Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Keuangan Internasional

GUNA MEMENUHI NILAI MATA KULIAH


MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

DOSEN:

Dr. Sri Purwanto, S.E., Ak., M.B.A.

PENYUSUN:

Ainun Shafa Hasani (2210121010)

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2023
1. a. Apa perbedaan manajemen keuangan domestik dan manajemen keuangan
internasional?

Pada dasarnya perbedaan antara manajemen keuangan domestik dengan manajemen keuangan
internasional hanya terletak pada ruang lingkup bisnis tersebut. Ruang lingkup manajemen
keuangan internasioanl lebih luas karena melibatkan dua negara atau bahkan lebih, sedangkan
manajemen keuangan domestik hanya seputar transaksi yang terjadi antar satu negara tersebut.
Namun apabila ditelaah lebih dalam, perbedaan ruang lingkup tersebut justru menjadi faktor
utama dalam transaksi manajemen keuangan sebagai berikut:

- Perbedaan nilai mata uang dalam bertransaksi. Perbedaan mata uang menjadi hal
utama yang perlu diperhatikan dalam bertransaksi bisnis (manajemen keuangan
internasional) karena dalam proses bisnis tentunya akan terdapat kesepakatan pertukaran
aset antar pihak terkait. Sebagai contoh, ketika perusahaan asal Indonesia menjual produk
ke negara Malaysia, kedua negara harus menentukan akan menggunakan mata uang
negara mana dalam proses transaksi, apakah IDR, MYR, atau USD. Terlebih ketika
transaksi bisnis tersebut cukup besar, kesepakatan yang terjadi tidak hanya sebatas
penentuan mata uang yang digunakan, melainkan juga batas waktu pembayaran dan
besarnya kurs yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan setiap harinya nilai mata uang
antar negara mengalami pergerakan, sehingga terdapat kondisi di mana nilai mata uang
eksportir akan lebih rendah atau bahkan lebih tinggi daripada nilai mata uang yang
disepakati dalam transaksi tersebut.

Selain perbedaan nilai mata uang dalam proses pembayaran, perbedaan nilai mata uang
domestik dengan internasional dapat terlihat pada harga aset yang akan dibeli. Misalnya,
saat ini perusahaan Apple sedang ramai meluncurkan produk Iphone 15, di Indonesia
produk tersebut bernilai minimal sebesar Rp16.499.000, sedangkan di negara Amerika
Serikat minimal sebesar $799 atau sekitar Rp12.500.000. Peningkatan nilai jual ini
dikarenakan Indonesia bukan merupakan produsen produk Apple, sehingga
mengharuskan untuk melakukan impor dan adanya tambahan margin yang meliputi
transportasi dan pendataan IMEI bea cukai sesuai peraturan Pemerintah Indonesia.
Adapun contoh lainnya dari perusahaan asli Indonesia yaitu produk Indofood seperti
Indomie, dimana di pasar Indonesia produk ini memiliki harga sekitar Rp2.000 sedangkan
di negara Amerika Serikat sekitar $0.62 atau Rp8.000, perbedaan harga ini dikarenakan
adanya peraturan pemerintah negara eksportir dan juga perbedaan harga bahan baku
pabrik Indomie di negara selain Indonesia yang memiliki harga lebih tinggi dibandingkan
di Indonesia.

- Perbedaan kondisi politik. Dalam hal ini, setiap negara memiliki kedaulatan dan strategi
untuk memenuhi target negara tersebut. Tidak menutup kemungkinan suatu negara akan

1
membuat kebijakan perdagangan yang berbeda dari sebelumnya untuk melindungi produk
asli negara tersebut, seperti adanya peraturan sistem perpajakan dalam transaksi
internasional untuk meminimalisir fleksibilitas perusahaan MNC dalam bertransaksi di
negara terkait. Perbedaan kondisi politik menjadi pembeda yang tidak kalah penting bagi
perusahaan ketika hendak melakukan ekspansi di negara lain. Hal ini dikarenakaan dalam
proses bisnis tidak lagi hanya melibatkan pemerintah domestik, melainkan juga perlu
memperhatikan kebijakan yang selama ini ditetapkan di negara tujuan dan bagaimana
kondisi hubungan negara tersebut dengan negara asal perusahaan (negara domestik).
Seperti misalnya perusahaan minyak seperti Schlumberger dan Exxon yang melakukan
eksplorasi minyak di kawasan Indonesia. Tentu sebelum melakukan proses drilling,
perusahaan perlu melakukan perizinan kepada pemerintah Indonesia. Perizinan yang
disetujui juga berisi kesepakatan kerja sama dengan perusahaan minyak di Indonesia
seperti PT Pertamina dan anak perusahaannya (Elnusa) untuk memperkuat servis bisnis
hulu migas. Dalam kerja sama tersebut, telah ditentukan berapa barel minyak yang harus
dimiliki oleh Indonesia dan berapa barel minyak yang menjadi hak perusahaan
Schlumberger dan Exxon mengingat proses drilling dilakukan di wilayah Indonesia.
Sehingga, penting bagi perusahaan MNC untuk memahami potensi dan peraturan dari
negara tujuan ekspansi sebagai dasar menjalin kerja sama dengan negara tersebut.

- Ketidaksempurnaan pasar. Adapun arti dari ketidaksempurnaan pasar di sini pada ruang
lingkup internasional di mana adanya kemungkinan hambatan yang akan diterima oleh
perusahaan MNC seperti aturan legal, beban transaksi, perpajakan, hingga informasi
asimetris. Ketidaksempurnaan pasar didasari oleh adanya kebijakan yang ditetapkan
tujuan tersebut sehingga berpotensi mengurangi fleksibilitas perusahaan MNC dalam
proses bisnis dengan negara tujuan. Seperti adanya pembatasan ekspor nikel oleh
pemerintah Indonesia yang terjadi pada tahun 2020 lalu. Di mana Indonesia melarang atau
membatasi ekspor nikel kepada Uni Eropa akibat cadangan nikel di Indonesia yang
semakin menipis, selain itu juga Pemerintah Indonesia berencana untuk menggunakan
nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan mobil listrik. Sehingga dalam proses transaksi
manajemen keuangan internasional, terdapat faktor ketidaksempurnaan pasar yang perlu
diperhatikan.

