Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PAPER PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

KASUS KORUPSI JOHNNY G. PLATE

Disusun oleh:

Nelson Christianto AE

Rosinta Yunita Sari Br Sinaga (2240050001)

Hanindita Dhaniswara Santoso (2240050014)

Gabby Karen Keintjem (2240050019)

Maria Yogi (2240050231)

Dosen Pengampu: Johnson Sahat Maruli Tua S.H., M.H.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


2023

Abstrak

Abstrak dalam paper ini membahas tentang kasus tindak pidana korupsi oleh menteri
komunikasi dan informatika yaitu Jonny G. Plate. Kasus ini telah menjadi soroton dalam
khalayak publik dan memelintir audit integritas serta merusak sistem pemerintahan Indonesia.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan integritas, transparansi, dan kesadaran politik bagi
para pengambil keputusan untuk mewujudkan negara yang bersih dari korupsi dan berkarakter.

Dalam hal ini KPK memainkan peranan penting dalam mencegah dan menindaklanjuti
kasus korupsi yang terjadi serta menjalankan tugasnya dalam menciptakan sistem yang adil dan
transparan. Paper ini memberikan gambaran tentang pentingnya penindaklajutan kasus korupsi
dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi sistem pemerintahan dan perekonomian di
Indonesia.

Abstract

The abstract in this paper discusses the case of corruption by the minister of
communication and information, Jonny G. Plate. The case has been in the spotlight in the public
and twisted integrity audits and undermined Indonesia's governance system. Therefore, it is
important to increase integrity, transparency, and political awareness for decision makers to
realize a country that is free from corruption and character.

In this case, the KPK plays an important role in preventing and following up corruption
cases that occur and carrying out its duties in creating a fair and transparent system. This paper
provides an overview of the importance of prosecuting corruption cases and how it can affect the
government system and economy in Indonesia.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus korupsi merupakan suatu penyakit yang mendarah daging dan menjadi
permasalahan yang sangat serius di Indonesia. Dalam hal ini kasus korupsi yang terjadi telah
merusak tata kelola dalam pemerintahan dan menimbulkan dampak negatif para perekonomian
di Indonesia. Tingginya tingkat korupsi di indoensia dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti
peringkat Indonesia dalam indeks persepsi korupsi yang dirilis oleh Transparency International.
Yang dalam indeks tersebut, Indonesia sering kali mendapat peringkat yang rendah dan bahkan
penanganan kasus korupsi di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan.

Secara umum, korupsi yang terjadi itu disebabkan karena tidak transparansi dan
kurangnya kontrol dalam tata kelola pemerintahan. Selain itu, tingginya biaya politik dan
pengaruh uang dalam sistem politik juga menjadi faktor yang turut mendorong terjadinya tindak
pidana korupsi.

Penanganan kasus korupsi di Indonesia juga masih bayak kendala, seperti, lambatnya
proses hukum dan minimnya sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana korupsi. Hal
tersebut juga merupakan suatu tantangan yang harus diatasi dalam mengurangi korupsi di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana kasus korupsi mempengaruhi tata kelola pemerintahan dan perekonomian di
Indonesia?
 Apa saja penyebab dan dampak dari kasus tindak pidana korupsi?
 Bagaimana solusi terbaik dalam memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari paper ini adalah untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang lebih
tentang korupsi, selain itu, paper ini juga bertujuan untuk mengidentifikasikan penyebab dan
dampak dari kasus korupsi dan memberikan rekomendasi tentang bagaimana mengatasi
permasalahan

D. Manfaat
Paper diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat seperti masyarakat
Indonesia dan pemerintahan dalam memahami kasus tindak pidana korupsi yang semakin
berkembang di Indonesia. Selain itu Paper ini juga diharapkan dapat memerikan rekomendasi
yang berguna bagi pemerintah dalam memperbaiki tata kelola pemerintahan dan mencegah
terjadinya tindak pidana korupsi yang merugikan negara dan masyarakat.
BAB II

Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Korupsi Menurut Bahasa

Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa latin corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balikan fakta, menyogok, mencuru
maling1.

Menurut kamus besar bahasa indonesia korupsi artinya busuk, palsu dan suap.2

Korupsi artinya suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang dan atau barang
milik perusahaan atau negata, menerima uang dengan menggunakan jabatann untuk kepentingan
pribadi3.

Menurut Oxford, korupsi merupakana kata sifat /kəˈrʌpt/ /kəˈrʌpt/ artinya orang yang
bersedia menggunakan kekuasaannya untuk melakukan hal-hal yang tidak jujur atau ilegal
dengan imbalan uang untuk mendapatkan keuntungan4.

Hakikat korupsu adalah bentuk perilaku menyimpang yang terjadi pada orang-orang yang
mempunyai keudukan atau memeggang jabatan publik, serta pelakunya dapat memastikan

1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.liputan6.com/hot/
read/4730252/pengertian-korupsi-menurut-para-ahli-penyebab-dan-dampaknya%23:~:text
%3DKorupsi%2520adalah%2520istilah%2520yang%2520berasal,terutama%2520dilakukan
%2520orang%2520yang
%2520berwenang.&ved=2ahUKEwiAtNO1gr7_AhXWumMGHQi4DnoQFnoECA8QBQ&usg=
AOvVaw2NOvykushvHcuFRPXDi2Fg

2
kamus besar bahasa Indonesia, 1991.
3
kamus hukum, 2002.
4
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://translate.google.com/
translate%3Fu%3Dhttps://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/
corrupt_1%26hl%3Did%26sl%3Den%26tl%3Did%26client%3Drq%26prev%3Dsearch
%23:~:text%3Dcorrupt-,adjective,or%2520to%2520get%2520an
%2520advantage&ved=2ahUKEwiX5-
K4gr7_AhUFzjgGHSGxDGwQFnoECAMQBQ&usg=AOvVaw1njHhBOjz-JQhLssig381k
pribadi yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi dan berasal dari lapisan sosial
mennegah ke atas5.

2.1.2. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

Menurut Lubis dan Scott, korupsi adalah tingkah laku yang menguntungkan kepentingan
diri sendiri dengan merugikan orang lain, oleh para pejabat pemerintah yang langsung melanggar
batas-batas hukum atas tingkah laku tersebut6

Menurut Sayed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and the Disting of Asia”
menyatakan bahwa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi adalah penyuapan,
pemerasan, nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan untuk kepentingan
pribadi.7 Manifestasi dari sebuah perilaku bisa dikategorikan sebagai praktek korupsi, menurut
Hussein Alatas, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.


2. Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan.
3. Korupsi melibatkan elemen saling menguntungkan dan saling berkewajiban.
4. Pihak-pihak yang melakukan korupsi biasanya bersembunyi dibalik justifikasi hukum.
5. Pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi adalah pihak yang berkepentingan terhadap
sebuah keputusan dan dapat mempengaruhi.
6. Tindakan korupsi adalah penipuan baik pada badan publik atau masyarakat umum.
7. Setiap tindak korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
8. Setiap tindak korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang
melakukan korupsi.
9. Suatu perubahan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam
tatanan masyarakat.

5
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.unika.ac.id/
index.php/kh/article/download/459/pdf_4%23:~:text%3DHakikat%2520korupsi%2520adalah
%2520bentuk%2520perilaku,lapisan%2520sosial%2520menengah%2520ke
%2520atas.&ved=2ahUKEwjq66q6gr7_AhXU8zgGHaY_BHQQFnoECAIQBQ&usg=AOvVaw
0CHamxoBA_uoSU5V3N9Lhk

6
Sudarsono, 2009, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Hlm. 231
7
Sayed Husein Alatas, dikutip dari Moh. Ma’ruf Syah, Upaya Pemberantasan Korupsi dan Kecurangan di
Pemerintah, Surabaya. Hal 2.
Menurut Sam Santoso korupsi adalah bentuk lain dari pencurian. Korupsi merupakan wujud
penyimpangan tingkah laku tugas resmi suatu jabatan secara sengaja untuk memperoleh
keuntungan berupa stautus, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok
sendiri. Konon untuk memperoleh jabatan itu ada biayanya, yang dianggap sebagai kewajiban
oleh pelakunya. Karena itu, setelah pejabat itu merasa punya hak untuk korupsi.Korupsi adalah
bentuk lain dari pencurian.

Menurut Robert Klitgaard korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan
beberapa tingkah laku pribadi8.

Korupsi merupakan penyakit yang telah menjangkit negara Indonesia. Layaknya penyakit,
korupsi ini harus disembuhkan agar tidak menyebar ke bagian tubuh yang lainnya. Terhadap
bagian tubuh yang sudah membusuk dan tidak bisa diselamatkan lagi, maka bagian tubuh itu
harus diamputasi agar virus tidak menyebar ke bagian lainnya yang dapat membahayakan jiwa si
penderita. Demikian juga dengan tindak pidana korupsi ini9

Korupsi adalah suatu tindakan pidana yang memperkaya diri sendiri dengan secara langung atau
tidak merugikan keuangan dan perekonomian negara.

2.1.3. Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

pengertian korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang


pemberantasan tindak pidana korupsi, adalah tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendir, orang lain, atauu korupsi yang berakibat merugikan negara atau
perekonomian negara.Secara gambaang dalam UU No. 31 tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001,
tindak pidana korupsi dijelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan ke dalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30 jenis tindak pidana
korupsi dan dari 30 jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7
kelompok pidana korupsi dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi,
yakni sebagai berikut :

8
Robert Klitgaard, 2001, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hlm. 31.
9
11 Jawade Hafidz Arsyad, 2017, Korupsi dalam Perspektif HAN, Jakarta: Sinar Grafika, Hlm.
1. merugikan negara
2. suap menyuap
3. penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. perbuatan curang
6. benturan kepentingan dalam pengadaan
7. gratifikasi 10.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori-Teori Tentang Kourpsi

Ada beberapa teori yang menjelaskan timbulnya praktik teori yaitu sebagai berikut :

1. Teori Vroom
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang dengan kemampuan dan motivasi
yang dimiliki

P = f (A, M) P = Performance A = Ability M = Motivation


berdasarkan teori vroom ini kinerja seseorang merupakan fungsi dari kemampuannya dan
motivasi. kemampuan seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian dan pendidikan yang
dimilikinya. jadi, dengan tingkat motivasi yang sama seseorang dengan skill dan knowledge yang
lebih tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik.

2. Teori Kebutuhan Maslow

maslow menggambarkan hierarki kebutuhan manusia sebagai bentuk piramida. pada tingkat
dasar itu adalah kebutuhan yang paling mendasar dan semakin tinggi hierarki maka semakin
kecil keharusan untuk dipenuhi. teori ini menggambarkan hierarki kebutuhan dari yang paing
mendasar yaitu hingga naik paling tinggi adalah aktualisasi diri. jika seseorang menganggap
bahwa kebutuhan tingkat tertingginya adalah kebutuhan mendasarnya, maka apapun akan
dilakukan untuk mencapainya termasuk dengan melakukan korupsi

3. Teori klitgaard

Korupsi - WHISTLEBLOWING SYSTEM - inspektorat


10

kebumenkebumenkab.go.idhttps://inspektorat.kebumenkab.go.id › wbs › kategori


Klitgaard memformulasikan terjadinya korupsi dengan persamaan sbb:

C=M+DA
C = Corruption, M = Monopoly of Power, D = Discretion of official, A = Accountability

menurut teori ini, monopoli kekuatan oleh pimpinan ditambah dengan tingginya kekuasaan yang
dimiliki seseorang tanpa adanya pengawasan yang memadai dari aparat pengawasan
menyebabkan dorongan melakukan tindak pidana korupsi

4. Teori Ramirez Torres

menurut teori ini korupsi akan terjadi jika memenuhi persamaan

Rc > Pty x Prob


Rc = Reward, Pty = Pinalty, Prob = Probability

dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejatatan kalkulasi atau perhitungan bukan
hanya sekedar keinginan . seseorang akan melakukan korupsi jika hasil atau reward yang
didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman yang didapat dengan kemungkinan tertangkapnya
yang kecil.

menurut teori ini akar penyebab korupsi ada 4 :

G = Greedy, O = Opportunity, N = Needs, E = Expose.

Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Opportunuty, sistem yang
memberi peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah merasa
cukup selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Expose, hukuman yang dijatuhi
kepada para pelaku korupsi yang tidak memberikan efek jera.11

2.2.2. Faktor Penyebab Korupsi

1. Beberapa faktor penyebab kasus korupsi di Indonesia antara lain :

https://www.google.com/url?
11

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj07PT3lr7_AhXDn2MGHVcBD_E
QFnoECDIQAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.ditjenpas.go.id%2Fteori-teori-
korupsi&usg=AOvVaw01Yrrhdm0kSq7K6f21uLlh
2. kurangnya komitmen manajemen (pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil
pengawasan
3. lemahnya kualitas penegakan hukum secara materiil/substansial
4. adanya faktor-faktor seperti keinginan untuk memperkaya diri sendiri, kesempatan,
dan tekanan dari lingkungan
5. adanya benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan
6. kasus korupsi di Indonesia sangat merugikan negara dan masyarakat. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya pemberantasan korupsi yang efektif dan berkelanjutan untuk
mengatasi masalah ini.
2.2.3. Akibat Terjadi Korupsi

Korupsi di Indonesia memiliki dampak yang sangat merugikan negara dan masyarakat.
Beberapa akibat korupsi di Indonesia antara lain:

1. melambatnya pertumbuhan ekonomi negara


2. menurunnya investasi
3. meningkatnya kemiskinan
4. meningkatnya ketimpangan pendapatan
5. menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara
6. membatasi kemajuan sosial-ekonomi karena korupsi merugikan negara dan
masyarakat secara keseluruhan
7. merusak perekonomian, mengurangi investasi, melemahkan institusi publik, dan
meningkatkan kemiskinan
8. meningkatkan tidak setaraan dan menciptakan ketidakadilan sosial
9. membuat alokasi sumber daya yang tidak efisien, sehingga pendapatan negara tidak
dapat digunakan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat
2.2.4. Ciri – ciri Tindakan Korupsi

Ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut :

1. dilakukan lebih dari satu orang


2. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih
3. berhubungan dengan kekuasaan/kewenangan tertentu
4. berlindung di balik pembenaran hukum
5. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
6. mengkhianati kepercayaan.
BAB III

ANALISIS KASUS

Kasus yang terjadi di Indonesia mengenai tindak korupsi masih sangat masif. Kasus
Tipikor di Indonesia sangat banyak dan merugikan negara dengan nilai yang fantastis. Korupsi
telah lama menjadi masalah yang meresahkan di Indonesia. Sebagai negara dengan sumber daya
alam yang kaya dan potensi pembangunan yang besar, korupsi telah menyebabkan dampak yang
merugikan bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Kasus-kasus korupsi yang terungkap
menunjukkan bahwa praktik korupsi melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pejabat
pemerintah, politisi, pengusaha, hingga pihak swasta.

Di tengah upaya keras untuk memberantas korupsi, terdapat sejumlah kasus yang menjadi
sorotan publik. Kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara, seperti anggota legislatif,
kepala daerah, atau bahkan menteri, sering kali menimbulkan kecaman dan kekecewaan dari
masyarakat. Keberadaan lembaga penegak hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), menjadi penting dalam menangani kasus-kasus korupsi tersebut. Namun, upaya
pemberantasan korupsi tidak selalu berjalan mulus. Kendala-kendala seperti intervensi politik,
rendahnya kualitas hukum, dan kurangnya kesadaran akan bahaya korupsi masih menjadi
tantangan besar. Namun demikian, adanya kemauan politik yang kuat dan partisipasi aktif dari
berbagai pihak dalam memerangi korupsi memberikan harapan bahwa perubahan nyata bisa
terwujud.

Kasus Johnny Plate adalah salah satu kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Johnny
Plate, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika sekaligus Sekjen
Partai NasDem, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek BTS (Badan
Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) pada tahun 2023. Johnny Plate diperiksa oleh
Kejaksaan Agung RI terkait kasus tersebut. Meskipun Partai NasDem membantah adanya unsur
politik dalam penetapan tersangka Johnny Plate, beberapa pihak menganggap bahwa penetapan
tersangka tersebut terkait dengan politik

Kasus korupsi seperti kasus Johnny Plate sangat merugikan negara dan masyarakat secara
keseluruhan. Kejadian tindak pidana korupsi ini diduga dilakukan Plate dalam proyek
penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan infrastuktur pendukung 2, 3, 4 dan 5
BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyatakan jumlah kerugian negara di perkara dugaan
korupsi proyek pembangunan BTS 4G Kominfo berjumlah Rp 8,032 triliun, terdiri dari biaya
kegiatan penyusunan kajian hukum, markup harga, dan pembayaran BTS yang belum terbangun.
Plate ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Nomor:
TAP-21/F.2/Fd.2/05/2023 tanggal 17 Mei 2023. Untuk mempercepat proses penyidikan, Johnny
ditahan selama 20 hari terhitung sejak 17 Mei 2023 s/d 05 Juni 2023 di Rutan Salemba Cabang
Kejaksaan Agung, berdasarkan Surat Perintah Penahanan Nomor: Prin-21/ F.2/Fd.2/05/2023
tanggal 17 Mei 2023.

Johnny Plate disangka telah melanggar Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-
Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2001 jo. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya, kasus korupsi Jhonny Plate harus ditangani sesuai dengan hukum yang
berlaku di negara yang bersangkutan. Pemerintah dan lembaga penegak hukum perlu mengambil
langkah-langkah yang tegas untuk menyelidiki kasus tersebut, memastikan proses hukum yang
adil, dan menghukum pelaku sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


(UU PTPK)Kasus korupsi Jhonny Plate adalah sebuah contoh nyata mengenai tindakan korupsi
yang merugikan negara dan masyarakat. Penegakan hukum dalam kasus ini menjadi penting
untuk menegakkan keadilan dan memastikan bahwa pelanggaran tersebut tidak terjadi tanpa
konsekuensi.

Proses penegakan hukum harus dilakukan dengan adil, transparan, dan berdasarkan
prinsip hukum yang berlaku. Semua pihak yang terlibat, termasuk Jhonny Plate dan pihak-pihak
terkait lainnya, harus diperlakukan sama di hadapan hukum dan diberikan kesempatan yang
sama untuk membela diri.

Pentingnya penyelidikan yang teliti dan objektif dalam mengumpulkan bukti yang kuat.
Untuk memastikan keberhasilan penegakan hukum, penyidik harus melakukan penyelidikan
yang menyeluruh, mengumpulkan bukti yang valid, dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau
intervensi eksternal.

Proses pengadilan harus dilakukan secara independen dan bebas dari campur tangan
politik. Hakim yang menangani kasus ini harus menjalankan tugasnya dengan integritas,
keadilan, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau tekanan dari pihak lain.

Hukuman yang adil dan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh Jhonny
Plate harus dijatuhkan. Hukuman yang memadai akan memberikan sinyal yang kuat bahwa
tindakan korupsi tidak akan ditoleransi dan dapat menjadi efek jera bagi pelaku korupsi lainnya.
B. Kritik
 Keterlambatan dalam penanganan kasus: Terdapat kritik terhadap keterlambatan dalam
proses penanganan kasus korupsi Jhonny Plate. Keterlambatan tersebut dapat merusak
kepercayaan publik terhadap sistem peradilan dan menimbulkan kesan adanya
keengganan atau ketidakseriusan dalam mengusut kasus ini. Proses penanganan yang
efisien dan cepat perlu dilakukan untuk menjaga keadilan dan menjawab harapan
masyarakat.
 Ketidaktransparan dalam proses hukum: Beberapa kritik juga muncul terkait kurangnya
transparansi dalam proses hukum yang berkaitan dengan kasus ini. Informasi yang
terbatas atau tidak jelas dapat menimbulkan spekulasi dan meragukan integritas
penegakan hukum. Masyarakat perlu diberikan informasi yang jelas dan terbuka
mengenai perkembangan kasus, termasuk langkah-langkah yang diambil dan alasan di
balik keputusan hukum.
 Perlindungan saksi yang tidak memadai: Penting untuk memberikan perlindungan yang
memadai kepada para saksi yang memberikan bukti dalam kasus korupsi ini.
Keberhasilan penegakan hukum dalam kasus korupsi sering tergantung pada kesaksian
para saksi. Jika perlindungan tidak memadai, para saksi mungkin menjadi rentan terhadap
ancaman atau intimidasi, yang dapat menghambat proses pengungkapan kebenaran.
 Kelemahan Sistem Hukum: Kasus korupsi sering kali mengungkapkan kelemahan dalam
sistem hukum. Kritik ini menyoroti perlunya reformasi hukum yang lebih komprehensif
untuk mencegah dan menindak tindak korupsi dengan lebih efektif. Meningkatkan
ketegasan hukuman dan memperkuat independensi lembaga hukum adalah hal yang
penting untuk mengatasi masalah ini.

C. Saran
 Penyelidikan yang menyeluruh: Penting untuk melakukan penyelidikan yang menyeluruh
terhadap kasus ini. Proses penyelidikan harus dilakukan secara profesional dan
independen, dengan melibatkan aparat penegak hukum yang terpercaya dan bebas dari
intervensi politik atau kepentingan pribadi.
 Bukti yang kuat: Dalam proses peradilan, diperlukan bukti yang kuat untuk mendukung
tuduhan korupsi. Penyidik harus memastikan bahwa bukti-bukti yang ditemukan cukup
kuat dan sah agar dapat memperoleh vonis yang adil dan memenuhi standar hukum.
 Transparansi dan akuntabilitas: Proses hukum dalam kasus ini harus dilakukan secara
terbuka dan transparan, sehingga masyarakat dapat mempercayai dan mengawasi
jalannya proses peradilan. Institusi yang bertanggung jawab harus bertindak secara
akuntabel dan tidak ada toleransi terhadap upaya-upaya untuk menghalangi keadilan.
 Pengadilan yang adil: Penting untuk memastikan bahwa terdakwa mendapatkan
pengadilan yang adil dan independen. Hakim yang memimpin persidangan harus tidak
memihak dan mengambil keputusan berdasarkan hukum dan bukti yang ada.
 Pemulihan aset yang dicuri: Jika terbukti bersalah, langkah-langkah harus diambil untuk
memulihkan aset yang dicuri oleh terdakwa. Ini termasuk menyita aset yang diperoleh
dari tindakan korupsi dan mengembalikannya kepada negara.
 Pencegahan korupsi di masa depan: Kasus ini juga harus menjadi momentum untuk
meningkatkan upaya pencegahan korupsi di masa depan. Peningkatan transparansi,
sistem pengawasan yang efektif, pelatihan yang baik bagi pegawai publik, serta
penguatan institusi anti-korupsi akan membantu mencegah terjadinya korupsi yang
serupa.
 Pemberian hukuman yang setimpal: Jika terbukti bersalah, terdakwa harus dikenai
hukuman yang setimpal sesuai dengan beratnya tindakan korupsi yang dilakukan.
Hukuman yang tegas akan memberikan sinyal kepada masyarakat bahwa tindakan
korupsi tidak akan ditoleransi dan mendorong pencegahan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggrainy Firda.”Johnny G.Plate Siap Jadi Justice Collaburator di Kasus Korupsi BTS”.
DetikNews.2023. https://news.detik.com/berita/d-6768050/johnny-plate-siap-jadi-justice-
collaborator-di-kasus-korupsi-bts ;

Pusat Edukasi Anti Korupsi. “Mengenal Pengertian Korupsi Dan Anti Korupsi”.2023;
https://aclc.kpk.go.id/action-information/exploration/20220411-null ;

Tim DetikInet. “Johnny G.Plate Segera Disidang Di Kasus Korupsi BTS 4G”.DetikInet.2023.
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-6764883/johnny-g-plate-segera-disidang-di-kasus-
korupsi-bts-4g?
_gl=1*14gov5t*_ga*ai1zeXAwQWJ4cTdLLU41QlJaa05GUHhZWVh6TzlpTkdqcnhMaTRsTT
VKQnVuU1BKWkNWSm9oMVg5MTRNc1dNWQ..*_ga_CY42M5S751*MTY4NjY3NDc1N
C4zLjAuMTY4NjY3NjAyNC42MC4wLjA ;

Anda mungkin juga menyukai