Anda di halaman 1dari 17

GEJALA PENGENALAN (INGAT, LUPA)

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Umum
Yang diampu oleh: Muzdalifah, S.Pd.I, M.Psi.

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK VII
Semester I/PGMI Regular
Irgi Ahmad Al Farezi

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang tidak
bisa kita ukur dengan apapun,. Sholawat beserta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
hingga saat ini.

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi kami kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, kepada dosen yang
telah membimbing dan memberi banyak pengetahuan agar dapat
mengimplementasikan ilmu yang kami dapat dengan baik.

Makalah ini berisi tentang “gejala pengenalan (ingat, lupa)”, sebagai


manusia biasa kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menjadi motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi diwaktu yang akan datang
.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi juga bagi para pembaca,
Aamiin….

Batu Bara, 12 November 2023


Hormat Saya

KELOMPOK VII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pengertian Lupa .............................................................................. 3
B. Proses Terjadinya Lupa ................................................................... 5
C. Faktor-Faktor Lupa ......................................................................... 7
D. Kiat Meningkatkan Memori dan Mengingat ................................... 9
E. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar ............................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otak adalah suatu organ terpenting pada tubuh manusia yang
merupakan pusat dari system saraf. Volume otak berkisar 1.350 cc dan
mempunyai 100 juta sel saraf atau neuron untuk menunjang fungsinya.
Otak terletak di dalam kepala, dan mempunyai beberapa fungsi, yaitu
sebagai pusat regulasi sebagian tindakan yang dialami dan sebagai pusat
pengatur organ-organ tubuh (misalnya mengatur kerja jantung, hati, dan
lain-lain)
Otak juga merupakan pengendali tubuh. Jika seseorang memiliki
otak yang sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh. Namun
sebaliknya, jika otak seseorang dalam kondisi yang tidak sehat, maka itu
merupakan penyebab dari segala masalah pada tubuh.
Kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengingat dan
menyimpan sesuatu kejadian atau pengalaman hidup karena adanya
memori dalam otak kita. Dimana dalam memori tersebut tidak akan pernah
penuh selama hidup kita. Sebagaimana diibaratkan dalam sebuah
komputer yang memiliki RAM (Randoom Acces Memory) yaitu sebuah
penyimpanan sementara. Begitu pula dengan otak manusia yang memiliki
memori jangka pendek dan jangka panjang. Masing-masing memori
manusia memiliki sistem mekanisme kerja yang unik. Hal ini terjadi
dengan sendirinya siring dimana manusia melakukan proses mengingat
dan menyimpan informasi dalam kehidupan sehari-harinya.
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-
apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam
akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita
pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang
memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan
teori itu. Acapkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru

1
sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit
pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat
dalam ingatan.
Pada umumnya orang percaya bahwa lupa terutama disebabkan
oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah
materi dengan saat pengungkapannya. Namun berdasarkan hasil-hasil
penelitian, ternyata anggapan seperti itu nyaris tak terbukti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian lupa ?
2. Bagaimanakah proses terjadinya lupa ?
3. Bagaimanakah faktor-faktor lupa ?
4. Bagaimanakah kiat meningkatkan memori dan mengingat ?
5. Bagaimanakah kiat mengurangi lupa dalam belajar ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian lupa
2. Untuk mengetahui proses terjadinya lupa
3. Untuk mengetahui faktor-faktor lupa
4. Untuk mengetahui kiat meningkatkan memori dan mengingat
5. Untuk mengetahui kiat mengurangi lupa dalam belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari
hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang
lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa
lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang
baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak
peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat,
profesor, petani dan sebaginya. 1
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu
pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal
tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi
berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang
dilupakan adalah hal yang tidak diingat. Lupa ialah peristiwa tidak dapat
memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat,
adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi
yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan.
Lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara
sederhana. Gulo dan Reber mendefinisikan lupa sebagai ketidak
mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau
dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah
disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat
teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval
failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis.
Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang. 2

1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 206.
2
Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 48.

3
1. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus
dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali
(rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan
dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak
ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi.
Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa
tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
2. Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan
dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak
mengalami kehausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi
yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi
bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat
informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.Bila informasi yang
baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah
ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup
sehari-hari kita mengalami hal ini.Adalagi yang disebut interferensi
proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang
mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
3. Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa
informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu
ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh
interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak
adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut
dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut
tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4. Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang
tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul

4
dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang
dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa
teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih
selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
Para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan
disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut
engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang
disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang
telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan
dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah
informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia
anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat
hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang
menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
B. Proses Terjadinya Lupa
Lupa terjadi karena telah lamanya informasi terseimpan dalam
memori dan tidak digunakan, terganggunya informasi lama akibat
munculnya informasi baru atau sebaliknya, terganggunay skema kognitif
mengenai suatu informasi, dank arena memang informasi tersebut
sengaja dilupakan. Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal
yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya
tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi. 3
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau
materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena
proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari
otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.