- Perluasan pasar. Setiap perusahaan berkesempatan untuk menjadi perusahaan MNC


untuk memperluas pasar perusahaan tersebut. Namun dalam proses perluasan pasar di
lingkungan internasional, selain faktor politik, perusahaan perlu untuk mempelajari
karakteristik ekonomi dan budaya negara tujuan. Perbedaan budaya antar negara dapat
memiliki dampak signifikan pada upaya ekspansi bisnis seperti adanya norma, bahasa,
adat. Seperti misalnya di negara Arab Saudi, yang tetap menginzinkan masuknya industri
bir dengan aturan yang ketat yang berisi aturan penjualan dan konsumsi alkohol. Di mana
Arab Saudi mengatur bahwa produk alkohol hanya diizinkan di hotel-hotel internasional
yang mendapatkan lisensi untuk menjualnya kepada tamu-tamu non-Muslim. Walaupun

2
Arab Saudi menerapkan hukum yang mengharamkan minuman keras, namun pemerintah
tidak menerapkan hukum ini secara menyeluruh kepada non-Muslim sebagai upaya
menjaga kerja sama bisnis internasional seperti perusahaan dan turis.

b. Masalah-masalah dan kendala apa saja yang mungkin terjadi dalam MNC?
Bagaimana mengatasi masalah dan kendala tersebut?

Dalam bisnis perusahaan MNC terdapat masalah dan kendala yang lebih beragam jika
dibandingkan dengan perusahaan yang hanya bergerak di ruang lingkup domestik. Adapun
masalah dan kendala yang mungkin terjadi pada perusahaan MNC yaitu:

- Fluktuasi nilai tukar, di mana merupakan kondisi perubahan nilai mata uang suatu
negara terhadap mata uang negara lain. Pada dasarnya, fluktuasi bisa terjadi secara harian
atau dalam jangka waktu yang lebih panjang yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
ekonomi, politik, dan keuangan. Adanya fluktuasi nilai tukar dapat memengaruhi harga
produk, di mana jika mata uang domestik perusahaan MNC menguat terhadap mata uang
asing, harga produk yang diekspor oleh perusahaan MNC dapat menjadi lebih mahal bagi
pelanggan asing, yang mungkin mengurangi daya saing perusahaan MNC di pasar
internasional. Selain itu, adanya fluktuasi nilai tukar tentu memiliki risik seperti apabila
nilai mata uang suatu negara perusahaan MNC beroperasi terdepresiasi terhadap mata
uang domestik perusahaan, maka pendapatan dan keuntungan dari operasi tersebut dalam
mata uang asal akan berkurang.

Untuk mengatasi masalah dan kendala ini, perusahaan MNC dapat menggunakan
instrumen keuangan seperti kontrak derivatif atau kontrak berjangka (opsi valuta asing)
untuk melindungi nilai (hedging) dari risiko fluktuasi nilai tukar. Akan tetapi dalam
melakukan kontak ini, perusahaan perlu memerhatikan terkait biaya lindung nilai karena
dapat mempengaruhi margin keuntungan perusahaan di masa depan.

- Perang antar negara, di mana adanya perang dapat menyebabkan perubahan hukum dan
kebijakan yang akhirnya berdampak pada Perusahaan MNC, seperti sanksi ekonomi yang
diberlakukan oleh negara-negara yang tidak terlibat dalam konflik, serta perubahan dalam
peraturan perdagangan dan investasi. Sebagai contoh adanya perang Rusia dan Ukraina
secara tidak langsung memengaruhi harga komoditas ekspor Indonesia seperti minyak
sawit, di mana pada tahun 2022 Indonesia melarang adanya ekspor pangan selama perang
Rusia dan Ukraina akibat terjadi peningkatan harga yang cukup tinggi. Selain itu, adanya
perang antar negara dapat memengaruhi hubungan bisnis Perusahaan MNC dengan mitra
bisnis yang berasal dari negara tersebut. Sehingga dapat memengaruhi kerja sama dan
peluang bisnis di masa depan. Adapun hal yang tidak kalah penting, yaitu terkait citra
merek Perusahaan MNC dimana perusahaan harus berhati-hati untuk memastikan bahwa
tidak terlibat dalam peperangan yang dapat merusak reputasi perusahaan. Sebagai contoh

3
yang baru ini terjadi, pada perang Israel dan Palestine dimana perusahaan McDonald
melakukan pemberian makanan gratis kepada tentara dan warga Israel, sehingga pada
akhirnya menimbulkan aksi boikot dari warga di negara-negara Perusaahan MNC
(McDonald) tersebut beroperasi.

Untuk mengatasi atau mecegah adanya masalah dan kendala karena perang antar negara
dapat melalui penerapan re-evaluasi kontrak dan lindung nilai dengan klien atau pemasok
dengan membahas perjanjian dan analisis risiko yang muncul selama konflik atau perang
antar negara. Adapun penerapan manajemen risiko bagi perusahaan MNC sangat
diperlukan untuk memproyeksikan dampak-dampak yang akan terjadi seperti keamanan,
operasional, hingga risiko nilai tukar.

- Perubahan kebijakan politik, di mana kebijakan politik suatu negara dapat memiliki
dampak pada Perusahaan MNC yang sedang beroperasional di negara tersebut. Masalah
dan kendala yang ditimbulkan seperti perubahan dalam regulasi bisnis yang terdapat
kemungkinan untuk menciptakan peluang baru dan mempermudah operasi bisnis, namun
juga terdapat kemungkinan adanya peningkatan biaya tambahan dan operasional seperti
kebijakan perdagangan di negara tersebut terkait akses pasar dan biaya perdayangan.
Kemudian, kebijakan dalam perpajakan juga dapat mempengaruhi perusahaan MNC
karena secara tidak langsung akan mempengaruhi laba bersih perusahaan. Adanya
regulasi pajak dapat meningkatkan keuntungan, sementara kenaikan pajak dapat
mengurangi keuntungan perusahaan MNC. Pada akhirnya perubahan dalam kebijakan
politik suatu negara akan menimbulkan ketidakpastian bagi perusahaan MNC untuk
berinvestasi di negara tersebut, di mana mempengaruhi keputusan pihak MNC dalam
ekspansi bisnis.

Untuk mengatasi kondisi perubahan kebijakan politik, perusahaan MNC dapat melakukan
membangun hubungan yang baik dengan pemerintah negara tersebut dan pihak-pihak
yang memiliki otoritas. Dalam proses ini, perusahaan diharapkan dapat menyampaikan
secara jelas terkait tujuan bisnis dan juga keuntungan bagi negara terkait apabila
perusahaan MNC dapat beroperasi di negara tersebut. Sehingga pihak yang berwenang
dapat memahami pemikiran perusahaan MNC apabila terjadi perubahan kebijakan yang
dianggap dapat mengancam proses bisnis perusahaan MNC tersebut.

- Privatisasi perusahaan milik negara, terkadang suatu negara memiliki keputusan untuk
melakukan privatisasi perusahaan milik negara. Privatisasi perusahaan dapat berupa
penjualan saham Persero kepada perusahaan lain untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Adanya privatisasi perusahaan sebenarnya dapat memberikan peluang bagi perusahaan
MNC karena membuka kesempatan untuk berinvestasi di perusahaan yang sebelumnya
tidak tersedia. Akan tetapi, privatisasi dapat menjadi sebuah persaingan karena akan lebih
banyak pemain dalam bisnis tersebut baik perusahaan domestik mau pun perusahaan

4
MNC. Sehingga perusahaan harus mampu menghadapi persaingan yang lebih ketat untuk
mempertahankan pangsa pasar atau memenangkan kontrak.

Untuk mengatasi kendala privatisasi ini, Perusahaan MNC harus mempertimbangkan


harga dan penawaran yang diajukan, seperti contoh bahwa harga saham atau aset yang
diprivatisasi dapat berdampak pada keputusan akuisisi. Selain itu, Perusahaan MNC juga
perlu untuk memahami dan mematuhi aturan baru yang berlaku setelah adanya
privatisasi.

- Krisis keuangan global, di mana krisis global memiliki pengaruh yang cukup kuat
terhadap perusahaan MNC karena beroperasi di berbagai negara dan terlibat dalam
perdagangan internasional. Adanya krisis global akan mengurangi pendapatan
perusahaan MNC karena permintaan akan menurun, di mana masyarakat berbagai negara
lebih memilih untuk membatasi impor dan membeli produk yang ada di negara mereka.
Selain itu, adanya kebijakan pemerintah dalam melindungi kondisi pasar di negara
mereka yang pada akhirnya menimbulkan masyarakat terbatas dalam bertransaksi
internasional. Dalam hal pembiayaan, suku bunga pada saat krisis global akan sangat
memungkinkan berfluktuasi. Sehingga dapat memengaruhi biaya pembiayaan perusahaan
MNC, terlebih jika perusahaan memiliki utang dalam mata uang asing. Selain itu,
perusahaan MNC yang memiliki kredit di luar negeri akan menghadapi risiko kredit yang
meningkat selama krisis di mana dapat ditimbulkan oleh adanya volatilitas mata uang.
Pada dasarnya volatilitas mata uang dapat berdampak pada nilai tukar. Selain pada risiko
kredit, volatilitas juga mempengaruhi margin keuntungan perusahaan MNC akibat
perubahan nilai tukar mata uang.

Untuk menghadapi kendala krisis keuangan global ini, perusahaan MNC harus memantau
dan mengelola risiko dengan cermat seperti pada sisi operasional, keuangan, dan strategi
bisnis ke depannya. Hal yang dapat dilakukan oleh internal perusahaan pada saat krisis
keuangan global yaitu mengendalikan biaya dengan identifikasi biaya mana yang dapat
diminimumkan akibat adanya penurunan permintaan. Kemudian, untuk meminimalisir
kerugian, perusahaan dapat melakukan diversifikasi bisnis melalui mempertimbangkan
pasar baru yang lebih stabil selama krisis.

2. a. Bagaimana dampak yang dirasakan oleh eksportir dan importir jika mata uang suatu
negara mengalami penguatan atau pelemahan? Siapa yang beruntung saat mata uang
domestik mengalami apresiasi?

Berdasarkan pertanyaan di atas, saya ilustrasikan sebagai berikut:

Ketika suatu negara Indonesia (IDR) mengalami penguatan mata uang (apresiasi)
terhadap mata uang Amerika Serikat (USD), maka produk asal Indonesia akan menjadi lebih

5
mahal bagi importir di Amerika Serikat. Peningkatan harga produk yang diekspor ini akan
mengurangi daya saing dengan produk ekspor dari negara lain ke Amerika Serikat. Akibat
adanya penurunan daya saing, maka pendapatan eksportir di Indonesia akan berkurang. Selain
adanya penurunan daya saing, walaupun minat pembeli (volume) di Amerika Serikat relatif
stabil, namun pendapatan eksportir di Indonesia akan tetap berkurang akibat penurunan nilai
tukar dalam mata uang lokal. Sehingga, penurunan pendapatan akan berpengaruh pada
keuntungan yang juga akan berkurang. Terlebih ketika eksportir tidak dapat menaikkan harga
untuk menjaga profitabilitas dan mengimbangi nilai apresiasi mata uang Indonesia.
Selanjutnya, apresiasi Rupiah justru menjadi tantangan bagi eksportir karena nilai produk
impor di Indonesia akan lebih murah dan menarik minat (permintaan) konsumen Indonesia
untuk mengonsumsi produk tersebut. Namun, di sisi lain, penguatan nilai mata uang Rupiah
akan membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mendorong eksportir untuk berusaha
menghadapi tantangan jangka panjang. Adapun seperti eksportir mencari pasar ekspor baru di
negara yang memiliki mata uang yang tidak terlalu menguat, sehingga akan mengurangi risiko
fluktuasi. Selain itu, eksportir juga dapat melakukan strategi lindung nilai atau hedgingi untuk
mengantisipasi adanya fluktuasi nilai mata uang yang akan merugikan eksportir dan tetap
dapat bersaing di pasar internasional.

Kemudian, dari sisi importir di Indonesia, apresiasi Rupiah akan membuat produk impor
menjadi lebih murah, sehingga akan mengurangi biaya impor dan meningkatkan marjin
keuntungan importir. Kemudian daya beli importir semakin meningkat karena dapat membeli
produk yang lebih banyak (diversifikasi) dengan budget yang sama. Akan tetapi, dengan
penurunan harga impor ini akan membuat persaingan di pasar menjadi lebih ketat. Selain itu,
adanya produk impor yang semakin kompetitif mengakibatkan produksi (supply) dari dalam
negeri menjadi berkurang dan dapat berdampak pada peluang lapangan kerja. Penurunan
produksi ini dikarenakan produsen Indonesia yang mengimpor bahan baku, akan bersaing
dengan produk impor yang telah jadi. Sehingga apabila ingin tetap bersaing, produsen
Indonesia harus menurunkan marjin keuntungan (apabila tidak menekan biaya operasional).

Ilustrasi selanjutnya, ketika suatu negara Indonesia (IDR) mengalami pelemahan mata
uang (depresiasi) terhadap mata uang Amerika Serikat (USD), maka produk asal Indonesia
akan menjadi lebih murah bagi importir di Amerika Serikat sehingga dapat meningkatkan
daya saing produk eksportir (Indonesia) di pasar internasional. Dari adanya kondisi ini,
pendapatan eksportir meningkat walaupun demand atau volume penjualan tetap sama,
pendapatan dalam mata uang Rupiah dapat meningkat karena harga produk di pasar
internasional meningkat akibat depresiasi mata uang. Sehingga keuntungan margin eksportir
juga memungkinan untuk meningkat. Adanya pelemahan mata uang dapat memberikan
dorongan eksportir terkait untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
karena dengan harga yang lebih rendah, produk ekspor akan menarik lebih banyak konsumen
asing. Hal ini dapat membantu perusahaan mengeksplorasi pasar baru.

6
Kemudian, dari sisi importir di Indonesia ketika suatu negara Indonesia (IDR) mengalami
pelemahan mata uang (depresiasi) terhadap mata uang Amerika Serikat (USD), harga
produk impor menjadi lebih mahal dalam mata uang Rupiah. Hal ini mengakibatkan kenaikan
biaya impor dan dapat mengurangi marjin keuntungan, di mana margin keuntungan berkurang
akibat adanya biaya bahan baku dan komponen yang meningkat. Selain itu, untuk membeli
kuantitas yang sama, importir harus membayar lebih banyak dalam mata uang Rupiah.
Sehingga, adanya depresiasi rupiah, masyarakat Indonesia akan terdorong untuk membeli
produk lokal karena lebih kompetitif dalam harga.

Sehingga, berdasarkan ilustrasi di atas, pihak yang beruntung saat mata uang domestik
mengalami apresiasi yaitu importir. Hal ini dikarenakan biaya impor menjadi lebih murah
sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan. Apresiasi mata uang akan memberikan
peluang bagi importir untuk melakukan diversifikasi produk yang lebih kompetitif atau
mengoptimalkan rantai pasokan mereka yang berasal dari produk impor.

b. Apa saja langkah yang harus dilakukan oleh bank sentral untuk menjaga mata uang
agar tetap stabil? Dan apa akibat yang mungkin timbul apabila bank sentral tidak
melakukan intervensi? Apa kerugian apabila melakukan intervensi?

Keberadaan bank sentral memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar mata
uang negara. Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan oleh bank sentral untuk menjaga
mata uang agar tetap stabil yaitu:

- Melakukan penjualan atau pembelian valas, aktivitas ini dilakukan untuk menjaga
kestabilan nilai mata uang. Di mana ketika mata uang domestik terdepresiasi (melemah)
maka bank sentral dapat melakukan pembelian mata uang tersebut untuk mengantisipasi
depresiasi yang lebih tinggi. Kemudian, apabila nilai mata uang domestik terapresiasi
(menguat) maka bank sentral dapat menjual mata uang tersebut untuk mengantisipasi
apresiasi yang lebih tinggi. Nilai mata uang yang melemah mengartikan bahwa negara
mengalami defisit perdagangan internasional, dimana impor lebih besar daripada ekspor
(misalnya impor Indonesia > ekspor Indonesia), atau didominasi oleh permintaan
terhadap dolar meningkat dan penawaran terhadap rupiah meningkat. Sehingga perlu
adanya pembelian mata uang Rupiah oleh Bank Indonesia untuk mengantisipasi
penawaran Rupiah yang lebih tinggi (depresiasi).
- Melakukan operasi pasar terbuka, atau pembelian atau penjualan obligasi pemerintah
dan instrumen keuangan lainnya. Penjualan obligasi ini sebagai upaya untuk mengurangi
jumlah uang (Rupiah) yang beredar di pasar akibat tingginya penawaran rupiah
berdasarkan kondisi depresiasi. Selain itu, strategi ini juga dapat memengaruhi suku
bunga yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar Rupiah.
- Kebijakan nilai tukar, dalam penentuan nilai tukar terdapat beberapa kebijakan yang
dapat diterapkan seperti fixed exchange rate (nilai tukar tetap) yang mengartikan bahwa

7
nilai tukar suatu negara terikat atau tetap terhadap nilai tukar negara lain. Nilai tukar tetap
ini sebagai upaya untuk mengantisipasi tingginya perubahan nilai tukar pada saat
terjadinya inflasi atau deflasi yang cukup tajam.
- Mengatur aliran modal asing, untuk menjaga stabilitas mata uang bank sentral dapat
melakukan pembatasan investasi pada portofolio negara lain. Aktivitas ini dilakukan
untuk meminimalisir risiko dari pergerakan nilai tukar yang tidak diinginkan. Selain itu
bank sentral dapat menerapkan kontrol modal dari negara asing sebagai pembatasan
terhadap investasi asing, pembelian atau penjualan saham dan obligasi oleh negara asing,
dan pembatasan transfer modal.

Apabila bank sentral tidak melakukan intervensi dalam pasar valuta asing, ini dapat
mengakibatkan perubahan dalam nilai tukar mata uang yang berfluktuasi lebih besar dan lebih
cepat. Di mana pada dasarnya, terdapat aktor-faktor pasar seperti spekulasi yang mendorong
permintaan dan penawaran diiringi dengan berita ekonomi yang dapat memengaruhi
pergerakan nilai tukar dengan cepat. Kemudian nilai tukar yang sangat fluktuatif dapat
menciptakan ketidakstabilan mata uang. Kondisi ini dapat membuat perdagangan
internasional menjadi lebih tidak dapat diprediksi dan merugikan. Terlebih, kondisi nilai tukar
yang sangat berfluktuasi juga dapat menyebabkan volatilitas dalam harga saham, obligasi, dan
instrumen keuangan lainnya. Apabila pergerakan nilai tukar semakin tidak terkendali dan
berjangka waktu panjang akan berdampak pada stabilitas keuangan makroekonomi. Hal ini
dapat dikarenakan perdagangan internasional menghadapi ketidakpastian dalam perencanaan
dan pengelolaan risiko. Fluktuasi nilai tukar yang tinggi dapat memengaruhi margin
keuntungan, biaya impor, dan keputusan investasi. Sehingga berpengaruh terhadap Neraca
Pembayaran negara tersebut.

Kemudian, apabila bank sentral melakukan intervensi, hal yang dapat menjadi kerugian
yaitu kondisi cadangan devisa negara yang berkurang sangat tinggi. Seperti ketika bank sentral
melakukan intervensi valas, bank sentral tentu melakukan pembelian atau penjualan mata
uang asing di pasar terbuka. Biaya transaksi ini dapat signifikan, terutama jika bank sentral
harus membeli atau menjual jumlah besar mata uang asing, sehingga biaya yang harus
dikeluarkan oleh bank sentral ini dapat mengurangi cadangan devisa negara. Kemudian,
intervensi yang berulang atau berkelanjutan akan mengurangi cadangan devisa negara yang
cukup besar. Sehingga dapat menjadi masalah jika cadangan devisa menurun hingga tidak
cukup untuk mengatasi krisis keuangan. Selain itu, pada dasarnya pertukaran nilai mata uang
sangat kompleks dan sulit diprediksi. Bank sentral tidak selalu mampu memprediksi
pergerakan pasar dengan tepat. Adanya intervensi valas yang tidak berhasil dapat memicu
volatilitas yang lebih besar dalam nilai tukar mata uang karena pasar tidak mengetahui
bagaimana bank sentral akan bertindak ke depannya.

8
c. Apa hubungan antara Neraca Pembayaran dan nilai tukar mata uang suatu negara?

Pada dasarnya, neraca pembayaran neraca pembayaran merupakan catatan yang berisi
seluruh transaksi internasional. Transaksi internasional ini terdiri ekspor dan impor barang,
jasa, investasi, dan lainnya. Neraca pembayaran memiliki hubungan yang erat dengan nilai
tukar mata uang suatu negara. Jika suatu negara memiliki nilai ekspor yang lebih tinggi
daripada impor (ekspor > impor), maka kondisi neraca pembayaran tersebut berada dalam
kondisi surplus. Kondisi surplus ini menandakan adanya peningkatan permintaan mata uang
domestik karena kebutuhan untuk membayar barang-barang yang diekspor, sehingga yang
dapat diartikan penguatan mata uang domestik (apresiasi). Namun, jika suatu negara memiliki
defisit dalam neraca pembayaran (ekspor < impor), maka permintaan mata uang domestik
dapat dikatakan menurun sehingga adanya pelemahan mata uang domestik.

Kemudian, selain dari sisi ekspor dan impor, neraca pembayaran juga terdiri dari transaksi
investasi asing dimana adanya modal asing dapat meningkatkan permintaan terhadap mata
uang domestik sehingga dapat menguatkan nilai tukar (apresiasi). Sebaliknya, keluarnya
modal untuk negara asing dapat menekan mata uang domestik (depresiasi). Selain itu,
cadangan devisa juga tercatat dalam neraca pembayaran dimana cadangan devisa yang
semakin bertambah, menandakan bahwa perekonomian semakin kuat dan stabil. Sebaliknya,
ketika cadangan devisa menurun, menandakan bahwa perekonomian melemah.

d. Apa dampak dari surplus atau defisit yang berkelanjutan dalam Neraca Pembayaran
terhadap ekonomi suatu negara?

Neraca pembayaran berada pada kondisi surplus apabila transaksi pada ekspor lebih tinggi
daripada transaksi impor. Dalam neraca pembayaran yang berada pada kondisi surplus
memiliki dampak yang positif bagi negara. Hal ini dikarenakan kondisi surplus dalam neraca
pembayaran mengartikan mata uang negara tersebut menguat. Dimana kondisi ini dapat
membuat produk ekspor menjadi lebih mahal bagi pembeli asing dan produk impor menjadi
lebih murah bagi konsumen lokal. Kondisi neraca pembayaran yang surplus juga dapat
merepresentasikan aliran modal masuk ke negara tersebut, termasuk investasi asing langsung
karena penerimaan yang lebih besar dari perdagangan dan investasi. Kondisi surplus yang
berkelanjutan bisa mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, karena ekspor
lebih besar daripada impor dan berkontribusi positif terhadap PDB hingga dapat membantu
menciptakan stabilitas keuangan dalam jangka panjang karena dapat digunakan untuk
membayar utang luar negeri atau membangun cadangan devisa.

Neraca pembayaran berada pada kondisi defisit apabila transaksi pada impor lebih tinggi
daripada transaksi ekspor. Kondisi ini mengartikan adanya pelemahan mata uang negara
tesebut. Apabila kondisi ini tidak terkendali, defisit yang tinggi dapat menyebabkan tekanan
inflasi. Di mana, adanya peningkatan biaya impor dan pelemahan mata uang dapat
meningkatkan harga produk impor dan produk dalam negeri. Defisit yang berkelanjutan dapat

9
mengurangi cadangan devisa suatu negara hingga mempengaruhi stabilitas mata uang. Selain
itu, defisit yang berkelanjutan dapat mendorong tingkat suku bunga naik karena harus menarik
investor asing dan meningkatkan risiko hutang luar negeri untuk membiayai kondisi defisit.

e. Jelaskan pengaruh perang antara Rusia dan Ukraina terhadap Balance Of Payment
Indonesia serta bagaimana mengatasinya agar dampaknya melebar dan tidak
berkelanjutan.

Adanya perang antara Rusia dan Ukraina memicu ketidakstabilan di pasar keuangan global
dan bahkan krisis keuangan. Hal ini dapat berdampak pada mata uang, inflasi, dan stabilitas
ekonomi di Indonesia. Perang antara Rusia dan Ukraina memiliki pengaruh terhadap Balance
of Payments (BOP) Indonesia seperti pada perdagangan (ekspor). Terjadinya perang perang
ini memengaruhi perdagangan global, khususnya harga komoditas pangan di mana kondisi ini
membawa dampak bagi ekspor dan impor Indonesia. Adanya perang antara dua negara
tersebut menyebabkan supply produk pupuk Indonesia berkurang karena selama ini Indonesia
mengimpor pupuk dari negara Rusia. Turunnya impor pupuk, menyebabkan ketahanan
pangan di negara Indonesia sempat terancam. Namun di sisi lain, tingginya harga komoditas
minyak justru menguntungkan BOP Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu
penghasil komoditas tersebut. Walaupun pada akhirnya kenaikan harga komoditas minyak
yang tidak terhenti menyebabkan kondisi harga minyak domestik menjadi meningkat akibat
adanya inflasi. Kemudian ketidakpastian akibat peperangan geopolitik ini juga dapat
mempengaruhi keputusan investasi asing seperti investasi langsung (FDI) di Indonesia.
Ketidakpastian akibat adanya geopolitik ini membuat perubahan pada sentimen pasar dalam
menentukan portofolio untuk berinvestasi di aset yang lebih aman. Keraguan investor asing
untuk berinvestasi akibat risiko geoplitik yang meningkat juga mempengaruhi arus masuk
modal ke Indonesia, sehingga Balance of Payments Indonesia tidak bertambah.

Upaya untuk mengatasi dampak perang Rusia-Ukraina pada BOP Indonesia, dapat melalui
kerja sama internasional dan upaya diplomasi untuk mendukung perdamaian dan stabilitas.
Upaya ini dikarenakan apabila konflik internasional dapat terselesaikan akan membantu
mengurangi ketidakpastian geopolitik. Selanjutnya, untuk menjaga neraca pemasukan yang
berasal dari FDI supaya tetap stabil, Indonesia harus menciptakan iklim investasi yang
menarik bagi investor asing. Di mana dapat didukung melalui kepastian kebijakan hukum,
stabilitas politik, dan peraturan yang mendukung investasi asing. Selain berfokus pada pihak
eksternal, Indonesia juga perlu mengatur strategi internal seperti diversifikasi ekonomi
melalui keragaman produk supaya dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada
komoditas tertentu, bahkan terlebih apabila Indonesia mampu melakukan ekspor pada
komoditas tersebut maka dapat meminimalkan dampak fluktuasi harga komoditas dunia
akibat perang. Kemudian untuk mengatasi ketidakpastian harga akibat peperangan, Indonesia
dapat menggunakan instrumen lindung nilai seperti kontrak berjangka supaya tetap
mendapatkan nilai tukar mata uang yang aman.

10
3. a. Jelaskan, apakah PPP saat ini masih relevan untuk diaplikasikan pada transaksi yang
melibatkan antar negara.

Purchasing Power Parity (PPP) merupakan teori hubungan antara nilai tukar mata uang
dan daya beli di berbagai negara. PPP menyatakan bahwa mata uang harus memiliki nilai yang
sama untuk membeli jumlah barang di seluruh dunia. Pada perkembangannya, PPP masih
dianggap relevan untuk diaplikasikan pada transaksi yang melibatkan beda negara karena
merupakan prinsip dasar ekonomi di mana nilai tukar merepresentasikan perbedaan daya beli
antar mata uang. Akan tetapi, walaupun PPP merupakan konsep ekonomi yang relevan dan
memiliki dasar yang kuat, terdapat tantangan dan keterbatasan yang membuat PPP sulit
diaplikasikan secara langsung pada transaksi yang melibatkan antar negara, terutama dalam
jangka pendek.

b. Jelaskan faktor-faktor yang dapat membatasi validitasnya dalam pertukaran nilai


tukar tersebut?

Adapun faktor faktor yang dapat membatasi validitas teori Purchasing Power Parity (PPP)
dalam pertukaran nilai tukar yaitu PPP tidak memperhitungkan biaya transportasi dan
hambatan dalam transaksi perdagangan internasional di mana pada dasarnya hal ini dapat
mempengaruhi harga produk secara signifikan ketika melintasi perbatasan, sehingga
menyebabkan perbedaan harga di berbagai negara. Kemudian PPP tidak memperhatikan
perbedaan produk, di mana produk di setiap negara tentu memiliki perbedaan baik dari segi
kualitas dan merek yang pada akhirnya mendorong konsumen memiliki pandangan yang
berbeda antar harga produk. Selanjutnya, PPP tidak memperhitungkan teknologi dan inovasi
dalam produksi yang sebenarnya juga memengaruhi harga dan daya beli. Adanya inovasi dan
teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi di mana hal ini tidak
tercermin dalam teori PPP.

Dari segi makroekonomi, PPP tidak memperhitungkan inflasi yang berbeda di setiap
negara, di mana tingkat inflasi dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar yang tidak sesuai
dengan teori PPP. Selanjutnya, dalam PPP tidak memperhitungkan ketidakpastian ekonomi,
perubahan kebijakan moneter, politik, dan faktor eksternal seperti peristiwa geopolitik yang
sebenarnya dapat memiliki dampak signifikan pada nilai tukar antar negara.

4. a. Jelaskan, bagaimana Bank Indonesia dan otoritas keuangan nasional memengaruhi


atau mengatur aktivitas arbitrase dalam konteks nilai tukar yang mengambang bebas?

Bank Indonesia dan Otoritas Keuangan Nasional mengatur aktivitas arbitrase nilai tukar
yang mengembang bebas melaui intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga nilai tukar
tetap dalam kisaran tertentu. Arbitrase merupakan praktik memanfaatkan perbedaan harga
atau nilai tukar antara berbagai pasar untuk menghasilkan keuntungan. Intervensi yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dapat dalam kondisi nilai tukar mengembang bebas dapat

11
melalui pasar spot di mana bank langsung melakukan penjualan atau pembelian valuta asing;
pasar spot dan pasar forward di mana transaksi spot dilakukan untuk penjualan mata uang
domestik sedangkan pasar forward untuk penjualan mata uang asing; dan pasar forward yang
melalui penjualan non-deliverable forward (NDF) atau sepakat menukar mata uang negara-
negara terkait di masa depan yang diselesaikan dalam rupiah. Salah satu peran utama BI dan
otoritas keuangan nasional adalah menjaga stabilitas nilai tukar nasional. Melalui intervensi
di pasar valuta asing dapat menjadi upaya untuk mencegah fluktuasi nilai tukar yang
berlebihan atau mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah yang terlalu tinggi. Intervensi
semacam ini dapat membatasi peluang arbitrase jika BI dan otoritas keuangan berusaha
menjaga nilai tukar tetap dalam kisaran tertentu. Arbitrase memiliki peluang yang lebih besar
ketika volatilitas nilai tukar sedang berada pada kondisi yang tinggi, di mana Bank Indonesia
dapat memanfaatkan perbedaan harga dengan nilai tukar negara lain. Namun, kondisi
volatilitas yang tinggi ini juga dapat menimbulkan risiko sehingga perlu adanya kontrol
aktivitas arbitrase, pemeriksaan kelalaian, dan pemastian bahwa aktivitas tersebut berjalan
sesuai dengan regulasi yang ada.

b. Apakah ada perubahan dalam risiko yang dihadapi oleh pelaku arbitrase
internasional di Indonesia sehubungan dengan volatilitas nilai tukar Rupiah setelah
beralih ke rezim nilai tukar mengambang bebas?

Rezim nilai tukar mengembang bebas menjadikan nilai tukar rupiah berfluktuasi lebih
tinggi jika dibandingkan dengan rezim sebelum Indonesia beralih ke rezim mengembang
bebas. Risiko yang dihadapi oleh pelaku artbitrase internasional di Indonesia juga mengalami
perubahan, di mana semakin meningkat karena pelaku artbitrase internasional tidak dapat
memprediksi pergerakan nilai tukar dengan tepat daripada rezim sebelumnya. Misalnya ketika
rupiah melemah atau depresiasi dan para pelaku arbitrase memiliki mata uang rupiah, maka
akan mendapatkan kerugian akibat adanya kondisi depresiasi ini. Pada rezim nilai tukar
mengambang bebas, nilai tukar Rupiah akan lebih rentan terhadap fluktuasi pasar dan tekanan
eksternal. Sehingga dapat menghasilkan volatilitas nilai tukar yang lebih tinggi daripada saat
daripada rezim nilai tukar yang lebih terkendali. Namun, di sisi lain, rezim nilai tukar
mengembang bebas menjadikan pelaku arbitrase internasional lebih dapat mengantisipasi dan
berhati-hati terhadap risiko kenaikan atau penurunan nilai tukar Rupiah dibandingkan pada
rezim sebelumnya yang awalnya bernilai tukar tetap namun mengalami perubahan yang cukup
tinggi.

Selain itu, adanya faktor-faktor pasar seperti perubahan suku bunga, kondisi ekonomi, dan
politik rentan mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Bank Indonesia memiliki peran yang penting
dalam memberikan dampak terhadap risiko pelaku arbitrase terutama melalui adanya
intervensi di pasar valuta asing. Jika Bank Indonesia memutuskan untuk mengintervensi pasar
valuta asing akan mempengaruhi volatilitas nilai tukar Rupiah. Seperti pada kejadian krisis di
tahun 1998 di mana nilai Rupiah mengalami depresiasi yang cukup tinggi terhadap Dolar.

12
Kondisi ini diawali oleh adanya kerugian dalam sektor perbankan, krisis mata uang,
peningkatan suku bunga, sehingga menimbulkan tekanan ekonomi dan spekulasi pasar hingga
nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi. Depresiasi nilai tukar rupiah yang tinggi ini
menciptakan peluang arbitrase internasional, di mana pelaku arbitrase dapat memanfaatkan
perbedaan antara harga saat ini (spot rate) dengan nilai tukar masa depan (forward rate). Akan
tetapi, adanya krisis moneter membuat volatilitas pasar nilai tukar dan risiko mata uang jauh
lebih besar. Pelaku arbitrase memiliki risiko nilai tukar rupiah berpeluang berubah secara
cepat hingga dapat menimbulkan kerugian. Pada saat itu, Bank Indonsia turun tangan untuk
menguatkan nilai tukar Rupiah (mencegah depresiasi yang lebih tinggi) dengan intervensi
pasar melalui membeli rupiah dengan cadangan devisa. Dalam hal ini, informasi dan tindakan
yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat memicu pergerakan nilai tukar yang signifikan.

Kondisi ini menandakan bahwa volatilitas nilai tukar Rupiah setelah beralih ke rezim nilai
tukar mengambang bebas menjadi lebih berisiko karena adanya perubahan nilai mata uang
Rupiah setiap waktu, namun kondisi ini lebih aman jika dibandingkan dengan nilai tukar yang
tetap namun mengalami kenaikan atau penurunan yang cukup tajam seperti pada rezim
sebelumnya. Peralihan ke rezim nilai tukar mengambang bebas dapat menciptakan peluang
dan risiko yang berbeda bagi pelaku arbitrase internasional. Dalam situasi volatilitas yang
lebih tinggi sehingga perlu adanya penerapan manajemen risiko yang cermat dan pemahaman
yang mendalam tentang pasar nilai tukar.

5. a. Jelaskan pemahaman Saudara tentang CIP, arbitrage dan jenisnya, Spot & forward
(termasuk turunannya).

- CIP atau Covered Interest Parity merupakan konsep keuangan dalam ruang lingkup
transaksi internasional yang menjelaskan hubungan antara suku bunga, nilai tukar, dan
arbitrase. CIP memastikan selisih nilai tukar spot (saat ini) dan forward harus sebanding
dengan selisih suku bunga antara dua mata uang. Pada dasarnya, CIP berkaitan dengan
arbitrase karena terdiri atas perbandingan antara suku bunga dalam mata uang domestik dan
mata uang asing, serta perbandingan antara nilai tukar spot dan nilai tukar forward.
- Arbitrase merupakan aktivitas dalam memanfaatkan perbedaan nilai tukar untuk
mendapatkan keuntungan tanpa risiko. Arbitrase dalam konsep CIP melibatkan kesempatan
untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan suku bunga antara dua
mata uang dan perbedaan nilai tukar antara pasar spot dan forward. Arbitrase memiliki dua
jenis utama yaitu Covered Interest Arbitrage di mana jenis arbitrase ini merupakan
pembiayaan mata uang asing dengan suku bunga yang rendah, kemudian menginvestasikan
pada suku bunga yang lebih tinggi dalam mata uang yang sama pada pasar forward. Tujuan
adanya transaksi pada pasar forward yaitu untuk melindungi risiko mata uang. Selanjutnya,
Uncovered Interest Arbitrage yang merupakan jenis arbitrase pada investasi mata uang asing
tanpa kontrak forward atau tidak melindungi nilai.

13
- Spot Exchange Rate merupakan kesepakatan antara dua mata uang yang berlaku segera atau
dalam waktu singkat dengan menggunakan nilai tukar pada saat ini. Spot Exchange Rate
biasanya digunakan untuk menukar mata uang dalam transaksi perdagangan internasional
sehari-hari yang memerlukan pertukaran mata uang. Pada transaksi spot ini, pertukaran mata
uang terjadi segera setelah kontrak atau kesepakatan harga. Adanya spot exchange rate
menjadi pedoman harga yang digunakan dalam perdagangan internasional hari itu. Spot
exchange rate menjadi hal penting dalam pasar keuangan internasional karena perubahan
dalam nilai tukar mata uang dapat memiliki dampak signifikan pada ekspor, impor, hingga
investasi asing.
- Forward Exchange Rate merupakan kesepakatan transaksi dengan nilai tukar yang telah
disepakati untuk dieksekusi di masa depan (forward). Adapun nilai tukar forward biasanya
berbeda dari nilai tukar spot karena memperhitungkan selisih suku bunga antara dua mata
uang selama periode waktu yang disepakati, suku bunga yang lebih tinggi dalam satu mata
uang akan menghasilkan nilai tukar forward yang lebih rendah. Misalnya, jika mata uang
Indonesia memiliki suku bunga yang lebih tinggi daripada mata uang Malaysia, maka
investor akan memilih berinvestasi pada mata uang Indonesia dan menukar mata uang
Malaysia dengan mata uang Indonesia. Kondisi ini akan meningkatkan permintaan terhadap
mata uang Indonesia, di mana nantinya akan menyebabkan mata uang Indonesia menguat
terhadap mata uang Malaysia. Lalu apabila nilai tukar forward terlalu tinggi dibandingkan
dengan nilai tukar spot untuk mata uang Indonesia terhadap mata uang Malaysia, maka akan
memberikan peluang arbitrase. Investor dapat meminjam mata uang Indonesia dengan suku
bunga rendah, lalu menukarkan ke mata uang Malaysia, dan menempatkannya dalam
investasi mata uang Malaysia dengan suku bunga yang lebih tinggi. Ketika kontrak forward
jatuh tempo, investor dapat menghasilkan keuntungan dengan menukar mata uang Malaysia
kembali ke mata uang Indonesia.

b. Jelaskan bagaimana pengaruh ketidakpastian risiko kredit selama crisis terhadap


pelaku arbitrase dan strategi covered interest arbitrage mereka?

Pada dasarnya, covered interest arbitrage merupakan aktivitas transaksi yang


memanfaatkan perbedaan suku bunga antara dua mata uang melalui peminjaman dengan suku
bunga lebih rendah, lalu menginvestasikan pinjaman tersebut dengan suku bunga lebih tinggi,
dan melindung nilai risiko dengan kontrak berjangka atau opsi. Selama Global Financial
Crisis (GFC), kredit memiliki ketidakpastian risiko terutama bagi para pelaku arbitrase
dengan strategi covered interest arbitrage. Pada umumnya, treasury bills atau instrumen
hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral lebih digunakan oleh pelaku
arbitrase karena memiliki risiko yang rendah –bahkan bebas risiko. Akan tetapi adanya GFC
adanya ketidakpastian risiko kredit mendorong penurunan likuiditas di pasar dan
menyebabkan peningkatan biaya pendanaan. Sehingga instrumen keuangan yang dianggap
aman menjadi lebih mahal dan sulit diakses, serta mengurangi potensi keuntungan dari strategi
covered interest arbitrage. Pada kondisi krisis, risiko kredit akan meningkat secara signifikan,

14
di mana pelaku covered interest arbitrage yang meminjam mata uang dengan suku bunga
lebih rendah untuk melakukan investasi dengan suku bunga lebih tinggi akan menghadapi
risiko bahwa pihak peminjam akan gagal membayar pinjaman. Tingginya risiko membuat
pelaku arbitrase sulit untuk meminjam dengan suku bunga rendah.

Adapun pada sisi bank dan lembaga keuangan, akan menjadi lebih berhati-hati dalam
memberikan pinjaman selama krisis untuk mengurangi risiko kredit. Sehingga pelaku
arbitrase akan lebih sulit untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga rendah dalam
covered interest arbitrage. Kemudian apabila pelaku arbitrase berhasil mendapatkan
pinjaman, akan tetap menghadapi investasi yang berisiko dan berpotensi mengalami kerugian.
Dalam covered interest arbitrage, pelaku arbitrase menggunakan kontrak forward untuk
melindung nilai risiko mata uang. Sedangkan selama krisis, nilai tukar forward dapat
berfluktuasi lebih tinggi karena volatilitas sehingga dapat menyebabkan risiko bagi pelaku
arbitrase. Kondisi ketidakstabilan ini menyebabkan covered interest parity (CIP) dan
menghambat pelaku arbitrase untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

c. Dalam situasi ketidakpastian dan risiko yang tinggi, apakah terdapat strategi khusus
yang dapat digunakan oleh pelaku arbitrase untuk mengatasi tantangan yang dihadapi
dalam mencapai keuntungan yang diharapkan tersebut?

Dalam kondisi Global Financial Crisis (GFC), pelaku arbitrase dapat menggunakan strategi
covered interest arbitrage apabila memiliki peringkat kredit yang tinggi. Di mana pelaku
arbitrase dapat memanfaatkan fasilitas deposit bank sentral untuk mendapatkan pendanaan
pada mata uang yang menguntungkan.

Selain itu, strategi khusus untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dan meningkatkan
peluang mencapai keuntungan yang diharapkan seperti mengevaluasi risiko kredit terhadap
pihak-pihak yang telah dipinjamkan dana melalui analisis peringkat kredit untuk mengurangi
risiko kredit arbitrase. Kemudian, pelaku arbitrase dapat melakukan analisis fundamental
mendalam untuk mengetahui faktor-faktor seperti ekonomi global, kondisi politik, atau
perkembangan pasar yang mempengaruhi pergerakan mata uang atau instrumen keuangan
yang diperdagangkan.

Kemudian adanya ketidaksesuaian covered interest parity (CIP) dengan keuntungan


sebenarnya oleh para pelaku arbitrase, dapat diminimalisir melalui diversifikasi produk atau
portfolio. Hal ini sebagai langkah untuk mendapatkan peluang arbitrase pada mata uang yang
beragam dan mengalokasikan modal pelaku arbitrase secara proporsional untuk mengurangi
risiko kredit satu mata uang tertentu.

15

Anda mungkin juga menyukai