Anda di halaman 1dari 16

Love

"Aisshh, kenapa berita ini tidak meredah. Aku muak!" Hyuna els melempar sebuah majalah ke
atas meja kaca bersamaan dengan hamburan tubuhnya ke atas sofa.

Menegernya yang terlihat seperti pria gemulai hanya bergidik kaget melihat kelakuan hyuna, ia
kemudia ikut duduk didepan hyuna. "Akukan sudah bilang berulang kali, berhentilah
berhubungan dengannya"

Hyuna menatap tajam kearah mengernya itu "michael kukira kau tau semuanya. Dia itu yang
tidak tau malu, berusaha dekat dengan ku, dan berujung kepada berita yang tidak ada
kebenarannya sama sekali."

Menegernya yang bernama michael balas menatap tajam kearah hyuna sambil menyenderkan
tubuhnya kesofa "lalu, berita apa lagi ini. Kau keluar dengannya dari sebuah hotel bintang lima
dengan mesra. Ku harap kalian tidak melakukan sesuatu yang ada diluar nalar ku"

Hyuna, memajukan Tubuhnya dari sandaran sofa dan mentap lekat ke dalam manik mata
menegernya, berusaha mencari sebuah rasa bersalah atas apa yang baru saja diucapkan pria
itu. Mendapat tatapan seperti itu, membuat Michael menghembuskan nafasnya berat
"Maaf...". Setidaknya itulah yang michael ucapkan setelah menyadari ucapannya memang
keterlaluan untuk orang yang sudah lama bekerja pada Hyuna.

"Sudahlah, aku lelah.."

Hyuna melangkah kasar menaiki tangga rumah mewah itu, melangkah menuju kamarnya yang
mungkin bisa membuatnya jauh lebih tenang jika menyendiri.
Setelah menutup pintu dengan lemah, hyuna langsung menghempaskan Tubuhnya keatas kasur
empuknya dengan posisi terlentang, menenggelamkan kepalanya pada kedua sisi bantal
ditempat tidur itu.

Tubuhnya bergetar, ia terisak. Memang pada dasarnya ia adalah tipikal wanita yang kuat,
namun setelah bertubi-tubi menghadapi maslah yang tidak kunjung selesai membuatnya sangat
frustasi.

3 bulan lalu ia mendapatkan Gosip mengngonsumsi barang haram seperti narkoba. Meski
beberapa kali membantah dengan sekuat tenaga, ia tetap saja harus diringkus dan didiperiksa
polisi sampai akhirnyaa bukti terkuat adalah tes urine yng menjukkan kalau hyuna sama sekali
tak mengonsumsi barang tak berguna itu.

Entah siapa yang sangat membenci hyun sampai menggunakan cara picik untuk
menjatuhkannya.

Disela tangis hyuna, ia meresakan pori-pori nya terbuka ketika hembusan angin kencang
mennyapu lembut kulitnya. sambil terus dengan posisi terlentang ia menoleh kekiri, tepatnya
kearah pintu balkon kamar yang menjadi penyebab masuk nya angin kedalam kamarnya. Hyuna
langsung bangun dari posisinya dan berjalan kearah balkon.

Sejenak gadis itu berkerut bingung, ia sadar kalau saat memasuki kamar, pintu balkonnya dalam
keadaan terkunci, tapi bagaimana bisa pintu itu bisa terbuka selebar ini tanpa mengeluarkan
suara apapun, hyuna bahkan mengetahuinya hanya dari hembusan angin yang tiba-tiba ia
rasakan menusuk kulitnya.

Ia mendekat ke pagar pembatas balkon, matanya menylip melihat kebawah, melihat jalanan
kota seoul yang masih sangat ramai meski sudah dijam selarut itu. Tubuhnya sedikit bergetar
ketika ia merasakan hembusan angin itu kembali menerpanya.

Wanita itu memeluk tubuhnya dan mengusap-usap bagian sisi masing-masing lengan putihnya,
memberikan efek hangat meski tak sebrapa. Ia kemudian berbalik hendak memasuki kamarnya
kembali.

