Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANTHUQ DAN MAFHUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu :
Nanang Suryatna, M.A.

Disusun oleh :

Abdullah Fachri Habiburrahman 1224050001


Abizar Aksal Raiya Rabanie 1224050002
Alfian Shihabuddin 1224050012
Annisa Nur Hanifah 1224050016
Dewi Qurrotul Aini 1224050034
Dimas Bihar Ulum 1224050036
Dzikri Muhammad Maulansyah 1224050040

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI KONST. JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah

kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat

serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para

sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Disini kami

bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok, mata kuliah Ulumul Qur’an yang

berjudul “Manthuq dan Mafhum”.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami sepantasnya haturkan terima kasih kepada.

● Bapak Nanang Suryatna, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an

● Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.

● Anggota kelompok yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena

itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa

mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai

pihak. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr .Wb

Bandung, 16 Juni 2023

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB 1................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 4

BAB 2................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Manthuq dan Mafhum .............................................................................. 5
2.2 Hubungan antara Manthuq dan Mafhum .................................................................... 5
2.3 Macam dan Contoh Manthuq dan Mafhum ................................................................ 6
2.4 Pentingnya Memahami Manthuq dan Mafhum........................................................... 9
2.5 Metode Dalam Memahami Manthuq dan Mafhum ................................................... 10

BAB 3................................................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
3.2. Saran ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manthuq adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti
"terucap" atau "tertuangkan dalam bentuk kata-kata". Dalam konteks keilmuan Islam,
manthuq merujuk pada teks-teks tertulis yang diturunkan dari Allah SWT, seperti Al-
Qur'an dan Hadis. Mafhūm adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara
harfiah berarti "makna" atau "maksud". Dalam konteks keilmuan Islam, mafhūm
merujuk pada makna yang terkandung di dalam teks-teks manthuq. Mafhūm dapat
berupa makna yang tersirat atau tersurat.
Manthuq (teks) dan mafhūm (makna) saling terkait dalam konteks keilmuan
Islam. Manthuq (teks) merupakan wujud nyata dari wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, sedangkan mafhūm (makna) adalah inti atau pesan yang ingin
disampaikan melalui teks tersebut.
Al-Qur'an adalah contoh utama teks manthuq dalam Islam. Ayat-ayat Al-
Qur'an merupakan kata-kata yang terucap secara langsung dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Mafhūm dari Al-Qur'an dapat diketahui melalui pemahaman,
penafsiran, dan studi yang mendalam tentang ayat-ayatnya. Mafhūm mencakup ajaran-
ajaran moral, etika, hukum, dan prinsip-prinsip kehidupan yang dapat dipetik dari teks
tersebut.
Memahami manthuq dan mafhūm penting dalam memahami ajaran-ajaran
Islam secara holistik. Pemahaman yang benar terhadap manthuq dan mafhūm
membantu umat Muslim untuk menjalankan ajaran agama dengan tepat dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun metode dalam Memahami Manthuq dan Mafhūm, studi Al-Qur'an dan
Hadis dengan bimbingan ulama atau pakar agama. Mempelajari ilmu-ilmu tafsir, hadis,
dan ushul fiqh untuk memperdalam pemahaman terhadap manthuq dan mafhūm.
Mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kontekstual dalam memahami
makna-makna yang terkandung di dalam teks-teks manthuq.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan bahwa pokok
masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari manthuq dan mafhum?
2. Apa hubungan antara manthuq dan mafhum?
3. Apa saja macam dan contoh dari manthuq dan mafhum?
4. Mengapa penting dalam memahami manthuq dan mafhum?
5. Bagaimana metode dalam memahami manthuq dan mafhum?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan-tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengertian manthuq dan mafhum.
2. Untuk mengetahui hubungan antara manthuq dan mafhum.
3. Untuk mengetahui macam-macam dan contoh dari manthuq dan mafhum.
4. Untuk memahami pentingnya memahami manthuq dan mafhum
5. Untuk mengetahui metode dalam memahami manthuq dan mafhum.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manthuq dan Mafhum


Al-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an mendefinisikan manthuq sebagai
berikut,

‫ ما دل عليه اللفظ في محل النطق‬:‫المنطوق‬

Manthuq adalah apa (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz, sesuai dengan
ucapannyat’. Yakni sesuai dengan kandungan makna lafal tersebut. Kebalikannya
adalah mafhum yakni apa (makna) yang ditunjukkan oleh lafal, namun tidak secara
langsung melalui kata-kata tersebut dengan kata lain makna yang tersirat.

‫ ما دل عليه اللفظ ال في محل النطق‬:‫المفهوم‬

Makna yang ditunjukkan oleh lafaz, namun tidak langsung sama dengan arti
kandungan lafaz tersebut’. Jika disederhanakan, manthuq adalah makna tersurat yang
bisa dipahami dari ayat-ayat dalam Al-Quran, sedangkan mafhum adalah sebaliknya
yakni makna tersirat dari ayat-ayat Al-Quran.

2.2 Hubungan antara Manthuq dan Mafhum


Manthuq dan mafhum adalah dua istilah yang digunakan dalam ilmu ushul fiqh,
yang merupakan cabang ilmu dalam studi hukum Islam. Kedua istilah ini berkaitan erat
dalam memahami hukum-hukum Islam.
Manthuq merujuk pada teks-teks hukum Islam, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an dan
hadis Nabi Muhammad SAW. Teks-teks ini merupakan sumber utama hukum Islam
dan memberikan otoritas dalam menentukan hukum-hukum syariat. Manthuq
mencakup pernyataan langsung tentang hukum-hukum yang ditemukan dalam teks-teks
tersebut. Hubungan antara manthuq dan mafhum adalah sebagai berikut:

5
1. Manthuq berfungsi sebagai dasar teks hukum yang eksplisit dan tegas,
sedangkan mafhum memperluas pemahaman hukum melalui implikasi dan
penalaran yang tepat.
2. Mafhum sering digunakan ketika terdapat celah dalam teks hukum atau ketika
teks hukum tidak secara spesifik membahas situasi atau permasalahan yang
dihadapi dalam konteks yang lebih modern atau kompleks.
3. Mafhum dapat membantu memperluas aplikasi hukum dan memahami prinsip-
prinsip yang mendasari hukum tersebut, sementara manthuq memberikan
landasan hukum yang jelas.
Namun, manthuq tidak selalu memberikan penjelasan yang rinci dan lengkap
tentang suatu masalah hukum. Inilah mengapa mafhum penting dalam memahami
hukum Islam. Mafhum merujuk pemahaman yang dapat ditarik atau disimpulkan dari
teks-teks hukum. Melibatkan proses penalaran dan interpretasi untuk mengungkapkan
maksud terkandung dalam teks tersebut.
Dalam memahami dan menerapkan hukum Islam, baik manthuq maupun
mafhum penting untuk dipertimbangkan. Terkadang, manthuq memberikan panduan
yang jelas, sedangkan dalam situasi lain, mafhum digunakan untuk melengkapi
pemahaman hukum dan memberikan arahan yang relevan dalam konteks yang lebih
luas.
Dalam beberapa kasus, manthuq dan mafhum dapat saling melengkapi.
Manthuq memberikan dasar atau rujukan utama dalam menentukan hukum-hukum
Islam, sedangkan mafhum membantu dalam memahami implikasi lebih lanjut dari teks-
teks tersebut. Dengan memahami manthuq dan mafhum secara bersamaan, seorang ahli
fiqh dapat mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang hukum-hukum
Islam.

2.3 Macam dan Contoh Manthuq dan Mafhum


● Macam-Macam Manthuq
Dalam kitab yang sama, al-Suyuthi mengklasifikasikan ada tiga jenis manthuq
berdasarkan tingkat kepastian maknanya, Pertama, beliau menyebutnya al-nash. Yakni
manthuq yang menunjukkan satu makna tertentu secara pasti, tanpa ada kemungkinan
sama sekali untuk menakwilkan nya. Misalnya dalam firman Allah Qs. Al-Baqarah [2]:
196,

6
َ َ‫س ْب َع ٍة ِإذَا َر َج ْعت ُ ْم ۗ ت ِْلك‬
…‫عش ََرة ٌ كَا ِملَة‬ ِ ‫ص َيا ُم ث َ ََلث َ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َح‬
َ ‫ج َو‬ ِ َ‫… ٌفَ َم ْن لَ ْم َي ِجدْ ف‬

“…Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib
berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna…”.
Penyifatan kata kamilah (sempurna) kepada kata ‘asyrah (sepuluh) itu
menegaskan bahwa maksud ayat tersebut adalah agar seseorang melakukan puasa
selama sepuluh hari, bukan sepuluh yang lain secara majaz. Jadi ayat ini tidak membuka
kemungkinan untuk adanya makna lain selain kewajiban untuk berpuasa sepuluh hari
bagi yang bersangkutan.
Kedua, disebut al-Zhahir. Yaitu manthuq yang membuka kemungkinan untuk
adanya ambiguitas makna, namun diantaranya ada makna yang lebih unggul daripada
makna-makna yang lain. Misalnya pada kata al-baghi pada Qs. Al-Baqarah [2]: 173,

…‫عاد‬ َ ‫ضطُ َّر‬


َ ‫غي َْر َباغٍ َو َال‬ ْ ‫…ٌفَ َم ِن ا‬

“…Namun barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak


menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas…”
Kata al-baghy sendiri secara bahasa memiliki beberapa makna seperti
menginginkan, zalim, jahil dan aniaya. Namun pada konteks ayat ini makna
menginginkan dan zalim lebih kuat daripada makna-maknanya yang lain.
Ketiga, dinamakan ta’wil. Yakni ketika suatu lafal memiliki beberapa makna,
ada yang kuat dan ada yang lemah, namun yang dipilih adalah makna yang marjuh
(lemah) karena didukung oleh dalil dan alasan tertentu. Misalnya kata janah pada Qs.
Al-Isra’ [17]: 24 berikut,

َّ َ‫ِض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل مِن‬


‫الر ْح َمة‬ ْ ‫ٌوا ْخف‬
َ …

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan…”.


Kata janah disini mustahil dimaknai sesuai makna literalnya, karena pada
kenyataannya tidak ada manusia yang bersayap, sehingga harus dita’wil. Secara bahasa
kata janah berarti sayap, dimana pada ayat ini kata sayap merupakan ungkapan
metaforis untuk menunjukkan keindahan bahasa Al-Quran dan menegaskan bahwa

7
setinggi apapun posisi seseorang, ia tetap harus rendah diri dihadapan kedua orang
tuanya.
● Macam-Macam Mafhum
al-Qattan dalam Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an (244-246), sebagaimana al-
Suyuthi mengklasifikasikan mafhum menjadi dua jenis, yaitu.
Pertama, Mafhum muwafaqah. Yaitu makna tersirat yang hukumnya sama atau
sesuai dengan manthuq-nya. Jenis ini terbagi lagi menjadi dua macam, fahwa al-khitab,
yakni ketika makna yang dipahami itu lebih harus diambil hukumnya daripada
manthuq. Misalnya pada Qs. Al-Isra [17]: 23,

…‫…ٌٌفَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أُف‬

“…maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’…”


Dilalah manthuq pada ayat diatas adalah sekedar larangan untuk berkata ah atau
yang semisalnya kepada kedua orang tua, karena bisa menyakiti hati keduanya. Maka
dari itu mafhum-nya semua hal yang bisa menyakiti hati kedua orang tua seperti
mencaci maki, memukul dan lain sebagainya tentu lebih terlarang daripada sekedar
gerutuan ‘ah’. lahn al-khitab, yaitu apabila hukum mafhum sama dengan hukum
manthuq-nya. Seperti terdapat pada Qs. Al-Nisa [4]: 10,

‫…إِ َّن الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أ َ ْم َوا َل ْاليَت َا َم ٰى ظُ ْل ًما‬

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim…”.


Dari ayat diatas dapat dipahami mafhum-nya bahwa membakar harta anak
yatim, menyia-nyiakan atau menghilangkannya dengan cara apapun hukumnya sama
haramnya dengan memakan harta anak yatim secara zalim.
Kedua, Mafhum mukhalafah. Yakni jika mafhum atau makna tersirat itu
berkebalikan dengan manthuq. Mafhum jenis ini terbagi menjadi empat macam,
sebagai berikut. Mafhum Sifat, misalnya pada firman Allah Qs. Al-Hujurat [49]: 6,

ٌ ‫… ِإ ْن َجا َءكُ ْم فَاس‬


…‫ِق ِبنَ َبإ ٍ فَت َ َب َّينُوا‬

“…jika datang kepada kalian orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan
teliti…”.

8
Manthuq-nya adalah perintah untuk melakukan tabayyun pada tiap berita yang
dibawa oleh orang fasiq. Lalu mafhum mukhalafah-nya, jika si pembawa berita bukan
seorang yang punya sifat fasiq, maka tak wajib tabayyun. Ini oleh sebagian muhaddith
dijadikan dalil bolehnya menerima khabar ahad dari perawi yang adil. Mafhum Syarth,
seperti pada Qs. Al-Thalaq [65]: 6 berikut,

…‫ضعْنَ َح ْملَ ُهن‬ َ ‫ت َح ْم ٍل فَأ َ ْن ِفقُوا‬


َ ‫علَ ْي ِه َّن َحت َّ ٰى َي‬ َ ُ ‫…ٌٌ َو ِإ ْن كُ َّن أ‬
ِ ‫وال‬

“…Dan jika mereka (istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
mereka nafkahnya hingga mereka melahirkan…”.
Mafhum mukhalafah-nya, jika istri yang ditalak tersebut tidak hamil, maka
tidak wajib memberikannya nafkah terebut -karena syaratnya adalah jika ditalak dalam
keadaan hamil. Mafhum Ghayah, contohnya pada Qs. Al-Baqarah [2]: 230,

َ ‫طلَّقَ َها فَ ََل تَحِ ُّل لَهُ م ِْن بَ ْعد ُ َحت َّ ٰى ت َ ْن ِك َح زَ ْو ًجا‬
‫غي َْره‬ َ ‫…ٌفَإ ِ ْن‬

“kemudian jika sang suami mentalaknya (sesudah talak kedua), maka perempuan itu
tidak halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain…”.
Mafhum mukhalafah-nya, jika si perempuan telah menikah dengan laki-laki
lain, kemudian bercerai lagi, maka perempuan itu halal lagi untuk suaminya yang
pertama, Mafhum Hashr, misalnya terdapat pada Qs. Taha [20]: 98,

َّ ‫…ٌ ِإنَّ َما ِإ ٰلَ ُهكُ ُم‬


‫ّللا‬

“Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah…”. Pemahaman terbaliknya, segala sesuatu


selain Allah bukanlah tuhan yang berhak disembah.

2.4 Pentingnya Memahami Manthuq dan Mafhum


Pemahaman tentang Manthuq dan Mafhum sangat penting dalam konteks
pemahaman teks-teks Islam, terutama Al-Qur'an dan Hadis. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa pemahaman Manthuq dan Mafhum penting:
1. Memahami Pesan Teks dengan Benar: Manthuq dan Mafhum membantu kita
untuk memahami pesan yang terkandung dalam teks dengan benar. Manthuq

9
merujuk pada teks itu sendiri, seperti ayat Al-Qur'an atau ucapan Rasulullah
dalam Hadis. Mafhum, di sisi lain, merujuk pada pemahaman yang dapat ditarik
dari teks tersebut. Dengan memahami kedua konsep ini, kita dapat memastikan
bahwa kita tidak salah menginterpretasikan pesan yang ingin disampaikan
dalam teks-teks Islam.
2. Menghindari Kesalahan Penafsiran: Penafsiran yang salah atau keliru terhadap
teks-teks Islam dapat mengarah pada pemahaman yang tidak akurat dan
berpotensi menyebabkan kesalahpahaman atau pemahaman yang menyimpang
dari ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahaman yang tepat tentang Manthuq dan
Mafhum dapat membantu mencegah kesalahan penafsiran ini, sehingga kita
dapat memperoleh pemahaman yang lebih akurat tentang ajaran Islam.
3. Pemahaman Manthuq dan Mafhum membantu kita untuk memahami teks-teks
Islam dalam konteksnya yang lebih luas. Dengan memahami kedua konsep ini,
kita dapat membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang ajaran
Islam.
Dalam memahami manthuq dan mafhum, penting untuk memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang bahasa Arab dan kaidah-kaidah tafsir. Konsultasikan juga
dengan para ulama atau ahli agama yang terpercaya dapat membantu dalam
memperoleh pemahaman yang lebih.

2.5 Metode Dalam Memahami Manthuq dan Mafhum


1. Studi Al-Qur'an dan Hadis dengan bimbingan ulama atau pakar agama. Karena
ketika kita belajar untuk memperdalam ilmu Al-Qur'an, maka harus mempunyai
seseorang yang membimbing kita dalam mempelajarinya. Hal tersebut untuk
menanyai apa-apa tentang kandungan ilmu Al-Quran secara lebih mendalam.
Ketika seseorang tidak mempunyai seseorang yang membimbing, ditakutkan
seseorang tersebut salah mempersepsikan kandungan dalam Al-Quran.
2. Mempelajari ilmu-ilmu tafsir, hadis, dan ushul fiqh untuk memperdalam
pemahaman terhadap manthuq dan mafhūm. Dalam mempelajari manthuq dan
mafhum tentunya kita harus mempelajari hal lain, yaitu mempelajari tentang
ilmu tafsir, hadist, dan ushul fiqh. Ilmu tafsir adalah ilmu yang mengulas
mengenai Al Quran dari segi maknanya, hadist adalah sumber rujukan umat
Islam untuk menerangkan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran
berdasarkan perkataan Nabi. usul fiqh adalah sarana untuk mengeksplorasi

10
hukum syariat menjadi hukum aplikatif terhadap suatu peristiwa yang
memerlukan penanganan hukum.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kontekstual dalam
memahami makna-makna yang terkandung di dalam teks-teks mafhum.
Berpikir analitis adalah proses berpikir analitis yaitu mengamati, analisis, lalu
kembangkan solusi. Melalui pengamatan di awal, dan berpikir kontekstual
adalah Berpikir kontekstual adalah berpikir dalam horizon yang luas terbuka.
Berpikir dengan melihat segala sesuatu dalam gambaran besar ( big picture )
mengenai topik yang dipikirkan. Memahami mafhum harus mempunyai dua
pikiran tersebut karena sifat mafhum yang tersirat.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manthuq dan mafhum merupakan 2 hal yang tidak berbeda jauh, hanya berbeda
pada penjelasan langsung dan tersirat. Manthuq merupakan penjelasan hang sebenernya
sesuai dengan ucapan dalam makna lafal, sedangkan mafhum kebalikannya dari
manthuq yaitu penjelasan secara tersirat. Dalam memahami manthuq dan mafhum
diperlukan penjelasan dari ilmu tafsir, hadist, dan ushul fiqh, hal tersebut guna tidak
adanya kesalahan dalam pemaknaan ayat secara langsung maupun tersirat. Dalam
manthuq dan mafhum juga terdapat macam, dan hubungan keduanya.

3.2. Saran
Meskipun penyusun menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dikarenakan
masih minimnya pengetahuan. Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca
memahami dan mengerti tentang masyarakat madani mata kuliah kewarganegaraan.
Selain dari itu, penulis juga mengharapkan kritik dari pembaca agar dapat membangun
atau untuk menyempurnakan pembuatan makalah yang selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

S. A. Ibrahim. 2012. "Manthuq and Mafhum in Usul al-Fiqh," Islam and Civilisational
Renewal, vol. 3, no. 1, pp. 125-139

13

Anda mungkin juga menyukai