berotot. Dan kau
memiliki istri yang cantik sekali dan memiliki seorang putri yang wajahnya seperti bidadari.."

Puji ki ageng bernowo. Atau dahulu dikenal laksamana bernowo.

"Kang mas bernowo saya sudah bertekad untuk meninggalkan pekerjaan saya sebagai prajurit kerajaan.
Aku ingin kembali ke tanah kelahiran dan hidup tenang jauh dari peperangan."

sambil manggut ki ageng bernowo mendengarkan keluh kesah sahabat sekaligus bawahan yang dia
percaya dahulu. Mereka mengobrol terhanyut dalam kenangan.

" Nah wisanggeni sesuai apa yang aku katakan dahulu bahwa aku akan membuat usaha jasa pengawalan
entah mengawal orang atau barang dagangan. Mengingat banyaknya perampok dan pendekar golongan
hitam yang merajalela disini." Sambil menyeruput kopi wisanggeni menyimak apa yang ingin dikatakan
temanya itu.
" Sekarang usaha itu sudah berjalan,jika kau butuh pekerjaan mungkin itu cocok denganmu."tak lama
istri ki bernowo muncul nyo panin. Kalian ngobrol sampe larut malam.

" Kang mas biarlah wisanggeni istirahat dulu."lalu ki bernowo mengijinkan wisanggeni untuk istirahat.

" Wisanggeni silahkan istirahat dulu besok kita sambung lagi sembari kau pikirkan tawaran itu. Jika
berkebun atau sawah aku yakin kau tak punya pengalaman banyak tetapi soal bertempur aku sudah tak
meragukan mu.. Heheheh."

Lalu keduanya bangkit dan masuk ke kamar masing masing.

Wisanggeni menempati sementara kamar anaknya yang saat ini anaknya berada di Kota raja dan sudah
berkeluarga disana.

Pagi itu embun masih menghampar menyelimuti bumi kadipaten caruban disela sela pepohonan
beberapa penduduk membawa cangkul dan arit menuju ladang perkebunan mereka atau pun sawah.
Diantara penduduk Dua orang berjalan menyusuri sebuah jalan.

"Wisanggeni kita akan ke sebuah rumah dimana rumah itu akan kau tempati tinggal kau bersihkan saja.
Dulu rumah itu rencananya akan ditempati anak ku tetapi nampaknya mereka lebih memilih tinggal di
Kota raja. Sambil berjalan ki agen bernowo menjelaskan maksud dan tujuannya mengajak wisanggeni di
pagi buta.

"Kau terlalu baik ki bernowo bukan saja saat ini tetapi saat kita bertugas dulu pun kau sangat baik
padaku, aku takut tak bisa membalasnya sambut wisanggeni.

"Ah.. Kau terlalu banyak basa basi. Kau pernah menyelamatkan nyawaku dan bukan itu saja. Kita lama
bersama dalam suka dan duka sudah sepantasnya saat ini aku membantumu menata kehidupan
baru.nah itu rumahnya."
Sambil ki bernowo menunjukan sebuah bangunan rumah kayu berdinding tebal dan atapnya nampak
beberapa sudah ada yang bolong.

"Besar sekali bangunan ini ki.. Sambil mata wisanggeni melihat dengan takjub. Sebuah rumah besar
dengan halaman yang besar pula terbuat dari kayu pilihan berwarna hitam. Jika diurus mungkin
bangunan ini sangat mewah. Berfikir dalam hati wisanggeni. Bagaimana menurutmu wisanggeni?! Apa
kau suka. Aku tidak memaksa selagi kau belum memiliki tempat tinggal tunggulah rumah ini selama kau
suka. Lalu mereka memasuki halaman rumah. Ini luar biasa aku sampai takjub melihatnya ki, kau
memang sahabat ku. Lihat di belakang nya juga ada sumur dan airnya nampak jernih.

Nah kau tunggulah rumah ini. Ki bernowo menyahut seolah tidak memperdulikan pujian takjub dari
wisanggeni.

Beberapa minggu kemudian nampak rumah yang akan dihuni wisanggeni sudah mulai rampung
diperbaiki.. Dan benar rumah itu nampak indah dan mewah juga terdapat tanaman bunga bunga
menghiasi halaman. Pangan suri sangat menyukai bunga sehingga halaman rumah ini penuh bunga
warna warni. Ayah.. Ratih main dulu ya. Ujar anak wisanggeni memohon ijin. Silahkan tapi jangan jauh
jauh ya. Nanti kau tersesat. Nampak diatas atap beberapa tukang kayu masih menambal dan mengganti
atap yang baru. Kang mas semoga saja disini kita bisa merajut kehidupan baru.. Nyeletuk pandan suri
istri wisanggeni Sambil tersenyum manis dan memeluk wisanggeni. Wisanggeni akhirnya mau menerima
pekerjaan sebagai centeng jasa pengawalan.

Di kediaman ki bernowo.. Wisanggeni tugas pertamamu kau akan mengawal hewan ternak yang akan di
bawa ke desa Tegal biru. Orang orang nya susah aku persiapkan untuk kau bawa. Mereka adalah orang
orang jebol perguruan silat juga jadi kau tidak akan direpotkan jika terjadi sesuatu dijalan. Jumlah
mereka 7 orang. Besok pagi kau sudah harus berangkat. Apa kau siap? Ki bernowo mengajukan
pertanyaan tentang tugas yang akan di emban wisanggeni. Ehem.. Sambil berdehem wisanggeni
mengangguk. Saya siap ki saya akan menemui ke 7 orang itu.

Mulai hari itu wisanggeni sudah mulai bekerja sebagai pengawal.

Mulai saat itu pula keanggunan dan kecantikan istri wisanggeni menjadi bahan pembicaraan di kampung
ki bernowo. Membuat ki bernowo merasa terbebani sehingga dia menyiagakan pengawalan kepada
rumah wisanggeni saat dia bertugas. Sehingga wisanggeni bisa menjalankan pekerjaan tanpa pikirannya
terganggu.di ruangan depan ki bernowo duduk bersama istrinya sambil menikmati seduh teh khas
tiongkok.. Emm nyi.., jika tidak sibuk bertandang ngalah ke rumah nyi suri saya khawatir jika dia
sendirian... Berucap ki agnes bernowo.

Iya kang mas, nanti aku juga akan menginap disana mengingat aku tidak ada teman mengobrol anak kita
jauh sedangkan kau sibuk dengan urusanmu.. Ujar istri ki bernowo nyi pandini. Iya nyi tidak apa apa
sesekali kau menginap disana. Aku merasa tidak enak dengan wisanggeni memberikan pekerjaan ini. Dia
seperti adik sendiri. Ucap ki agen bernowo.

Empat purnama berlalu.. Nama ki barnowo dan wisanggeni terkenal akan keahlian mereka mengawal
barang barang berharga bahkan pekerjaan mereka sekarang meningkat menjadi mengawal buronan
kerajaan yang tertangkap didaerah lain. Wisanggeni tak salah jika dahulu penglima besar Sriwijaya
menggelari ku ahli seni perang, kau memang cerdik mengatur keadaan ujar ki barnowo.sambil ki
barnowo menghisap rokok siong nya. Beberapa percikan api nampak menghinggapi baju hitam nya
sehingga harus ditepuk tepuk kalo tidak ingin pakaian nya bolong. Itu berkat bimbingan ki barnowo juga
saat menjadi peminat saya dulu tegas wisanggeni. Tak lama berselang muncul suri membawakan dua
cangkir kopi dan pisang rebus. Ini ki cicipi pisang hasil tanaman kami. Sambil menghidangkan pisang
rebus dan kopi.ah,nyi suri, bagaimana keadaan mu apa kau betah tinggal disini? Bertanya ki barnowo.
Setidaknya aku disini tidak ditinggalkan kang mas wisanggeni berbulan bulan ki..jawab pandan suri
sambil wajahnya bersemi merah. Hahahahaha.. Ternyata mas mu wisanggeni ini selalu membuatmu
kangen ya.. Sambil tertawa ki barnowo mengolok pandan suri.

Silahkan dilanjut ngobrol nya, aku mau memandikan ratih dulu, kerjaan nya main aja dari tadi. Sambil
berlalu masuk kedalam. Meninggalkan ki barnowo dan wisanggeni suaminya.

Nah wisanggeni usaha kita susah terkenal pekerjaan juga semakin berat. Sambil ki barnowo memandang
kosong kearah jalan setapak. Betul ki, jika pekerjaan itu membawa barang sangat berharga dan melintasi
daerah rawan tentu kita harus menaikan harga pengawalan. Sambut wisanggeni. Dan menambah orang
tentunya timpa ki barnowo. Aku sudah mengirimkan beberapa surat tawaran ke beberapa perguruan
silat jika ada yang mau bekerja sama dengan kita. Ungkap ki barnowo.. Itu cukup baik ko setidaknya
mereka punya pengalaman bertarung dan menggunakan senjata dengan benar.

Beberapa purnama berlalu kembali..


Iring iringan kereta membawa peti besar nampak akan melewati jalan setapak menuju hutan wringin
sewu.. Berhenti, lalu nampak pimpinan rombongan berbalik arah kebelakang. Labanyak, la Soreang
kalian melakukan kedepan dahulu kurang lebih ratusan tombak saja. cek kondisi jalan dan keadaan lalu
kembali. Kami akan berjalan perlahan menunggu laporan kalian. Siap kakang wisanggeni.. Ayo Labanyak
kita selidiki dulu apa yang ada didepan.. Lalu Labanyak dan Lasoreang memacu kedua mereka melaju
mendahului rombongan. Kini tinggallah enam orang pengawal tiga orang bersenjatakan tombak dan tiga
orang lagi menggunakan pedang.

Sepenanakan nasi berlalu.. Nampak dua orang muncul didepan kereta pedati pembawa peti.. Mereka
Labanyak dan Lasoreang.. Hooop,,, bagaimana apa keadaan didepan aman. Bertanya wisanggeni.
Keadaan aman kakang, dibeberapa bagian memang jalan akan berbatu dan mendaki tapi menurut kami
itu tidak jadi soal kita bisa dorong kereta ini perlahan dar belakang untuk membantu pedati berjalan.
Lapor Labanyak.

Baiklah.. Kita lanjutkan perjalanan. Hutan wringin sewu terkenal rawan akan pembajak dan rampok
sehingga diperlukan kewaspadaan bagi yang melintasi wilayah hutan ini.

Kini iring iringan pedati sudah melewati pertengahan hutan. Tiba tiba..sebuah pohon besar miring ke kiri
dan blarrrr.. Pohin itu tumbang menghadang perjalanan mereka.. Hooop, sambil mengangkat tangan
wisanggeni menghentikan laju perjalanan. Tidak ada angin tak ada hujan dan pohon besar ini roboh.
Waspada! Teriak wisanggeni. Dan memang benar tidak lama bermunculan lima orang berpakaian hitam
dengan dada sedikit terbuka memperlihatkan bulu dada yang meranggas. wajah mereka menggunakan
topeng dan Tubuh mereka tinggi besar.

Hahahahha,.. Ternyata benar mimpiku semalam bahwa hari ini kita akan mendapat rejeki ujar sosok
berpakaian hitam yang tubuhnya gendut. Sambil menghunus golok. Lalu tertawan diikuti oleh keempat
orang dibelakang pria bertubuh gemuk tadi. Siapa kalian dan apa mau kalian menghalangi jalan kami!
Bentak wisanggeni. Owowow.. Jangan mengganas dulu kisanak kami bermaksud baik, hanya ingin
meringankan tugas kalian. Biarlah kami yang mengantar barang barang itu ketempat nya dan kalian tak
perlu repot mengawal jauh jauh. Bagaimana? Ucap laki laki bertubuh gemuk Sambil mencibir
merendahkan.
BAB 4

Pertempuran antara wisanggeni dan Bidadari hitam berlangsung sengit,


Bidadari hitam lancarkan pukulan pukulan berisi tenaga dalam tinggi . masing-
masing ingin segera mengalahkan lawanya.

“trang..trang..”

Dua senjata beradu menimbulkan percikan bunga api,tangan wisanggeni bergetar


rasa kesemutan menjalar sampai ke lenganya.maklum saja senjata pedang yang
digunakan Wisanggeni tergolong senjata biasa tanpa memiliki pamor .

Bidadari hitam sabetkan pedang menggunakan jurus ‘Petir menyambar ranting ‘

“prang..”

Pedang Wisanggeni patah jadi dua.

“Ha..ha..ha.. keluarkan semua kemampuan mu! “Teriak bidadari hitam.

“gila hebat sekali wanita ni,” sambil membuang tubuh kebawah wisanggeni
lancarkan serangan tendangan ke arah perut Bidadari hitam.

“Dasar licik..!” teriak Bidadari hitam .sambil mengangkat kaki kanan nya
melindungi perutnya dari hantaman kaki wisanggeni.

Justru gerakan itulah yang ditunggu wisanggeni,secepat kilat tubuh nya


bergulingan kedepan lalu kedua jari tanganya menusuk leher wanita itu dari
belakang..

“takk..

takk..”

Maka kaku sudah tubuh bidadari hitam dibawah totokan Wisanggeni. Itulah jurus
‘Rajawali terbang dari balik bukit mematuk puncak gunung’

Tubuh bidadari hitam kaku berdiri sebari tanganya tetap menggenggam


pedangnya.
“Lepaskan ..!cepat ..lepaskan aku bangsat..!ayo kita bertarung !” sumpah serapah
keluar daei mulut wanita ini.

Melihat gelagat pimpinan mereka kaku ter totok.maka dua orang Begal tersisa
kabur melarikan diri kedalam hutan selagi para pengawal lalai memperhatikan
pertarungan Wisanggeni.

“Bangsat..!celaka..mereka kabur ..!”

teriak salah seorang pengawal sehingga memecahkan perhatian pengawal yang


lain.saat mereka sadar kedua orang itu sudah lenyap kedalam hutan.

“Pengawal..!cepat ikat wanita ini! Kita akan berikan ke kadipaten terdekat untuk
diadili dikotaraja.”

Segera para pengawal mengikat wanita itu dengan tali yang cukup kuat.
Wisanggeni melepaskan pedang bidadari hitam yang masih didalam genggamanya.

“Bawa dia naik ke pedati! Baringkan bersama mayat Suripala.” Suripala adalah
pengawal yang tewas ditangan Sengkolo.dia baru satu bulan bergabung dalam
kelompok wisanggeni, setelah sebelumnya diajak bergabung oleh Ki Ageng
Bernowo. Suripala merupakan anggota perguruan silat ‘Kelabang Wesi’ di lereng
gunung Ciremai.

Di disebuah rumah besar ..dua orang sedang berlatih ilmu silat yang satu seorang
wanita dewasa berumuran kira kira dua puluh tiga tahunan dengan tubuh padat
berisi rambutnya sedikit kemerahan seperti rambut jagung berhidung mancung
berkulit putih menandakan dia seorang keturunan negeri sebrang. sedangkan yang
satunya seorang bocah wanita seumuran tujuh tahunan bertubuh langsing dan
kulitnya kemerahan karena berkeringat..

ratih..!

kuatkan kuda kuda mu..dan perhatikan ..!ikuti gerakan ibu.”


Dari sekilas percakapan keduanya ,dua orang wanita ini adalah ibu dan anak.
Mereka adalah keluarga kecil Wisanggeni. Luar biasa sekali ..kau Pandansuri
sudah cantik berilmu silat juga..Saat mereka sedang larut dalam latihan
silat..seorang wanita paruh baya muncul sambil memberikan pujian.

“Astaga..nyi Ajeng..maafkan kami, tidak tau jika nyi Ajeng datang.Ratih kau boleh
istirahat dulu nak..nanti kita lanjutkan lagi.” Lalu Ratuh mengambil sikap
sempurna .

Lalu mereka istirahat berlatih dan menyambangi nyi Ajeng yang baru saja datang.
“Ratih tidak mau latihan dulu bu..hari ini ,nanti saja bune..temen ratih mau main
kesini..!”lalu Ratih bergegas masuk kedalam rumah.

Pandan suri geleng geleng kepala saja melihat tingkah ratih.

“Maaf jika mengganggu kalian latihan..tadi saya ke ladang lewat sini dan mampir.”
.ujar ni ajeng .

wanita paruh baya ini masih kelihatan cantik bertubuh indah padat dan berkebaya
dan berkain kemben .Rambutnya masih hitam tanpa uban sedikitpun..

“Suami mu belum pulang suri..?”bertanya Nyi Ajeng sambil mereka melangkah


menuju halaman depan.

Belum nyi..baru juga dua hari ditugaskan ki Baernowo . .sambil pandan suri
mengelap wajahnya dengan kain batik karena latihan bersama ratih tadi.

“semenjak wisanggeni bergabung ,banyak sekali permintaan pengawalan kepada ki


bernowo. Suamimu hebat suri. Bisa menjaga kepercayaan orang.”Alhamdullilah
Nyi Ajeng itu juga tak lepas berkat bantuan bapak.. oya ..mau minum apa Nyi..?
sahut pandansuri dengan senyum.

“Ay..tidak usah repot-repot ..aku Cuma mampir sebentar melihat keadaan


mu.walau rumah kita dekat tetapi kita jarang bertemu. Nah ..suri aku pamit
dulu.”lalu Nyi ajeng bergegas meninggalkan kediaman Wisanggeni. Disusul
pandansuri masuk kedalam rumah .
Masih di kadipaten Caruban , suasana malam ini di hiasi bulan purnama tidak ada
awan yang menari menutupi sang rembulan sehingga malam ini sangat terang .di
sebuah kedai yang malam ini nampak ramai pengunjung beberapa orang sedang
duduk sambil bercerita dan tertawa…posisi kedai berada dipinggir jalan tetapi
tidak dipusat kadipaten. Kedai ini milik ki jarwo yang memang sudah lama
membuka kedai disini .yang unik dari kedai ini menyediakan minuman keras
terkadang juga menyediakan tempat untuk melepas nafsu bersama wanita malam.

“Pelayan..!tambah lagi Arak nya kami ingin minum sepuasnya malam


ini..hahahaha..” teriak seorang pengunjung berkumis tebal dengan memakai
blangkon .diiringi tertawa oleh ke lima teman teman nya. Memang mereka datang
ke kedai ini berlima untuk menghabiskan malam bersama sambil minum arak.
Tetapi satu dari lima orang ini wajahnya nampak murung dan gelisah.

“Aah..supala jangan kau pikirkan dunia ini..kita ini orang kecil sudah biasa makan
ketidak adilan..hahahaha..!” lalu tertawa terbahak bahak..

“Diam kau Rayuyu!..atau aku lempar tubuh mu ke kali dibelakang kedai ini.”
Bentak orang yang dipanggil supala tadi.

Lalu satu temanya lagi menjawab dengan nada mengejek.

“kau tidak suka suaminya tetapi suka sama istrinya..hahahahahah!siapa yang tidak
suka istri wisanggeni cantik putih laksana bidadari..hahahahah!”

mereka larut dalam pengaruh arak ki jarwo.

“Bukan itu yang aku pikirkan walaupun aku akui aku suka pada pandansuri.tapi
yang aku pikirkan ini soal wisanggeni.semenjak dia bergabung dalam regu
pengawal ki gede bernowo,dia makin sombong dan menginjak kepala kita. Padahal
sebelum dia ada kita selalu mendapat pekerjaan besar dari ki ageng
bernowo.kalian lihat sekarang kita hanya kebagian pekerjaan mengawal kelas teri
yang upahnya kecil.mengawal ternaklah ,barang dagangan lah sedangkan upeti dan
barang berharga yang upahnya , besar disabet wisanggeni semua,,,

”Huuh..! “
dengan mimik wajah benci Supala meludah menyebut nama wisanggeni.

Lalu salah seorang temanya berdiri dan menghapiri kursi dimana supala duduk lalu
berdiri dibelakangnya memijat tengkuk Supala. “Sahabat ku Supala apa yang kau
rasakan, tentu kami rasakan juga.sekarang langsung saja pada intinya..apa kau
punya rencana?!”

“Aku sudah punya rencana !!jika kalian setuju kita akan menjebak wisanggeni
agar dia tau siapa kita!”

Brakk..

Gopala..Sudar..Temeng..Rayuyu..!apa kalian setuju?! teriak Supla. sambil


menggebrak meja. Beberapa cawan tumpah terkeena tenaga dari supala tadi.
Beberapa pengunjung kedai lainya menyegerakan membayar dan segera pergi dari
kedai ki jarwo.

Lalu salah satu dari 3 temanya ini berdiri!

“Aaah…aku mewakili teman yang lain tentu setuju..”

jawab gopala.laki laki ini bertubuh pendek gemuk keningnya plontos…yaa..kami


setuju!jawab serentak teman mereka .

“Jika kita melawan wisanggeni mungkin mustahil.pertama dia sahabat dekat ki


ageng bernowo juragan kita. yang kedua kepandaian wisanggeni setara dengan s
eorang pendekar. Maka kita harus melawan nya dengan akal..”sambil menatap
kosong keluar kedai Supala megatur rencana. Malam makin larut pengunjung pun
hanya lima orang ini yang ternyata mereka adalah pekerja pengawalan Ki ageng
bernowo.

Anda mungkin juga menyukai