Dan sedetik kemudian ia tersentak menyadari ada seseorang yang berdiri beberapa meter
didepannya, wajahnya tak terlihat karna cahya lampu seakan-akan diatur sedemikian rupa
sehingga memberi efek misterius.

Tubuh hyuna bergetar, bukan karna kedinginan namun karna rasa takut yang sangat ia rasakan.
Dengan langkah cepat ia melangkah mundur, bahkan tak menyadari kalau diblakangnya ada
pagar pembatas balkon.
"AHHHH" hyuna menjerit ketika tubuhnya terasa baru saja terjun dari gedung 23
apertemennya, matanya tertutup kuat. Sembelum benar-benar membentur apapun yang ada
dibawahnya. anehnya durasi untuk sampai kebawah terasa begitu lama, ia bahkan merasakan
tubuhnya melayang diudara.

Dengan agak takut-takut hyuna perlahan membuka kelopak matanya. Ia tersentak saat
matanya melihat kebawah. Ia kaget stenga mati menyadari tubuhnya tidak jatuh. Bahkan bisa
melayang diudara.

Sampai ia tersadar menyadari sebuah tangan sedang membekapnya erat. Ia mendongk cepat
dan membulatkan mata besarnya ketika melihat sesosok pria dengan rambut berwarna abu-
abu keputihan yang sedang fokus melihat keatas, kearah balkon tempatnya terjatuh tadi.

Hyuna tak membuka suara sampai kakinya terasa menyentuh lantai balkon yang dingin.
Tatapannya masih pada pria yang juga masih membekap tubuhnya erat. Pria itu menoleh dan
menatap hyuna dengan mata birunya, bahkan kalau hyuna tidak salah melihatnya, pria itu
seperti sedang mengenakan sebuah softlen berwarna biru dengn bentuk kristal salju
ditengahnya, sangat indah.

Pria itu mengembangkan senyumman nya, sambil dengan perlahan ia melepaskan dekapnnya
dari pinggang hyuna, yang saat ini masih menatap pria itu dengan mata bulat dan mulut
menganga.

"Si..si..siapa kau?" Tanyanya sambil meremas-remas kedua tangannya didepan dada dengan
rasa takut.

Pria itu tidak menjawab, bahkan ia lebih memamerkan senyuman menawan itu dan melangkah
mendekat kearah hyuna. Hyuna yang masih ketakutan memundurkan 1 langkahnya.

Menyadari reaksi hyun yang takut pria itu langsung mengubah arah dan menyenderkan
tubuhnya kebesi pembatas balkon.

"Aku akan menjelaskannya pada mu, tapi kau harus masuk kekamar mu, ini sudah sangat larut
dan udaranya sudah sangat dingin. Jadi mari kita bicara didalam"

"It.. Itu tidak mungkin, aku ba.. Bahkan tidak mengenal mu, mana mungkin aku membiarkan mu
masuk kedalam kamar ku" seru hyuna mengalihkan pandangannya dari tatapan pria
didepannya.
Pria itu terdengar mendesah dan melipat kedua tangan didepan dadanya. "Kau tenang saja
hyuna, aku tidak akan berbuat jahat pada mu, kalau pun begitu aku sudah membiarkan mu
jatuh dari gedung ini dan membuat mu tewas seketika"

Ucapan pria itu menyadar kan hyuna tentang yang baru saja terjadi, kejadian yang seperti
mimpi. Kejadian yang membuatnya seperti merasakan bagaimana rasanya terbang diudara, dan
jujur itu sangat mengagumkan.

"Ba bagaimana bisa kau melakukan itu?"

Pria itu membuang nafas berat "aku tidak akan menjelaskan pada mu sekarang, masuk dan
tidurlah" seiring dengan ucapannya tubuh pria itu menghilang diikuti dengan kristal putih yang
bertaburan seperti salju.

Hyuna menutup mulutnya menyadari suatu keajaiban yang kembali terjadi, tubuhnya bergerak
kesana kemari, mencoba mencari sosok yang baru saja menghilang dari hadapnnya. Apa hyuna
baru saja melihat hantu? Tapi hyuna bisa melihat bagaimana pria itu bisa menyentuh lantai
dengan kakinya sama seperti hyuna.

***

"Hyunaa!!"

Suara nyaring michael menyentakkan tubuh Ku yang terbaring dibalik selimut tebal yang
bermotiv buah stroberry. Aku menusap-usap mataku dan mengahalangi silau matahari yang
menyeruak dibalik gorden putih setelah michael dengan kasar menyibakkannya dan dengan
mulut yang terus mengoceh.

Aku memutar kedua bola mata ku dan mehembuskan napas kasar, pria setengah wanita ini
selalu saja mengangguku dengan suara cemprenya yang selalu mengemba disetiap pagi, bahkan
aku sendiri tak perlu susah-susah menunggu alaram yang sudah ku setel 30 menit dari
sekarang.

"Kau ini, berhentilah bermalas-malasan, hari ini kau mempunyai skejul sangat padat untuk
dilakukan, dan sekarang sudah jam 7 pagi, kau sudah sangat terlambat hyuna" cerocos michael
sambil mengibas-ngibaskan kipas bulu yang ada ditangannya, pada hal udara dikamar ini tidak
cukup panas untuk menggunakan kipas bulu itu, pria aneh.
Aku mengangkat tubuhku dan duduk diatas ranjang. Sekali lagi menghembuskan nafas berat
"michael?"

"Ehm?" Dengusnya

"Batalkan semua skejul ku hari ini" ucapku tanpa melihatnya.

"Apa? Hyuna, kau pikir semudah itu kau bisa membatalkan skejul yang sudah aku tanda tangini
mewakili mu? Kita sudah terikat kontrak, kau tidak bisa melakukan itu kalau tidak ingin
dituntut"

"Ck, baiklah. Kalau begitu Tunda saja sampai besok, besok aku tidak memiliki Jadwal apa pun
kan?" Ujar ku dan mengikat asal rambutku dan berjalan kemeja rias, duduk tanpa melakukan
apa pun.

"Yah, itu mungkin memang bisa dilakukan, tapi, bagaimana jika mereka mempuyai jadwal lain
besok. Karna pekerjaan mereka juga bukan hanya untuk menunggu mu"

Aku diam, tak merspon ucapan yang baru saja dilontarkan michael. Mata ku menatap pantulan
wajah ku yang tampak menyedihkan, bahkan sangat menyedihkan. Kantung mata dan pipi
kurus itu, membuktikan bagaimana kerja keras ku akhir-akhir ini, tidur hanya beberapa jam
dalam seminggu bahkan untuk makan pun aku tak ingat, rasanya aku hidup seperti robot.

Seleain itu masalah yang tidak pernah berhenti menerpaku lmembuatku tersiksa, aku tak
sanggup menghdapi ucapan para wartawan dan orang-orang diluar sana yang sudah mengecap
ku sebagai artis sensasional dengan segudang masalah.

"Michael..." Aku menggumam dan menutup mataku merasakan perasaan lelah yang amat
sangat luar biasa menjalar disekujur tubuhku, bahkan perasaan kupun bisa merasakan hal itu.
"Aku lelah.." Seiring dengan kata itu, air mata ku menetes. "Aku tidak bisa.. Melakukannya lagi..
Aku sangat ingin mengakhiri ini semua" tubuhku bergetar diikuti tangis tanpa suara.

Michael tampak menghembuskn nafasnya dengan wajah yang tampak bersalah, ia melangkah
mendekat padaku dan mengusap-usap punggungku, seakan-akan bisa memberi ku sedikit
kekuatan dengan hal itu.

Ia menatap ku dari pantulan cermin. "Maaf kan aku hyuna, seharusnya aku juga bisa merasakan
apa yang kau alami akhir-akhir ini, aku terlalu egois untuk menyadari bahwa kau sangat tersiksa
dengan ini semua. Maaf kan aku hyuna karna terlalu memaksakanmu. Tapi, kau tidak boleh
menyerah dengan ini semua, apa kau tidak ingat bagaimana usaha mu yang berjuang sendiri
untuk mendapatkan semua ini. Bahkan kau tidak memanfaatkan popularitas yang ada pada ibu
mu yang menjabat sebagai CEO dibeberapa perusahaan terkenal, semuanya bermula dari
dirimu yang mencintai dunia akting, dan hanya dalam beberapa bulan, kau sudah ingin
menghakhiri nya?" Michael menatap ku.

Aku mengigit bibir ku, memikirkan semua ucapan yang baru saja dilontarkan pria disamping ku
ini. Semua ucapan nya benar, aku tidak mungkin mengakhiri ini semua setelah bersusah payah
mendapatkan nya, bahkan aku belum lama memulainya, sangat payah jika harus berakhir
secepat ini.

"Baiklah, aku tidak akan menyerah. Anggap saja ini semua baru permulaannya" aku berucap
menyemangati diri ku sendiri dengan wajah yang kembali berseri didepan kaca itu.

Michael tampaak senang dengan apa yang baru saja kuucapkan "ya, memang begitu
seharusnya, bagus. Inilah hyuna yang aku kenal semangat"

***

"Michael, setelah ini kita akan kemana?" Tanyaku dengan suara lemah sambil terus melihat
keluar jendela mobil, menatap beberapa butiran air hujan yang menempel disana. Hari ini seoul
diguyur hujan seharian, mesikupun aku mengunakan payung tapi tetap saja ada beberapa
bagian tubuh ku yang basah, bahkan saking padatnya kegiatan ku hari ini aku tidak sempat
untuk menganti pakian.
"Ehhm, kau pasti lelah yah? Sabar yah hyuna" michael menatap dengan tatapan prihatin dan
menepuk pelan pundak ku. Matanya kemudian teralih kembali ke beberapa tumpukan kertas
yang menunjukkan setiap jadwal ku. " ini kegiatan terakhir kita, dan aku pastikan tidak akan
lama, karna kau hanya perlu bertemu dengan produser kang untuk membicarakan waktu
proses syuting film ke 3 mu"

"Oh, begitu. Baguslah" seru ku mengatur posisi duduk ku senyaman mungkin dan memejamkan
mata, sesaat ingatan ku tiba-tiba mengingat sesuatu yang terjadi semalam. Aku langsung
membelalakan mata ku, pikiran ku melayang kekejadian fiksi yang terasa sangat nyata untuk ku
alami. Sebelumnya aku sempat memikirkan kejadian ini tadi pagi, dan langsung ku simpulkan
bahwa itu hanya mimpi bodoh yang muncul saking frustasi nya aku, mungkin aku berharap ada
seorang dewa tampan yang mau membantu ku melewati setiap masalah yang aku alami.
Bodoh, Hal ini biasanya hanya dipikirkan para gadis-gadis yang sering menonton drama fiksi,
dan aku bukan penonton tapi pemerannya. He..

"Hyuna, kenapa kau tersenyum?"

Suara michael membuyarkan lamunan bodoh ku, dan langsung mengalihkan pandangku pada
nya. "Ehm, Nothing.. Tidak ada" respon ku mengeleng masih dengan senyuman bodoh.

"Wah, kau tampak sudah lebih baik. Sebenarnya apa yang kau pikirkan, sampai membuat
suasana hati mu lebih indah hanya dalam waktu beberapa detik? Yang pasti itu bukan Jaewon
kan?" Ujar michael dengan nada menggoda sambil mencolek dagu ku.

Aku menatapnya dengan tatapan tak suka. "Aissh, Tentu saja tidak, untuk apa aku
memikirkannya. Sama sekali tak ada untungnya" ketusku

"Haha, tenanglah. Aku hanya bercanda" tawa pelan michael.


"Haa sudahlah. Bdw, kita sebenarnya akan bertemu dimana dengan produser kang? Ini sudah
sangat larut" ucapku melirik arloji perak yang menggelang ditanganku.

"Ehm, tadi dia bilang kita bisa menemuinya di kantor KBS, katanya dia sedang mensurvei
panggung untuk persiapan Konser musical lusa nanti. Ohya, pasti disana kita akan bertemu para
pria-pria tampan karna aku dengar acara itu disponsori oleh SM-town, wahh aku sangat tidak
sabarr.." Michael berseru dengan wajah berbinar, tapi tampak menjijikan untuk ku. Dia itu kan
pria, dan seharusnya yang ingin ia temui itu wanita, bukan pria juga, dasar pria ganda.

***

"Anyehaseyo..."

Sapaan bernada imut itu, bukan dari aku. Tapi dari michael yang sudah mengucapkannya
berkali-kali ketika beberapa pria yang cukup tampan berpapasan dengan kami, aku yang
seorang wanita bahkan hanya memberikan seulas senyum sebagai rasa hormat, tapi dia yang
seorang pria malah memberikan kesan imut untuk menyapa. Untung saja para pria-pria itu
tidak menunjukkan rasa jijik mereka secara terang-terangan, haha. Maafkan aku michael, aku
sudah terlalu sering menghinamu tanpa kau ketahui.

"OH, Oppa.."

Panggilan michael pada seorang pria cukup membuat ku terkejut dan langsung menatapnya
dengan tatapan syhok tanpa ia pedulika.

Pria yang dipanggil michael itu bahkan menoleh dan tersenyum, mereka berdua berjabat
tangan, michael menarik tangan pria itu dan memeluknya erat, tapi untungnya tidak
berlangsung lama, karna sepertinya dia cukup tau diri dengan apa yang baru saja dilakukannya.
Aissh, orang ini tak ada henti-hentinya mempermalukan ku.
"Michael, apa kabar?"

Aku cukup lega menyadari kalau mereka saling kenal, dan sepertinya pria itu sudah menggap
hal biasa jika michael melakukan hal-hal seperti itu.

"Aku baik Oppa, bagaimana dengan mu, kau pasti sedang sibuk dengan boyband terkenal mu
itu kan"

Aku langsung memperhatikan lekat-lekat namja yang ada didepan ku ini setelah mendengar
ucapan michael. Dan baru ku ketuhaui dia itu.. Donghae, salah satu member diboyband asuhan
SM yang dielu-elukan para wanita, super junior.

"Aku cukup baik michael. Meskipun memang sedikit sibuk sekarang" jawab donghae tersnyum.
Aku yakin senyuman itu yang membuat para yeoja-yeoja diluar sana menjerit-jerit histeris,
berlebihan.

"Ohya, aku sampai lupa" michael menarik lengan ku dan maju kesampingnya "ini Hyuna Els, kau
pasti mengenalnya kan?" Ucapnya.

Donghae langsung tersnyum dan mengulurkan tangannya "hallo Hyuna" sapanya dan langsung
ku bulas dengan uluran tangan ku seraya tersenyum. "tentu saja aku mengenalnya. aktris baru
asuhan YG ent, dengan akting yang sangat memukau" lanjutnya melepaskan jabatan tangan
kami.

Aku tertawa pelan "kau berlebihan, rasanya aku masih seperti pemula yang masih harus banyak
belajar dengan dunia akting"

"Anio, aku bahkan cukup menganggumi mu setelah melihat akting mu difilm pertama mu"
"Ehem" suara deheman michael menyadarkan kami pada obrolan memuji yang tampak tidak
akan selesai. "Kalian ini bahkan baru bertemu. Aku masih ada disini" seru michael tampak
cemberut.

"Haha, maaf kan kami michael. Ohya, hyuna aku cukup prihatin dengan kondisi mu akhir-akhir
ini, aku yakin pasti kau bukan wanita yang sering dibicarakan para penggosip itu, aku tau kau
wanita yang baik" ucapan dan senyuman tulus yang diberikan donghae cukup membuat
perasaan ku sangat tersentuh dan tersipu, untuk pertama kalinya ada seseorang yang bisa
mengucapkannya kata-kata yang sangat berarti bagi ku, ternyata masih ada orang-orang baik
yang tidak mau mendengar brita bohong tentang dirku.

"Trima kasih banyak, aku sangat menghargainya" aku balas tersenyum tulus dan
membungkukkan badan.