3
M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
h. 74.

5
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan
mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih
simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli
tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal
adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan
bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah
bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan
tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat
sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian,
kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli.
Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu
tidak kita ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah
kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua
menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini
disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang
baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat
oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan
seperti ini disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi.
Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan
dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang
sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran
kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan
amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua
hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong
atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa

6
yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada
penderita.4
C. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam
interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Proactive interference,
2. Retroactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktifapabila materi
pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya
mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila
siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip
dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu
yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat
sulit diingat adatu diproduksi kembali. Sebaliknya, seorang siswa akan
mengalami gangguan retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah
lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.
Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama
tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya
tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan. 5
a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan
sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia
dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item
informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.

4
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 52-54.
5
Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 25.

7
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu
tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah
digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori
represi/ penekanan. Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam
ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas,
merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak
mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa
hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat
gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan
lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun
binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi
karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya
(seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu
akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse, lupa dapat terjadi karena materi
pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan
siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian
denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf
otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling
penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi
gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan
eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.

8
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru
yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item
informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya.
Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem
memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.
Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang
waktu antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses
pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut.
D. Meningkatkan Kemampuan Memori dan Mengingat
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan
memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:6
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam
proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi
berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari
pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang
telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan
hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan
penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila
informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang
sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat,
nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan
retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian
informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani:
mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi
diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah
dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat
kembali.
6
Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 79.

9
Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode
loci (method of loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk
membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan baik, misalnya
rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang
tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang
akan ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya
dan di dalam kamarnya. Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut
dengan informasi baru yang harus diingat. Metode mnemonik lain yang
biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu
menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya
sehingga mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu.
Adapun mengoptimalkan daya ingat terhadap memori adalah
dengan mnemonic, yaitu seni meningkatkan daya ingat dengan bantuan.
mnemonic adalah kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk
memasukkan item-iten informasi ke dalam akal. Terdapat beberapa
strategi mnemonic, yaitu:
1. Rima (Rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya
terdiri atas kata dan yang harus diingat oleh siswa. Sajak ini akan lebih
baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.
Nyanyian anak TK yang berisi pesan-pesan moral dapat diambil
sebagai contoh penyusunan rima mnemonic.7
2. Sistem Kata Pasak (Peg Word System). Yaitu sejenis teknik mnemonic
yang menggunakan komponen yang sebelumnya sudah dikuasai
seperti pasak (paku) mengingat memori baru. Kata komponen pasak
ini dibentuk berpasang-pasangan seperti merah-saga, panas-api. Kata
ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak
yang sama seperti: darah, lipstik, pasangan langit dan bumi, neraka dan
kata atau istilah yang memiliki kesamaan watak (warna, rasa dan
seterusnya).
3. Metode Losai (Method of Loci), yaitu Kiat mnemonic yang
menggunakan tempat-tempat khusu dan terkenal sebagai sarana

7
Rahmad Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 1990), h. 39.

10
penempatan kata dan istilah tertentu yang haus diingat siswa. Kata
“loci” sendiri jamak dari kata “locus” artinya tempat. Dalam hal ini,
nama-nama kota, jalan, gedung terkenal dapat dipakai untuk
menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan dalam arti
memiliki kemiripan ciri dan keadaan.
4. Sistem Kata Kunci (Key Word System). Sistem kata kunci biasanya
rekayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, dan
konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing.
5. Teknik Kata Penghubung. Menghubungkan adalah proses mengaitkan
atau mengasosiasikan satu kata dengan kata yang lain melalui sebuah
aksi atau gambaran. Hubungan yang dibentuk tidak perlu logis atau
realistis, yang penting hubungan itu memicu ingatan siswa.
E. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara
meningkatkan daya ingat akal orang. Banyak ragam kiat yang dapat
dicoba =dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow, Reber dan
Anderson adalah sebagai berikut:
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah seseorang
melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar
kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning,
antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu
memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2. Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya
penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa
menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa
meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang
cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic Device

11
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut
mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang
item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap
lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi
dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed
practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena
mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa
melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian
dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi
secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan
istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan
strategi belajar yang efisien.
6. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung
(the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar
kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri
dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna
yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang
lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis
pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan
diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. 8

8
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 160-
164.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari
secara sederhana.
2. Lupa terjadi karena telah lamanya informasi terseimpan dalam memori
dan tidak digunakan, terganggunya informasi lama akibat munculnya
informasi baru atau sebaliknya, terganggunay skema kognitif
mengenai suatu informasi, dank arena memang informasi tersebut
sengaja dilupakan.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi : adanya konflik-
konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di
sistem memori seseorang, adanya tekanan terhadap item atau materi
yang lama baik disengaja atau tidak disengaja, perbedaan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil kembali
item tersebut, perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi
tertentu, tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai dan kerusakan
jaringan syaraf otak.
4. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori
harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut: Proses memori
bukanlah suatu usaha yang mudah, Bahan-bahan yang akan diingat
harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain dan Proses memori
memerlukan organisasi.
5. Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan
daya ingat akal.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, tentunya makalah ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Dan kami dapat menjadikan motivasi agar lebih baik lagi
untuk kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Jalaludin, Rahmad. 1990. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosdakarya.
Ngalim, M Purwanto. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsul. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai