Anda di halaman 1dari 7

Nama Mahasiswi : Riza Syaibani Annisa

NIM : 2182110014
Kelas : Sastra Indonesia B-2018
Fakultas/Universitas : Fakultas Bahasa dan Seni/Universitas Negeri Medan
Dosen Pengampu : Dr.Abdurrahman Adisaputera, S.S., M.Hum dan
Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd
Mata Kuliah : Semantik
Jenis Tugas : Tugas Rutin (Pertemuan Daring II)

Pertemuan Daring :
1. Baca materi tentang “Medan Makna” kemudian rangkum dan kirimkan rangkuman
tersebut !
Jawabannya :
Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.

kosakata sebuah bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur
yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih
antarsesama makna.

Medan makna adalah salah satu kajian utama dalam semantik. Medan makna merupakan
bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan
atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal
yang maknanya berhubungan. Di dalam medan makna, suatu kata terbentuk oleh relasi
makna kata tersebut dengan kata lain yang terdapat dalam medan makna itu. Sebuah medan
makna, menurut Trier (1934), dapat diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna satu kata
bergeser, makna kata lain dalam medan makna tersebut juga akan berubah (Trier, dalam
Lehrer, 1974:16). Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic
property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur
leksikal tersebut.
Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya
nama-nama warna dan nama-nama perkerabatan.

Banyak unsur leksikal dalam satu medan makna antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain tidak sama besarnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan sistem budaya
masyarakat pemilik bahasa itu.

Contoh :

Bahasa Indonesia : Merah, coklat, baru. Hijau, kuning, abu-abu, putih dan hitam catatan
menurut fisika putih adalah kumpulan berbagai warna sedangkan hitam adalah tak berwarna.
Untuk menyatakan nuansa warna yang berbeda, Bahasa Indonesia memberi keterangan
perbandingan seperti, merah darah, merah jambu, dan merah bata.

Bahasa Inggris : Ada 10 warna yaitu white, red, yellow, purple, pink, orange, grey, blue.

Bahasa Hunanco : Ada 4 warna yaitu (ma) biru, yakni warna hitam dan warna gelap lainnya.
(ma) langit yairu warna putih dan warna lainnya. (ma) rarar yakni kelompok warna merah
dan (ma) latuy yakni warna kuning, jhijau muda dan coklat muda.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa melihat dengan menyontek memperlihatkan adanya


jaringan makna, atau dengan kata lain kedua kata ini berada dalam wilayah atau medan
tertentu.

Pembagian medan makna: verba, nomina dan adjektiva

Contoh medan makna verba :

- Memotong : menguakkan, menggunting, mengiris, menebang, memutuskan,


memangkas, menyabit, mengetam.
- Memukul : meninju, menyepak, mencubit, mengamuk, mencekik, menampar.

Contoh medan makna nomina :

- Basi : busuk, apak.

- Perkakas dapur: periuk, kuali, gelas, mangkok, piring.

Contoh medan makna adjektiva :

- Keadaan : dingin, panas.

- Perasaan : senang, sedih.

Setiap bahasa sebagai sistem memilki tingkat keterhubungan medan makna yaitu tercermin
dalam lambang-lambang yang digunakan.

Contoh : Kata rasa.

Kata rasa menjadi kata yang umum, karena kata rasa berhubungan dengan manusia. Kata rasa
dapat dihubungkan dengan rasa:

1. Pada seluruh tubuh, misalnya: lemas, reesah, gelisah, gembira, letih , sakit.

2. Anggota badan misalnya: berkunang-kunang, gatal, panas, pegal pusing.

3. Pada bagian jaringan tubuh, misalnya: enak, dingin, halus, kasar, lebut.

4. Perasaan hati misalnya: cinta, kecewaa, kagum, frustasi, malas, sayang, heran.

Kata-kata tersebut memiliki jaring-jaring medan makna yang sama. Kalau demikian
keadaannya sesungguhnya semua kenyataan yang dapat diindra oleh manusia atau yang tidak
melampaui batas-batas pengalaman manusia dapat dikelompokan ke dalam medan makna.
Dalam beberapa hal medan makna dapat diasosiasikan dengan kelas gramatikal yang sama.
Dengan kata lain makna yang sama dapat dilambangkan dalam bentuk bentuk kelas
gramatikal yang berbeda. Contoh kata cantik yang termasuk medan makna abstrak kualitatif ,
dapat muncul sebagai adjektiva. Hal itu terlihat pada urutan: kata gadis itu cantik. Dapat juga
dianggap sebagai nomina, misalnya dalam urutan kata: kecantikannya belum tertandingkan.
Dan dapat juga dianggap sebagai verba. Misalnya: ia selalu mempercantik diri.

Karena medan makna merupakan kelompok kata yang maknanya saling terjalin, maka kata-
kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut hiponim. Hal ini terbukti dari adanya kata
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, jagung kelapa dll. Kata bunga
mempunyai hiponim: bungenvil, kamboja, matahari, tulip. Dengan demikian medan makna
dapat saja berupa keberadaan medan makna itu sendiri, baik medan makna yang berdiri
secara terpisah dari medan makna yang lain maupun medan makna yang terikat dalam
hubungan jaringan medan makna yang lebih luas.

Medan Makna Menurut Harimurti Kridalaksana

Harimurti (1982) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain) adalah
bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan
atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur
leksikal yang maknanya berhubungan.

Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-
kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu.
Umpamanya, kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok,
yaitu kelompok warna. Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata
yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal, yang dimaksud dengan
medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat
unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.

Misalnya :
Nama-nama warna, perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan yang masing-
masing merupakan medan makna. Medan warna dalam bahasa Indonesia mengenal warna
merah, coklat, biru, kuning, abu-abu, putih dan hitam. Untuk menyatakan nuansa warna yang
berbeda, bahasa Indonesia memberi keterangan perbandingan, seperti merah darah, merah
jambu dan merah bata.

Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompokkan dalam satu medan makna, bedasarkan
sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set.

1. Kolokasi (berasal dari bahasa latin colloco yag berarti ada di tempat yang sama dengan)
menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara unsur-unsur leksikal itu.
Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-
unsur leksikal itu.

Misalnya :

Pada kalimat penyerang tengah bernomor punggung tujuh itu memasukkan bola ke gawang
dengan melewati pemain belakang dari pihak lawan yang ramai, kiper dari pihak lawan
kewalahan menangkap bola tersebut sehingga wasit menyatakan gol. Kita dapat melihat kata-
kata penyerang tengah, penyerang belakang, gol, bola, wasit, gawang, dan kiper berkolokasi
dalam pembicaraan tentang olah raga sepak bola yang juga merupakan kata-kata dalam satu
kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama
atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu lingkungan.

Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga istilah kolokasi, yaitu jenis makna
kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan
kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya.

Misalnya :

Kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata tampan
memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen
atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [-manusia].
Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah,
sedangkan bentuk *pemuda indah dan gadis tampan tidak dapat diterima.

2. Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear maka
set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada
dalam satu set dapat saling menggantikan. Kelompok set menunjuk pada hubungan
paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa
disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang
sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap unsur leksikal dalam satu set
dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam set tersebut.

Misalnya :

Kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanan dengan dewasa; sejuk adalah
suhu diantara dingin dengan hangat.

SET

Bayi

Dingin

(paradigmatik)

Kanak-kanak

Sejuk

Remaja

Hangat
Dewasa

Panas

Manula

Terik

Pengelompokan kata atas kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dalam memahami
konsep-konsep budaya yang ada dalam suatu masyarakat bahasa. Pengelompokan kata atas
kolokasi dan set dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai teori medan makna. Oleh
karena itu secara semantik diakui bahwa pengelompokkan kata atau unsur-unsur leksikal
secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi makna. Makna seluruh tiap kata atau
unsur leksikal itu perlu dilihat dan dikaji secara terpisah dalam kaitannya dengan penggunaan
kata atau unsur leksikal tersebut di dalam pertuturan. Setiap unsur leksikal memiliki
komponen makna masing-masing yang mungkin ada persamaannya dan perbedaannya
dengan unsur leksikal lainnya.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semantik adalah salah satu cabang
lingustik atau cabang ilmu bahasa yang mengkaji atau menelaah makna. Dari berbagai
fenomena kehidupan budaya dan lingkungan masyarakat yang beragam sangat berpengaruh
terhadap bahasa yang digunakan penutur, sehingga makna dari bahasa banyak dipengaruhi
oleh hal-hal diluar bahasa. Medan makna yang merupakan bagian dari sistem semantik
adalah salah satu cara untuk menelaah berbagai bahasa yang maknanya menggambarkan
realitas kebudayaan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya
berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai