Dosen Pengampu :
Nanang Suryatna, M.A.
Disusun oleh :
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Disini kami
bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok, mata kuliah Ulumul Qur’an yang
Dalam penyelesaian makalah ini, kami sepantasnya haturkan terima kasih kepada.
● Bapak Nanang Suryatna, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an
● Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
● Anggota kelompok yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa
mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai
pihak. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr .Wb
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
BAB 2................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Manthuq dan Mafhum .............................................................................. 5
2.2 Hubungan antara Manthuq dan Mafhum .................................................................... 5
2.3 Macam dan Contoh Manthuq dan Mafhum ................................................................ 6
2.4 Pentingnya Memahami Manthuq dan Mafhum........................................................... 9
2.5 Metode Dalam Memahami Manthuq dan Mafhum ................................................... 10
BAB 3................................................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
3.2. Saran ...................................................................................................................... 12
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan bahwa pokok
masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari manthuq dan mafhum?
2. Apa hubungan antara manthuq dan mafhum?
3. Apa saja macam dan contoh dari manthuq dan mafhum?
4. Mengapa penting dalam memahami manthuq dan mafhum?
5. Bagaimana metode dalam memahami manthuq dan mafhum?
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Manthuq adalah apa (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz, sesuai dengan
ucapannyat’. Yakni sesuai dengan kandungan makna lafal tersebut. Kebalikannya
adalah mafhum yakni apa (makna) yang ditunjukkan oleh lafal, namun tidak secara
langsung melalui kata-kata tersebut dengan kata lain makna yang tersirat.
Makna yang ditunjukkan oleh lafaz, namun tidak langsung sama dengan arti
kandungan lafaz tersebut’. Jika disederhanakan, manthuq adalah makna tersurat yang
bisa dipahami dari ayat-ayat dalam Al-Quran, sedangkan mafhum adalah sebaliknya
yakni makna tersirat dari ayat-ayat Al-Quran.
5
1. Manthuq berfungsi sebagai dasar teks hukum yang eksplisit dan tegas,
sedangkan mafhum memperluas pemahaman hukum melalui implikasi dan
penalaran yang tepat.
2. Mafhum sering digunakan ketika terdapat celah dalam teks hukum atau ketika
teks hukum tidak secara spesifik membahas situasi atau permasalahan yang
dihadapi dalam konteks yang lebih modern atau kompleks.
3. Mafhum dapat membantu memperluas aplikasi hukum dan memahami prinsip-
prinsip yang mendasari hukum tersebut, sementara manthuq memberikan
landasan hukum yang jelas.
Namun, manthuq tidak selalu memberikan penjelasan yang rinci dan lengkap
tentang suatu masalah hukum. Inilah mengapa mafhum penting dalam memahami
hukum Islam. Mafhum merujuk pemahaman yang dapat ditarik atau disimpulkan dari
teks-teks hukum. Melibatkan proses penalaran dan interpretasi untuk mengungkapkan
maksud terkandung dalam teks tersebut.
Dalam memahami dan menerapkan hukum Islam, baik manthuq maupun
mafhum penting untuk dipertimbangkan. Terkadang, manthuq memberikan panduan
yang jelas, sedangkan dalam situasi lain, mafhum digunakan untuk melengkapi
pemahaman hukum dan memberikan arahan yang relevan dalam konteks yang lebih
luas.
Dalam beberapa kasus, manthuq dan mafhum dapat saling melengkapi.
Manthuq memberikan dasar atau rujukan utama dalam menentukan hukum-hukum
Islam, sedangkan mafhum membantu dalam memahami implikasi lebih lanjut dari teks-
teks tersebut. Dengan memahami manthuq dan mafhum secara bersamaan, seorang ahli
fiqh dapat mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang hukum-hukum
Islam.
6
َ َس ْب َع ٍة ِإذَا َر َج ْعت ُ ْم ۗ ت ِْلك
…عش ََرة ٌ كَا ِملَة ِ ص َيا ُم ث َ ََلث َ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َح
َ ج َو ِ َ… ٌفَ َم ْن لَ ْم َي ِجدْ ف
“…Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna…”.
Penyifatan kata kamilah (sempurna) kepada kata ‘asyrah (sepuluh) itu
menegaskan bahwa maksud ayat tersebut adalah agar seseorang melakukan puasa
selama sepuluh hari, bukan sepuluh yang lain secara majaz. Jadi ayat ini tidak membuka
kemungkinan untuk adanya makna lain selain kewajiban untuk berpuasa sepuluh hari
bagi yang bersangkutan.
Kedua, disebut al-Zhahir. Yaitu manthuq yang membuka kemungkinan untuk
adanya ambiguitas makna, namun diantaranya ada makna yang lebih unggul daripada
makna-makna yang lain. Misalnya pada kata al-baghi pada Qs. Al-Baqarah [2]: 173,
7
setinggi apapun posisi seseorang, ia tetap harus rendah diri dihadapan kedua orang
tuanya.
● Macam-Macam Mafhum
al-Qattan dalam Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an (244-246), sebagaimana al-
Suyuthi mengklasifikasikan mafhum menjadi dua jenis, yaitu.
Pertama, Mafhum muwafaqah. Yaitu makna tersirat yang hukumnya sama atau
sesuai dengan manthuq-nya. Jenis ini terbagi lagi menjadi dua macam, fahwa al-khitab,
yakni ketika makna yang dipahami itu lebih harus diambil hukumnya daripada
manthuq. Misalnya pada Qs. Al-Isra [17]: 23,
“…jika datang kepada kalian orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan
teliti…”.
8
Manthuq-nya adalah perintah untuk melakukan tabayyun pada tiap berita yang
dibawa oleh orang fasiq. Lalu mafhum mukhalafah-nya, jika si pembawa berita bukan
seorang yang punya sifat fasiq, maka tak wajib tabayyun. Ini oleh sebagian muhaddith
dijadikan dalil bolehnya menerima khabar ahad dari perawi yang adil. Mafhum Syarth,
seperti pada Qs. Al-Thalaq [65]: 6 berikut,
“…Dan jika mereka (istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
mereka nafkahnya hingga mereka melahirkan…”.
Mafhum mukhalafah-nya, jika istri yang ditalak tersebut tidak hamil, maka
tidak wajib memberikannya nafkah terebut -karena syaratnya adalah jika ditalak dalam
keadaan hamil. Mafhum Ghayah, contohnya pada Qs. Al-Baqarah [2]: 230,
َ طلَّقَ َها فَ ََل تَحِ ُّل لَهُ م ِْن بَ ْعد ُ َحت َّ ٰى ت َ ْن ِك َح زَ ْو ًجا
غي َْره َ …ٌفَإ ِ ْن
“kemudian jika sang suami mentalaknya (sesudah talak kedua), maka perempuan itu
tidak halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain…”.
Mafhum mukhalafah-nya, jika si perempuan telah menikah dengan laki-laki
lain, kemudian bercerai lagi, maka perempuan itu halal lagi untuk suaminya yang
pertama, Mafhum Hashr, misalnya terdapat pada Qs. Taha [20]: 98,
9
merujuk pada teks itu sendiri, seperti ayat Al-Qur'an atau ucapan Rasulullah
dalam Hadis. Mafhum, di sisi lain, merujuk pada pemahaman yang dapat ditarik
dari teks tersebut. Dengan memahami kedua konsep ini, kita dapat memastikan
bahwa kita tidak salah menginterpretasikan pesan yang ingin disampaikan
dalam teks-teks Islam.
2. Menghindari Kesalahan Penafsiran: Penafsiran yang salah atau keliru terhadap
teks-teks Islam dapat mengarah pada pemahaman yang tidak akurat dan
berpotensi menyebabkan kesalahpahaman atau pemahaman yang menyimpang
dari ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahaman yang tepat tentang Manthuq dan
Mafhum dapat membantu mencegah kesalahan penafsiran ini, sehingga kita
dapat memperoleh pemahaman yang lebih akurat tentang ajaran Islam.
3. Pemahaman Manthuq dan Mafhum membantu kita untuk memahami teks-teks
Islam dalam konteksnya yang lebih luas. Dengan memahami kedua konsep ini,
kita dapat membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang ajaran
Islam.
Dalam memahami manthuq dan mafhum, penting untuk memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang bahasa Arab dan kaidah-kaidah tafsir. Konsultasikan juga
dengan para ulama atau ahli agama yang terpercaya dapat membantu dalam
memperoleh pemahaman yang lebih.
10
hukum syariat menjadi hukum aplikatif terhadap suatu peristiwa yang
memerlukan penanganan hukum.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kontekstual dalam
memahami makna-makna yang terkandung di dalam teks-teks mafhum.
Berpikir analitis adalah proses berpikir analitis yaitu mengamati, analisis, lalu
kembangkan solusi. Melalui pengamatan di awal, dan berpikir kontekstual
adalah Berpikir kontekstual adalah berpikir dalam horizon yang luas terbuka.
Berpikir dengan melihat segala sesuatu dalam gambaran besar ( big picture )
mengenai topik yang dipikirkan. Memahami mafhum harus mempunyai dua
pikiran tersebut karena sifat mafhum yang tersirat.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manthuq dan mafhum merupakan 2 hal yang tidak berbeda jauh, hanya berbeda
pada penjelasan langsung dan tersirat. Manthuq merupakan penjelasan hang sebenernya
sesuai dengan ucapan dalam makna lafal, sedangkan mafhum kebalikannya dari
manthuq yaitu penjelasan secara tersirat. Dalam memahami manthuq dan mafhum
diperlukan penjelasan dari ilmu tafsir, hadist, dan ushul fiqh, hal tersebut guna tidak
adanya kesalahan dalam pemaknaan ayat secara langsung maupun tersirat. Dalam
manthuq dan mafhum juga terdapat macam, dan hubungan keduanya.
3.2. Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dikarenakan
masih minimnya pengetahuan. Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca
memahami dan mengerti tentang masyarakat madani mata kuliah kewarganegaraan.
Selain dari itu, penulis juga mengharapkan kritik dari pembaca agar dapat membangun
atau untuk menyempurnakan pembuatan makalah yang selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
S. A. Ibrahim. 2012. "Manthuq and Mafhum in Usul al-Fiqh," Islam and Civilisational
Renewal, vol. 3, no. 1, pp. 125-139
13