"Baiklah, aku sampai lupa kalau harus menemui Yesung di gedung sm" donghae tertawa pelan
menyadari kebodohannya yang melupakan salah satu teman semember mereka.

"Oh, kalau begitu pergilah, salam pada yesung ya" seru michael menepuk pundak donghae.

Donghae hanya mengangguk sambil terus tersenyum dengan larian pelan ia meninggalkan kami
yang masih menatap kepergiannya sampai menghilang dibalik Tirai.

"Wahh, dia sangat tampan ya"

Ucapan michael itu hanya ku respon dengan senyuman, kami kemudian melangkah
meninggalkan tempat itu, bahkan kami pun melakukan kebodohan yang sama dengan
melupakan tugas kami datang ketempat ini.

__
Hyuna menepuk-nepuk kakinya pelan, ia tampak gelisah saat ini, bukan karena ia bertemu
dengan produser kang, tapi karena Tubuhnya seperti merasakan sesuatu yang tidak enak,
bahkan ia bisa merasakan keringat dingin bercucuran disekujur tubuhnya, tenggorokannya
mulai terasa perih ketika ia beberapa kali berusaha untuk menelan.

"Hyuna, apa kau baik-baik saja?" Pertanyaan produser kang membut michael ikut menoleh
kearah gadis itu. Hyuna memang sengaja tidak mengambil bagian pada obrolan serius mereka,
karna memang itu pekerjaan michael.

Mendengar pertanyaan produser kang dan tatapan jawaban dari michael membuat hyuna
mengangguk pelan diikuti dengan senyuman. Mereka berdua kemudian kembali melanjutkan
obrolan mereka, sementara hyuna berusaha menahan diri dengan keadaannya dan
mengalihkan pandangan kesetiap sudut tempat itu.

Saat ini posisi mereka sedang berada diatas panggung yang nantinya akan digunakan sebagai
tempat untuk sebuah acara musical lusa nanti, mata hyuna bisa melihat bagaimana sibuknya
orang-orang yang berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka dijam selarut ini, bahkan hyuna
bisa melihat seorang kru yang tampak menguap karna mengantuk. Tak sengaja kru itu melihat
hyuna yang sedang memperhatikan tingkah memalukannya itu, hyuna hanya tersenyum ramah
menanggapi tatapan malu yang ditunjukan kru itu padanya.

Tapi sedetik kemudian tatapan kru itu terlihat syok dengan arah pandangan tepat diatas kepala
hyuna. "AWASS!!!"

Hyuna langsung melihat keatas "AH.." Ia menjerit ketika melihat sebuah lampu sorot akan
menimpahnya, matanya tertutup dan kepalanya ia lindungi dengan tangannya sendiri.

Tapi untuk beberapa waktu ia tak merasakan bahkan mendengarkan apa pun, ia perlahan
membuka matanya. Ia sangat terkejut melihat susana yang ada disana, waktu seakan berhenti,
orang-orang yang ada disana tak bergerak seperti sebuah manekin, bahkan benda-benda
ditempat itupun sama sekali tak bergerak. Hanya hyuna yang bisa melihat dan bergerak dengan
normal.

Ia melambai-lambaikan tangannya pada michael dan produser kang yang juga tak bergerak
didepannya, mencoba mencari sebuah kesungguhan bahwa apa yang terjadi sekarang itu
benar-benar nyata. Ia melihat keatas tepatnya kearah lampu sorot yang tadinya akan
menimpah tubunya. Dan sama, benda itu juga diam tak bergerak.

"Kau baik-baik saja hyuna?"


Hyuna tersentak dan pandangannya langsung teralihkan pada sosok pria yang muncul
disampingnya, saking kagetnya hyuna sampai terhuyung, tapi pria itu cukup sigap untuk
memeluk hyuna agar tidak terjatuh.

Tatapan mereka bertemu, dan hyuna menyadari itu masih tatapan yang sama, tatapan teduh
yang ia lihat tempo hari diatas balkon apartementnya. Hyuna beberapa kali mengedipkan
matanya tampak syhok dengan apa yang baru saja dialaminya. Tapi, beberapa detik kemudian
ia merasakan kepala dan tenggorokannya sangat sakit, bayangan wajah pria yang berjarak
beberapa senti dari wajahnya tampak berputar-putar dan buram, kemudian semunya menjadi...
Gelap.

___

"Aku.. Ada dimana?"

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut hyuna setelah sadar dari kondisinya. Michael
yang sedari tadi berada disampingnya tampak senang melihat wanita itu sudah sadar.

"Kau ada dirumah sakit"

Hyuna tampak berusaha mengingat kembali kejadian semalam, kejadian dimana dirinya akan
ditimpah lampu sorot, dan entah kenapa disaat seperti itu hyuna bisa membayangkan kembali
pria yang hanya ada dalam dunia imajinasinya. Kalaupun semalam waktu memang berhenti,
dan pria itu menyelamatkan hyuna, lalu untuk apa hyun berada disini sekarang, terbaring
diranjang rumah sakit dengan selang infus ditangannya. Anehnya dia memang tidak merasakan
sakit pada bagian tubuhnya, yang ia rasakan saat ini teggorokannya seperti ada ribuan luka
didalamnya. Sangat menyakitkan.
"Minumlah" michael membantu hyuna untuk meneguk air yang ada ditangannya, tapi hyuna
hanya meneguknya sekali dan itupun sangat sedikit. "apa sesakit itu?" Tanyanya menyadari
hyuna yang menahan sakit saat meneguk air itu.

"Ma..maksud mu?"

"Tenggorokanmu, lihat bahkan untuk bicara saja kau sangat sulit. Semalam saat dokter
memeriksa mu, dia bilang kau kelelahan dan terkena radang tenggorokan, makanya
tenggorakan mu sakit" jelas michael meletakan gelas yang dipegangnya keatas meja kecil
samping ranjang hyuna.

Hyuna tampak berkerut bingung, radang tenggorakan? Bukannya dia saat ini sakit karna
tertimah lampu sorot dipanggung acara pensi produser kang?. "Se..malam, lampu sorot itu.."

"Oh itu, aku juga heran. Lampu sorot itu seakan-akan ditiup angin kencang dan jatuhnya tepat
disamping mu yang sudah pingsan lebih dulu, syukurlah.. Mungkin sekarang sakit mu akan lebih
parah jika kejadian itu terjadi"

Hyuna masih tak mengerti, ia ingat jelas bahwa lampu sorot itu tepat berada diatas kepalanya
dan mana mungkin diruangan tertutup begitu ada angin kencang. Pikirannya benar-benar
berkecamuk sekarang, ada banyak hal yang menggajal dari kejadian ini. Yah bukannya ia ingin
lampu sorot itu menimpahnya, tapi ini semua seperti keajaiban yang terjadi 1 banding 1000
kemungkinan.

Cruiiing...

Hyuna terbelalak, ketika sosok didepannya tiba-tiba muncul diikuti dengan butiran salju
berwarna biru yang jatuh disekitar tubuh pria itu. Saking terkejutnya ia sampai tak merakan
sakit ditenggorokannya saat menelan dengan keterkejutannya.

Pria itu tersenyum dan maju mendekat disisi ranjang hyuna.


"Ka.. Kau ini sebenarnya siapa?"

Michael yang juga berada disamping hyuna tampak terkejut, bukan terkejut karna kehadiran
pria itu tapi ia terkejut karna pertannyaan hyuna. "Astaga, kita sedari tadi bicara dan kau tidak
ingat aku siapa?"

Hyuna menggeleng lemah "Ti.. Tidak bukan kau, tapi, dia.." Tunjuk hyuna pada pria itu yang
masih memamerkan senyumannya disamping michael.

"Ck, kau sepertinya masih terlalu sakit. Disini hanya ada kau dan aku, jangan membuatku takut
hyuna. Ayo cepat istirahatlah, aku akan keluar sebentar menebus obat mu" cerocos michael
yang tampak gelisah, ia menyelimuti hyuna dan cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

"Hallo hyuna.." Pria itu menyapa hyuna masih dengan senyumannya. Entah kenapa tatapan pria
itu membuat hyuna merasa sangat nyaman, rasanya 2 bola mata yang berlensa salju itu sangat
bisa membuat hyuna seperti merasakan kedamaian.

Tapi hyuna tidak boleh terlena dengan tatapan itu, ia berusaha membuang rasa nyaman yang
saat ini ia rasakan. Ia membalas tatapan pria itu dengan mata elangnya "ber.. Hentilah bermain-
main de..ngan ku, dan ja..ngan menganggu ku. Jika kau arwah seseorang yang sudah mati
un..tuk apa kau menghantui ku?" Hyuna bertanya mengeluarkan semua kemampuan yang ia
bisa disaat tenggorokannya terasa ingin meledak.

Pria itu membuang nafas berat "aku.. Dewa salju, bukan arwah orang yang sudah mati"

Hyuna tampak tersenyum smirk menanggapi sekaligus meremehkan jawaban pria itu yang
menurutnya sangat-sangat bodoh. "Kau mungkin tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan.
Rasanya ini belum waktu yang tepat untuk ku jelaskan semuanya"
Pria itu lebih mendekat pada hyuna. hyuna berusaha untuk memundurkan kepalanya ketika
wajah mereka semakin dekat bahkan hyuna bisa merasakan hembusan dingin yang keluar dari
mulut pria itu, ia seperti sedang melakoni adegan dalam sebuah iklan permen mint atau sejenis
pasta gigi.

Hyuna langsung memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya kuat-kuat, ia merasakan


sebuah ciuman lembut dilehernya, dan itu terasa sangat dingin bahkan tenggorakannya yang
sakit terasa ikut membeku didalam lehernya. Sedetik kemudian semuanya kembali normal,
hyuna tidak lagi merasakan sebuah ciuman dilihernya, tak merasakan dingin yang membuat
tenggorakannya terasa membeku dan sakitnya pun ikut menghilang.

Hyuna membuka matanya cepat dan langsung memalingkan wajahnya kembali. Pria yang ia
sebut dirinya sendiri sebagai dewa salju sudah menghilang. Hyuna langsung terpenjat dari
ranjangnya. Tangannya perlahan terangkat dan menyentuh bagian lehernya, ia perlahan
mencoba menelan dan ia merasakan tenggorokannya tidak terasa sakit lagi, buru-buru ia
mengambil gelas yang berisi air yang ada disampingnya dan meneguk air itu dengan rakus,
bukan karna kehausan tapi ia ingin membuktikan kalua semua ini benar-benar nyata, dan
rasanya sama tenggorakannya sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun bahkan ketika ia
meneguk air itu dengan sangat rakus.

"Tidak mungkin..."

___

Hyuna duduk didalam mobil sambil menopang dagu, pandangannya lurus menatap keluar
jendela mobil itu yang sedang dalam perjalanan menuju sebuah stasion TV dikorea, saat ini
otaknya dipenuhi berbagai macam pikiran tentang pria yang mengku sebagai dewa salju. Hyuna
sedikit kecawa karna beberapa hari yang lalu setelah kejadian dirumah sakit itu terjadi, gadis itu
langsung mengkaui kalau dewa salju itu memang nyata, yang dilakukan pria itu dirumah sakit
cukup membuktikan semuanya tanpa hyuna perlu mendengar penjelasan lebih lanjut dari pria
itu. Dan yang membuat hyuna kecewa karena dewa salju itu tidak menampakan dirinya lagi
setelah kejadian dirumah sakit waktu itu. apa dia hanya ingin mendapatkan kepercayaan hyuna
tentang dirinya sebagai dewa salju lalu meninggalkan hyuna? Atau apa hyuna harus dalam
keadaan buruk atau bahaya supaya pria itu muncul dan menyelamatkan hyuna? Dan jika itu
memang benar hyuna mungkin akan mencoba mencelakai dirinya sendiri agar bisa melihat lagi
dewa salju itu.

Anda mungkin juga menyukai