Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SEJARAH SEKALIGUS UTS

DISUSUN OLEH:
ALFINA DAMAYANTI
(2248201026)

DOSEN PENGAMPU:
MUHAMMAD IRHAM, S.SOS., M.A

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2023
TOKOH MUSLIM PADA MASA DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH

1. Tokoh Dinasti Umayyah

Khalifah Bani Umayyah yaitu pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik bin
Marwan, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz bin Marwan, Yazid bin Abdul
Malik dan Hisham bin Abdul Malik.
Sulaiman bin Abdul Malik

Menurut sebagian ahli sejarah, menjelang wafatnya, Walid bin Abdul Malik tidak
sempat menunjuk seseorang sebagai pengganti. Para pemuka keluarga Bani Umayyah
akhirnya memutuskan Sulaiman bin Abdul Malik sebagai Khalifah Ketujuh Daulah
Umayyah di Damaskus, Syria. Saat itu Sulaiman sendiri berada di kota Ramallah. Ia baru
mengetahui berita wafatnya Walid setelah sepekan kemudian.
Begitu menjabat khalifah, banyak perubahan yang dilakukan Sulaiman bin Abdul
Malik. Yang terbesar adalah pergantian beberapa pejabat penting pemerintah. Inilah yang
membuat puncak kejayaan Daulah Umayyah menurun.Sebelumnya, Abdul Malik bin
Marwan dan Walid bin Abdul Malik menempatkan tokoh-tokoh terkuat di beberapa daerah.
Misalnya, Hajjaj bin Yusuf dan Qutaibah bin Muslim ditempatkan di wilayah timur,
sedangkan Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad ditempatkan di wilayah barat. Sulaiman
bin Abdul Malik memberhentikan ketiga tokoh tersebut. Musa bin Nushair, penakluk
Spanyol dan Portugal, tiba di Damaskus tiga hari sebelum Walid bin Abdul Malik wafat.
Tanpa alasan yang bisa diterima, Musa bin Nushair diberhentikan dan dibuang ke Madinah.

1
Dua tahun kemudian, tokoh ini wafat. Putra Musa bin Nushair, Abdul Malik bin Musa yang
menjabat gubernur wilayah Afrika di Kairawan juga diberhentikan. Sebagai penggantinya
diangkatlah Muhammad bin Yazid. Sedangkan Abdul Azis bin Musa, putra Musa bin
Nushair yang menjabat gubernur di wilayah Andalusia yang berkedudukan di Toledo,
dikudeta oleh pasukannya sendiri dan gugur dalam sebuah peperangan. Sebagai
penggantinya, Sulaiman bin Abdul Malik mengangkat Abdurrahman Ats-Tsaqafi.
Sementara itu, Hajjaj bin Yusuf meninggal terlebih dahulu daripada Walid bin Abdul Malik.
Namun demikian, keluarganya tak ada yang luput dari kebijakan Kalifah Sulaiman. Mereka
yang masih memegang jabatan langsung diberhentikan. Tindakan fatal lainnya yang
dilakukan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik adalah membebaskan para tahanan politik
di Irak dan Iran. Dilihat dari sudut kemanusiaan, sekilas tindakan ini positif. Namun di sisi
lain, mereka yang menentang pemerintahan selama ini menjadi bebas berbuat apa saja.
Ketika masih hidup, Hajjaj bin Yusuf dan Qutaibah bin Muslim sepakat untuk
mengangkat Abdul Azis bin Walid sebagai calon pengganti sang khalifah. Namun, Walid
bin Abdul Malik meningga sebelum sempat menetapkan keputusan itu. Itulah yang
membuat Khalifah Sulaiman tidak senang dengan Hajjaj dan Qutaibah. Rasa tidak senang
itu sudah terbaca oleh Qutaibah. Apalagi ketika melihat tindakan Khalifah Sulaiman
terhadap keluarga Hajjaj dan Musa bin Nushair. Qutaibah bin Muslim menggerakkan
rakyat Khurasan untuk memberhentikan Khalifah Sulaiman. Namun kekuatannya kalah. Ia
gugur dalam peperangan. Sebagai gantinya diangkatlah Wakki At-Tamimi. Sedangkan
jabatan Hajjaj bin Yusuf tak pernah diisi lagi. Khalifah Sulaiman menunjuk Yazid bin
Muhallib sebagai gubernur wilayah Irak dan Iran. Karena kemampuannya, Yazid bin
Muhallib diangkat menjadi gubernur wilayah Khurasan menggantikan Wakki At-Tamimi.
Selanjutnya, gubernur Yazid melebarkan sayap kekuasaannya ke daerah Tabaristan dan
Jurjan.
Sementara itu, kemenangan Panglima Maslamah bin Abdul Malik di daerah Asia Kecil
pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, membuat geger imperium
Romawi Timur. Hal itu membangkitkan minat Khalifah Sulaiman untuk menaklukkan
Konstantinopel. Ia pun mempersiapkan bala bantuan berkuatan 120.000 orang untuk
memperkuat pasukan saudaranya. Khalifah Sulaiman sendiri ikut dalam pasukan itu.
Namun ia terpaksa berhenti di Caesarea wilayah Galtia karena sakit. Sedangkan Maslamah
dan pasukannya meneruskan perjalanan. Pasukan Romawi tidak mengadakan perlawanan.
Mereka bertahan di benteng Konstantinopel dalam kepungan pasukan kaum Muslimin yang
cukup lama.
2
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik wafat dalam usia 45 tahun. Keinginannya untuk
menaklukkan ibukota Konstantinopel gagal. Di antara yang dapat dikenang pada masa
pemerintahannya adalah menyelesaikan pembangunan Masjid Al-Jami’ Al-Umawi yang
dikenal megah dan agung di Damaskus.
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mempunyai seorang putra mahkota bernama
Ayyub bin Sulaiman yang sudah ia siapkan sebagai penggantinya. Namun sayang, sang
putra meninggal dunia sebelum niat ayahnya tercapai. Khalifah Sulaiman berniat
mencalonkan putranya yang lain, namun karena masih terlalu muda, Raja’ bin Haiwa’,
seorang tabiin penasihat utama istana menyarankan agar niat itu ditunda. Raja’
mengusulkan nama Umar bin Abdul Azis. Lobi yang dilakukan Raja’ berhasil. Umar bin
Abdul Azis pun diangkat sebagai khalifah kedelapan pengganti Sulaiman bin Abdul Malik.
Sejarah pun membuktikan, pilihan sang ulama tidak meleset. Pada masa pemerintahan
Umar bin Abdul Azis, Daulah Umayyah mengalami kegemilangan, sehingga para ahli
sejarah menjuluki Umar bin Abdul Azis sebagai Khalifah Ar-Rasyidah kelima setelah Ali
bin Abi Thalib.

2. Tokoh Dinasti Abbasiyah

DINASTI Abbasiyah, merupakan masa jayanya ilmu pengetahuan. Kejayaan pada


masa itu adalah banyaknya tokoh ilmuwan muslim bermunculan, salah satunya ilmuwan
muslim Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi.

Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi

Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi merupakan salah satu dari beberapa ilmuwan muslim
yang terkenal pada masa abbasiyah, beliau merupakan seorang ilmuwan yang menjadi
pelopor peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung. Al-Kasyi atau Al-Qasyani ialah
panggilan atau sapaan untuk seorang ahli dalam bidang matematik yang sangat masyhur
pada zamannya atau masanya lebih tepatnya pada masa dinasti abbasiyah, orang tersebut

3
ialah Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi. Jamsyid lahir tahun 1380 pada akhir abad ke-14 M di
kota Kashan yang berada di Iraq Tengah. Pada waktu itu Kashan sedang dikuasai oleh
Tamerlane atau bisa disebut dengan Timur. Pada tahun 1405 Timur meninggal dan
digantikan oleh putranya yaitu Shah Rokh, sehingga situasi pada saat itu mengalami
perubahan dan menjadi lebih baik dari sebelumnya.Pada waktu itu, ilmu sains sangat
digemari banyak orang, hal ini menjadi daya tarik bagi Shah Rokh dan juga istrinya yaitu
seorang putri Turki bernama Goharshad. Akhirnya mereka berdua pun mengeluarkan
kebijakan untuk mendorong istana mereka agar mempelajari dan memperdalam keilmuan
mereka dalam bidang apapun. Dengan kebijakan yang telah dibuat membuat era kekuasaan
Shah Rokh menjadi salah satu era dimana banyak bermunculan prestasi ilmiah. Momentum
seperti inilah yang cocok bagi Al Kasyi untuk mengembangkan potensi dirinya atau
karirnya sebagai salah satu matematikawan terbesar di seluruh penjuru dunia. Setelah
delapan tahun masa kepemimpinannya, Ulugh Begh putra dari Shah Rokh mendirikan atau
membangun sebuah institusi pada tahun 1409 yang kelak menjadi universitas terkemuka di
Samarkand. Karena keberadaan institut ini di tengah tengah kota atau di ibukota kerajaan
Ulugh Beg maka banyak para siswa dari seluruh Timur Tengah dan sekitarnya berbondong
bondong untuk masuk ke institut ini. Ulugh Beg juga ikut andil bagian dengan
mengumpulkan banyak ilmuwan dan matematikawan dari Timur Tengah. Kesempatan ini
pula tidak akan disia siakan oleh Al Kasyi, di istana Ulugh Beg beliau menyumbang
sebagian besar pengetahuannya kepada ummatnya pada tahun 1414, menciptakan karya
terbaiknya. Al Kasyi juga sedang berproses membuat bukunya yang berjudul “Risalah Al
Watar Wal Jaib” artinya “Risalan Tentang Akord dan Sinus” dan salah satu karyanya yang
terkenal yaitu Maktubu Miftahil Hisab. Kemungkinan Al Kasyj meninggal pada tanggal 22
Juni 1429 di Samarkhan (Uzbekistan). Ada beberapa teori konspirasi atas kematian sang
matematikawan. Salah satunya muncul dari beberapa sarjana, mereka yakin bahwa Ulugh
Beg telah memesan pembunuhannya, karena beliau melawan para teolog islam.

Al-Kasyì menjadi seorang ilmuwan yang paling berpengaruh pada masa itu. Karena
penemuan beliau dianggap sebagai penemuan ilmiah yang sangat penting di bidang
matematika. Al-Kasyi sendiri disebut sebagai ilmuwan peletak dasar aritmatika atau ilmu
hitung yang dilakukan atas dasar slide. Dalam keberhasilannya menciptakan pecahan
desimal beliau menggunakan angka nol dalam proses perhitungannya. Al-Kasyi juga
merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan angka nol. Al-Kasyi juga ahli dalam
bidang astronomi. Beliau juga berhasil membuat suatu alat yang fungsinya bisa untuk

4
menentukan letak bintang, mengetahui bagaimana gerhana terjadi, mengetahui jarak suatu
benda dari bumi dan lain sebagainya yang berhubungan langsung dengan astronomi.
Penggambaran peredaran bulan dan juga bintang mercury pertama kali dikemukakan oleh
Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi dalam salah satu bukunya yang berjudul “Thabaq Al-
Manathiq”. Pada suatu moment Al-Kasyi sangat berterima kasih kepada sang
sultan Timurid dan juga Ulugh Beg sang ahli matematika dan astronom, yang telah
mengundang atau mengajak Al-Kasyi untuk datang dan bekerja di observatoriumnya
dan universitasnya yang pada waktu itu terkenal dengan ajaran teologinya. Al-Kasyi
berhasil membuat tabel sinus yang berjumlah empat digit sexagesimal, akurasi atau
ketepatan untuk setiap derajat dan juga perbedaan menitnya. Beliau pun membuat tabel
yang memiliki keterkaitan dengan perubahan antara sistem koordinat pada bola langit,
misalnya transformasi dari sistem koordinat ekliptika ke sistem koordinat ekuator. Hasil
karya yang bisa kita nikmati sampai sekarang dari buah tangan Jamsyid Giatsuddin Al-
Kasyi ialah cara penulisan angka perpuluhan (dengan menggunakan tanda nol). Angka
yang kita kenali pada saat ini seperti halnya pecahan dan juga puluhan merupakan buatan
dari sarjana sarjana muslim yang dipakai juga oleh dunia barat sejak saat abad 17 M.
Kasr dalam aritmatika muslim yang awalnya berbahasa Arab kini diterjemahkan kedalam
bahasa Latin menjadi fraktio lalu berubah lagi kedalam istilah Inggris yaitu fraction. Cara
penulisan angka pecahan tidak hanya dilakukan oleh ilmuwan muslim saja, akan tetapi para
ilmuwan dari baratpun ikut dalam hal penulisan ini beberapa dari mereka antara lain: Nacci
dan Abraham Benezra (sarjana yahudi) dan dari kaum muslim yaitu Al-Hasan Abu Kamal
(Abad ke-11 M). Cara penulisan angka pecahan contohnya seperti 2/3, 7/8, 28/9 dan lain
sebagainya, seperti saat ini, adalah salah satu karya dari sarjana sarjana muslim yang
sekarang kita warisi. Ada juga peran seorang sarjana Barat bernama Vieta yang lebih
dikenal dengan sebutan Bapak Angka Perpuluhan (Bapak Desimal) karena penulisan
sejarah matematika disebarkan di Eropa pada tahun 1579 M abad 17-18 saja. Pecahan
desimal merupakan praktik komputasi umum yang bisa diteliti atau ditinjau kembali
pada pamflet Flemish De Thiende, awal diterbitkan pada tahun 1585 di Leyden,
diterjemahkan juga kedalam bahasa Prancis, La Disme, oleh matematikawan
Flemish Simon Stevin kisaran pada waktu 1548-1620, lalu ia berpindah tempat
di Belanda Utara. Tak bisa disangkal bahwa pecahan desimal juga digunakan oleh
orang orang China berabad-abad sebelum Stevin dan astronom Persia Al-Kasyi dengan
mudahnya menggunakan pecahan desimal dan seksagesimal yang juga terdapat pada
bukunya “Kunci untuk aritmatika”
5

Anda mungkin juga menyukai